• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar"

Copied!
488
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MATERI IPA

PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS JOMEGATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Rosalia Galih Indriyati NIM: 161134023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MATERI IPA

PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS JOMEGATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Rosalia Galih Indriyati NIM: 161134023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Tuhan yang selalu menyertai proses kehidupan saya.

2. Orangtua saya, Bapak T. Suyadi dan Ibu Anastasia Suratmi yang selalu mendampingi, memotivasi, mendoakan, dan penuh kesabaran dalam mendidik saya.

3. Sahabat saya, Maria Magdalena Titi Fajariyati, Maria Krismiati, dan Rosalia Okta Rinartika yang senantiasa memotivasi saya selama penyusunan skripsi ini.

4. Teman payung skripsi saya, Benediktus Febriyanto dan Cornelia Deriyanti Setyaningsih yang memberikan bantuan serta dukungan untuk saya selama penyusunan maupun pengambilan data skripsi ini.

5. SD Kanisius Jomegatan dan SD Kanisius Ganjuran yang membantu saya berproses menyelesaikan skripsi ini.

6. Almamaterku PGSD Universitas Sanata Dharma.

(6)

v MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku ---- Filipi 4: 13 ----

Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan ia akan bertindak

---- Mazmur 37: 5 ----

Berserahlah kepada Tuhan dan berikan hatimu sepenuhnya untuk segala usaha yang kamu lakukan

---- Rosalia Galih Indriyati ----

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 3 Juni 2020 Peneliti

Rosalia Galih Indriyati

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Rosalia Galih Indriyati Nomor Mahasiswa : 161134023

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN

PEMECAHAN MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MATERI IPA PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS JOMEGATAN”.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 3 Juni 2020 Yang menyatakan

Rosalia Galih Indriyati

(9)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MATERI IPA

PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS JOMEGATAN

Rosalia Galih Indriyati Universitas Sanata Dharma

2020

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah materi IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan tahun ajaran 2019/2020 berdasarkan data observasi, wawancara, dan tes pengambilan data awal. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan upaya peningkatan keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah siswa kelas V pada materi IPA dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning di SD Kanisius Jomegatan, 2) meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dalam materi IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, 3) meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dalam materi IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model John Elliot. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan non tes.

Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, wawancara, dan soal evaluasi siklus I serta siklus II. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan berpikir kreatif pada kondisi awal adalah 58 (sedang), mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 75,35 (tinggi), dan pada siklus II mengalami peningkatan kembali menjadi 77,48 (tinggi). Sedangkan, rata-rata keterampilan pemecahan masalah pada kondisi awal adalah 56,67 (sedang), mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 76,4 (tinggi), dan pada siklus II mengalami peningkatan kembali menjadi 80,97 (tinggi). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning mampu meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan.

Kata kunci: keterampilan berpikir kreatif, pemecahan masalah, model pembelajaran Problem Based Learning.

(10)

ix ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF CREATIVE THINKING SKILL AND PROBLEM SOLVING USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL OF

NATURAL SCIENCES FOR FIFTH GRADE STUDENTS JOMEGATAN KANISIUS ELEMENTARY SCHOOL

Rosalia Galih Indriyati Sanata Dharma University

2020

The background of the research is the low level of creative thinking skill and problem-solving of fifth grade students in Jomegatan Kanisius elementary school academic year 2019/2020 based on the observation data, interview, and pretest. This research aims to 1) to describe an effort to improve the creative thinking skill and problem-solving skill of fifth grade students on natural sciences using problem based learning model in Jomegatan Kanisius elementary school, 2) to improve creative thinking skill in natural sciences on fifth grade students Kanisius Jomegatan elementary school using problem based learning model, 3) to improve the problem-solving in natural sciences on fifth grade students Kanisius Jomegatan elementary school using problem based learning model.

The type of this research is classroom action research model by John Elliot. Data collection techniques were using non-test and tes. The research instruments were observation sheets, interview, and evaluation assessment of cycle I and cycle II. The data analysis technique in this research was quantitative.

The research result showed that the average of creative thinking skill in the initial condition had 58 (enough), had increased on cycle I become 75,35 (high), and on-cycle II the result had increased became 77,48 (high). Moreover, for the problem solving had an increasing score in the first condition 56,67 (enough), had increased on cycle I become 76,4 (high), and on-cycle II the result had increased become 80,97 (high). Therefore, it can be concluded that the problem-based learning model can increase the creative thinking skill and problem-solving of fifth grade students Jomegatan Kanisius elementary school.

Keywords: creative thinking skill, problem solving, Problem Based Learning model.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan karena atas berkat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MATERI IPA PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS

JOMEGATAN“ dengan lancar. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 PGSD, Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat dukungan, bantuan, dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh sebab itu, perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Tuhan yang senantiasa mendampingi, membimbing, dan memberikan anugerah kesehatan serta kelancaran selama proses penelitian maupun penyusunan skripsi.

2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Kaprodi PGSD dan dosen pembimbing skripsi yang memotivasi serta mendampingi penulis selama penyusunan skripsi maupun penelitian.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakaprodi PGSD.

5. Drs. Albertus Hartana, SJ., M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang memotivasi dan mendampingi penulis selama penyusunan skripsi maupun penelitian.

6. Stevanus Sarjiman, S.Pd., selaku Kepala SD Kanisius Jomegatan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

7. HY. Budi Santosa selaku Kepala SD Kanisius Ganjuran yang telah memberikan izin untuk melakukan validasi instrumen penelitian dan pembelajaran.

(12)

xi

8. Christina Devi Linawati, S.Pd., selaku guru kelas V serta siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan yang telah membantu dan terlibat dalam penelitian ini.

9. Drs. Albertus Hartana, SJ., M.Pd., selaku dosen PGSD yang telah membantu dalam proses validasi instrumen penelitian dan pembelajaran.

10. Katarina Dwi Indarti, S.Pd., dan Irmina Budi Utari, S.Pd., selaku guru kelas V SD Kanisius Ganjuran yang telah membantu dalam proses validasi instrumen penelitian dan pembelajaran.

11. Segenap dosen dan karyawan PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini.

12. Orangtua saya, Bapak T. Suyadi dan Ibu Anastasia Suratmi yang selalu mencukupi kebutuhan, mendampingi, memotivasi, mendoakan, dan penuh kesabaran dalam mendidik saya.

13. Teman PLP-3 SD Kanisius Jomegatan (Tika, Gonzha, Febri, Sellyn, Deri, dan Bowo) yang telah memberi dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

14. Almamaterku Universitas Sanata Dharma.

15. Seluruh pihak yang telah membantu selama proses penelitian hingga selesai.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan penelitian ini. Oleh karena itu, saya meminta adanya kritik dan saran yang membangun. Saya juga berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi orang lain.

Yogyakarta, 3 Juni 2020 Peneliti

Rosalia Galih Indriyati

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Kajian Pustaka ... 8

1. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 8

2. Keterampilan Pemecahan Masalah ... 10

3. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 12

4. Pembelajaran IPA ... 18

5. Sistem Pencernaan pada Manusia... 21

(14)

xiii

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 31

C. Kerangka Berpikir ... 35

D. Hipotesis Tindakan ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Setting Penelitian ... 40

C. Rencana Tindakan ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 50

1. Non-tes ... 50

a. Wawancara ... 50

b. Observasi ... 51

c. Dokumen ... 51

2. Tes ... 52

a. Tes Objektif Tipe Pilihan Ganda... 52

E. Instrumen Penelitian... 52

1. Non-tes ... 53

a. Pedoman Wawancara ... 53

b. Lembar Observasi ... 54

2. Tes ... 58

a. Tes Objektif Tipe Pilihan Ganda... 58

F. Teknik Pengujian Instrumen ... 63

1. Validitas ... 63

a. Validasi Perangkat Pembelajaran ... 64

b. Validasi Instrumen Wawancara ... 66

c. Validasi Instrumen Observasi ... 66

d. Validasi Soal ... 67

2. Reliabilitas ... 69

G. Teknik Analisis Data ... 70

1. Perhitungan Keterampilan Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah ... 70

H. Kriteria Keberhasilan ... 72

(15)

xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73

A. Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah ... 73

1. Prasiklus ... 74

2. Siklus I... 76

3. Siklus II ... 83

B. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif dengan Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 90

1. Prasiklus ... 90

a. Hasil Wawancara Prasiklus ... 90

b. Hasil Tes Prasiklus ... 91

2. Siklus I ... 92

a. Hasil Observasi Siklus I ... 92

b. Hasil Tes Siklus I ... 93

3. Siklus II ... 95

a. Hasil Observasi Siklus II ... 95

b. Hasil Tes Siklus II ... 96

C. Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah dengan Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 98

1. Prasiklus ... 98

a. Hasil Wawancara Prasiklus ... 98

b. Hasil Tes Prasiklus ... 98

2. Siklus I ... 100

a. Hasil Observasi Siklus I ... 100

b. Hasil Tes Siklus I ... 101

3. Siklus II ... 103

a. Hasil Observasi Siklus II ... 103

b. Hasil Tes Siklus II ... 104

D. Pembahasan ... 107 1. Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning

(16)

xv

yang Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif ... 108

2. Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning yang Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah ... 109

3. Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif yang Belum Optimal ... 110

4. Indikator Keterampilan Pemecahan Masalah yang Belum Optimal ... 110

5. Upaya yang Dilakukan Supaya Keterampilan Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Optimal ... 110

BAB V PENUTUP ... 112

A. Kesimpulan ... 112

B. Keterbatasan Penelitian ... 113

C. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 115

LAMPIRAN ... 118

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 466

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Persentase Hasil Belajar IPA pada Kondisi Awal ... 3

Tabel 2.1 Sintaks untuk Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 16

Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian ... 41

Tabel 3.2 Kegiatan Inti Siklus I Pertemuan 1 ... 43

Tabel 3.3 Kegiatan Inti Siklus I Pertemuan 2 ... 44

Tabel 3.4 Kegiatan Inti Siklus II Pertemuan 1 ... 47

Tabel 3.5 Kegiatan Inti Siklus II Pertemuan 2 ... 48

Tabel 3.6 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 53

Tabel 3.7 Kisi-kisi Lembar Observasi Keterampilan Berpikir Kreatif ... 55

Tabel 3.8 Lembar Observasi Keterampilan Berpikir Kreatif ... 55

Tabel 3.9 Kisi-kisi Lembar Observasi Pemecahan Masalah ... 56

Tabel 3.10 Lembar Observasi Pemecahan Masalah ... 57

Tabel 3.11 Kisi-kisi Soal Data Awal... 59

Tabel 3.12 Kisi-kisi Soal Siklus I ... 60

Tabel 3.13 Kisi-kisi Soal Siklus II ... 61

Tabel 3.14 Pedoman Penskoran Validasi ... 64

Tabel 3.15 Kriteria Kelayakan Instrumen Perangkat Pembelajaran ... 64

Tabel 3.16 Hasil Perhitungan Validasi Silabus Pembelajaran ... 65

Tabel 3.17 Hasil Perhitungan Validasi RPP ... 65

Tabel 3.18 Hasil Perhitungan Validasi Instrumen Wawancara ... 66

Tabel 3.19 Hasil Perhitungan Validasi Instrumen Observasi ... 66

Tabel 3.20 Hasil Validasi Soal Pilihan Ganda Siklus I ... 67

Tabel 3.21 Kisi-kisi Soal Siklus I Setelah Divalidasi ... 67

Tabel 3.22 Hasil Validasi Soal Pilihan Ganda Siklus II ... 68

Tabel 3.23 Kisi-kisi Soal Siklus II Setelah Divalidasi ... 68

Tabel 3.24 Kualifikasi Reliabilitas ... 69

Tabel 3.25 Reliabilitas Soal Siklus I ... 70

Tabel 3.26 Reliabilitas Soal Siklus II ... 70

(18)

xvii

Tabel 3.27 Kriteria Keterampilan Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah .... 71

Tabel 3.28 Indikator Keberhasilan ... 72

Tabel 4.1 Pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Siklus I Pertemuan 1 ... 78

Tabel 4.2 Pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Siklus I Pertemuan 2 ... 80

Tabel 4.3 Kendala Siklus I dan Rencana Siklus II ... 83

Tabel 4.4 Pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Siklus II Pertemuan 1 ... 85

Tabel 4.5 Pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Siklus II Pertemuan 2 ... 87

Tabel 4.6 Hasil Tes Data Awal Keterampilan Berpikir Kreatif ... 91

Tabel 4.7 Skor Rata-rata Lembar Observasi Keterampilan Berpikir Kreatif Siklus I ... 92

Tabel 4.8 Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Siklus I ... 93

Tabel 4.9 Skor Rata-rata Lembar Observasi Keterampilan Berpikir Kreatif Siklus II ... 95

Tabel 4.10 Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Siklus II ... 96

Tabel 4.11 Hasil Tes Data Awal Pemecahan Masalah ... 99

Tabel 4.12 Skor Rata-rata Lembar Observasi Pemecahan Masalah Siklus I ... 100

Tabel 4.13 Hasil Tes Pemecahan Masalah Siklus I ... 101

Tabel 4.14 Skor Rata-rata Lembar Observasi Pemecahan Masalah Siklus II ... 103

Tabel 4.15 Hasil Tes Pemecahan Masalah Siklus II ... 104

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Bagan Literature Map Mengenai Penelitian yang Relevan ... 34 Gambar 3.1 Model PTK Menurut John Elliot ... 39 Gambar 4.1 Grafik Skor Rata-rata Indikator Keterampilan Berpikir

Kreatif Siklus I ... 94 Gambar 4.2 Grafik Skor Rata-rata Indikator Keterampilan Berpikir

Kreatif Siklus II ... 97 Gambar 4.3 Grafik Skor Rata-rata Indikator Pemecahan Masalah Siklus I ... 102 Gambar 4.4 Grafik Skor Rata-rata Indikator Pemecahan Masalah Siklus II ... 105

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian... 119

Lampiran 2 Surat Permohonan Validasi ... 120

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 133

Lampiran 4 Hasil Validasi ... 134

Lampiran 5 Instrumen Wawancara Keterampilan Berpikir Kreatif ... 210

Lampiran 6 Instrumen Wawancara Pemecahan Masalah ... 217

Lampiran 7 Hasil Wawancara Keterampilan Berpikir Kreatif ... 223

Lampiran 8 Hasil Wawancara Pemecahan Masalah ... 225

Lampiran 9 Instrumen Observasi Keterampilan Berpikir Kreatif ... 227

Lampiran 10 Instrumen Observasi Pemecahan Masalah ... 231

Lampiran 11 Hasil Observasi Keterampilan Berpikir Kreatif Observer 1 ... 235

Lampiran 12 Hasil Observasi Keterampilan Berpikir Kreatif Observer 2 ... 239

Lampiran 13 Hasil Observasi Pemecahan Masalah Observer 1 ... 243

Lampiran 14 Hasil Observasi Pemecahan Masalah Observer 2 ... 247

Lampiran 15 Presensi Kehadiran Siswa ... 251

Lampiran 16 Soal LKPD Siklus I ... 259

Lampiran 17 Soal LKPD Siklus II ... 261

Lampiran 18 Hasil LKPD Siklus I ... 263

Lampiran 19 Hasil LKPD Siklus II ... 266

Lampiran 20 Soal Evaluasi Siklus I ... 268

Lampiran 21 Soal Evaluasi Siklus II ... 271

Lampiran 22 Hasil Evaluasi Siklus I ... 274

Lampiran 23 Hasil Evaluasi Siklus II ... 278

Lampiran 24 Refleksi Siswa Setiap Pertemuan ... 282

Lampiran 25 Validitas dan Reliabilitas Siklus I ... 286

Lampiran 26 Validitas dan Reliabilitas Siklus II ... 287

Lampiran 27 Silabus Siklus I Pertemuan 1 dan 2 ... 288

Lampiran 28 Silabus Siklus II Pertemuan 1 dan 2 ... 304

(21)

xx

Lampiran 29 RPPTH Siklus I Pertemuan 1 ... 319

Lampiran 30 RPPTH Siklus I Pertemuan 2 ... 352

Lampiran 31 RPPTH Siklus II Pertemuan 1 ... 386

Lampiran 32 RPPTH Siklus II Pertemuan 2 ... 422

Lampiran 33 Materi... 456

Lampiran 34 Foto Kegiatan ... 465

Lampiran 35 Daftar Riwayat Hidup ... 466

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang

Keterampilan abad 21 atau yang lebih dikenal dengan istilah 4C ini terdiri dari keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), kreativitas dan inovasi (creativity and innovation), komunikasi (communication) serta kolaborasi (collaboration). Keterampilan abad 21 penting dikuasai oleh individu agar dapat bertahan dan bersaing dalam menghadapi masa depan yang bersifat dinamis. Kurikulum 2013 sebagai kurikulum pendidikan terbaru di Indonesia terlahir karena adanya pergeseran paradigma belajar abad 21 yang bercirikan informasi, komputasi, otomasi, komunikasi, pengetahuan, dan diseminasi (Mulyasa, 2014: 149).

Kurikulum 2013 dibuat supaya mengoptimalkan berkembangnya 4C.

Pelaksanaan kurikulum ini diharapkan dapat menjawab tantangan masa depan maupun tantangan abad 21 dan guru berperan penting dalam membantu siswa mengembangkan keterampilan abad 21 melalui penerapan beragam metode guna meningkatkan kemampuan siswanya.

Siswa diharapkan memiliki keterampilan berpikir kreatif di era perkembangan pengetahuan abad 21 ini. Kemampuan dalam melihat gagasan dari sudut pandang yang berbeda merupakan ciri berpikir kreatif (Ningrum, 2019: 40). Keterampilan berpikir kreatif dibutuhkan oleh individu dalam menyelesaikan permasalahan kompleks (Sani, 2019: 5). Indikator-indikator keterampilan berpikir kreatif dalam muatan pelajaran IPA, antara lain: (1) mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa, (2) membangkitkan keingintahuan dan hasrat ingin tahu, (3) memandang

(23)

informasi dari sudut pandang yang berbeda, (4) memprediksi dari informasi yang terbatas, (5) merumuskan masalah, (6) merumuskan hipotesis berdasarkan fenomena yang diamati serta (7) menguji hipotesis (Tawil dan Liliasari, 2013: 67).

Selain keterampilan berpikir kreatif, siswa juga diharapkan memiliki keterampilan pemecahan masalah di era perkembangan pengetahuan abad 21 ini. Menurut Sri (dalam Tawil dan Liliasari, 2013: 92-93), manusia dapat menggunakan cara ilmiah dalam menghadapi masalah yang sulit. Indikator pemecahan masalah sebagai berikut: (1) memahami masalah, (2) mengumpulkan data, (3) merumuskan hipotesis, (4) menilai hipotesis, (5) menguji hipotesis, dan (6) menyimpulkan.

Keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah penting untuk dimiliki siswa. Namun, berdasarkan observasi terlihat bahwa siswa masih memiliki masalah terkait kedua keterampilan tersebut. Observasi dilakukan pada tanggal 15 Maret 2019 di kelas V SD Kanisius Jomegatan diperoleh hasil informasi bahwa masih terdapat masalah terkait keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah IPA. Permasalahan terkait keterampilan berpikir kreatif terlihat dari sedikitnya jumlah siswa yang bertanya (bertentangan dengan indikator membangkitkan keingintahuan dan hasrat ingin tahu) saat proses pembelajaran. Sedangkan, permasalahan terkait keterampilan pemecahan masalah terlihat dari sedikitnya jumlah siswa yang mengemukakan pendapatnya (bertentangan dengan indikator memahami masalah) saat proses pembelajaran.

Selain melakukan observasi, peneliti juga melakukan studi dokumen. Pada tanggal 27 Oktober 2019, peneliti melihat dan mencermati RPPTH yang digunakan guru kelas V. Berdasarkan RPPTH tersebut, peneliti dapat melihat bahwa guru belum menekankan keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran maupun soal evaluasi. Penyusunan tujuan dan indikator pembelajaran yang dibuat guru menyesuaikan dengan yang ada dalam buku tematik pedoman guru sehingga dimensi proses kognitif hanya sebatas Low Order Thinking Skill (LOTS). Tujuan dari proses

(24)

pembelajaran di kelas V SD Kanisius Jomegatan belum menunjukkan adanya keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah.

Prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan pada muatan pelajaran IPA tergolong rendah. Hal ini, sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru kelas V pada tanggal 24 Oktober 2019. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan beliau, menunjukkan bahwa hanya 5 siswa yang sering bertanya (berkaitan dengan indikator keterampilan berpikir kreatif) maupun mengemukakan pendapat (berkaitan dengan indikator pemecahan masalah) terkait muatan pelajaran IPA. Kondisi ini menunjukkan bahwa hanya ada 5 dari 24 siswa yang memiliki keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah dalam diri mereka.

Berdasarkan permasalahan di kelas V SD Kanisius Jomegatan, peneliti menyusun soal terkait variabel keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah. Soal yang peneliti ujikan berupa soal objektif tipe pilihan ganda dengan materi sistem gerak manusia. Dari 18 soal yang diujikan, 8 soal terkait keterampilan berpikir kreatif dan 10 soal terkait pemecahan masalah.

Peneliti mendapatkan hasil dari pengujian soal data awal terhadap 24 siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 Persentase Hasil Belajar IPA pada Kondisi Awal

No Variabel Rata-rata nilai

kelas KKM Jumlah siswa yang tuntas

1. Berpikir kreatif 58 70 8 (33,3%)

2. Pemecahan masalah 56,67 70 9 (37,5%)

Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa berdasarkan tes pada kondisi awal (prasiklus) rata-rata nilai kelas kurang dari KKM untuk variabel keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah. Jumlah siswa yang tuntas dalam penyelesaian soal terkait variabel berpikir kreatif lebih sedikit

(25)

jika dibandingkan dengan pemecahan masalah. Fakta ini menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kreatif lebih rendah dari pemecahan masalah dalam diri siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan.

Dari permasalahan tersebut, perlu adanya solusi untuk mengatasi masalah rendahnya keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah IPA.

Diperlukan model pembelajaran yang kreatif sehingga memunculkan siswa yang kreatif dalam menyampaikan gagasan. Salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk mengatasi rendahnya keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah adalah Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang bertujuan menstimulasi siswa untuk belajar melalui beragam permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan menghubungkannya dengan pengetahuan yang diperolehnya (Mulyasa, 2014:

144-145). Model pembelajaran ini dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah siswa karena mengajak mereka untuk belajar menemukan beragam solusi pemecahan masalah melalui suatu permasalahan yang dipaparkan oleh guru diawal pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan oleh peneliti di SD Kanisius Jomegatan, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) perlu dicoba dalam proses pembelajaran guna meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah IPA. Oleh karena itu, judul penelitian yang diambil oleh peneliti adalah “Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Materi IPA pada Siswa Kelas V SD Kanisius Jomegatan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya peningkatan keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah siswa kelas V pada materi IPA dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning di SD Kanisius Jomegatan?

(26)

2. Apakah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dalam materi IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan?

3. Apakah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dalam materi IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan upaya peningkatan keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah siswa kelas V pada materi IPA dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning di SD Kanisius Jomegatan.

2. Meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dalam materi IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning.

3. Meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dalam materi IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti. Berikut ini merupakan manfaat dari penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam upaya meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah dalam materi IPA kelas V:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan pengetahuan, pengalaman, referensi, dan masukkan dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah dalam materi IPA pada siswa kelas V. Selain itu, penelitian ini juga dapat menambah pengetahuan

(27)

peneliti mengenai penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam materi IPA.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

1) Memberikan pengalaman bermakna mempelajari IPA dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning yang berguna untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah.

2) Siswa menyadari pentingnya memiliki keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

3) Siswa menerapkan keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah dalam kehidupannya.

4) Siswa mengalami peningkatan keterampilan berpikir kreatif, pemecahan masalah, dan hasil belajar IPA menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

b. Bagi guru

1) Guru dapat menerapkan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif.

2) Guru dapat menerapkan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah.

c. Bagi sekolah

1) Pihak sekolah dapat terbantu dalam mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di sekolah dan solusi penyelesaiannya.

2) Pihak sekolah dapat mengembangkan proses pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah siswa.

d. Bagi peneliti

1) Peneliti dapat mengetahui model pembelajaran yang efektif untuk mengatasi suatu permasalahan dalam pembelajaran.

(28)

2) Peneliti dapat mengetahui bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa.

3) Peneliti dapat mengetahui bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa.

E. Definisi Operasional

1. Keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan aktivitas kognitif dalam pengembangan maupun penemuan ide atau gagasan asli yang konstruktif guna membantu siswa menemukan solusi dari suatu permasalahan sehingga diharapkan siswa menjadi pebelajar yang sukses.

2. Keterampilan pemecahan masalah adalah keterampilan yang berdasarkan proses kognitif untuk menyelesaikan permasalahan dengan cara pengumpulan fakta terkait permasalahan, analisis informasi, dan penerapan pengetahuan yang telah diketahui pada situasi yang baru guna memperoleh solusi penyelesaian masalah tersebut.

3. Model pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran inovatif yang menggunakan suatu permasalahan sebagai titik awalnya sehingga pada akhirnya mengajak siswa untuk aktif berpikir.

Sintaks model pembelajaran Problem Based Learning, yaitu: (1) mengarahkan siswa pada masalah, (2) menyiapkan siswa untuk belajar, (3) membantu penelitian mandiri dan kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan artefak dan benda pajang, serta (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan permasalahan.

(29)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini membahas mengenai kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

A. Kajian Pustaka

1. Keterampilan Berpikir Kreatif

a. Definisi Keterampilan Berpikir Kreatif

Kemampuan persaingan siswa melalui pengembangan keterampilan dan pengetahuan diperlukan di era perkembangan ilmu pengetahuan abad 21 ini. Siswa perlu mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Kotzer et al, 2012: 122). Salah satu keterampilan berpikir yang penting untuk dikembangkan pada bidang pendidikan adalah keterampilan berpikir kreatif (Turkmen, 2015: 74).

Keterampilan berpikir kreatif diperlukan dalam usaha penyelesaian suatu permasalahan (Sani, 2019: 46). Liliasari (dalam Tawil dan Liliasari, 2013: 60) menyatakan keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan mengembangkan atau menemukan ide atau gagasan asli, estetis dan konstruktif, yang berhubungan dengan pandangan dan konsep serta menekankan pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya dalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan atau menjelaskan dengan perspektif asli pemikir. Sani mendefinisikan keterampilan berpikir kreatif sebagai keterampilan yang menghasilkan ide baru (Sani, 2014: 10).

Pemikiran kreatif dapat didefinisikan sebagai seluruh rangkaian kegiatan kognitif yang digunakan oleh individu sesuai dengan objek tertentu, masalah dan kondisi, atau jenis usaha terhadap peristiwa tertentu dan masalah yang didasarkan pada kapasitas individu. Mereka mencoba untuk menggunakan imajinasi mereka, kecerdasan, wawasan, dan gagasan ketika mereka menghadapi situasi seperti itu.

Selain itu, mereka mencoba untuk menyarankan desain yang otentik

(30)

dan baru, menghasilkan hipotesis yang berbeda, memecahkan masalah dengan bantuan menemukan dan menemukan aplikasi baru (Glass, 2004; Young & balli, 2014) dimana masing-masing individu menyadari pengetahuan defisit dan mencoba untuk menjembatani kesenjangan ini sementara mendapatkan sudut pandang baru dengan melihat masalah dari berbagai perspektif dengan bantuan membuat koneksi yang tidak biasa dan mengambil risiko berdasarkan wawasan mereka untuk menghasilkan solusi alternatif terhadap masalah atau situasi dengan kesabaran dan tekad yang besar (Birgili, 2015: 72).

Berdasarkan uraian para ahli, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan kognitif individu dalam mengembangkan atau menemukan ide baru dalam menghadapi situasi tertentu.

b. Ciri-ciri Keterampilan Berpikir Kreatif

Munandar (dalam Ningrum, 2019: 14) mengemukakan ciri-ciri keterampilan berpikir kreatif, antara lain:

1) Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan dalam mengemukakan ide yang seragam untuk pemecahan permasalahan.

2) Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan menghasilkan beragam ide guna memecahkan permasalahan di luar kategori yang biasa.

3) Originality (keaslian), yaitu kemampuan pemberian respon yang unik.

4) Elaboration (keterperincian), yaitu kemampuan mengungkapkan pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi realita.

5) Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan memegang dan menghasilkan permasalahan guna menanggapi suatu kondisi.

Berdasarkan uraian dari Munandar, peneliti menyimpulkan bahwa ciri-ciri keterampilan berpikir kreatif yang akan digunakan untuk mengamati siswa selama penelitian ini, antara lain: (1) fluency

(31)

(kelancaran), (2) flexibility (keluwesan), (3) originality (keaslian), (4) elaboration (keterperincian), dan (5) sensitivity (kepekaan).

c. Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif dalam Pembelajaran IPA Implementasi keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) yang terdiri dalam pelajaran Biologi, pelajaran Kimia, dan pelajaran Fisika, indikator-indikator keterampilan berpikir kreatif ini disesuaikan dengan karakter materi pelajaran IPA. Indikator-indikator tersebut: mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa, membangkitkan keingintahuan dan hasrat ingin tahu, memandang informasi dari sudut pandang yang berbeda, memprediksi dari informasi yang terbatas, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis berdasarkan fenomena yang diamati serta menguji hipotesis (Tawil dan Liliasari, 2013: 67).

Berdasarkan uraian dari Tawil dan Liliasari, peneliti menyimpulkan bahwa indikator keterampilan berpikir kreatif yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1) Mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa.

2) Membangkitkan keingintahuan dan hasrat ingin tahu 3) Memandang informasi dari sudut pandang yang berbeda 4) Memprediksi dari informasi yang terbatas

5) Merumuskan masalah

6) Merumuskan hipotesis berdasarkan fenomena yang diamati 7) Menguji hipotesis

2. Keterampilan Pemecahan Masalah

a. Definisi Keterampilan Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah adalah usaha penggunaan keterampilan berpikir guna mengatasi permasalahan (Sani, 2019: 93). Pemecahan masalah merupakan suatu proses kognisi kompleks yang menuntut individu untuk mengordinasikan pengalaman, pengetahuan, pemahaman, dan intuisi guna memenuhi desakan dari sebuah situasi (Nuryati, 2018: 23). Liliasari (dalam Tawil dan Liliasari, 2013: 87)

(32)

menyatakan bahwa keterampilan pemecahan masalah menggunakan dasar proses berpikir untuk memecahkan kesulitan yang diketahui atau didefinisikan, mengumpulkan fakta tentang kesulitan tersebut dan menentukan informasi tambahan yang diperlukan. Selanjutnya menyimpulkan atau mengusulkan alternatif pemecahan masalah dan mengujinya untuk kelayakan. Akhirnya secara potensial mereduksi menjadi taraf penjelasan yang lebih sederhana dengan menghilangkan pertentangan, serta melengkapi pengujian pemecahan masalah untuk menggeneralisasikan.

Berdasarkan uraian ketiga ahli pada paragraf sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa keterampilan pemecahan masalah adalah suatu proses kognisi kompleks yang menuntut individu menggunakan keterampilan berpikirnya untuk memecahkan kesulitan/permasalahan dalam suatu situasi dengan cara mengordinasikan pengalaman, pengetahuan, pemahaman, dan intuisinya.

b. Indikator Pemecahan Masalah

Menurut Sri (dalam Tawil dan Liliasari, 2013: 92-93), dalam menghadapi masalah yang lebih pelik manusia dapat menggunakan cara ilmiah. Indikator pemecahan masalah sebagai berikut: (1) memahami masalah, yakni masalah yang dihadapi harus dirumuskan, dibatasi dengan teliti. Bila tidak ada usaha yang dilakukan akan sia- sia; (2) mengumpulkan data, yakni kalau masalah sudah jelas, dapat dilakukan pengumpulan data atau informasi/keterangan-keterangan yang diperlukan; (3) merumuskan hipotesis (jawaban sementara yang mungkin memberi penyelesaian), yakni dari keterangan-keterangan yang diperoleh mungkin timbul suatu kemungkinan yang memberi harapan yang akan membawa pemecahan masalah; (4) menilai hipotesis, yakni dengan jalan berpikir dapat diperkirakan akibat-akibat suatu hipotesis. Kalau ternyata bahwa hipotesis ini tidak akan memberi hasil baik, maka dimulai lagi dengan langkah kedua; (5) mengadakan eksperimen/menguji hipotesis, yakni bila suatu hipotesis

(33)

memberi harapan baik, maka diuji melalui eksperimen. Bila berhasil, berarti masalah ini terpecahkan. Tetapi kalau tidak berhasil, harus kembali lagi dari langkah-langkah kedua atau ketiga; (6) menyimpulkan, yakni laporan tentang keseluruhan prosedur pemecahan masalah yang diakhiri dengan kesimpulan. Disini kemungkinan dapat dicetuskan suatu prinsip atau hukum.

Berdasarkan uraian dari Sri yang termuat dalam buku karangan Tawil dan Liliasari, peneliti menyimpulkan bahwa indikator keterampilan pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1) Memahami masalah 2) Mengumpulkan data 3) Merumuskan hipotesis 4) Menilai hipotesis

5) Mengadakan eksperimen/menguji hipotesis 6) Menyimpulkan

3. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

a. Definisi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah proses pembelajaran yang mengarahkan siswa pada suatu masalah pra proses pembelajaran (Haryono, 2019: 113). Model pembelajaran ini mengutarakan masalah kontekstual yang merangsang siswa untuk belajar melalui kegiatan berkelompok (Haryono, 2019:

113). Problem Based Learning dimanfaatkan guna mendukung pola berpikir tingkat tinggi dalam situasi yang berorientasikan masalah (Risyamawati, 2019: 147). Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar (Saefuddin dan Berdiati, 2015: 53). PBL adalah cara penyampaian pembelajaran melalui penyajian permasalahan,

(34)

pengajuan pertanyaan, adanya penyelidikan, dan dialog (Sani, 2014:

127).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning adalah proses pembelajaran yang mengutarakan masalah kontekstual guna merangsang siswa untuk belajar berpikir tingkat tinggi melalui kegiatan berkelompok serta dialog antarsiswa maupun antara siswa dengan guru.

b. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

PBL bertujuan untuk mengembangkan dan menerapkan keterampilan vital, antara lain: pemecahan masalah belajar, kerjasama tim, dan pemerolehan pengetahuan luas (Wedyawati dan Lisa, 2018:

148). Arends (dalam Saefuddin dan Berdiati, 2015: 53) mengungkapkan bahwa Problem Based Learning (PBL) dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan penyelesaian masalah, dan keterampilan intelektualnya melalui situasi konkret. Model pembelajaran ini bertujuan membantu siswa dalam pengembangan keterampilan berpikir dan penyelesaian masalah (Sani, 2014: 2). Berdasarkan pendapat tersebut, Problem Based Learning (PBL) bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan penyelesaian masalah, keterampilan intelektualnya, kerjasama tim, dan pemerolehan pengetahuan luas melalui situasi konkret.

c. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Wedyawati dan Lisa (2018: 151-152) mengemukakan karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), sebagai berikut:

1) Belajar dimulai dengan suatu masalah

2) Memastikan masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa

3) Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah

(35)

4) Memberikan tanggung jawab kepada siswa dalam menjalankan langsung proses pelajar

5) Menggunakan kelompok kecil

6) Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah dipelajari dalam bentuk produk atau kinerja

Haryono (2019: 114-115) menyatakan karakteristik Problem Based Learning (PBL), sebagai berikut:

1) Mengorientasikan siswa pada masalah yang sebenarnya terjadi dan menghindari pembelajaran terisolasi

2) Berpusat pada siswa

3) Menciptakan pembelajaran interdisiplin

4) Penyelidikan terintegrasi dengan dunia nyata dan pengalaman praktis

5) Menghasilkan produk dan menyajikannya

6) Mengajarkan pada siswa untuk mampu menerapkan ilmu yang dipelajari dalam kehidupannya untuk jangka panjang

7) Pembelajaran secara kooperatif

8) Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing.

9) Masalah diformulasikan untuk memfokuskan dan merangsang pembelajaran

10) Masalah digunakan untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah

11) Informasi baru diperoleh melalui belajar mandiri

Nuryati (2018: 8-9) mengungkapkan karakteristik Problem Based Learning (PBL), sebagai berikut:

1) Learning is driven by challenging, open-ended, ill-defined and ill- structured, practical problems

2) Students generally work in collaborative groups 3) Teachers take on the role as “facilitators” of learning

Instructional activities are based on learning strategies, involving semantic reasoning, case based reasoning, analogical reasoning,

(36)

causal reasoning, and inquiry reasoning, these activities include creating stories, reasoning about case, concept mapping, causal mapping, cognitive hypertext crisscrossing, analogy making, and question generating

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan karakteristik Problem Based Learning (PBL), yaitu: (1) pembelajaran bersumber pada permasalahan kontekstual siswa; (2) pembelajaran berpusat pada siswa sehingga guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing; (3) adanya aktivitas siswa secara berkelompok; dan (4) tujuan pelaksanaan model pembelajaran ini yaitu mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dalam diri siswa.

d. Kelebihan Problem Based Learning (PBL)

Wedyawati dan Lisa (2018: 160-161) mengemukakan kelebihan Problem Based Learning (PBL), sebagai berikut:

1) Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan karena mereka yang menemukannya.

2) Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi

3) Pembelajaran lebih bermakna karena pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki oleh siswa

4) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran karena masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata.

5) Menjadikan siswa mandiri, dewasa, mampu mengapresiasi pendapat orang lain, dan menanamkan sikap sosial yang positif dengan siswa lain

6) Pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajaran dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar dapat diharapkan

7) Menumbuhkembangkan kemampuan kreativitas siswa baik secara individual maupun berkelompok

(37)

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (dalam Haryono, 2019: 119-120) menyatakan kelebihan Problem Based Learning (PBL), sebagai berikut:

1) Terjadi pembelajaran bermakna ketika siswa berhadapan dengan situasi dimana konsep diterapkan

2) Siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan 3) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif

siswa dalam bekerja, motivasi belajar internal, dan mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kelebihan Problem Based Learning (PBL), antara lain: (1) pembelajaran bermakna karena siswa berhadapan dengan permasalahan yang berkaitan dengan konsep yang diajarkan sehingga memudahkan mereka memahami konsep; (2) mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam diri siswa, seperti:

pemecahan masalah, berpikir kritis, berpikir kreatif; dan (3) melatih sikap menghargai pendapat orang lain, menanamkan sikap positif dalam bersosialisasi, serta mengembangkan keterampilan berkomunikasi melalui adanya kegiatan berkelompok.

e. Sintaks Problem Based Learning (PBL)

Di bawah ini tabel terkait sintaks model pembelajaran Problem Based Learning menurut Arends (Arends, 2013: 115).

Tabel 2.1 Sintaks untuk Problem Based Learning

Tahap Perilaku Guru

1. Mengarahkan siswa pada masalah

Guru meninjau ulang tujuan pembelajaran, menjabarkan persyaratan logistik yang penting dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah.

(38)

Tahap Perilaku Guru 2. Menyiapkan siswa

untuk belajar.

Guru membantu siswa mendefinisikan dan menyusun tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahan.

3. Membantu

penelitian mandiri dan kelompok.

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, mengadakan eksperimen, dan mencari penjelasan serta solusi.

4. Mengembangkan dan menyajikan artefak dan benda pajang.

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan mempersiapkan artefak yang sesuai seperti laporan, video, dan model, serta membantu mereka membagikan pekerjaan mereka dengan orang lain.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan permasalahan.

Guru membantu siswa untuk merefleksikan penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

Penjelasan rinci terkait tahapan Problem Based Learning dan perilaku guru yang diharapkan untuk setiap tahapnya, sebagai berikut:

1) Mengarahkan siswa pada masalah

Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengomunikasikan tujuan pembelajaran, membentuk sikap positif terhadap pembelajaran, dan menjabarkan apa yang diharapkan dilakukan siswa. Guru menyajikan suatu permasalahan kepada siswa semenarik dan seakurat mungkin supaya menarik minat siswa sehingga menghasilkan rasa ingin tahu serta kesenangan dalam diri mereka.

2) Menyiapkan siswa untuk belajar

Model pembelajaran ini menuntut guru untuk mengembangkan keterampilan kolaborasi antarsiswa dan membantu mereka menyelidiki masalah bersama-sama.

3) Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

Investigasi secara mandiri, berkelompok, maupun tim kecil merupakan inti dari PBL.

4) Mengembangkan dan menyajikan artefak serta benda pajang

(39)

Tahap penyelidikan diikuti penciptaan artefak dan benda pajang.

Artefak tersebut lebih dari laporan tertulis yaitu seperti rekaman video yang menunjukkan situasi permasalahan beserta usulan solusinya, model yang merepresentasikan fisik dari situasi permasalahan atau solusinya, dan program komputer serta presentasi multimedia. Benda pajang dapat berupa pameran sains dimana siswa memamerkan karya mereka untuk ditonton dan dievaluasi orang maupun presentasi verbal/ visual yang bertukar gagasan serta memberikan balikan.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Tahap akhir model pembelajaran ini melibatkan kegiatan yang bertujuan membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses- proses pemikiran mereka dan juga keterampilan penyelidikan serta intelektual yang digunakan. Guru meminta siswa merekonstruksi pemikiran mereka.

4. Pembelajaran IPA

a. IPA dan Pembelajarannya

Siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif dengan keterampilan, konsep, dan prinsip dalam pembelajaran IPA (Haryono, 2019: 32). Selain itu, siswa juga didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi yang kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan lama dalam pikirannya, dan merevisi aturan lama tersebut apabila tidak lagi sesuai (Haryono, 2019: 32).

Peneliti menyimpulkan bahwa siswa belajar mengembangkan keterampilan, memahami konsep, membangun pengetahuannya sendiri, dan menilai suatu informasi yang diperoleh melalui muatan pembelajaran IPA.

b. Hakikat IPA

Dewiki dan Sri Yunisti (dalam Tampubolon, 2014: 148) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji perihal gejala alam semesta. Hakikat IPA

(40)

dalam arti sempit adalah disiplin ilmu dari physical-sciences (ilmu fisika) dan life sciences (ilmu biologi). Asep Sulaeman (2010) (dalam Tampubolon, 2014: 148) menyatakan hakikat IPA meliputi empat unsur, antara lain: (1) sebagai produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; (2) sebagai proses berupa prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; (3) sebagai aplikasi berupa penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep dalam kehidupan sehari-hari; dan (4) pengembangan sikap berupa keingintahuan tentang objek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan permasalahan baru yang dapat diatasi dengan prosedur yang benar.

Chiappetta (dalam Fatonah dan Prasetyo, 2014: 6) mengungkapkan hakikat IPA sebagai a way of thinking (cara berpikir), a way of investigating (cara penyelidikan) dan a body of knowledge (sekumpulan pengetahuan). Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan hakikat IPA adalah cara berpikir, penyelidikan, dan pengetahuan terkait fenomena maupun gejala alam semesta.

c. Hakikat Pembelajaran IPA

Bambang Sumintono (dalam Fatonah dan Prasetyo, 2014: 8) menyatakan bahwa terdapat tiga fokus utama pembelajaran IPA, antara lain: (1) produk dari IPA yaitu pemberian beragam pengetahuan ilmiah yang penting diketahui siswa (hard skills), (2) IPA sebagai proses yang berfokus pada IPA sebagai metode pemecahan masalah guna mengembangkan keahlian pemecahan masalah siswa (hard skills dan soft skills) dan (3) pendekatan sikap, nilai ilmiah, serta kemahiran insaniah (soft skills). Bambang Sumintono (dalam Fatonah dan Prasetyo, 2014: 11) mengungkapkan pengajaran muatan pelajaran IPA berdampak penting karena berkaitan dengan (1) keberlangsungan manusia di dunia khususnya berhubungan dengan kebijaksanaan pemilihan tindakan terkait isu global dan (2) tuntutan angkatan kerja dalam lingkungan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (knowledge based economy).

(41)

Realita ini menunjukkan adanya kebutuhan agar pembelajaran IPA di sekolah harus efektif dan relevan. Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran guna mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang ditetapkan (Wisudawati dan Sulistyowati, 2014: 26). Peneliti menyimpulkan hakikat pembelajaran IPA adalah muatan pembelajaran yang berfokus pada produk, proses, dan pendekatan sikap ilmiah yang berdampak penting dalam kehidupan.

d. Tujuan Pembelajaran IPA

Trianto (dalam Tampubolon, 2014: 148) menjelaskan tujuan pembelajaran IPA bagi siswa, yaitu: (1) memahami konsep-konsep IPA dan hubungannya dalam kehidupan; (2) memiliki keterampilan proses guna mengembangkan pengetahuan maupun gagasan mengenai alam sekitar; (3) berminat mempelajari benda dan kegiatan di lingkungan, (4) bersikap ingin tahu, kritis, bertanggung jawab, bekerjasama, dan mandiri; (5) mampu menerapkan konsep IPA untuk menjelaskan peristiwa alam dan pemecahan masalah dalam kehidupan; (6) mampu menggunakan teknologi sederhana yang berdayaguna dalam pemecahan masalah; dan (7) mengenal serta memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sebagai wujud syukur terhadap Tuhan YME.

Berdasarkan pendapat pada alinea sebelumnya, peneliti menyimpulkan tujuan IPA adalah membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan memahami konsep, keterampilan proses, menerapkan konsep dalam mengatasi permasalahan yang terjadi kehidupannya, dan memupuk sikap peduli lingkungan.

e. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran IPA

Pendekatan scientific dalam pembelajaran menekankan pada pembentukan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Haryono, 2019: 105). Metode ilmiah mengutamakan teknik penyelidikan suatu fenomena, gejala maupun objek tertentu

(42)

guna memperoleh pengetahuan baru, membuktikan, mengoreksi, dan juga memadukan pengetahuan sebelumnya (Haryono, 2019: 105).

Dalam merancang pembelajaran menggunakan pendekatan scientific perlu dipadukan dengan berbagai model pembelajaran seperti discovery learning, problem based learning, project based learning, dan sebagainya (Haryono, 2019: 106-120). Pendekatan scientific merupakan suatu pendekatan yang mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui aktivitas penyelidikan suatu fenomena hingga berakhir pada penilaian suatu fenomena tersebut.

5. Sistem Pencernaan pada Manusia

a. Organ Pencernaan Manusia dan Fungsinya

Isnan. (2019). Tema 3: Makanan Sehat untuk SD/MI Kelas 5.

Sukoharjo: CV. Pustaka Persada.

1) Mulut

Mulut merupakan organ yang pertama mencerna makanan.

Makanan masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Makanan di dalam mulut akan dicerna secara mekanik dan kimiawi. Pencernaan secara mekanik dilakukan dengan menggunakan gigi. Sedangkan, pencernaan secara kimiawi dilakukan dengan bantuan enzim pencernaan. Berikut organ-organ mulut beserta fungsinya:

a) Lidah

Lidah merupakan organ di dalam mulut yang berfungsi sebagai indera pengecap. Selain itu, lidah meiliki fungsi lainnya, yaitu: membantu menelan makanan; membantu dalam proses mengunyah makanan; terdapat papila (tunas pengecap) sehingga lidah dapat merasakan rasa manis, asam, asin, dan pahit; dan membantu membolak-balikkan makanan sehingga semua makanan dihancurkan secara merata.

b) Gigi

Gigi berfungsi untuk mengunyah makanan menjadi halus.

Gigi terdiri dari tiga bagian, yaitu mahkota gigi, leher gigi,

(43)

dan akar gigi. Gigi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: gigi seri, gigi taring, dan gigi geraham. Gigi seri untuk memotong makanan. Gigi geraham untuk mengunyah makanan. Gigi taring untuk merobek makanan.

c) Kelenjar ludah

Kelenjar ludah menghasilkan ludah atau air liur (saliva).

Air liur mengandung enzim ptialin berfungsi mengubah zat tepung menjadi zat gula. Kelenjar ludah dalam rongga mulut ada tiga pasang, yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis.

2) Kerongkongan

Kerongkongan merupakan organ pencernaan yang menghubungkan mulut dengan lambung. Otot kerongkongan dapat berkontraksi secara bergelombang sehingga mendorong makanan masuk ke dalam lambung. Gerakan ini disebut gerak peristaltik.

3) Lambung

Lambung merupakan saluran pencernaan yang berbentuk seperti kantong. Pada organ ini makanan mengalami pencernaan secara mekanik dan kimiawi. Pencernaan secara mekanik dilakukan oleh otot lambung. Kontraksi otot lambung akan mengaduk-aduk makanan dan mencampurnya dengan getah lambung. Getah lambung berfungsi untuk membunuh kuman- kuman yang bercampur dengan makanan. Getah lambung juga berfungsi untuk memecah makanan agar mudah diserap oleh usus.

Getah lambung dihasilkan oleh dinding lambung. Proses pencernaan makanan menggunakan getah lambung ini yang dinamakan dengan proses pencernaan secara kimiawi. Getah lambung mengandung beberapa enzim, antara lain: asam klorida (HCl) berfungsi membunuh kuman yang terbawa oleh makanan, Pepsin berfungsi untuk mengubah protein menjadi pepton, dan

(44)

Renin serta Kasein yang hanya dimiliki manusia ketika bayi.

Renin memiliki fungsi untuk menggumpalkan protein susu.

Kasein atas bantuan kalsium dan lipase berguna untuk memecah lemak dalam susu.

4) Usus halus

Usus halus merupakan usus terpanjang dari saluran pencernaan manusia. Pada organ pencernaan ini terjadi proses pencernaan secara kimiawi dan penyerapan sari-sari makanan. Di dalam organ ini, terdapat enzim yang berasal dari dinding usus halus. Enzim tersebut, antara lain: sukrase (mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktusa), maltase (mengubah maltosa menjadi glukosa), dan laktase (mengubah laktosa menjadi glukosa). Usus halus terdiri dari 3 bagian, yaitu: usus dua belas jari, usus kosong, dan usus penyerapan.

a) Usus dua belas jari (Duodenum)

Makanan di dalam usus dua belas jari dicerna secara kimiawi dengan bantuan getah pankreas dan getah empedu.

Getah pankreas terdiri dari tiga enzim, yaitu: amilase berfungsi mengubah zat tepung (karbohidrat) menjadi zat gula, lipase berfungsi mengubah lemak menjadi gliserol dan asam lemak, dan tripsin berfungsi mengubah protein menjadi asam amino.

b) Usus kosong (Jejunum)

Usus kosong terletak diantara usus dua belas jari dan usus penyerapan. Usus kosong berfungsi untuk penyerapan nutrisi, seperti: protein; lemak; kolesterol; vitamin A, D, E, K; serta penyerapan air.

c) Usus penyerapan (Ileum)

Di dalam usus penyerapan terdapat jonjot usus yang berfungsi memperluas permukaan usus sehingga proses penyerapan makanan lebih sempurna. Di dalam jonjot usus terdapat pembuluh darah untuk menyerap sari-sari makanan.

(45)

Selanjutnya, darah akan mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh tubuh.

5) Usus besar

Usus besar berfungsi menyerap kelebihan air pada sisa makanan. Di usus besar terdapat bakteri Escherichia coli, yang membantu proses pembusukan sisa makanan menjadi feses dan menghasilkan vitamin K. Feses di dalam usus besar secara teratur didorong oleh gerakan peristaltik menuju ke rektum.

6) Rektum dan Anus

Feses disimpan di dalam rektum sampai waktunya dikeluarkan. Saat rektum berkontraksi, maka akan terjadi defekasi.

Defekasi merupakan proses pengeluaran feses melalui anus.

b. Proses Pencernaan Manusia

Isnan. (2019). Tema 3: Makanan Sehat untuk SD/MI Kelas 5.

Sukoharjo: CV. Pustaka Persada.

Proses pencernaan manusia dibagi menjadi dua, yaitu: pencernaan mekanik dan pencernaan kimiawi. Pencernaan mekanik berlangsung di dalam rongga mulut dengan bantuan gigi. Pencernaan secara kimiawi berlangsung di dalam mulut, lambung, dan anus dengan bantuan enzim. Proses pencernaan makanan di dalam tubuh manusia, sebagai berikut:

1) Ingesti : proses memasukkan makanan melalui mulut.

2) Mastikasi : proses mengunyah makanan menggunakan gigi.

3) Deglutisi : proses menelan makanan di kerongkongan.

4) Digesti : proses pemecahan makanan dari zat kompleks menjadi molekul-molekul lebih sederhana dengan bantuan enzim di lambung.

5) Absorpsi : proses penyerapan sari-sari makanan yang terjadi di usus halus.

6) Defekasi : proses pengeluaran sisa-sisa makanan yang sudah tidak dibutuhkan tubuh melalui anus.

(46)

Berikut beberapa organ tubuh yang bertanggung jawab dalam sistem pencernaan manusia:

1) Mulut

Proses pencernaan dimulai dari mulut. Di dalam mulut, makanan digigit, dikunyah, dan dilumat hingga halus. Air liur yang bercampur dengan makanan akan memecah bahan kimia dalam makanan tersebut dan membuat makanan menjadi lunak dan mudah ditelan. Lidah juga membantu mengarahkan makanan di dalam mulut agar dapat tergigit oleh gigi, dan mendorongnya untuk ditelan.

2) Kerongkongan

Setelah ditelan, makanan akan melewati tenggorokan (faring) dan kerongkongan (esofagus). Kerongkongan adalah saluran yang panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari faring hingga lambung.

Kerongkongan akan mengantarkan makanan yang sudah ditelan untuk diolah lebih lanjut di dalam lambung. Di dalam kerongkongan, terdapat katup yang disebut dengan epiglotis.

Bagian ini berfungsi untuk melindungi saluran napas ketika menelan makanan atau minuman. Jika makanan atau minuman masuk ke saluran pernapasan, maka Anda bisa mengalami batuk atau tersedak.

3) Lambung

Tempat bertemunya lambung dan ujung kerongkongan dijaga oleh otot khusus yang disebut lower esophageal sphincter. Otot ini berfungsi menjaga agar makanan yang telah masuk dan diolah di dalam lambung tidak kembali naik ke kerongkongan. Ketika masuk ke dalam lambung, makanan akan diaduk dan digiling.

Lambung mengeluarkan zat asam dan enzim untuk melanjutkan proses pemecahan makanan. Selain memecah makanan, lambung dapat membunuh bakteri yang mungkin ada di makanan yang dikonsumsi. Di dalam lambung, makanan akan dibuat menjadi

Gambar

Tabel 1.1 Persentase Hasil Belajar IPA pada Kondisi Awal
Gambar 2.1    Bagan literature map mengenai penelitian yang relevan Keterampilan  Pemecahan Masalah  Keterampilan Berpikir Kreatif  Model Pembelajaran Problem Based Learning
Gambar 3.1 Model PTK Menurut John Elliot
Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan ini membahas analisis return dan resiko saham–saham syariah yang selalu masuk dalam JII pasca krisis global 2008 (Januari 2009 – 30 Desember 2010), alat analisis

Sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis yang memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Wahyu Purnama 2014 Universitas

Formulir BOS 04 (Tertanggal Hari Senin, 4 Januari 2016) Beserta Fotokopi buku rekening BOS satu lembar.. Demi lancarnya proses pencairan mohon hadir tepat waktu dan

Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Diri sendiri Keluarga

Eksperimen Metode Asistensi Untuk Meningkatkan Kualitas Gambar Mata Diklat Mengatur Tata Letak Gambar Manual Dan Layout Di Smk Negeri 6 Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst) terhadap pemberian media penahan air yaitu spons. Penelitian ini menggunakan