• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar"

Copied!
298
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STAD PADA MATERI POKOK MACAM-MACAM GAYA DALAM SUBTEMA 1 SISWA KELAS IV SD KANISIUS GAMPING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Nanda Nicola Verda Kusuma NIM: 161134142

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberikan berkat dan kemudahan yang melimpah untuk saya.

2. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Robertus Sutamta, S.Pd., dan Ibu Christina Etty Patmi Hartati, S.Pd., yang telah mendukung, dan membimbing saya melalui doa, kasih sayang, serta materi agar dapat menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya.

3. Keluarga besar yang selalu mendukung dan memberikan kasih sayang.

4. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing yang selalu membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan waktu dan tenaga untuk mengarahkan saya dalam menyelesaikan setiap kesulitan yang saya hadapi dalam menyusun skripsi ini.

5. N.B. Dewi Rosariana, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Gamping yang telah memberikan banyak bantuan serta pengalaman yang sangat berharga.

6. Florentina Maya Wijayati, S.Pd., selaku guru kelas IV yang selalu memberi bantuan dan dukungan dalam penelitian serta pelaksanaannya.

7. Siswa-siswi kelas IV yang sudah berkenan menjadi subjek penelitian dan kerja sama selama beberapa bulan.

8. Yang terkasih, Emilia Shely Dwi Meiningrum yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi, membantu dalam menyelesaikan skripsi ini dan selalu mendengarkan seluruh keluh kesahku dalam penulisan skripsi ini hingga mendapatkan gelar S.Pd.

9. Keluarga besar kelas D angkatan 2016, yang selalu mendukung, memberikan semangat dan banyak memberikan pengalaman dalam berjuang bersama.

10. Teman-teman Prodi PGSD angkatan 2016 yang selalu mendukung dan banyak memberikan pengalaman dalam berjuang bersama.

11. Teman-teman satu payung yang selalu memberikan dukungan dan membantu dalam menyelesaikan skripsi.

(5)

v MOTTO

“Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu”

(Ams 16:3)

“Jangan biarkan rencanamu tertunda oleh waktu yang sia-sia”

(Nanda Nicola Verda Kusuma)

(6)

vi

(7)

vii

(8)

viii ABSTRAK

Peningkatan Kerja Sama dan Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Pokok Macam-macam

Gaya dalam Subtema 1 Siswa Kelas IV SD Kanisius Gamping Nanda Nicola Verda Kusuma

Universitas Sanata Dharma 2020

Penelitian ini dilatarbelakangi dari hasil wawancara kepada guru dan observasi penelitian serta penyebaran kuesioner terhadap kelas IV SD Kanisius Gamping. Data yang peneliti dapatkan yaitu rata-rata kerja sama siswa yang masih dalam kategori rendah, serta hasil belajar pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1 belum memenuhi KKM yang ditetapkan sekolah sebesar 75,00.

Penelitian ini bertujuan untuk membantu siswa kelas IV SD Kanisius Gamping meningkatkan kerja sama dan hasil belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Kanisius Gamping tahun pelajaran 2019/2020. Teknik pengumpulan data diperoleh dengan observasi, kuesioner, wawancara dan tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kerja sama dan hasil belajar. Nilai rata-rata kerja sama siswa dari kondisi awal 47,67 (rendah) meningkat menjadi 64,70 (cukup) pada siklus I, dan pada siklus II meningkat menjadi 75,65 (tinggi). Nilai rata-rata hasil belajar siswa dari nilai kondisi awal 62,75 meningkat menjadi 74,72 pada siklus I, dan pada siklus II meningkat menjadi 81,94.

Kata kunci: Kerja sama, hasil belajar, model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

(9)

ix ABSTRACT

Increasing Collaboration and Learning Outcomes Using STAD Type Cooperative Learning Model at Main Material of Varieties of Force in Sub-

Theme 1 for 4th Grader Students in Kanisius Gamping Elementary School

Nanda Nicola Verda Kusuma Sanata Dharma University

2020

The background of this research are teachers intervies result, research observation, as well as questionnaire distribution to 4th grader students in Kanisius Gamping Elementary School. The data gathered by the researcher were, namely;

mean of students collaboration which still situated at low position, as well as learning outcomes at main material of Varieties of force in sub-theme 1 that had not been fulfilled school’s standard of minimum criteria of 75.00. the aim of this research is to help 4th grader students in Kanisius Gamping Elementary School to improve collaboration and learning outcomes at main material of varieties of force in sub-theme 1.

The research used Classroom Action Research (CAR) as the research methodologi. The subject of this research were 4th grader students in Kanisius Gamping Elementary School. The data gathering technique used by the researcher were observation, questionnaire, interview, and test. The data analysis technique used in this research was quantitative and qualitative data analysis technique.

The result of this research showed that STAD type cooperative learning could improve collaboration and learning outcomes. The collaboration mean was increasing from 47.67 (low) at the initial state, into 64.70 (moderate) in cycle I, and 75.65 (high) in cycle II. The learning outcomes mean was increasing from 62.75 in the initial state, into 74.72 in cycle I, and 81.94 in cycle II.

Keywords: Collaboration, Learning Outcomes, and STAD Type Cooperative Learning.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia- Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PENINGKATAN KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI POKOK MACAM-MACAM GAYA DALAM SUBTEMA 1 SISWA KELAS IV SD KANISIUS GAMPING” dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti tidak lepas dari bantuan, dukungan, bimbingan, nasihat, dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu membimbing dan memberikan berkat luar biasa yang tak pernah berkesudahan hingga saat ini.

2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

5. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dorongan, motivasi, serta pengarahan dengan sabar dan memberikan saran serta mengarahkan peneliti dalam menyusun skripsi.

6. Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik (DPA) yang selalu sabar memberikan bimbingan, motivasi, dan dorongan.

7. N.B. Dewi Rosariana, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Gamping yang sudah memberikan izin melakukan penelitian di SD tersebut.

8. Florentina Maya Wijayati, S.Pd., dan anak-anak kelas IV SD Kanisius Gamping yang telah membantu dalam penelitian ini.

9. Kedua orangtuaku, Bapak Robertus Sutamta, S.Pd., dan Ibu Christina Etty Patmi Hartati, S.Pd., yang selalu mendoakan, mendukung, dan tak pernah lelah menyemangatiku hingga saat ini.

(11)

xi

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Pemecahan Masalah ... 7

G. Manfaat Penelitian ... 7

H. Definisi Operasional ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Kajian Pustaka ... 9

1. Kerja Sama ... 9

a. Pengertian Kerja Sama ... 9

b. Indikator Kerja Sama ... 10

c. Manfaat Kerja Sama ... 11

(13)

xiii

2. Hasil Belajar ... 11

a. Pengertian Belajar ... 11

b. Pengertian Hasil Belajar ... 12

c. Indikator Hasil Belajar ... 12

d. Hasil Belajar Kognitif ... 13

e. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 13

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) ... 14

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 14

b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

c. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ... 16

d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif ... 17

e. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) ... 18

f. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) ... 19

g. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) ... 22

h. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) ... 22

4. Materi Macam-macam Gaya ... 23

B. Penelitian yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berpikir ... 27

D. Hipotesis Tindakan... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Setting Penelitian ... 32

1. Tempat Penelitian ... 32

2. Waktu Penelitian ... 32

3. Objek Penelitian ... 32

4. Subjek Penelitian ... 32

(14)

xiv

C. Rencana Tindakan ... 33

1. Persiapan ... 33

2. Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 33

a. Siklus I ... 33

b. Siklus II ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Wawancara ... 40

2. Observasi ... 40

3. Kuesioner ... 41

4. Tes ... 41

E. Instrumen Penelitian ... 42

1. Pedoman Wawancara ... 42

2. Pedoman Observasi ... 42

3. Pedoman Kuesioner ... 44

4. Tes ... 47

F. Teknik Pengujian Instrumen ... 48

1. Validitas ... 48

2. Reliabilitas ... 53

G. Teknik Analisis Data ... 54

1. Analisis Data Wawancara ... 54

2. Analisis Data Observasi ... 54

3. Analisis Data Kuesioner ... 55

4. Teknik Analisis Data Tes ... 56

H. Kriteria Keberhasilan ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Hasil Penelitian ... 58

1. Kondisi Awal ... 58

B. Pelaksanaan Setiap Siklus ... 60

1. Pelaksanaan Siklus I ... 60

2. Pelaksanaan Siklus II ... 60

C. Data Hasil Penelitian ... 67

1. Data Hasil Penelitian Siklus I ... 67

(15)

xv

2. Data Hasil Penelitian Siklus II ... 69

D. Perbandingan Data Hasil Penelitian ... 70

1. Kerja Sama ... 70

2. Hasil Belajar ... 72

E. Pembahasan Penelitian ... 74

1. Upaya Peningkatan Kerja Sama dan Hasil Belajar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ... 74

2. Peningkatan Kerja Sama ... 77

3. Peningkatan Hasil Belajar ... 79

BAB V PENUTUP ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Keterbatasan Penelitian ... 84

C. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

LAMPIRAN ... 90

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 280

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Rata-rata Kondisi Awal Kerja Sama ... 3

Tabel 1.2 Data Kondisi Awal Hasil Belajar ... 3

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) ... 21

Tabel 3.1 Lembar Pedoman Wawancara ... 42

Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi Kerja Sama... 43

Tabel 3.3 Lembar Observasi ... 43

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Kuesioner ... 44

Tabel 3.5 Pernyataan Instrumen Kuesioner Kerja Sama ... 45

Tabel 3.6 Kuesioner Kerja Sama Siswa ... 45

Tabel 3.7 Pedoman Penskoran Kuesioner Kerja Sama ... 46

Tabel 3.8 Kriteria Kuesioner Kerja Sama ... 47

Tabel 3.9 Kisi-kisi Soal Siklus I ... 47

Tabel 3.10 Kisi-kisi Soal Siklus II... 48

Tabel 3.11 Kriteria Validasi ... 49

Tabel 3.12 Rekapitulasi Hasil Validasi Instrumen Penelitian ... 49

Tabel 3.13 Rekapitulasi Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 50

Tabel 3.14 Hasil Validasi Soal Siklus I ... 51

Tabel 3.15 Hasil Validasi Soal Siklus II... 52

Tabel 3.16 Kualifikasi Reliabilitas ... 53

Tabel 3.17 Kualifikasi Kerja Sama... 55

Tabel 3.18 Pedoman Penskoran Kuesioner Kerja Sama ... 56

Tabel 3.19 Kriteria Keberhasilan... 57

Tabel 4.1 Kondisi Awal Kerja Sama ... 58

Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal ... 59

Tabel 4.3 Data Kerja Sama Siswa Siklus I ... 67

Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Siklus I ... 68

Tabel 4.5 Data Kerja Sama Siswa Siklus II... 69

Tabel 4.6 Data Hasil Belajar Siklus II ... 70

Tabel 4.7 Perbandingan Data Kerja Sama Siswa ... 71

(17)

xvii

Tabel 4.8 Perbandingan Data Hasil Belajar... 72 Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 73

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Literature Map Penelitian yang Relevan ... 27

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian ... 29

Gambar 3.1 Desain Model Kemmis dan Mc. Taggart ... 31

Gambar 3.3 Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I ... 53

Gambar 3.4 Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus II ... 54

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Kerja Sama ... 71

Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 73

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ... 92 Lampiran 2 Surat Telah Melaksanakan Penelitian ... 94 Lampiran 3 Validitas Instrumen Penelitian oleh Dosen dan Guru ... 95 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I dan II . 99 Lampiran 5 Perhitungan Hasil Validitas dan Reliabilitas Soal Evaluasi

Siklus I dan II Menggunakan Program TAP (Tes Analisis

Program) ... 222 Lampiran 6 Instrumen Non Tes Observasi dan Kuesioner ... 229 Lampiran 7 Instrumen Soal Tes Hasil Belajar Siklus I dan II ... 234 Lampiran 8 Kondisi Awal Kerja Sama dan Hasil Belajar Siswa Kelas

IV SD Kanisius Gamping ... 243 Lampiran 9 Sampel Lembar Observasi, Kuesioner, dan Pekerjaan

Siswa Siklus I dan II ... 248 Lampiran 10 Lembar Kerja Peserta Didik ... 265 Lampiran 11 Foto Kegiatan Penelitian ... 278

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU RI No.20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 1). Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan juga mempunyai peranan penting dalam membentuk karakter, perkembangan ilmu, dan mental seorang anak untuk membuat generasi muda berkualitas. Pentingnya pendidikan menuntut guru untuk lebih disiplin dan bertanggung jawab dalam kegiatan maupun proses pembelajaran di kelas sehingga terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa.

Tuntutan abad ke 21 dalam dunia pendidikan adalah mempersiapkan generasi muda yang luwes, kreatif, dan proaktif. Generasi muda perlu dibentuk agar terampil dalam memecahkan masalah, berpikir kreatif, suka bermusyawarah, mampu bekerja secara individu maupun kelompok, bijak dalam membuat keputusan serta dapat mengkomunikasikan gagasan atau ide secara efektif. Menurut Greenstein (dalam Sugiyarti, dkk, 2018:440) menyatakan bahwa siswa yang hidup pada abad 21 harus menguasai keilmuan, berketerampilan metakognitif, mampu berpikir kritis dan kreatif, serta bisa berkomunikasi atau berkolaborasi yang efektif. Di sekolah formal, pemerintah sudah menuntut untuk menerapkan kemampuan 4C (Critical Thinking, Communiacation, Collaboration, Creativity). Untuk mencapai kondisi belajar

(21)

yang ideal, kualitas pengajaran selalu terkait dengan penggunaan model pembelajaran secara optimal.

Dalam membentuk karakter siswa yang cerdas dan berkualitas, seorang guru juga harus dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi yang diajarkan. Untuk itu guru juga harus pandai dalam memilih strategi belajar yang digunakan harus sesuai dengan kondisi siswa di dalam kelas. Strategi yang dipilih oleh guru akan berpengaruh dalam proses pembelajaran di kelas dan interaksi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan dalam pemilihan strategi yang tepat sesuai dengan karakter siswa juga akan berdampak pada suatu keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran seharusnya dilaksanakan di dalam kelas dengan maksimal, dalam artian guru harus bisa membuat siswa untuk aktif dalam kegiatan mandiri maupun berkelompok. Menurut Miftahul Huda (2011: 24-25) menjelaskan lebih rinci yaitu, ketika siswa bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas kelompok, mereka memberikan dorongan, anjuran, dan informasi pada teman sekelompoknya yang membutuhkan bantuan. Hal ini berarti dalam kerja sama, siswa yang lebih paham akan memiliki kesadaran untuk menjelaskan kepada teman yang belum paham. Siswa harus memiliki sikap kerja sama, menurut Kusnadi (2002: 1) kerja sama mendorong persaingan di dalam pencapaian tujuan dan juga berbagai upaya terciptanya banyak energi.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan penyebaran kuesioner mengenai kerja sama yang dilakukan pada hari Selasa, 26 November 2019, pada pukul 08.00 WIB sampai selesai di SD Kanisius Gamping dengan guru kelas Florentina Maya Wijayati, S.Pd, dengan hasil yang diperoleh masih rendah. Data tersebut diambil dari data wawancara, lembar observasi yang dilakukan oleh peneliti dan penyebaran kuesioner yang diisi oleh siswa sendiri saat pembelajaran berlangsung. Hasil dari kerja sama siswa diperoleh 47,67 dengan kriteria “rendah”. Hal ini disebabkan karena kegiatan pembelajaran dalam kelompok masih kurang maksimal dengan artian siswa masih sering mementingkan diri sendiri dan terkadang siswa tidak bisa menerima kritik dari temannya. Berikut data kondisi awal kerja sama siswa kelas IV.

(22)

Tabel 1.1 Rata-rata Kondisi Awal Kerja sama

No Hasil Pengamatan Hasil

Kuesioner Rata-rata Keterangan

1 38,89 56,46 47,67 Rendah

Berdasarkan tabel 1.1 di atas, hasil rata-rata pengamatan kerja sama sebesar 38,89 sedangkan untuk hasil kuesioner dari 18 siswa memperoleh 56,46.

Untuk memperoleh rata-rata kondisi awal kerja sama siswa kelas IV yaitu hasil rata-rata pengamatan ditambah rata-rata kuesioner dibagi dua. Jadi rata-rata kondisi awal kerja sama siswa kelas IV adalah 47,67 dengan kriteria “rendah”.

Kondisi awal hasil belajar siswa kelas IV dapat dilihat dari data nilai pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1 pada tahun ajaran 2018/2019 dengan rata-rata hasil yang diperoleh yaitu 62,75. Sebesar 75% (15 siswa) dan hanya 25% (5 siswa) yang mencapai KKM. Hasil wawancara peneliti dengan guru kelas IV diperoleh informasi bahwa siswa masih kesulitan untuk memahami materi pokok macam-macam gaya dan hanya menggunakan sistem menghafal saja, hal ini dapat dilihat saat peneliti melakukan observasi bahwa saat pembelajaran berlangsung guru hanya menjelaskan materi dengan monoton, tidak dibentuknya kelompok dan guru tidak menggunakan model pembelajaran yang inovatif, jadi guru masih kurang kreatif.

Data awal hasil belajar siswa kelas IV diperoleh dari data nilai 1 tahun terakhir yaitu tahun pelajaran 2018/2019. Data hasil belajar membuktikan bahwa sebagian besar masih cenderung di bawah rata-rata. Hal tersebut ditandai dengan tidak tercapainya kriteria ketuntasan minimal (KKM) dimana KKM pada mata pelajaran IPA adalah 75,00. Berikut adalah persentase nilai IPA yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan nilai rata-rata kelas pada kondisi awal.

Tabel 1.2 Data Kondisi Awal Hasil Belajar

Tahun

Ajaran KKM Rata-rata

Ketercapaian

Jumlah Siswa Tercapai Belum

Tercapai

2018/2019 75,00 62,75 5 siswa

25%

15 siswa

75% 20

Rendahnya hasil belajar IPA disebabkan oleh beberapa faktor dari guru antara lain penggunaan model pembelajaran yang kurang menarik

(23)

mengakibatkan siswa tidak dapat memahami materi secara optimal, sehingga diperlukan sebuah solusi yaitu penggunaan model pembelajaran yang menarik.

Salah satu cara untuk memecahkan permasalahan tersebut dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat melibatkan keaktifan dan kerja sama siswa dalam kegiatan pembelajaran baik kelompok maupun individu. Dengan melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran akan membuat siswa lebih aktif, kreatif, dan antusias dalam pembelajaran yang dilakukan individu maupun dalam kelompok. Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran yang tepat akan meningkatkan kualitas dari pembelajaran tersebut. Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division).

Menurut Slavin (2010: 8) dalam pembelajaran kooperatif para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang siswa untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Trianto (2010: 68) mengemukakan pembelajaran kooperatif STAD merupakan salah satu jenis dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.

Di awali dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan motivasi, pembagian kelompok, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) yaitu suatu model pembelajaran yang dapat membuat siswa bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai hasil.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division), diharapkan siswa mampu untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah untuk mencapai tujuan bersama. Dengan model pembelajaran tipe STAD ini guru memberikan materi dan membagi dalam kelompok untuk memahami materi yang diberikan. Adapun keunggulan dari model pembelajaran tipe STAD ini yaitu menggalakkan interaksi secara aktif dan positif, dan kerja sama anggota kelompok menjadi lebih baik (Slavin, 2005:

105) dan (Ahmadi, 2011: 65). Dengan kelebihan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, diharapkan dapat meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Gamping.

(24)

B. Identifikasi Masalah

Penelitian ini memaparkan beberapa masalah yang mendasari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Rendahnya kerja sama siswa kelas IV SD Kanisius Gamping selama mengikuti proses pembelajaran. Hal tersebut tampak dari nilai rata-rata kerja sama siswa kelas IV pada kondisi awal yaitu 47,67 dengan kategori rendah. Data kondisi awal tersebut diperoleh dari observasi, kuesioner yang diisi oleh siswa dan wawancara dengan guru kelas IV.

2. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Gamping selama mengikuti proses pembelajaran. Hal tersebut tampak dari nilai siswa kelas IV pada 1 tahun terakhir yaitu tahun pelajaran 2018/2019 dengan nilai rata- rata hasil belajar kondisi awal yaitu 62,75 pada materi pokok macam- macam gaya dalam subtema 1. Dari jumlah 20 siswa kelas IV tahun pelajaran 2018/2019, terdapat 5 siswa yang mencapai KKM dan 15 siswa yang tidak mencapai KKM.

3. Belum dikembangkan dan dilaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Gamping pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah yang ada pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Hasil belajar yang dimaksud oleh peneliti dibatasi pada hasil belajar kognitif pada pembelajaran IPA tentang materi macam-macam gaya dalam subtema 1 tahun pelajaran 2019/2020.

2. Indikator kerja sama dibatasi pada: (a) tanggung jawab bersama untuk menyelesaikan setiap pekerjaan atau persoalan dalam kelompok, (b) saling berkontribusi baik tenaga maupun pikiran dalam kelompok, (c) mengerahkan kemampuan secara maksimal tanpa ragu-ragu, (d) berani menerima resiko dari apa yang telah dikerjakan bersama dalam kelompok, (e) saling terbuka terhadap kritik dan saran dari anggota kelompok.

(25)

D. Rumusan Masalah

Berdasasrkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, rumusan masalah yang ada pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya peningkatan kerja sama dan hasil belajar siswa pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) di kelas IV SD Kanisius Gamping?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat meningkatkan kerja sama siswa kelas IV pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1 di SD Kanisius Gamping?

3. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1 di SD Kanisius Gamping?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan kerja sama dan hasil belajar siswa kelas IV pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) di kelas IV SD Kanisius Gamping.

2. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat meningkatkan kerja sama siswa kelas IV pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1 di SD Kanisius Gamping.

3. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1 di SD Kanisius Gamping.

(26)

F. Pemecahan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, rendahnya kerja sama dan hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Gamping tahun pelajaran 2019/2020 akan di atasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division).

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang bermakna bagi:

1. Bagi siswa

Siswa mampu meningkatkan pemahaman mereka mengenai materi macam-macam gaya dalam subtema 1. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi siswa dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division).

2. Bagi guru

Memberikan masukan pada guru tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai tolak ukur peningkatan kualitas pembelajaran IPA khususnya pada materi pokok macam-macam gaya.

3. Bagi sekolah

Sekolah memperoleh wawasan baru mengenai pembelajaran inovatif khususnya pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk dapat meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pelajaran bagi peneliti untuk memanfaatkan dan menembangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dalam proses pembelajaran siswa.

(27)

H. Definisi Operasional

Pada penelitian ini terdapat dua variabel dan penggunaan salah satu model pembelajaran inovatif yang akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Kerja sama adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam pembelajaran secara berkelompok atau bersama-sama dalam kegiatan diskusi untuk mencapai tujuan bersama dengan 5 indikator: (a) tanggung jawab bersama untuk menyelesaikan setiap pekerjaan atau persoalan dalam kelompok, (b) saling berkontribusi baik tenaga maupun pikiran dalam kelompok, (c) mengerahkan kemampuan secara maksimal tanpa ragu-ragu, (d) berani menerima resiko dari apa yang telah dikerjakan bersama dalam kelompok, (e) saling terbuka terhadap kritik dan saran dari anggota kelompok.

2. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang berfokus pada aspek kognitif, yaitu memahami berbagai macam gaya dalam pelajaran IPA di kelas IV dalam bentuk skor.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang dilakukan secara kelompok kecil dimana dalam pembelajaran tersebut siswa dibagi secara heterogen dan saling bekerja sama, berdiskusi, memecahkan masalah dan memperoleh penghargaan atas hasil belajar yang telah dicapai, dengan 6 langkah: (a) penyampaian tujuan dan motivasi, (b) pembagian kelompok, (c) presentasi atau penyampaian materi oleh guru, (d) kegiatan belajar dalam tim/kelompok, (e) kuis, (f) penghargaan tim/kelompok.

(28)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan mengenai kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

A. Kajian Puataka 1. Kerja sama

a. Pengertian Kerja sama

Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat dipisahkan dari komunitasnya dan setiap orang di dunia ini tidak ada yang dapat berdiri sendiri melakukan segala aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya, tanpa bantuan orang lain. Begitupun anak, dalam aktivitas usahanya setiap anak selalu membutuhkan kehadiran dan peran orang lain. Salah satu ciri khas keterampilan sosial yang berkembang adalah kerja sama, belajar kerja sama yang mengembangkan kognitif maupun sosial.

Kerja sama merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia, Karena dengan kerja sama manusia dapat melangsungkan kehidupannya.

Kerja sama juga menuntut interaksi antara beberapa pihak. Menurut Soekanto (2006: 66) kerja sama merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.

Pendapat tersebut sudah jelas mengatakan bahwa kerja sama merupakan bentuk hubungan antara beberapa pihak yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama dalam konteks pembelajaran yang melibatkan siswa, Miftahul Huda (2011: 24-25) menjelaskan lebih rinci yaitu, ketika siswa bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas kelompok, mereka memberikan dorongan, anjuran, dan informasi pada teman sekelompoknya yang membutuhkan bantuan. Hal ini berarti dalam kerja sama, siswa yang lebih paham akan memiliki kesadaran untuk menjelaskan kepada teman yang belum paham.

Menurut Lie (2005: 28) kerja sama merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan dalam kelangsungan hidup manusia.

(29)

Tanpa adanya kerja sama tidak akan ada keluarga, organisasi, ataupun sekolah, khususnya tidak akan ada proses pembelajaran di sekolah. Davis (2006: 1) berpendapat bahwa kerja sama adalah keterlibatan mental dan emosional orang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi dan tanggung jawab dalam mencapai tujuan kelompok.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kerja sama siswa dapat diartikan sebagai sebuah interaksi atau hubungan antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran secara bersama-sama atau kelompok.

b. Indikator Kerja sama

Ada beberapa indikator kerja sama menurut Johnson & Johnson (dalam Huda 2015: 55) yaitu sebagai berikut:

1) Saling mengerti dan percaya satu sama lain.

2) Berkomunikasi dengan jelas dan tidak ambigu.

3) Saling menerima dan mendukung satu sama lain.

4) Mendamaikan setiap perdebatan yang sekiranya melahirkan konflik.

Sedangkan West (2002: 67) (dalam Herwanto 2016: 15) menetapkan indikator-indikator kerja sama yaitu sebagai berikut:

1) Tanggung jawab secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan.

2) Saling berkontribusi.

3) Mengerahkan kemampuan secara maksimal sehingga dengan demikian hasil dari kerja sama semakin berkualitas .

Dari pendapat kedua teori ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa indikator kerja sama yang ingin diteliti dalam penelitian ini yaitu:

1) Tanggung jawab bersama untuk menyelesaikan setiap pekerjaan atau persoalan dalam kelompok.

2) Saling berkontribusi baik tenaga maupun pikiran dalam kelompok . 3) Mengerahkan kemampuan secara maksimal tanpa ragu-ragu.

4) Berani menerima resiko dari apa yang telah dikerjakan bersama dalam kelompok.

(30)

5) Saling terbuka terhadap kritik dan saran dari anggota kelompok.

c. Manfaat Kerja sama

Kerja sama memiliki manfaat yang dapat diperoleh anak ketika melakukan suatu kegiatan atau permainan. Kusnadi (2002: 1) mengatakan bahwa berdasarkan penelitian, kerja sama memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut:

1) Kerja sama mendorong persaingan di dalam pencapaian tujuan.

2) Kerja sama mendorong berbagai upaya terciptanya banyak energi.

3) Kerja sama mendorong terciptanya hubungan yang baik antar individu serta meningkatkan rasa kesetiakawanan.

4) Kerja sama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan semangat kelompok.

Berdasarkan paparan ahli di atas tentang manfaat kerja sama, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa kerja sama dapat meningkatkan hubungan yang baik dan banyak energi antar siswa dalam kelompok untuk tercapainya suatu tujuan.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Hariyanto & Suyono, 2011: 9). Gagne (dalam Suyono & Hariyanto, 2011: 9) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks (Dimyati & Mudjiono, 2009: 7). Belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu di lingkungan sekitar. Menurut Bell-Gredler (dalam Karwono &

Mularsih, 2017: 13) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) yang diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan.

(31)

Berdasarkan pendapat pendapat beberapa ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses dimana seseorang dapat memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan mengokohkan kepribadian.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5). Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional (Abdulrahman, dalam Jihad &

Haris, 2012: 14). Menurut Sudjana (dalam Jihad & Haris, 2012: 15) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Secara sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Sedangkan menurut Woordworth (dalam Majid 2014:28) hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar, dan juga sebagai kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Suprijono (dalam Thobroni, 2015: 20) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang berfokus pada aspek kognitif yang diperoleh siswa setelah melalui proses belajar.

c. Indikator Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar siswa adalah segenap proses perubahan, pengembangan, dan peningkatan fisik, sikap, dan keterampilan akibat proses belajar siswa. Menurut Widodo (2013: 3) indikator keberhasilan hasil belajar yaitu siswa memenuhi kriteria ketuntasan minimal atau (KKM). Apabila seorang siswa telah memenuhi

(32)

KKM maka siswa dikatakan telah mencapai indikator hasil belajar.

Indikator hasil belajar menurut Benjamin S. Bloom (dalam Burhan, 2010: 39) dibagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Berdasarkan pendapat ahli di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa indikator hasil belajar adalah ketika siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa meningkat dan telah berhasil dalam proses belajarnya.

d. Hasil Belajar Kognitif

Penelitian ini difokuskan pada hasil belajar aspek kognitif. Hasil belajar aspek kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa (Susatno, 2011: 48). Kemampuan kognitif merupakan dasar bagi kemampuan anak untuk berpikir. Jadi proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama ditujukan kepada ide-ide belajar dalam diri siswa.

Menurut Purwanto (2009: 50) hasil belajar kognitif merupakan perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognitif. Proses belajar yang melibatkan kognitif meliputi penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan, dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kognitif adalah hasil dari proses perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang berfokus pada aspek pengetahuan siswa.

e. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor internal atau dalam diri siswa dan faktor eksternal atau faktor lingkungan.

Faktor dalam diri siswa menyangkut kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Selain faktor dari internal dan faktor eksternal, terdapat faktor lain yang turut menentukan hasil belajar siswa yaitu faktor pendekatan belajar (approach to learning) (Kosasih & Angkowo, 2007:50-51).

(33)

1) Faktor Internal

Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis.

2) Faktor Eksternal

Salah satu faktor lingkungan di sekitar siswa.

3) Faktor Pendekatan belajar

Berkaitan dengan upaya belajar yang dilakukan siswa yang meliputi strategi dan model pembelajaran.

3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model Pembelajaran adalah cara atau yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi, Nurulhayati (dalam Rusman, 2014: 203). Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2013: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Johnson (dalam Isjoni, 2013: 63) mengemukakan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana siswa mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni, 2013: 14).

Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota

(34)

kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Secara sederhana dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan dalam penelitian ini yaitu suatu cara untuk membantu siswa belajar secara berkelompok, saling membantu dalam proses pembelajaran sehingga meningkatkan kerja sama dan hasil belajar baik secara individu maupun kelompok.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sanjaya (dalam Rusman, 2013: 206) Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif, yaitu:

1) Perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok.

2) Perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar. Karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan.

3) Perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi.

Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut (Rusman, 2013: 207):

1) Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar.

2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif harus berlandaskan pada manajemen kooperatif, yaitu:

3) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan.

(35)

4) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.

5) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun non tes.

6) Kemauan untuk Bekerja Sama Pembelajaran kooperatif dikatakan berhasil ketika siswa mampu melakukan kerja sama dalam kelompok. Keberhasilan kerja sama akan mempengaruhi hasil belajar siswa serta penguasaan pengetahuan siswa.

7) Keterampilan Bekerja Sama Kemampuan kerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok.

Dengan demikian siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

c. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Arends (dalam Suprihatiningrum, 2016: 197) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai sekurang-kurangnya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu:

1) Hasil Belajar Akademik

Pembelajaran kooperatif memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok atas maupun kelompok bawah yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu

Pembelajaran kooperatif menyajikan peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi, untuk bekerja dan saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama.

3) Pengembangan Keterampilan Sosial

Pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat. Keterampilan-keterampilan khusus

(36)

dalam pembelajaran kooperatif, disebut keterampilan kooperatif dan berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas.

d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif

Pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif dapat dilakukan karena memiliki kelebihan dan kekurangan. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan strategi belajar kooperatif (Suprihatiningrum, 2016: 201) sebagai berikut:

1) Peserta didik lebih memperoleh kesempatan dalam hal meningkatkan hubungan kerja sama antar-teman.

2) Peserta didik lebih memperoleh kesempatan untuk mengembangkan aktivitas, kreativitas, kemandirian, sikap kritis, sikap, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

3) Guru tidak perlu mengajarkan seluruh pengetahuan kepada peserta didik, cukup konsep-konsep pokok karena dengan belajar secara kooperatif peserta didik dapat melengkapi sendiri.

Menurut Slavin (dalam Suprihatiningrum, 2016: 201), keuntungan lain yang diperoleh dari penerapan pembelajaran kooperatif, diantaranya berikut ini:

1) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

2) Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk bersama- sama berhasil.

3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

4) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

5) Interaksi antar siswa juga membantu meningkatkan perkembangan kognitif yang non konservatif menjadi konservatif.

Namun demikian, strategi belajar kooperatif juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu:

1) Memerlukan alokasi waktu yang relatif lebih banyak, terutama jika belum terbiasa.

(37)

2) Membutuhkan persiapan yang lebih terprogram dan sistemik.

3) Jika peserta didik belum terbiasa dan menguasai belajar kooperatif, pencapaian hasil belajar tidak akan maksimal.

e. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

Model pembelajaran STAD ini menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Abidin (2014: 248) menyatakan bahwa model pembelajaran tipe ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran tempat siswa belajar secara berkelompok, berdiskusi guna menemukan dan memahami konsep-konsep. Semua anggota kelompok berbagi tanggung jawab.

STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Salvin, 2016: 143).

Menurut, Trianto (2010: 68) mengemukakan pembelajaran kooperatif STAD merupakan salah satu jenis dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Model pembelajaran STAD adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang sederhana. Siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat sampai lima orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan suku. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.

Jadi pengertian model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut peneliti setelah melihat beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang dilakukan secara kelompok kecil dimana dalam pembelajaran tersebut siswa dibagi secara heterogen yang meliputi kemampuan akademis, jenis kelamin, ras, dan suku untuk

(38)

saling bekerja sama, berdiskusi, memecahkan masalah dan memperoleh penghargaan atas hasil belajar yang telah dicapai.

f. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

Langkah-langkah dalam model pembelajaran STAD menurut Huda (2013) yaitu:

1) Tahap pertama yaitu pengajaran, di mana guru akan menyajikan materi pembelajaran, biasa ceramah dan diskusi.

2) Tahap tim kedua yaitu tim studi. Pada tahap ini setiap peserta didik dalam kelompok bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan lembar kerja dan lembar jawaban yang disediakan guru.

3) Tahap ketiga adalah tes di mana setiap peserta didik secara individual mengerjakan kuis. Hasilnya akan diakumulasi untuk skor tim.

4) Tahap keempat adalah rekognisi di mana setiap kelompok akan mendapatkan hadiah atau reward sesuai dengan skor yang diperoleh.

Sedangkan Rusman (2010: 215) model pembelajaran STAD ini terdapat 6 langkah yaitu sebagai berikut:

1) Penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan motivasi peserta didik.

2) Pembagian kelompok di mana peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok kelompok terdiri dari 4-5 peserta didik yang memprioritaskan heterogenitas atau keberagaman kelas.

Keberagaman tersebut diantaranya dalam hal prestasi akademik, gender/jenis kelamin, ras atau etnik.

3) Presentasi atau penyampaian materi dari guru yang dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini guru juga menjelaskan tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan untuk dikuasai oleh peserta didik, tugas dan pekerjaan yang harus dikerjakan serta langkah-langkah pengerjaannya.

4) Selanjutnya, kegiatan belajar peserta didik dalam tim/kerja tim dimana guru akan menyiapkan lembar kerja sebagai pedoman

(39)

pengerjaan. Hal ini dimaksudkan agar semua anggota berkontribusi dan menguasai materi. Selama proses kerja tim, guru akan melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan serta bantuan jika diperlukan.

5) Pemberian kuis untuk mengevaluasi hasil belajar pada materi yang telah dipelajari. Selain itu guru juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja tiap kelompok. Peserta didik diberikan kursi secara individu dan tidak diperbolehkan bekerja sama ketika kuis berlangsung. Guru memberikan skor untuk setiap soal.

6) Penghargaan prestasi tim, di mana guru akan menghitung skor individu, skor kelompok.

Shoimin (2014: 189) menyatakan bahwa langkah-langkah model STAD yaitu:

1) Guru menyiapkan materi pembelajaran kepada peserta didik sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

2) Guru memberikan es/kuis kepada setiap peserta didik secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan peserta didik.

3) Guru membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4- 5 anggota yang memiliki kemampuan akademik yang berbeda. Jika dimungkinkan berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.

4) Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, mendiskusikan secara bersama-sama, saling membatu anggota lain serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya yaitu memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi. Bahan tugas yang diberikan sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai.

5) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap individu.

6) Guru memfasilitasi peserta didik dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dicapai.

(40)

7) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan apa yang telah dikembangkan oleh Rusman (2010: 215) yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) penyampaian tujuan dan motivasi; b) pembagian kelompok; c) presentasi atau penyampaian materi oleh guru; d) kegiatan belajar dalam tim/kelompok; e) kuis; f) penghargaan tim/kelompok.

Alasan peneliti menggunakan langkah-langkah yang dikembangkan oleh Rusman (2010: 215) yaitu karena dalam mencapai hasil yang maksimal dibentuk langkah-langkah yang jelas dan runtut sehingga dapat diikuti secara jelas.

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Kegiatan 1:

Penyampaian tujuan dan motivasi

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa

Kegiatan 2:

Pembagian kelompok Guru membagi kelompok secara heterogen Kegiatan 3:

Penyampaian materi oleh guru

Guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari- hari

Kegiatan 4:

Kegiatan belajar dalam kelompok

Guru akan menyiapkan lembar kerja sebagai pedoman pengerjaan

Kegiatan 5:

Kuis

Guru mengevaluasi materi yang sedang dipelajari melalui kuis

Kegiatan 6:

Penghargaan kelompok Guru akan menghitung skor individu, skor kelompok

Berdasarkan tabel di atas, peneliti menggunakan 6 langkah pada model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), langkah-langkah yang digunakan oleh peneliti didasari oleh kesamaan dari pendapat ahli. Setiap langkah-langkah dari ahli menjelaskan pelaksanaan yang sama dan dianggap rinci untuk digunakan sebagai langkah-langkah dalam penelitian.

(41)

g. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

Manfaat dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Shoimin, 2014: 187) sebagai berikut:

1) Siswa dapat bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

2) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

4) Adanya interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

5) Meningkatkan kecakapan individu.

6) Meningkatkan kecakapan kelompok.

7) Tidak bersifat kompetitif.

8) Tidak memiliki rasa dendam antar siswa

Menurut peneliti beberapa manfaat model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini yaitu siswa dapat aktif untuk bekerja sama dan saling berperan untuk membantu serta memotivasi dalam mencapai tujuan bersama.

h. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe STAD jika dikaitkan dengan pembentukan kelompok secara heterogen menurut Lie (dalam Abidin, 2014: 28) yaitu:

1) Kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung.

2) Kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnik, dan gender.

3) Kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademik tinggi, guru mendapatkan asisten untuk setiap tiga orang.

(42)

Menurut peneliti beberapa keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini yaitu siswa merasa bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya sehingga memungkinkan mereka untuk bekerja keras dalam mencapai tujuan dan hasil yang maksimal.

4. Materi Macam-macam Gaya a. Pengertian Gaya

Gaya merupakan suatu kekuatan (tarikan atau dorongan) yang berakibat kepada benda tersebut, dengan seperti ini benda itu mengalami perubahan posisi (bergerak), atau berubah bentuk, Kusumawati (2017:

6). Gaya juga bisa diartikan sebagai tarikan atau dorongan yang ditujukan kepada sebuah benda dari benda lain. Contohnya pada suatu kegiatan atau permainan tarik tambang yang mampu membuat pelakunya untuk berpindah tempat. Gaya yang berupa suatu tarikan atau dorongan memiliki arah gaya. Gaya dibedakan menjadi:

1) Gaya Gesek

Gaya gesek merupakan suatu gaya yang terjadi karena ada bagian benda bergesekan dengan dua permukaan datar. Gaya gesek berguna untuk memperlambat gerakan benda. Gaya gesek mampu untuk menimbulkan suara. Contoh gaya gesek: Pada saat mengerem mobil, mobil tersebut akan berhenti.

2) Gaya Gravitasi

Gaya gravitasi merupakan suatu gaya yang terjadi karena adanya gravitasi bumi. Gaya gravitasi mampu menyebabkan semua benda yang ada mengapung di udara. Contoh gaya gravitasi: buah yang jatuh dari pohonya.

3) Gaya Otot

Gaya otot merupakan suatu gaya yang menggunakan tenaga otot atau gaya yang dihasilkan oleh tarikan serta dorongan. Contoh gaya otot:

mengangkat kursi, mendorong meja.

4) Gaya Magnet

(43)

Gaya magnet merupakan suatu gaya yang ditimbulkan oleh suatu dorongan dan tarikan dari magnet. Contoh gaya magnet: saat kita mendekatkan besi dengan magnet, magnet akan terdorong sehingga magnet akan menempel pada besi itu. Benda yang tidak bisa untuk menempel pada magnet: kayu, alumunium, plastik,dll. Dalam kehidupan sehari-hari magnet memberi banyak manfaat. Ada beberapa alat rumah tangga yang menggunakan magnet. Sebagai contoh adalah pintu kulkas (lemari es). Kompas, gunting jahit, dan tempat pensil bermagnet merupakan contoh lain pemanfaatan gaya magnet.

5) Gaya Listrik

Gaya listrik merupakan suatu gaya yang dihasilkan oleh listrik.

Contoh gaya listrik: saat kita menyalakan komputer, menyalakan televisi, menyalakan kipas angin,dll.

B. Penelitian yang Relevan

Terdapat penelitian-penelitian relevan yang dikutip dari beberapa skripsi. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap kerja sama dan hasil belajar siswa di SD adalah penelitian yang dilakukan oleh Marten, Radita Ayu Kusumastuti, Nur Khalida Prettiana.

Marten (2017) melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kerja sama dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Karitas Tahun Pelajaran 2016/2017 Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya peningkatan kerja sama dan prestasi belajar matematika siswa kelas V SD Karitas Tahun Pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: penyampaian tujuan dan pentingnya kerja sama, pembagian kelompok, presentasi materi oleh guru, kegiatan belajar dalam kelompok, pemberian kuis dan penghargaan prestasi

(44)

tim; (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kerja sama siswa. Peningkatan ini dapat dilihat dari kondisi awal kerja sama siswa dengan skor rata-rata 53,25 (rendah) pada siklus I meningkat menjadi 66,97 (tinggi) kemudian pada siklus II meningkat menjadi 75,47 (tinggi); (3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan ini dapat dilihat dari kondisi awal rata-rata skor nilai tes siswa sebesar 64,40 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 57,14%, pada siklus I meningkat menjadi 69,07% dengan persentase pencapaian KKM sebesar 74,07% dan pada siklus II meningkat menjadi 74,23 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 93,33%.

Kusumastuti (2018) melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kerja sama dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas III A SD Kanisius Murukan melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)”. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kerja sama dan hasil belajar pada siswa kelas IIIA SD Kanisius Murukan melalui model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournaments (TGT). Hal tersebut ditunjukkan pada peningkatan nilai rata- rata kondisi awal hasil belajar 57 menjadi 72 pada siklus I, kemudian meningkat lagi menjadi 81 pada siklus II. Untuk rata-rata kerja sama siswa pada awalnya 57, menjadi 78 pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 86 pada siklus II.

Prettiana (2016) melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Minat Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) Pada Siswa Kelas V SD N 1 Sedayu Bantul”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan minat belajar siswa ketika diberi tindakan pada siklus I, siswa sudah mulai berani menjawab pertanyaan yang guru berikan. Siswa sudah mulai memperhatikan ketika guru menerangkan materi. Pada siklus II banyak siswa yang maju tanpa harus ditunjuk oleh guru. Siswa sudah memperhatikan ketika guru menjelaskan materi dan siswa sudah aktif dalam

(45)

kegiatan belajar kelompok. Peningkatan minat belajar siswa kelas kelas V dari pra siklus menunjukan angka 1,22 dengan kategori minat belajar rendah, pada siklus I menunjukan angka 2,11 dengan kategori minat belajar tinggi, dan angka 2,97 dengan kategori minat belajar tinggi pada siklus II.

Relevansi dari penelitian di atas dengan penelitian ini yaitu kerja sama, hasil belajar, dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Dalam penelitian ini peneliti tertarik melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division. Kekhususan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini peneliti mengajarkan materi yang berbeda mengenai macam-macam gaya dalam subtema 1 di kelas IV dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division untuk meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu peneliti memilih variabel kerja sama dan hasil belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) berdasarkan kondisi awal untuk meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Gamping tahun pelajaran 2019/2020 dengan judul “Peningkatan Kerja sama Dan Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Materi Pokok Macam-Macam Gaya Dalam Subtema 1 Siswa Kelas IV SD Kanisius Gamping”. Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat memperoleh hasil yang lebih baik untuk mengetahui peningkatan Kerja sama dan hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) pada siswa kelas IV SD Kanisius Gamping. Berikut ini literature map penelitian yang relevan.

(46)

C. Kerangka Berpikir

Penelitian ini berawal dari rendahnya kerja sama dan hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Gamping pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1. Peneliti mencoba untuk melaksanakan sebuah penelitian dengan kerangka berpikir sebagai berikut. Penelitian ini berawal dari kondisi awal kerja sama dan hasil belajar pada siswa yang masih rendah. Berdasarkan observasi dan kuesioner yang telah dilakukan, kerja sama dan hasil belajar siswa pada kelas IV SD Kanisius Gamping masih rendah, hal tersebut terjadi karena kemampuan anak berbeda-beda dan

Marten (2017) dengan judul

“Peningkatan Kerja sama dan Prestasi Belajar Matematika

Siswa Kelas V SD Karitas Tahun Pelajaran 2016/2017

Melalui Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Division (STAD)”

Penelitian ini:

“Peningkatan Kerja sama Dan Hasil Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Materi Pokok Macam-Macam Gaya Dalam Subtema 1 Siswa Kelas

IV SD Kanisius Gamping”

Kusumastuti (2018) dengan judul

“Peningkatan kerja sama dan hasil belajar matematika pada siswa kelas IIIA

SD Kanisius Murukan melalui model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournaments

(TGT)”

Prettiana (2016) melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan

Minat Belajar Ipa Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD (Student Teams Achievement

Divisions) Pada Siswa Kelas V SD N

1 Sedayu Bantul”

Gambar 2.1 Bagan Literature Map Penelitian yang Relevan

Gambar

Tabel 4.8  Perbandingan Data Hasil Belajar........................................        72  Tabel 4.9  Rekapitulasi Hasil Penelitian .............................................
Tabel 1.2 Data Kondisi Awal Hasil Belajar
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe  STAD (Student Teams Achievement Division)
Gambar 2.1 Bagan Literature Map Penelitian yang Relevan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan digital library yang ditujukan untuk perpustakaan Smk Yasmida Ambarawa .Teknologi dan komunikasi tak

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai teori yang digunakan dalam penelitian ini, yakni teori terkait nilai — nilai pendidikan al — akhla>q al — kari>mah, yang

Indonesia; mengenal berbagai skala, karakter, dan kualitas lanskap; mengenal tanaman dalam lanskap; mengenal berbagai teknologi yang digunakan dalam arsitektur lanskap;

Dalam perbankan, pemberian kredit yang berdasarkan pemahaman fungsi bank selama ini, dapat dipastikan bahwa penyaluran kredit kepada pihak yang membutuhkan dana merupakan bisnis

pemikirannya sampai saat ini tidak hilang bahkan menjadi jalan lain (alternatif) atas kebuntuan-kebuntuan dari ilmu yang terpapar rasionalisme dan

Tanggal Pembayaran atas Pembelian Saham Publik 30 Juni 2012 Tanggal Efektif Penggabungan Usaha 01 Juli 2012 Tanggal Awal Perdagangan Saham Hasil Penggabungan di Bursa 01 Juli

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Wahyu Purnama 2014 Universitas

NEWS READER : DEKRANAS ADAKAN PAMERAN KREASI JOGJA UNTUK INDONESIA. PAMERAN PRODUK KERAJINAN / SELAMA INI TETAP MENJADI ANDALAN PERAJIN UNTUK MENJUAL HASIL