• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar"

Copied!
251
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA NYARING MENGGUNAKAN MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA

INDONESIA UNTUK SISWA KELAS I I SD NEGERI DUKUH 2 SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Susana Beto

NIM: 121134237

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016

(2)

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA NYARING MENGGUNAKAN MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA

INDONESIA UNTUK SISWA KELAS I I SD NEGERI DUKUH 2 SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Susana Beto NIM: 121134237

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada:

 Tuhan Yesus yang selalu setia menjaga, melindungi dan menyertai perjalanan hidup saya

 Kepada Societas Yesus Maria Yoseph, khususnya Provinsi Makassar  Kedua orang tuaku tercinta: Bapak Stanislaus R Leban dan Ibu Maria S

Wadan

 Kedua adikku: Ito dan Yane

 Para suster komunitas JMJ Trimargo Wetan: Sr. Adolfien, Sr. Priska, Sr. Beatrix, Sr. Bibiana, Sr. Theresia, Sr. Kristin, Sr. Novike.

(6)

v MOTTO

Tetap Setia dan Bijaksana (Susana Beto)

Segala perkara dapat kutanggung didalam Dia, yang memberi kekuatan kepadaku. (Filipi 4:13)

Doa Pater Mathias Wolff. SJ (Pendiri Societas JMJ) Tuhan ubalah diriku menjadi diri-Mu sendiri agar aku boleh hidup di dalam Dikau dan untuk Dikau saja dan semoga melaksanakan kehendakMu yang suci menjadi satu-satunya kebahagiaanku di dunia ini.

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Penulis,

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Susana Beto

Nomor Mahasiswa : 12114237

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

”PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA NYARING MENGGUNAKAN MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK SISWA KELAS I I

SD NEGERI DUKUH 2 SLEMAN”

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya melalui internet tanpa perlu meminta ijin dari saya terlebih dahulu serta tanpa harus memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 29 November 2016 Yang menyatakan,

(9)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA NYARING MENGGUNAKAN MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA

INDONESIA UNTUK SISWA KELAS II SD NEGERI DUKUH 2 SLEMAN

Oleh:

Susana Beto (121134237) Universitas Sanata Dharma

2016

Kemampuan membaca nyaring siswa kelas II SD Negeri Dukuh 2 Sleman yang rendah mendorong peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SD tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca nyaring siswa dengan menggunakan media cerita bergambar pada siswa kelas II SD Negeri Dukuh 2 Sleman.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SD Negeri Dukuh 2 Sleman, tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 20 siswa. Media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cerita bergambar. Desain penelitian ini mengacu pada desain penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Taggart yang meliputi: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, 4) refleksi. Penelitian ini berlangsung selama dua siklus yang terdiri dari siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) tes, 2) observasi, dan 3) dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media cerita bergambar dapat meningkatkan proses kemampuan membaca nyaring. Hal ini ditujukkan dari nilai rata-rata kelas kemampuan memaca nyaring awal yang semula 60 pada siklus I mengalami peningkatan rata-rata kelas menjadi 66 dan pada siklus II rata-rata kelas menjadi 76.

(10)

ix ABSTRACT

IMPROVING THE ABILITY TO READ ALOUD USING THE MEDIA STORIES ILLUSTRATED ON INDONESIAN SUBJECT

TO 2nd GRADE OF SD NEGERI DUKUH 2 SLEMAN. By:

Susana Beto (121134237) Sanata Dharma University

2016

The low ability of students in reading aloud encourages researcher to conduct Action Research (PTK) in elementary school. This study aims to determine students' ability to read aloud using the medium of illustrated stories in 2nd Grade of SD Negeri Dukuh 2 Sleman.

This research is a classroom action research. The subjects were all students in 2nd Grade of SD Negeri Dukuh 2 Sleman, academic year 2016/2017. The number of students are 20 students. The media used in this study is a pictured story. This study design refers to the classroom action research design according to Kemmis and McTaggart which include: 1) planning, 2) action, 3) observation, 4) reflection. The study lasted for two cycles consisting of the first cycle and the second cycle. Each cycle consists of two meetings. The methods of data collection used in this research are as follows: 1) test, 2) observation, and 3) documentation.

The results of this study indicate that the use of pictured story media can improve the ability to read aloud. It is shown by the avereage score of the class in reading aloud. The average score in the beginning is 60. In the first cycle, the average score increased become 66. Then in the second cycle, the average score increased up to 76

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Maha Esa atas segala rahmat yang melimpah dalam hidup saya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring Menggunakan Media Cerita Bergambar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk Siswa Kelas II SDN Dukuh 2 Sleman’’.

Penulis menyadari banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini, dan tanpa bantuan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu melalui kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Kaprodi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Galih Kusumo. SPd., M.Pd. Dosen Pembimbing 1 yang telah membimbing dengan sabar dan menyemangati penulis sehingga karya ilmiah ini dapat terselesai.

(12)

xi

5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dengan sabar dan menyemangati penulis sehingga karya ilmiah ini dapat terselesai.

6. Elisabeth Desiana Mayasari, M.A sebagai Dosen Pembimbing Akademik 7. Teman-teman terhebatku: Erwina, Yahya, Fajar

8. Seluruh Dosen dan staff PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing dan melayani kami.

9. Himawan Marutiarti, S.Pd.SD Kepala SD Negeri Dukuh 2 Sleman. 10. Tumini, S. Pd. SD Guru Kelas II SD Negeri Dukuh 2 Sleman.

11. Kepada Pimpinan Societas JMJ, Para suster JMJ Povinsi Makassar, Jakarta, dan Manado, rekan-rekan Suster Komunitas Trimargo Wetan Yogyakarta (Sr. Adolfien, Sr Priska, Sr Beatrix, Sr Bibana, Sr Theresia, Sr Novike dan Sr Kristin) yang tak henti-hentinya selalu menyemangati, memberikan nasihat, dukungan dan doa sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Kedua orangtuaku, kedua adikku dan seluruh keluargaku yang tidak dapat kusebut satu persatu yang selalu mendukung, memberikan semangat motivasi dan doa.

13. Teman-teman PGSD USD atas semangat, dukungan dan kerjasama dalam proses perkuliahan.

Penulis,

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ...1 1.1 Latar Belakang ...1 1.2 Rumusan Masalah ...6 1.3 Batasan Masalah ...6 1.4 Tujuan Penelitian ...6 1.5 Manfaat Penelitian ...6

(14)

xiii

1.6 Definisi Operasional ...7

BAB II. LANDASAN TEORI ...9

2.1 Kajian putaka ...9

2.1.1 Kemampuan Membaca Nyaring ...9

2.1.2 Pengertian Membaca ...10

2.1.3 Media Cerita Bergambar ...25

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ...32

2.3 Kerangka Berpikir ...34

2.4 Hipotesis Tindakan ...36

BAB III. METODE PENELITIAN ...37

3.1 Jenis Penelitian ...37

3.2 Setting Penelitian ...41

3.3 Rencana Penelitian ...42

3.4 Rencana Tindakan Setiap Siklus ...43

3.5 Metode Pengumpulan Data ...49

3.6 Instrumen Penelitian ...51

3.7 Analisis Data ... 56

3.8 Kriteria Keberhasilan ...54

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...60

4.1 Hasil Penelitian ...60

4.1.1 Perencanaan ...60

(15)

xiv 4.1.3 Siklus II ...77 4.2 Pembahasan ...92 BAB V. PENUTUP ...95 5.1 Kesimpulan ...95 5.2 Keterbatasan Penelitian ...95 5.3 Saran ...96 DAFTAR REFERENSI ...97

(16)

xv

Tabel 3.1 Pedoman Penilaian ... 51

Tabel 3.2 Kisi-kisi Penelitian ... 52

Tabel 3.3 Klasifikasi Nilai ... 53

Tabel 3.4 Kriteria Indikator Keberhasilan ... 59

Tabel 4.1 Penilaian Kemampuan Membaca Siklus I Pertemuan 1 ... 72

Tabel 4.2 Penilaian Kemampuan Membaca Siklus I Pertemuan 2 ... 73

Tabel 4.3 Penilaian Kemampuan Membaca Siklus I Pertemuan 1 dan 2 ... 74

Tabel 4.4 Nilai kondisi Awal dan Siklus I ... 74

Tabel 4.5 Keberhasilan Siswa dalam Membaca Nyaring Pada Siklus I ... 76

Tabel 4.6 Penilaian Kemampuan Membaca Siklus II Pertemuan 1 ... 87

Tabel 4.7 Penilaian Kemampuan Membaca Siklus II Pertemuan 2 ... 88

Tabel 4.8 Penilaian Kemampuan Membaca Siklus II Pertemuan 1 dan 2 ... 89

Tabel 4.9 Nilai Rerata Kemampuan Membaca Nyaring ... 89

Tabel 4.10 Keberhasilan Siswa dalam Membaca Pada Siklus II ... 91

Tabel 4.11 Penilaian KKM ... 91

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literature Map ... 35

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas ... 38

Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring I ... 75

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemampuan membaca merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan belajar mengajar. Membaca merupakan cara yang paling efektif untuk mempelajari budaya suatu bangsa, bahkan membaca merupakan kunci utama sebagai pembuka segala rahasia kehidupan.

Menurut Abdurahman (2003: 200) membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa dengan tepat dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.

Kegiatan membaca sangat penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan membaca dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, seperti di sekolah-sekolah dalam kegiatan belajar mengajar. “Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting di samping tiga keterampilan berbahasa lainnya.

(19)

Hal ini karena membaca merupakan sarana untuk mempelajari dunia lain yang diinginkan sehingga manusia bisa memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan menggali pesan-pesan tertulis dalam bahan bacaan “(Somadayo, 2011:1). Namun dalam kenyataannya, kemampuan berbahasa siswa Sekolah Dasar, khususnya kemampuan dalam membaca dan menulis masih rendah. Rofi‟uddin dan Zuhdi (dalam Somadayo, 2011:4) mengemukakan bahwa “ sampai saat ini, penguasaan kemampuan baca-tulis lulusan SD masih jauh dari harapan”.

Pengajaran membaca diberikan sejak dini. “Pengajaran membaca yang diberikan di kelas I dan kelas II SD sepenuhnya ditekankan pada segi mekaniknya, artinya jenis keterampilan membaca yang dilatihkan adalah jenis membaca teknis dengan tujuan utama untuk mendidik siswa dari tidak bisa membaca menjadi pandai membaca. (Supriadi, 1992: 117). Dari pendapat tersebut, yang dimaksudkan dengan membaca teknis adalah membaca nyaring. “Membaca nyaring (reading aloud) maksudnya dapat melatih agar siswa bisa membaca dengan pelafalan atau ucapan yang benar” (Suyanto, 2007:64). Hal ini sependapat dengan Sabarti Akhadiah, dkk (1992:33) bahwa “tujuan pengajaran membaca ialah agar siswa dapat mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang ditulis, dengan intonasi yang wajar”.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi atau pengamatan di SD Negeri Dukuh 2 Sleman pada hari Jumat 08 April 2016, pukul 08.00-09.00, di kelas II yang berjumlah 20 siswa. Pada saat penelitian melakukan observasi, peneliti menemukan masalah pada rendahnya kemampuan membaca nyaring.

(20)

Kebanyakan siswa masih membaca dengan monoton, tanpa memperhatikan teknik-teknik membaca nyaring dengan baik (seperti: lafal intonasi, tanda baca, jeda, dan lain sebagainya).

Pelly, 1992 (dalam Zamzani, 1996:75) mengatakan bahwa “pelajaran membaca dan menulis yang dahulu merupakan pelajaran dan latihan pokok yang kini mendapatkan perhatian, baik dari para siswa maupun para guru”. Sejalan dengan pendapat di atas, pengajaran membaca memang sering diabaikan sehingga kemampuan membaca siswa itu rendah. Rendahnya kemampuan membaca nyaring di atas merupakan masalah yang dihadapi oleh guru. Jika masalah tersebut tidak segera ditangani, maka siswa akan mengalami kesulitan untuk mempelajari aspek-aspek berbahasa yang lain seperti menyimak, berbicara, dan menulis. Selain itu, siswa juga akan mengalami kesulitan dalam memahami suatu bacaan.

Kegiatan membaca merupakan usaha memahami informasi yang disampaikan melalui lambang tulisan, (Nugiyantoro, 2010: 283). Membaca sangat penting dalam setiap bidang kehidupan terlebih lagi dalam proses pembelajaran. Tentu saja, dalam setiap proses pembelajaran pasti ada kegiatan membaca. Seseorang yang kemampuan membacanya rendah pasti akan sulit memahami bacaan. Padahal dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang paling utama adalah kegiatan membaca. Begitu juga dengan pelajaran-pelajaran lainnya tidak akan terlepas dari kegiatan membaca. Jika hal itu dibiarkan, maka siswa akan mengalami kesulitan atau bahkan segan untuk belajar. Siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca nyaring akan berpengaruh pada pelajaran lainnya.

(21)

Bagaimana siswa dapat belajar jika siswa itu tidak dapat memahami suatu bacaan. Oleh karena itu, kemampuan membaca nyaring tersebut sangat mutlak untuk dimiliki.

Berdasarkan pengamatan, dokumentasi, dan wawancara dengan guru wali kelas SD Negeri Dukuh 2 Sleman peneliti pada hari Jumat 08 April 2016, terdapat kondisi yang tidak mendukung siswa dalam kemampuan membaca nyaring. Kondisi tersebut adalah: pertama, siswa kurang memiliki kegemaran untuk membaca. Siswa kurang membiasakan diri dalam membaca. Di kelas, siswa tidak membaca jika tidak diperintahkan oleh gurunya dan siswa kurang berani untuk membaca sendiri di depan kelas. Kedua, pembelajaran yang konvensional sehingga guru belum bisa memberikan materi pelajaran dengan menarik. Pelajaran hanya berlangsung satu arah, yaitu guru hanya memberikan materi pelajaran dan siswa hanya duduk mendengarkan. Ketiga nilai rerata siswa dalam membaca nyaring yaitu mendapat nilai sebesar 60 dari kondisi awal siswa. Jadi siswa yang tuntas KKM ada 11 orang dan siswa yang tidak tuntas KKM ada 9 orang. Nilai rerata tersebut belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah mendapat nilai sebesar 65. Keempat, tidak adanya media pembelajaran sehingga dapat mempersulit siswa dalam membaca nyaring. Guru tidak menggunakan media dalam pembelajaran.

Setelah dilakukan pengamatan dan wawancara diketahui bahwa faktor utama penyebab rendahnya kemampuan membaca nyaring siswa adalah tidak adanya penggunaan media pembelajaran. Arsyad (2009:4-5) mengemukakan

(22)

bahwa “media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar”. Dalam proses belajar mengajar, kehadiran suatu media mempunyai arti yang cukup penting. Dengan kehadiran suatu media tersebut siswa mampu termotivasi untuk belajar.

Buku bacaan cerita yang menampilkan teks narasi secara verbal dan disertai gambar-gambar ilustrasi itu disebut sebagai buku bergambar atau buku cerita bergambar” (Nurgiyantoro, 2005:152). Buku cerita bergambar sering disebut cerita bergambar. Jadi, cerita bergambar adalah cerita dalam bentuk teks narasi atau kata-kata dan gambar-gambar merupakan kesatuan yang padu, sehingga ilustrasi tersebut menggambarkan keseluruhan alur narasi. Untuk lebih meningkatkan keefektifan pengajaran melalui gambar, sebaiknya gambar itu harus bagus, jelas, mudah dimengerti, dan harus menggambarkan keadaan yang sebenarnya (Wijaya dan Rusyan, 1991:140-141). Media gambar yang menarik, dan menjadikan siswa memberikan respon awal terhadap proses pembelajaran. Dengan adanya bantuan media cerita bergambar, siswa tidak hanya membayangkan isi bacaan sesuai dengan peresepsi mereka. Akan tetapi, siswa juga dapat memiliki gambaran yang jelas mengenai isi bacaan tersebut. Menurut peneliti, penggunaan media cerita bergambar merupakan upaya efektif untuk dapat meningkatkan kemampuan membaca nyaring siswa. Pembelajaran dengan menggunakan media cerita bergambar ini diharapkan dapat meningkatkan

(23)

kemampuan membaca nyaring siswa kelas II SD Negeri Dukuh 2 Sleman dapat meningkat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah penggunaan media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca nyaring pada siswa kelas II SD Negeri Dukuh 2 Sleman? 1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada penggunaan media cerita bergambar kelas II SDN Dukuh 2 Sleman dengan pembelajaran membaca nyaring dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan Standar Kompetensi 7. Memahami ragam wacana tulisan dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati Tahun ajaran 2016/2017.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasakan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah Meningkatkan kemampuan membaca nyaring dengan menggunakan media cerita bergambar pada siswa kelas II SD Negeri 2 Sleman.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terutama dalam pembelajaran membaca nyaring dengan menggunakan media cerita bergambar pada siswa Sekolah Dasar:

(24)

1.5.1 Bagi siswa dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan membaca nyaring, dan meningkatkan motivasi siswa dalam membaca nyaring dengan penggunaan media cerita bergambar.

1.5.2 Bagi Guru dapat memberikan masukan penggunaan media cerita bergambar dalam pembelajaran membaca nyaring siswa, dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran membaca nyaring.

1.5.3 Bagi Sekolah dapat menambah bahan bacaan penelitian yang dapat dijadikan sebagai inspirasi dalam mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media cerita bergambar.

1.5.4 Bagi Peneliti dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti tentang media cerita bergambar yang digunakan pada setiap mata pelajaran dengan menggunakan media cerita bergambar.

1.6 Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.6.1 Kemampuan membaca nyaring merupakan kemampuan membaca dengan menyuarakan lambang-lambang tertulis (huruf, suku kata, kata/frase, kalimat) dengan memperhatikan aspek-aspek kemampuan

membaca nyaring (lafal, intonasi, jeda, tanda baca) agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi serta memahami makna yang terkandung dalam suatu bacaan tersebut.

(25)

1.6.2 Cerita merupakan Bahasa tulisan yang tersusun dari rangkaian kata sehingga menjadi sebuah kalimat, dan susunan kalimat menjadi sebuah paragraf cerita.

1.6.3 Media Cerita Bergambar merupakan media pembelajaran yang digunakan untuk mempermudah penyampaian materi pembelajaran tentang membuat cerita. Media ini berupa gambar yang menarik disertai dengan cerita yang menarik berdasarkan gambar.

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kemampuan Membaca Nyaring 2.1.1.1 Pengertian Kemampuan

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1976: 628) mampu berarti kuasa (sanggup melakukan sesuatu). Selain uraian kamus tersebut, mampu juga memiliki persamaan kata yaitu “dapat” ataupun “bisa”. Menurut Zainal dalam Yusdi (20010: 10) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kit berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadianti (2001: 3) kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil. Menurut Robbin (2007: 57) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.

Berdasarkan pengertian tiga ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kecakapan atau potensi seseorang untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.

2.1.1.2 Pengertian Membaca

Membaca merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang kompleks dan rumit. Menurut Soedarso (1991: 4), “membaca adalah aktivitas yang

(27)

kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah. Adler dan Doren (2007: 7) juga mengemukakan bahwa “membaca adalah aktivitas yang kompleks, sama seperti menulis. Ia berdiri dan banyak tindakan mental yang terpisah, dan semuanya harus dilakukan agar bisa membaca dengan baik”. dalam Faridda (2009: 2), “membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif”. Hal ini senada dengan pendapat Prasetyono (2008: 57), “membaca merupakan serangkaian kegiatan pikiran yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memahami suatu informasi melalui indera penglihatan dalam bentuk simbol-simbol yang rumit, yang disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai arti dan makna”.

Godman (dalam Somadayo, 2011: 6) juga menyatakan bahwa “membaca adalah suatu kegiatan memetik makna atau pengertian yang bukan hanya dari deretan kata yang tersurat (reading the lines), melainkan makna di balik deretan yang terdapat diantara baris (reading between the lines), bahkan juga makna yang terdapat di balik deretan baris tersebut (reading beyond the lines)”. Kegiatan membaca bukanlah proses yang pasif, tetapi merupakan suatu proses yang aktif artinya seorang pembaca harus aktif berusaha memahami isi dari suatu bacaan. Nurgiyantoro (2010: 368) mengemukakan bahwa “kegiatan membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan”.

(28)

Kegiatan membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan”.

Nugriyantoro (2010: 283) dapat menambahkan bahwa “kegiatan membaca merupakan usaha memahami informasi yang disampaikan melalui lambang tulisan”. Kegiatan membaca sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam pembelajaran bahasa di sekolah. Siswa tidak hanya dituntut untuk bisa membaca saja, akan tetapi juga mengetahui dan memahami makna dari informasi yang ada dalam bacaan tersebut. Hodgson, 1960 (dalam Tarigan, 2008: 7), mengemukakan bahwa “membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/tulisan”.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu aktivitas yang kompleks dan rumit, untuk menafsirkan lambang-lambang tertulis sehingga diperoleh makna atau pesan yang terkandung dalam bahasa tulis tersebut.

2.1.1.3 Tujuan Membaca

Kegiatan membaca memiliki beberapa tujuan. Seperti yang dikemukakan oleh Tarigan (2008: 9), bahwa” tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan”. Sesuai dengan pendapat tersebut, Akhadiah, dkk (1992: 33) juga mengemukakan bahwa “dengan kemampuan membaca yang memadai, mereka akan lebih mudah menggali informasi dari berbagai sumber tertulis”. Dengan membaca, siswa akan

(29)

mengetahui dan memahami makna di balik isi bacaan tersebut. Secara lebih rinci, Supriyadi (1992: 117) mengelompokkan tujuan membaca adalah sebagai berikut:

1. Mengisi waktu luang atau mencari hiburan. 2. Kepentingan studi (secara akademik).

3. Mencari informasi, menambah ilmu pengetahuan. 4. Memperkaya perbendarahaan kosakata, dan lain-lain.

Selain itu, Blanton, dkk dan Irwin (dalam Farida, 2009: 11-12) juga menyebutkan beberapa tujuan membaca itu adalah sebagai berikut.

1. Kesenangan.

2. Menyempurnakan membaca nyaring. 3. Menggunakan strategi tertentu.

4. Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik.

5. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya. 6. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tulisan.

7. Menginformasikan atau menolak prediksi.

8. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks.

9. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik. 2.1.1.4 Manfaat Membaca

Membaca merupakan kegiatan yang sangat vital. Somadyayo (2011: 2) menyatakan bahwa “membaca merupakan salah satu diantara empat keterampilan

(30)

bahasa (menyimak, berbicara, membaca, menulis) yang penting untuk dipelajari dan dikuasai oleh setiap individu. Dengan membaca, seseorang dapat bersantai, berinteraksi dengan perasaan dan pikiran, memperoleh informasi, dan meningkatkan ilmu pengetahuan”. Syafi”ie (dalam Somadayo, 2011: 3) juga menyatakan bahwa “sebagai bagian dari keterampilan berbahasa, keterampilan membaca mempunyai kedudukan yang sangat penting dan strategis karena melalui membaca, orang dapat memahami kata yang diutarakan seseorang”.

Kegiatan membaca sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Siswa belajar tidak terlepas dari kegiatan membaca. Siswa yang dapat merasakan manfaat dari kegiatan membaca. Siswa yang dapat merasakan manfaat dari kegiatan membaca akan termotivasi untuk terus belajar. Menurut Burns, dkk, (dalam Farida, 2009: 1), kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Namun, siswa yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar”.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat membaca dapat memperoleh informasi, dan meningkatkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, kegiatan membaca sangat diperlukan.

2.1.2 Pengertian Membaca Nyaring

Proses membaca dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis. Menurut Tarigan (2008: 23), ditinjau dari segi terdengar atau tindakannya suara pembaca waktu dia membaca, proses membaca dapat dibagi atas:

(31)

a. Membaca nyaring, membaca bersuara, dan membaa lisan (reading out loud, oral reading, reading aloud) dan,

b. Membaca dalam hati (silent reading)

Kridalaksana, 1993 (dalam Haryadi dan Zamziani, 1996: 32) menyatakan bahwa” membaca adalah keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras”. Bentuk pemahaman diam-diam disini maksudnya adalah membaca dalam hati, sedangkan bentuk pengujaran keras-keras maksudnya adalah membaca nyaring. Menurut Supriyadi (1992: 115), “di Sekolah Dasar jenis membaca dengan cara menyaringkan atau menyurakan apa yang dibaca sebagian besar atau bahkan sepenuhnya dilakukan pada peringkat kelas I dan II. Untuk peringkat-peringkat kelas yang lebih tinggi, frekuensi kegiatan membaca teknis semakin dikurangi”.

Membaca nyaring merupakan suatu kegiatan membaca lisan yang bermanfaat bagi anak-anak jika maksud dan tujuan membaca nyaring diarahkan dengan baik serta berguna bagi mereka sendiri. Dalam kegiatan ini menyimak tidak dapat dikesampingkan. Maksud dan tujuan dari penyimakan disini adalah untuk memahami bacaan yang dibacakan orang lain.

Kelompok studi bahasa dan sastra Indonesia (1991: 26) menyatakan bahwa membaca nyaring merupakan kegiatan membaca lanjutan yang dimaksudkan untuk membagi informasi dengan orang. Sebelum membaca nyaring hendaknya pembaca telah menangkap dan memahami informasi, pikiran

(32)

dan perasaan pengarang yang tertuang dalam bahan bacaan. Kegiatan membaca ini dilakukan dengan menyarankan (barking at print) bahan bacaan dengan kecepatan dan pelafalan seperti orang berbicara.

Crawley dan Mountain (dalam Rahim 20015: 123) menjelaskan bahwa membaca nyaring hendaknya mempunyai tujuan tertentu dan tidak mengggunakan fomat round robin. Yang maksudkan dengan format roud robin ialah setiap siswa secara random mendapat giliran untuk membaca nyaring satu paragraph. Membaca nyaring pada siswa lebih menfokuskan pada pengenalan kata, menjadi kata (decoding) dari pada menyimak isi dan memahami apa yang sedang di baca siswa lain. Oleh sebab itu, guru hendaknya memberikan informasi tentang tujuan membaca dalam hati dan membaca nyaring tersebut. Terkait dengan pendapat Crawley dan Mountain, Rubin (dalam Rahim 2005: 123) menjelaskan bahwa kegiatan yang paling penting untuk membangun pengetahuan dan keterampilan berbahasa siswa memerlukan membaca nyaring.

Membaca nyaring adalah sebuah pendekatan yang memuaskan serta memenuhi berbagi ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah keterampilan minat. Oleh karena itu, dalam mengajarkan keterampilan-keterampilan membaca nyaring guru harus memahami proses komunikasi dua arah. Lingkaran komunikasi belumlah lengkap kalau pendengar belum memberi tanggapan secukupnya terhadap pikiran atau perasaan yang diekspresikan oleh si pembaca.

Membaca nyaring yang dilakukan guru merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi siswa. Tidak mengherankan jika cerita favorit yang

(33)

dibacakan guru atau orangtua lebih diingat siswa dibandingkan dengan crita yang dibacakan dari buku teks. Selain itu, membaca nyaring sering merangsang mereka untuk membaca kembali cerita yang dibacakan guru dan lebih mengakrabkan mereka pada karya sastra. Kegiatan membaca nyaring sangat penting karena banyak keuntungan yang diperoleh siswa. Oleh karena itu, guru perlu membuat suatu program kegiatan membaca nyaring yang efektif.

Menurut Harylesmana (2009: 1) membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan, intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, sikap ataupun pengalaman.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca nyaring adalah suatu keterampilan membaca yang komplek, rumit, dan banyak seluk beluknya, yaitu kegiatan menyuarakan tulisan dari pembaca yang melibatkan penglihatan, ingatan, pendengaran, dan ingatan yang bersangkut paut dengan otot-otot manusia yang bertujuan untuk menangkap serta informasi, pikiran dan perasaan seorang pengarang.

2.1.2.1 Manfaat Membaca Nyaring

Kemampuan membaca nyaring memang sangat diperlukan. Rothlein dan Meinbach, 1993 (dalam Farida, 2009: 124-125) mengemukakan bahwa membaca nyaring untuk siswa merupakan kegiatan berharga yang bisa meningkatkan keterampilan menyimak, menulis, dan membantu perkembangan siswa untuk mencintai buku dan membaca cerita sepanjang hidup mereka. Selain itu, Rubin,

(34)

1993 (dalam Farida, 2009: 123-124) juga menjelaskan tentang manfaat membaca nyaring.

Kegiatan yang paling penting untuk membangun pengetahuan dan keterampilan berbahasa siswa memerlukan membaca nyaring. Program yang kaya dengan membaca nyaring dibutuhkan untuk semua siswa karena membantu siswa memperoleh fasilitas menyimak, memperhatikan sesuatu secara lebih baik, memahami suatu cerita, mengingat secara terus menerus pengungkapan kata-kata, serta mengenali kata-kata baru yang muncul dalam konteks lain.

Selain itu, manfaat membaca nyaring tidak hanya dirasakan oleh siswa tetapi juga dapat dirasakan oleh guru. Seperti yang dikemukakan oleh Harris dan Sipay, 1980 (dalam Farida, 2009: 124) bahwa membaca bersuara mengonstribusikan seluruh perkembangan siswa dalam banyak cara, diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Membaca nyaring memberikan guru suatu cara yang tepat dan valid untuk mengevaluasi kemajuan keterampilan membaca yang utama, khususnya pemenggalan kata, frasa, dan untuk menemukan kebutuhan pengajaran yang spesifik.

b. Membaca nyaring memberikan latihan berkomunikasi lisan untuk pembaca dan bagi yang mendengar untuk meningkatkan keterampilan menyimaknya.

c. Membaca nyaring juga bisa melatih siswa untuk mendramatisasikan cerita dan memerankan pelaku yang terdapat dalam cerita.

(35)

d. Membaca nyaring menyediakan suatu media dimana guru dengan bimbingan yang bijaksana, bisa bekerja untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri, terutama lagi dengan siswa yang pemalu.

Kegiatan membaca nyaring memang memiliki banyak manfaat, khususnya bagi siswa. Gruber, 1993 (dalam Farida, 2009: 125) mengemukakan lebih rinci manfaat dan pentingnya membaca nyaring untuk siswa adalah sebagai berikut.

a. Memberikan contoh kepada siswa proses membaca secara positif. b. Mengekspos siswa untuk memperkaya kosa katanya.

c. Memberi siswa informasi baru.

d. Mengenalkan kepada siswa dari aliran sastra yang berbeda-beda.

e. Memberi siswa kesempatan menyimak dan menggunakan daya imajinasinya.

2.1.2.2 Pelaksanaan Membaca Nyaring.

Dalam pelaksanaan membaca nyaring, ada siswa yang sudah lancar membaca dan ada juga siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca. Dalam hal ini guru harus memperhatikan tingkat kemampuan membaca siswa. Olivia (2008: 19-20) menjelaskan tentang strategi guru dalam menghadapi siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bacalah bacaan atau cerita untuknya dan bicarakanlah gambar-gambar, orang-orang dan kejadiannya.

(36)

2. Kemudian, baca ulang sambal menunjukkan setiap kata sembari jari anda bergerak mengikuti garis tulisan.

3. Ajaklah siswa anda menyimak dan memperhatikan kata-kata pada saat anda sedang membaca.

4. Bacalah ulang cerita bersama-sama, kadang-kadang berhentilah sejenak agar siswa meneruskan membaca sendiri sebuah kata atau menyelesaikan sebuah kalimat.

5. Pada saat kemampuan dan rasa percaya diri siswa meningkat, doronglah dia untuk banyak membaca materi tersebut dan kurangi peranan anda dalam membaca materi.

6. Pada saat siswa membacakan materi untuk anda, ingatlah untuk memujinya pada saat dia membaca sebuah kalimat dengan benar, mengoreksi kesalahannya sendiri, dan mengucapkan sebuah kata setelah anda membantunya.

7. Sebaiknya jangan membuat pertanyaan negatif atau memusatkan perhatian pada kesalahan-kesalahannya. Jika dia belum benar dalam membaca sebuah kata, jelaskan belum benar dalam membaca sebuah kata, jelaskan maksudnya misalnya arti sebuah kata atau beri contoh benda atau kata yang dimaksudkan.

8. Jika dia tetap belum dapat memahami kata tersebut dengan benar, bacalah sendiri kata tersebut, kemudian mintalah agar dia meneruskan membaca.

(37)

Dalam bahasa Indonesia terdapat banyak tanda baca (pungtuasi). Misalnya tanda titik (.) tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda hubung (-), dan masih banyak lagi. Tanda-tanda baca itu harus dipergunakan dengan tepat dalam pembuatan kalimat. Maka dari itu pengajaran membaca nyaring di Sekolah Dasar dilaksanakan di kelas rendah. Menurut Supriyadi (1992: 124) pelaksanaan pengajaran membaca nyaring menekankan pada segi:

1. Penguasaan lafal bahasa Indonesia dengan baik dan benar, 2. Penguasaan jeda, lagu, dan intonasi yang tepat,

3. Penguasaan tanda-tanda baca,

4. Penguasaan mengelompokkan kata/frase ke dalam satuan-satuan ide (pemahaman)

5. Penguasaan menggerakkan mata dan memelihara kontak mata, dan 6. Penguasaan berekspresi (membaca dengan perasaan)

Pengajaran membaca nyaring dilaksanakan di kelas rendah (kelas I, II, dan III). Menurut Tarigan (2008: 26), daftar keterampilan berikut ini sangat menolong para guru dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam membaca nyaring pada kelas rendah.

Kelas I:

1. Menggunakan ucapan yang tepat.

2. Menggunakan frase yang tepat (kata demi kata).

(38)

4. Memiliki perawakan dan sikap yang baik serta merawat buku dengan baik.

5. Menguasai tanda-tanda baca sederhana, seperti: titik (.) koma (,) tanda tanya (?) tanda seru (!).

Kelas II:

1. Membaca dengan terang dan jelas.

2. Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi. 3. Membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa terbata-bata. Kelas III:

1. Membaca dengan penuh perassaan, ekspresi. 2. Mengerti serta memahami bahan bacaan.

Pelaksanaan kegiatan membaca nyaring dapat dibimbing oleh guru. Guru memberikan contoh dalam membaca nyaring, dan para siswa memperhatikannya. Suyanto (2007: 129) menjelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam membaca nyaring seperti berikut ini.

Pada saat membaca teks, guru melafalkan dengan suara yang cukup keras agar seluruh siswa mendengar dengan baik. Selain itu, guru perlu menyesuaikan suaranya dengan suara tokoh cerita, terutama kalau ada dialog dalam cerita itu. Kalau perlu, suara guru berubah sesuai dengan situasinya agar cerita terdengar lebih hidup. Biasanya dalam kegiatan membaca ini guru duduk di tengah-tengah siswanya agar lebih akrab dengan mereka.

(39)

Pembelajaran membaca nyaring lebih ditekankan pembelajaran membaca nyaring oleh guru. Dalam hal ini guru sebagai model, siswa memperhatikan guru dalam membaca nyaring tersebut. Buku “The New Read-Aloud Handbook” yang populer di Amerika Serikat (dalam Farida, 2009: 126-127) meninjau keuntungan dan kesenangan siswa pada membaca nyaring dan apa yang boleh/tidak boleh dilakukan dalam membaca nyaring, adalah sebagai berikut.

1. Mulai membacakan cerita pada awal pertama di kelas.

2. Sebelum membaca cerita atau puisi, akrabilah lebih dahulu materi bacaan tersebut. Dengan demikian, guru akan mengetahui bagian cerita yang perlu mendapat tekanan, kata atau konsep yang diperlukan sebelum membaca untuk menghindari kebingungan, dan suasana hati yang perlu ditampilkan.

3. Wacana yang panjang sebaiknya diperpendek, supaya pengajaran membaca lebih lancar, dan latihlah membaca suatu cerita atau bagian cerita dengan nyaring sebelum membacakannya pada siswa.

4. Selalu mendiskusikan isi bahan bacaan dengan siswa untuk membangkitkan minat siswa pada buku.

5. Suruh siswa duduk dengan senang dalam setengah lingkaran di sekitar anda dan singkirkan semua gangguan. Adakan kontak mata selama membaca cerita berlangsung.

6. Duduk pada kursi rendah dekat siswa dan peganglah buku sedemikian rupa sehingga mereka bisa melihat ilustrasi.

(40)

7. Jadikan kegiatan ini mengasyikkan, ekspresikanlah emosi-emosi yang dibangkitkan oleh cerita atau puisi dan bawalah sastra ke dalam suasana yang hidup melalui gerakan, sound effect, dan perubahan nada suara. 8. Apabila memungkinkan doronglah siswa berpartisipasi dalam membaca,

misalnya mereka mungkin ingin menceritakan buku atau mendeklamasikan suatu puisi.

9. Secara periodik, berilah mereka pertanyaan untuk meningkatkan pemahaman dan minat siswa.

10. Jika tidak mungkin menyelesaikan seluruh bagian atau bab pada suatu bacaan, cobalah berhenti pada bagian cerita yang menegangkan.

11. Pada penyelesaian cerita atau puisi berikan kesempatan kepada siswa untuk merenungkan apa yang telah mereka dengar dan meneliti (menyelidiki) perasaannya sendiri.

12. Setelah menyelesaikan seluruh cerita, berikan waktu kepada siswa untuk mengekspresikan perasaan mereka secara bebas.

Menurut Rothlein dan Meinbach, 1993 (dalam Farida, 2009: 128), hal-hal yang perlu diingat dalam membaca nyaring antara lain sebagai berikut.

1. Seni menyimak merupakan sesuatu yang bermanfaat dan mesti diajarkan. 2. Panjang dan pendek mata pelajaran yang dibacakan hendaknya bervariasi. 3. Jika membacakan buku cerita bergambar, guru harus yakin siswa bisa

melihat gambar tersebut dengan jelas.

(41)

5. Sesudah membaca sediakan waktu untuk diskusi, mengekspresikan secara lisan, tertulis ataupun ekspresi artistik.

6. Jangan belokkan diskusi menjadi bentuk ujian.

7. Bacalah teks tersebut dengan penuh ekspresi dan bacalah pelan-pelan. 8. Sebelum membaca buku tersebut di depan kelas, tinjaulah buku tersebut

lebih dahulu.

Rothlein dan Meinbach, 1993 (dalam Farida, 2009: 128) juga menyebutkan hal-hal yang harus dihindari waktu membaca nyaring antara lain sebagai berikut.

1. Jangan membacakan cerita yang anda sendiri tidak menyukainya. 2. Jangan teruskan membaca cerita jika ternyata buku tersebut pilihan yang

salah.

3. Jangan bingung dengan pertanyaan yang diajukan siswa selama membaca, dan diskusikan dengan siswa pendapat dan kesimpulan mereka.

4. Ciptakan pertanyaan terbuka yang mengharuskan siswa memusatkan perhatian pada bagian tertentu dari sebuah buku.

Zuchdi dan Budiasih (1996: 131) mengemukakan bahwa “salah satu cara mengevaluasi membaca nyaring ialah meminta siswa memilih bagian buku yang disenangi yang baru saja mereka baca, untuk dibacakan di depan kelas”. Setelah guru memberikan contoh, kemudian siswa dapat mempraktekkannya sendiri membaca nyaring di depan kelas secara bergiliran. Atau dapat juga para siswa

(42)

membaca nyaring secara klasikal terlebih dahulu, kemudian siswa secara individual membaca nyaring di depan kelas.

2.1.3 Media Cerita Bergambar. 2.1.3.1 Pengertian Media

Kehadiran media sangat membantu kelancaran suatu proses pembelajaran. Dengan adanya media pembelajaran, proses pembelajaran akan terlaksana secara efektif. Selain itu, proses pembelajaran akan lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Heinich dan Rusello, 1982 (dalam Suyanto, 2007: 101) mengemukakan istilah media berasal dari bahasa Latin medium yang arti secara umum adalah alat komunikasi atau antara, yaitu apa saja

yang membawa informasi antara source (sumber) dan receiver (penerima). Benda-benda tersebut disebut instructional media apabila barang-barang tersebut dipakai untuk menyampaikan pesan dalam lingkungan pendidikan. Lebih lanjut, Romiszowski (dalam Suyanto, 2007: 101) menyatakan hal yang sama dengan Heinich, yaitu bahwa media merupakan carriers of the messages, yaitu alat untuk menyampaikan pesan guru kepada siswa.

Gagne, 1970 (dalam Sadiman, dkk, 2009: 6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs, 1970 (dalam Sadiman, dkk, 2009: 6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Lebih lanjut, Arsyad (2009: 4-5)

(43)

mengemukakan bahwa “media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar”. Gagne dan Briggs, 1975 (dalam Arsyad, 2009: 4) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang ada di lingkungan siswa yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan berupa bahan pelajaran, sehingga dapat merangsang belajar siswa dan mengefektifkan proses pembelajaran.

2.1.3.2 Pengertian Cerita Bergambar

Istilah cerita tak terlepas dari pembelajaran bahasa di sekolah. Cerita merupakan salah satu karya sastra yang diajarkan secara seimbang dan terpadu dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Karya sastra cerita relevan bagi siswa Sekolah Dasar bahkan lebih disukai siswa daripada bacaan non cerita (Santoso, 2008: 7).

Kemampuan siswa-siswa Sekolah Dasar dalam memahami suatu teks cerita berbeda-beda. Dalam membaca cerita, ada siswa yang mudah memahami isi cerita dan ada juga yang sulit untuk memahami isi cerita. Oleh karena itu, diperlukan suatu media untuk membantu siswa memahami isi cerita. “Dalam

(44)

pembelajaran apresiasi cerita di Sekolah Dasar,sebaiknya siswa diberikan objek konkret untuk membantu siswa memahami teks cerita” (Santoso, 2008: 7).

Salah satu media yang dapat membantu siswa dalam memahami suatu teks cerita yaitu gambar. “Pengajaran akan lebih efektif apabila objek dan kejadian yang menjadi bahan pengajaran dapat divisualisasikan secara realistik menyerupai keadaan yang sebenarnya, namun tidaklah berarti bahwa media harus selalu menyerupai keadaan yang sebenarnya” (Sudjana dan Rivai, 2002: 9). Di antara media pembelajaran yang ada, media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan siswa Sekolah Dasar lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambarnya disajikan dengan sangat menarik dan imajinatif. “Pesan visual yang paling sederhana, praktis, mudah dibuat dan banyak diminati siswa pada jenjang pendidikan dasar adalah gambar, terlebih lagi gambar berwarna” (Sudjana dan Rivai, 2002: 10). “Gambar berfungsi sebagai pemancing kognisi dan imajinasi serta pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan” (Nurgiyantoro, 2010: 429). Selain itu, pengertian gambar juga dijelaskan oleh Wijaya dan Rusyan (1991: 140) sebagai berikut :

1. Gambar atau lukisan adalah bentuk visual yang dapat dinikmati oleh setiap orang yang memandangnya sebagai wujud pindahan atau dari keadaan yang sebenarnya, baik mengenai pemandangan, benda atau barang, maupun suasana kehidupan.

2. Gambar dikenal oleh setiap guru dan dipakai sebagai media pengajaran untuk memperjelas pengertian tentang sesuatu. Gambar

(45)

sangat menarik perhatian murid, mereka dapat mempelajarinya secara mendalam di samping dapat menikmatinya.

Arsyad (2009: 91) mengemukakan bahwa “media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata”. Sadiman, dkk (2009: 29-31) menyebutkan beberapa kelebihan media gambar adalah sebagai berikut.

1. Sifatnya konkret, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa siswa dibawa ke objek/peristiwa tersebut.

3. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

4. Gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.

5. Gambar harganya murah dan mudah didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.

Selain kelebihan-kelebihan tersebut, Sadiman, dkk (2009: 29-31) juga menyebutkan beberapa kekurangan media gambar adalah sebagai berikut.

(46)

2. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

3. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Salah satu pengembangan dari media gambar yaitu media cerita bergambar. Cerita bergambar adalah teks cerita yang disertai gambar-gambar. Istilah lain yang lebih populer yaitu buku cerita bergambar. “Buku bacaan cerita yang menampilkan teks narasi secara verbal dan disertai gambar-gambar ilustrasi itu disebut sebagai buku bergambar atau buku cerita bergambar” (Nurgiyantoro, 2005: 152). Rothlein, 1991 (dalam Santoso, 2008: 8) juga mengemukakan tentang pengertian buku bergambar sebagai berikut.

Buku bergambar adalah buku cerita yang disajikan dengan menggunakan teks dan ilustrasi atau gambar. Buku ini biasanya ditujukan pada siswa. Untuk siswa usia Sekolah Dasar kelas rendah, gambar berperan penting dalam proses belajar membaca dan menulis. Buku bergambar lebih memotivasi mereka untuk belajar. Dengan buku bergambar yang baik, siswa akan terbantu dalam proses memahami dan memperkaya pengalaman dari cerita.

Menurut Huck, dkk, 1987 (dalam Nurgiyantoro, 2005: 153), “buku bergambar (picture books) menunjuk pada pengertian buku yang menyampaikan pesan lewat dua cara, yaitu lewat ilustrasi dan tulisan”. Lukens, 2003 (dalam Nurgiyantoro, 2005: 154) menguatkan bahwa ilustrasi gambar dan tulisan merupakan dua media yang berbeda, tetapi dalam buku cerita bergambar keduanya secara bersama membentuk perpaduan. Gambar-gambar itu akan

(47)

membuat tulisan verbal menjadi lebih kelihatan, konkret, dan sekaligus memperkaya makna teks. Hal yang tidak berbeda juga dikemukakan oleh Mitchell, 2003 (dalam Nurgiyantoro, 2005: 153) yang lebih suka memilih istilah buku cerita bergambar dengan istilah picture storybooks.

Buku cerita bergambar adalah buku yang menampilkan gambar dan teks dan keduanya saling menjalin. Baik gambar maupun teks secara sendiri belum cukup untuk mengungkapkan cerita secara lebih mengesankan, dan keduanya saling membutuhkan untuk saling mengisi dan melengkapi. Dengan demikian, pembacaan terhadap buku bacaan cerita tersebut akan terasa lebih lengkap dan konkret jika dilakukan dengan melihat (baca: mengamati) gambar dan membaca teks narasinya lewat huruf-huruf.

Dalam cerita bergambar terdapat alur cerita dan tokoh-tokoh beserta karakternya. Teks cerita disertai dengan ilustrasi menarik yang menggambarkan keseluruhan dari alur cerita tersebut. Menurut Huck, dkk (dalam Nurgiyantoro, 2005: 154), “dalam picture storybooks gambar-gambar yang ditampilkan harus mencerminkan alur dan karakter tokoh. Justru karena tuntutan ini gambar-gambar yang ditampilkan dapat menjadi bervariasi dan lebih menarik. Selain itu, dalam tiap ilustrasi tokoh dan alur cerita, juga sering ikut ditunjukkan aspek-aspek latar yang mendukungnya”.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cerita bergambar merupakan sebuah cerita dalam bentuk teks narasi atau kata-kata dan disertai dengan gambar-gambar yang berfungsi sebagai ilustrasi cerita. Kata-kata dan

(48)

gambar-gambar merupakan kesatuan yang padu, sehingga ilustrasi tersebut menggambarkan keseluruhan alur narasi. Dengan demikian, media cerita bergambar merupakan salah satu media pembelajaran yang efektif karena mengkombinasikan kata-kata dan gambar secara terpadu.

2.1.3.3 Manfaat Cerita Bergambar

Suatu teks cerita akan terasa lebih hidup jika disertai dengan gambar-gambar. Menurut Nurgiyantoro (2005: 152), dengan gambar-gambar cerita menarik yang dihadirkan, siswa akan membaca dengan penuh kesungguhan mengikuti dan mencoba memahami alur gambar aksi yang dilihatnya, dan itu mungkin sekali dilakukan berkali-kali. Gambar-gambar cerita itu menjadi salah satu daya gerak mengembangkan fantasi lewat imajinasi dan logika. Prasetyono (2008: 82-83) mengemukakan maksud dari buku-buku yang bergambar ini adalah sebagai berikut.

1. Menarik perhatian siswa.

2. Menimbulkan motivasi atau merangsang siswa. 3. Merangsang percakapan (ekspresi dan diskusi). 4. Mendidik sifat kritis pada siswa.

5. Memperkenalkan kata-kata baru. 6. Menyajikan pola-pola kalimat.

Menurut Prasetyono (2008: 89), “bahan bacaan yang bergambar (komik) mempunyai efek yang lebih kuat dari pada yang tidak bergambar”. Hal ini karena bahan bacaan yang disertai dengan gambar (cerita bergambar) memiliki banyak

(49)

manfaat. Menurut Stewing, 1980 (dalam Santoso, 2008: 10) ada tiga manfaat buku bergambar, yaitu: 1) membantu masukan bahasa kepada siswa, 2) memberikan masukan visual bagi siswa, dan 3) menstimulasi kemampuan visual dan verbal siswa. Mitchell, 2003 (dalam Nurgiyantoro, 2005: 159-161) menunjukkan beberapa hal tentang fungsi dan pentingnya buku cerita bergambar bagi siswa adalah sebagai berikut:

1. Buku cerita bergambar dapat membantu siswa terhadap pengembangan dan perkembangan emosi.

2. Buku cerita bergambar dapat membantu siswa untuk belajar tentang dunia, menyadarkan siswa tentang keberadaan di dunia di tengah masyarakat dan alam.

3. Buku cerita bergambar dapat membantu siswa belajar tentang orang lain, hubungan yang ada terjadi, dan pengembangan perasaan.

4. Buku cerita bergambar dapat membantu siswa untuk memperoleh kesenangan.

5. Buku cerita bergambar dapat membantu siswa untuk mengapresiasi keindahan.

6. Buku cerita bergambar dapat membantu siswa untuk menstimulasi imajinasi.

Dengan mengetahui berbagai manfaat tersebut, maka cerita bergambar dapat digunakan sebagai media saat proses pembelajaran berlangsung.

(50)

Penelitian tentang penggunaan media cerita bergambar telah banyak dilakukan sebelumnya. Beberapa kajian tentang kemampuan membaca terhadap pembelajaran yang pernah dilakukan dan dijadikan sebagai penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Anindya (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Membaca nyaring Melalui Media Cerita Bergambar Siwa Kelas IIB SD Negeri Panggal, Bantul. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca nyaring dengan menggunakan media cerita bergambar pada siswa kelas II SD Negeri Panggang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi dan tes. Hasil penelitian ini terbukti dengan adanya peningkatan kemampuan membaca nyaring dari siklus I mencapai 68,06 dan siklus II mencapai 75,59.

Sari (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan membaca permulaan melalui media pembelajaran kartu bergambar pada siswa kelas 1 SDN Jajaran I No. 37 Laweyan Surakarta. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, dan tes. Hal ini terbukti bahwa sebelum diadakan tindakan kemampuan siswa dalam membaca masih rendah dibuktikan dengan 11 siswa hasil belajarnya belum memenuhi KKM yaitu 65. Setelah diadakan tindakan siklus I kemampuan siswa meningkat 70 siswa telah memenuhi KKM. Pada siklus II kemampuan membaca siswa meningkat 80 siswa telah memenuhi KKM. Rta-rata kelas meningkat sebelum diadakan tindakan 6,36, siklus I menjadi 67, dan siklus II menjadi 70,96. Dengan demikian hipotesis

(51)

penelitian telah berhasil yaitu media pembelajaran kartu bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 1 SD Negeri Jajar I No.73 Laweyan Surakarta.

Kedua penelitian tersebut akan dijadikan sebagai landasan atau acuan penelitian yang akan peneliti lakukan. Berdasarkan penelitian di atas maka dapat diasumsikan bahwa dengan menggunakkan media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca nyaring pada siswa Kelas II SD Negeri Dukuh 2 Sleman. Peneliti melakukan penelitian ini dengan tujuan ingin mengetahui apakah penggunaan media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca nyaring pada siswa Kelas II SD Negeri Dukuh 2 Sleman. Keistimewaan dari kedua penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah sama-sama menggunakan media pembelajaran yang sudah disiapkan untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa di kelas II SD.

Berdasarkan penelitian tersebut literatur map dari penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.

Anindya (2010) “Peningkatan Keterampilan Membaca nyaring Melalui Media Cerita Bergambar Siwa Kelas IIB SD Negeri Panggal, Bantul. Sari (2010) “Peningkatan Kemampuan membaca permulaan melalui media pembelajaran kartu bergambar pada siswa kelas 1 SDN Jajaran I No. 37 Laweyan Surakarta.

(52)

Gambar 2.1 literatur Map

2.3 Kerangka Berpikir.

Membaca nyaring merupakan kegiatan membaca dengan menyuarakan lambang-lambang tertulis dengan memperhatikan aspek-aspek membaca nyaring. Peningkatan kemampuan membaca nyaring siswa akan lebih efektif jika guru berperan serta secara aktif dalam membimbing siswanya agar gemar membaca. Dalam hal ini tugas guru adalah membantu meningkatkan kemampuan membaca nyaring siswa.

Untuk mengoptimalkan kemampuan membaca nyaring siswa, guru perlu menggunakan media yang tepat mengingat siswa masih berada pada tahap operasional konkret. Media merupakan pengantar pesan. Media untuk membaca nyaring salah satunya adalah media cerita bergambar. Media cerita bergambar merupakan media cerita dalam bentuk teks narasi atau kata-kata dan disertai gambar-gambar sebagai ilustrasinya. Cerita yang disertai gambar-gambar akan memberikan efek yang lebih kuat dibandingkan cerita yang tidak disertai gambar-gambar.

Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring Menggunakan Media Cerita Bergambar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk Siswa Kelas II SD Negeri Dukuh 2 Sleman.

(53)

Media cerita bergambar dapat membantu aspek kebahasaan anak, salah satu aspek kebahasaan itu adalah membaca dengan suara keras atau nyaring. Media cerita bergambar dapat merangsang siswa dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca nyaring. Media cerita bergambar dapat menumbuhkan minat membaca siswa sehingga kemampuan membaca nyaringnya meningkat. Selain itu, gambar-gambar dalam cerita bergambar juga dapat merangsang kemampuan visual dan verbal siswa sehingga kemampuan membaca nyaringnya meningkat. Dengan memanfaatkan media cerita bergambar diharapkan kemampuan membaca nyaring siswa dapat meningkat.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, peneliti mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut. Penggunaan media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca nyaring siswa kelas II SD Negeri Dukuh 2 Sleman

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suyadi (2011: 22-23), PTK adalah pencermatan yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki profesinya sebagai guru, sehingga hasil belajar peserta didik terus meningkat. Lebih lanjut, Arikunto, dkk (2012: 3) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

(55)

tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Menurut Komaidi dan Wijayati (2011: 50), PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas.

Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan PTK adalah pencermatan yang dilakukan oleh guru di dalam kelas melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki profesinya sebagai guru, sehingga hasil belajar peserta didik terus meningkat.

Dalam penelitian tindakan kelas ini akan menggunakan model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart yaitu menggunakan siklus sistem spiral seperti yang terdapat pada gambar berikut.

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Taggart (dalam Didik Komaidi dan Wijayati, 2011: 83) Keterangan: Siklus I 1 = Perencanaan I 2 = Tindakan I 3 = Observasi I 4 = Refleksi I Siklus II 1 = Revisi Rencana I 2 = Tindakan II 3 = Observasi II 4 = Refleksi II 39 38

(56)

Berdasarkan gambar di atas, masing-masing siklus terdiri dari 4 komponen yaitu: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi dan 4) refleksi. Penelitian dilakukan dalam siklus yang berulang-ulang dan berkelanjutan (spiral), yang artinya semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian hasilnya. Penjelasannya adalah sebagai berikut.

3.1.1 Perencanaan

Perencanaan merupakan tahap awal yang berupa kegiatan untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi. Diperlukan suatu perencanaan yang matang agar tindakan dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Pada tahap ini hal- hal yang dilakukan adalah menyiapkan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan pembelajaran.

Tindakan yang direncanakan dalam penelitian ini yaitu penggunaan media cerita bergambar untuk meningkatkan kemampuan membaca nyaring siswa kelas II SD Negeri Dukuh 2 Sleman.

Berkaitan dengan uraian di atas, alternatif dapat dirinci langkah-langkahnya sebagai berikut.

1. Meminta izin kepada Kepala Sekolah SDN Dukuh 2 Sleman untuk melakukan penelitian di SD tersebut.

(57)

2. Menemukan masalah yang ada di lapangan. Pada tahap ini dilakukan melalui diskusi dengan guru kelas, maupun melalui observasi di dalam kelas.

3. Merencanakan langkah-langkah pembelajaran membaca nyaring dengan menggunakan media cerita bergambar pada siklus I dan II.

4. Mempersiapkan media pembelajaran (cerita bergambar) yang akan digunakan.

5. Merancang instrumen sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran dan penilaian terhadap kemampuan membaca nyaring siswa.

3.1.2 Tindakan

Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau persiapan isi perencaan. Tindakan adalah perbuatan yang dilakukan oleh guru sebagai upaya untuk perbaikan. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini secara garis besar adalah melaksanakan pembelajaran membaca nyaring dengan media cerita bergambar meliputi pendahuluan, kegiatan inti, penutup.

Pada tahap ini, peneliti mengkoordinasikan siswa agar siap menerima dan tertarik mengikuti pembelajaran. Tahap ini berisi beberapa kegiatan yang dilakukan guru dengan tujuan untuk mempersiapkan dan mengarahkan siswa supaya siap mengikuti pelajaran dengan baik.

Pada pelaksanaan tindakan ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Tahap pelaksanaan ini merupakan implementasi atau penerapan isi perencanaan, yaitu menggunakan tindakan di kelas. Peneliti melaksanakan langkah-langkah dalam

(58)

pembelajaran. Pada akhir siklus diakhiri dengan evaluasi untuk mengetahui kemampuan membaca nyaring siswa sehingga bisa dilihat pengaruh dari penggunaan media cerita bergambar terhadap kemampuan membaca nyaring siswa.

3.1.3 Observasi

Sasaran observasi adalah keefektifan penggunaan media cerita bergambar untuk meningkatkan keterampilan membaca nyaring siswa. Pada tahap ini peneliti mengamati dan mencatat semua reaksi dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Agar hasil penelitian bisa objektif, dalam pelaksanaannya pengamat juga dibantu oleh guru observer. Berdasarkan pengamatan, peneliti dan guru mendiskusikan tentang perubahan-perubahan yang signifikan dalam pembelajaran membaca nyaring siswa.

3.1.4 Refleksi

Setelah peneliti dan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran maka peneliti dan guru melakukan refleksi secara bersama-sama. Dalam proses refleksi diadakan diskusi bersama dengan acuan hasil pengamatan dan hasil tes unjuk kerja membaca nyaring siswa. Hal ini ditujukan agar peneliti dan guru menemukan masalah yang timbul untuk kemudian diadakan perbaikan perbaikan.

(59)

Jika ditemukan kekurangan atau penyebab kurang berhasilnya suatu siklus maka perlu diadakan rencana dan tindakan berikutnya. Penelitian dihentikan ketika kemampuan membaca nyaring siswa sudah meningkat atau lebih baik dari sebelumnya.

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan semester genap atau pada tahun ajaran 2016/2017 bulan April sampai bulan Mei.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Dukuh 2 Sleman yang beralamat di Dukuh Tridadi Sleman.

3.2.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri Dukuh 2 Sleman tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 20 yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

3.2.4 Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah kemampuan membaca nyaring di kelas II SD Negeri Dukuh 2 Sleman dengan menggunakan media cerita bergambar.

(60)

3.3.1 Persiapan

1) Meminta izin kepada Kepala Sekolah SD Negeri Dukuh 2 Sleman 2) Mengurus surat izin di secretariat PGSD USD

3) Melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan guru

4) Melakukan observasi di kelas II saat mata pelajaran Bahasa Indonesia

5) Mengidentifikasi masalah apa yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas 6) Menganalisis masalah belajar siswa mengenai materi keputusan di kelas 7) Merumuskan masalah

8) Merumuskan hipotesis

9) Menyusun rencana penelitian dalam siklus-siklus

10) Membuat gambaran awal mengenai kemampuan membaca nyaring siswa kelas II.

3.4 Rencana Tindakan Setiap Siklus 3.4.1 Siklus I

3.4.1.1 Perencanaan Siklus I

a. Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) b. Menyiapkan LKS (Lembaran Kerja Siswa)

c. Menyiapkan media cerita bergambar

d. Menyusun lembar observasi tentang aktivitas siswa dalam membaca nyaring cerita bergambar.

3.4.1.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Gambar

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Taggart (dalam Didik Komaidi  dan Wijayati, 2011: 83)  Keterangan:  Siklus I  1  = Perencanaan I  2 = Tindakan I  3 = Observasi I  4 = Refleksi I  Siklus II  1  = Revisi Rencana I  2 = Tindakan II  3 =
Tabel 3. 1 Pedoman Penilaian Kemampuan Membaca Nyaring
Tabel 3.2  Kisi-kisi Pedoman Penilaian Kemampuan Membaca Nyaring  No  Aspek
Table 3.4 Kriteria Indikator Keberhasilan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan ini membahas analisis return dan resiko saham–saham syariah yang selalu masuk dalam JII pasca krisis global 2008 (Januari 2009 – 30 Desember 2010), alat analisis

Sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis yang memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta

Biyantu, (2007) MANAJEMEN PEMBELAJARAN (Studi tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Iklim Kerja Guru, Penghasilan Guru dan Mutu pembelajaran terhadap Kinerja

Kecepatan Pengadukan Terhadap Kemampuan Adsorpsi 23 Gambar 4.1 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 26 Gambar 4.2 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 27 Gambar 4.3

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Wahyu Purnama 2014 Universitas

Formulir BOS 04 (Tertanggal Hari Senin, 4 Januari 2016) Beserta Fotokopi buku rekening BOS satu lembar.. Demi lancarnya proses pencairan mohon hadir tepat waktu dan

Eksperimen Metode Asistensi Untuk Meningkatkan Kualitas Gambar Mata Diklat Mengatur Tata Letak Gambar Manual Dan Layout Di Smk Negeri 6 Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst) terhadap pemberian media penahan air yaitu spons. Penelitian ini menggunakan