• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar"

Copied!
461
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI DAN KOLABORASI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATERI IPA PADA SISWA KELAS V

SD KANISIUS JOMEGATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Cornelia Deriyanti Setyaningsih NIM: 161134028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI DAN KOLABORASI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATERI IPA PADA SISWA KELAS V

SD KANISIUS JOMEGATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Cornelia Deriyanti Setyaningsih NIM: 161134028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur, saya persembahkan karya ini kepada:

1. Yesus Kristus yang selalu mendampingi setiap langkah hidup saya.

2. Kedua orangtua saya, Bapak Yohanes Eko Joko Muratno dan Ibu Theresia Pudji Astuti yang selalu memberikan semangat, motivasi, mendoakan, dan memberikan ruang kepada saya selama ini untuk berkembang serta telah sabar dalam mendidik saya selama ini.

3. Kakak saya, Veronika Devi Setyaningrum yang telah mendukung dan memberikan pandangan luas untuk terus maju dalam menjalani hidup ini. 4. Pastor Rm. Paulus Supriya, Pr. dan Rm. Yohanes Sari Jatmiko, Pr. dalam

memberikan semangat agar terselesainya karya ini.

5. Daniel Richo Ade Arvian dan sekeluarga yang telah memberikan waktu kepada saya dalam menyelesaikan karya ini, mendoakan, dan selalu sabar untuk saya.

6. Kawan se-payung skripsi saya, Benediktus Febriyanto dan Rosalia Galih Indriyati dalam memberikan dukungan dan semangat selama ini.

7. Almamater saya, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan banyak lembar pengalaman kepada saya selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.

(6)

v

MOTTO

“Bagaimana pun, berikan yang terbaik dari dirimu sebaik-baiknya yang dapat kamu lakukan”

( Mother Teresa )

“Kualitas seseorang itu BAIK dapat dilihat dari sifat, perkataan, pemikiran yang cerdas, serta kehidupan yang penuh perjuangan.”

(7)
(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Cornelia Deriyanti Setyaningsih

Nomor Mahasiswa : 161134028

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “Peningkatan

Keterampilan Komunikasi dan Kolaborasi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Materi IPA pada Siswa Kelas V SD Kanisius Jomegatan”. Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

(9)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI DAN KOLABORASI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATERI IPA PADA SISWA KELAS V

SD KANISIUS JOMEGATAN

Cornelia Deriyanti Setyaningsih Universitas Sanata Dharma

2020

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan keterampilan komunikasi dan kolaborasi materi IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pada keterampilan komunikasi dan kolaborasi; 2) meningkatkan keterampilan komunikasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation; 3) meningkatkan keterampilan kolaborasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan yang berjumlah 24 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan keterampilan komunikasi dan kolaborasi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-tes (wawancara, observasi, serta dokumen) dan tes (pilihan ganda). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskrriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation menggunakan 6 langkah seperti memusatkan perhatian, mengidentifikasi topik dan pembentukan kelompok, merencanakan tugas, membuat penyelidikan, presentasi, dan evaluasi; 2) model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan keterampilan komunikasi materi IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan skor rata-rata keterampilan komunikasi pada prasiklus 64 (sedang) pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 77,39 (tinggi) kemudian pada siklus II menjadi 79,95 (tinggi); dan 3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan keterampilan kolaborasi materi IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan skor rata-rata kolaborasi pada prasiklus 66 (sedang) pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 77,51 (tinggi) kemudian pada siklus II menjadi 79,76 (tinggi).

Kata kunci: Keterampilan Komunikasi, Kolaborasi, Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation.

(10)

ix ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF COMMUNICATION AND COLLABORATION SKILLS USING COOPERATIVE LEARNING MODELS TYPE GROUP INVESTIGATION NATURAL SCIENES IN FIFTH GRADE STUDENTS OF

JOMEGATAN KANISIUS ELEMENTARY SCHOOL

Cornelia Deriyanti Setyaningsih Sanata Dharma University

2020

This research is conducted of the low communication skill and collaboration of science material of fifth grade student of Jomegatan Kanisius Elementary School. The aim of the research: 1) Describe application of cooperative learning models type group investigation to improve communication and collaboration skill, 2) Improvement of communication skill in Scienes for elementary school through cooperative learning models type group investigation, 3) Improvement of collaboration skill in Scienes for elementary school through cooperative learning models type group investigation.

The kind of the research was the act of class research. The subject was fifth grade student of Jomegatan Kanisius Elementary School which is twenty four students. The object of the research was increasing communication and collaboration skill through cooperative learning models type of group investigation. An instrument that used non test (interview, observation, and document) and exam (multiple choice). Data analyzing method for the research were in research using descriptive and quantitative analysis.

The result of this research show that: 1) Application of cooperative learning models type group investigation with six steps like focusing identification topic and making group, plan the task, make investigation, presentation, and evaluation. 2) Cooperative learning models type group investigation can improve communication skill material scienes for fifth grade students of Jomegatan Kanisius Elementary School. It can be seen from increase average value communication skill on pre cycle 64 (medium) on Cycle I increase become 77,39 (high), and then on Cycle II become 79,95 (high). 3) Application of cooperative learning models type group investigation can be increasing collaboration skill material scienes for fifth grade student of Jomegatan Kanisius Elementary School. It can be seen from increase average value collaboration on pre cycle 66 (medium) on cycle I increase become 77,51 (high), and then on cycle II become 79,76 (high).

Keywords: Communication skill, Collaboration skill, Cooperative Learning Models Type Group Investigation.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan atas ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas limpahan rahmat dan karuniaNya kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, dengan judul: “Peningkatan

Keterampilan Komunikasi dan Kolaborasi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Materi IPA pada Siswa Kelas V SD Kanisius Jomegatan”.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan dosen pembimbing I yang telah membimbing, memberikan semangat, masukan, dan nasehat kepada peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Drs. Albertus Hartana, SJ., M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing, memberikan dorongan, semangat, masukan, dan nasehat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan terhadap penyusunan skripsi ini.

6. Sekretariat Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah membantu peneliti selama proses pelaksanaan tugas akhir ini dengan lancar.

7. Seluruh validator yang telah bersedia memberikan penilaian, saran, dan bantuan dalam proses validasi pada penelitian ini.

(12)
(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR BAGAN ... xix

DAFTAR GRAFIK ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 6 E. Definisi Operasional ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 9

1. Keterampilan Komunikasi ... 9

2. Keterampilan Kolaborasi ... 13

(14)

xiii

4. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 22

5. Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia ... 25

B. Penelitian yang Relevan ... 28

C. Kerangka Berpikir ... 33

D. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35

B. Setting Penelitian ... 37

C. Rencana Tindakan ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

1. Non-tes ... 43 a. Wawancara ... 43 b. Observasi/pengamatan ... 44 c. Dokumentasi ... 45 d. Triangulasi Data ... 45 2. Tes ... 46

a. Tes Objektif Pilihan Ganda ... 46

E. Instrumen Penelitian ... 47

1. Pedoman Wawancara ... 47

2. Lembar Pengamatan ... 49

3. Tes Objektif Pilihan Ganda ... 52

F. Teknik Pengujian Instrumen ... 55

1. Validitas ... 55

a. Validasi Perangkat Pembelajaran ... 57

b. Validasi Instrumen Wawancara ... 58

c. Validasi Instrumen Observasi ... 58

d. Validasi Soal Evaluasi ... 59

2. Reliabilitas ... 61

G. Analisis Data ... 63

1. Perhitungan Keterampilan Komunikasi dan Kolaborasi ... 64

(15)

xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation .. 66

B. Peningkatan Keterampilan Komunikasi ... 69

1. Data Awal ... 69 a. Wawancara ... 69 b. Tes ... 70 2. Siklus I ... 71 a. Lembar Pengamatan ... 71 b. Tes ... 72 3. Siklus II ... 74 a. Lembar Pengamatan ... 74 b. Tes ... 75

C. Peningkatan Keterampilan Kolaborasi ... 78

1. Data Awal ... 78 a. Wawancara ... 78 b. Tes ... 78 2. Siklus I ... 79 a. Lembar Pengamatan ... 80 b. Tes ... 81 3. Siklus II ... 82 a. Lembar Pengamatan ... 83 b. Tes ... 84 D. Pembahasan ... 86

1. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation yang Meningkatkan Keterampilan Komunikasi ... 87

2. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation yang Meningkatkan Keterampilan Kolaborasi ... 87

3. Indikator Keterampilan Komunikasi yang Belum Optimal ... 87

4. Indikator Keterampilan Kolaborasi yang Belum Optimal ... 88

5. Upaya yang harus Dilakukan untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi dan Kolaborasi ... 89

(16)

xv BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 91 B. Keterbatasan Penelitian ... 92 C. Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA ... 93 LAMPIRAN ... 99

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Fase Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group

Investigation... 20

Tabel 3.1 Waktu Penelitian... 38

Tabel 3.2 Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Siklus I... 40

Tabel 3.3 Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Siklus II... 42

Tabel 3.4 Kisi-kisi Pedoman Wawancara... 47

Tabel 3.5 Lembar Pedoman Wawancara... 48

Tabel 3.6 Kisi-kisi Lembar Pengamatan Keterampilan Komunikasi... 49

Tabel 3.7 Lembar Pengamatan Keterampilan Komunikasi... 50

Tabel 3.8 Kisi-kisi Lembar Pengamatan Keterampilan Kolaborasi... 51

Tabel 3.9 Lembar Pengamatan Kolaborasi... 52

Tabel 3.10 Lembar Kisi-kisi Tes Objektif Pilihan Ganda... 53

Tabel 3.11 Lembar Kisi-kisi Tes Siklus I... 54

Tabel 3.12 Lembar Soal Pilihan Ganda Siklus I... 54

Tabel 3.13 Lembar Kisi-kisi Tes Siklus II... 55

Tabel 3.14 Lembar Soal Pilihan Ganda Siklus II... 55

Tabel 3.15 Pedoman Penskoran Validasi... 56

Tabel 3.16 Kriteria Validitas Penelitian... 57

Tabel 3.17 Hasil Perhitungan Validasi Silabus... 57

Tabel 3.18 Hasil Perhitungan Validasi RPP... 58

Tabel 3.19 Hasil Perhitungan Validasi Instrumen Wawancara... 58

Tabel 3.20 Hasil Perhitungan Instrumen Observasi... 59

Tabel 3.21 Hasil Validasi Soal Evaluasi Pilihan Ganda Siklus I... 59

Tabel 3.22 Hasil Soal yang Valid... 60

Tabel 3.23 Hasil Validasi Soal Evaluasi Pilihan Ganda Siklus II... 60

Tabel 3.24 Hasil Soal yang Valid... 60

Tabel 3.25 Kualifikasi Reliabilitas... 62

(18)

xvii

Tabel 3.27 Reliabilitas Tes Evaluasi Siklus II... 63

Tabel 3.28 Kriteria Keterampilan Komunikasi dan Kolaborasi... 64

Tabel 3.29 Modifikasi Keterampilan Komunikasi dan Kolaborasi... 65

Tabel 3.30 Kriteria Keberhasilan... 65

Tabel 4.1 Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Siklus I ... 66

Tabel 4.2 Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Siklus II ... 67

Tabel 4.3 Skor Rata-rata Keterampilan Komunikasi Data Awal ... 70

Tabel 4.4 Skor Rata-rata Pengamatan Keterampilan Komunikasi Siklus I... 71

Tabel 4.5 Skor Rata-rata Tes Keterampilan Komunikasi Siklus I ... 72

Tabel 4.6 Skor Rata-rata Pengamatan Keterampilan Komunikasi Siklus II... 74

Tabel 4.7 Skor Rata-rata Keterampilan Komunikasi Siklus II... 75

Tabel 4.8 Skor Rata-rata Keterampilan Kolaborasi Data Awal... 79

Tabel 4.9 Skor Rata-rata Pengamatan Keterampilan Kolaborasi Siklus I... 80

Tabel 4.10 Skor Rata-rata Tes Keterampilan Kolaborasi Siklus I... 81

Tabel 4.11 Skor Rata-rata Pengamatan Keterampilan Kolaborasi Siklus II... 83

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Model PTK menurut Kurt Lewin... 37 Gambar 3.2 Triangulasi Data... 46

(20)

xix

DAFTAR BAGAN

Halaman

(21)

xx

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1 Indikator Keterampilan Komunikasi Siklus I... 73 Grafik 4.2 Hasil Pencapaian Indikator Keterampilan Komunikasi Siklus II ... 76 Grafik 4.3 Perbandingan Hasil Prasiklus, Penelitian Evaluasi Siklus I

dan Siklus II Keterampilan Komunikasi... 77 Grafik 4.4 Indikator Keterampilan Kolaborasi Siklus I... 82 Grafik 4.5 Hasil Pencapaian Indikator Keterampilan Kolaborasi Siklus II... 85 Grafik 4.6 Perbandingan Hasil Prasiklus, Penelitian Evaluasi Siklus I

(22)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian... 100 Lampiran 2. Surat Permohonan Validasi... 101 Lampiran 3. Surat Izin Praktek Penelitian... 102 Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 103 Lampiran 5. Hasil Validasi... 104 Lampiran 6. Instrumen Wawancara Keterampilan Komunikasi... 145 Lampiran 7. Instrumen Wawancara Keterampilan Kolaborasi... 148 Lampiran 8. Hasil Wawancara Keterampilan Komunikasi... 151 Lampiran 9. Hasil Wawancara Keterampilan Kolaborasi... 153 Lampiran 10. Instrumen Pengamatan Keterampilan Komunikasi... 155 Lampiran 11. Instrumen Pengamatan Keterampilan Kolaborasi... 158 Lampiran 12. Hasil Pengamatan Keterampilan Komunikasi Pengamat 1... 161 Lampiran 13. Hasil Pengamatan Keterampilan Komunikasi Pengamat 2... 165 Lampiran 14. Hasil Pengamatan Keterampilan Kolaborasi Pengamat 1... 169 Lampiran 15. Hasil Pengamatan Keterampilan Kolaborasi Pengamat 2... 173 Lampiran 16. Presensi Kehadiran Peserta Didik... 177 Lampiran 17. Soal LKPD Siklus I... 181 Lampiran 18. Soal LKPD Siklus II... 183 Lampiran 19. Hasil LKPD Siklus I... 185 Lampiran 20. Hasil LKPD Siklus II... 191 Lampiran 21. Soal Evaluasi Siklus I... 196 Lampiran 22. Soal Evaluasi Siklus II... 204 Lampiran 23. Hasil Evaluasi Siklus I... 210 Lampiran 24. Hasil Evaluasi Siklus II... 216 Lampiran 25. Refleksi Peserta Didik... 221 Lampiran 26. Validasi dan Reliabilitas Siklus I... 225 Lampiran 27. Validasi dan Reliabilitas Siklus II... 227 Lampiran 28. Silabus Siklus I Pertemuan 1 dan 2... 229

(23)

xxii

Lampiran 29. Silabus Siklus II Pertemuan 1 dan 2... 264 Lampiran 30. RPPTH Siklus I Pertemuan 1... 294 Lampiran 31. RPPTH Siklus I Pertemuan 2... 331 Lampiran 32. RPPTH Siklus II Pertemuan 1... 363 Lampiran 33. RPPTH Siklus II Pertemuan 2... 397 Lampiran 34. Materi Sistem Pernapasan Manusia ... 429 Lampiran 35. Foto-foto Kegiatan ... 436 Lampiran 36. Biodata Peneliti ... 438

(24)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pemecahan masalah, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang

Pada abad 21 ini terjadi perkembangan yang begitu pesat dalam bidang teknologi dan informasi yang dapat berpengaruh di dunia pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Dasar. Dari hal tersebut, nampak pentingnya peran seorang guru dalam membimbing siswa mengenai keterampilan dan inovasi yang mendukung pada era modern di abad 21 ini. Keterampilan belajar dan inovasi di abad 21 ini antara lain: berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, kreativitas dan inovasi, serta komunikasi dan kolaborasi (Sani. 2019: 53). Keterampilan abad 21 ini memberikan beberapa manfaat bagi siswa, yaitu (1) belajar mandiri untuk dapat mencari tahu permasalahan yang sedang dihadapi, (2) memiliki komitmen untuk mengerjakan sesuatu dengan tepat, (3) bekerjasama di dalam team, (4) berkomunikasi dengan lancar, dan (5) mampu mencari sumber belajar secara mandiri (Sani, Ridwan Abdullah. 2019: 53).

Salah satu kemampuan siswa yang perlu ditekankan adalah keterampilan komunikasi. Suprapto (2011: 7) mengungkapkan bahwa keterampilan komunikasi adalah suatu proses interaksi yang mempunyai arti antara sesama manusia. Pengertian yang telah dikemukakan oleh Suprapto selaras dengan Beni (2012: 111) bahwa keterampilan komunikasi merupakan penyampaian dan memahami pesan dari satu orang kepada orang lain. Keterampilan komunikasi mengarahkan siswa untuk mampu mengungkapkan suatu informasi yang dapat diterima oleh orang lain dengan jelas.

(25)

Seseorang dapat dikatakan memiliki keterampilan komunikasi yang baik apabila: (1) mengemukakan, menulis, ide-ide dasar dari hasil temuan/pengamatan, (2) menggunakan grafik, tabel, dan simbol tertentu untuk menyajikan informasi, (3) memilih alat komunikasi yang sesuai agar temuannya dapat dimengerti oleh orang lain, dan (4) memilih informasi yang relevan dari data sekunder seperti buku, film, database (Harlen dan Wynne (dalam Bundu, 2006: 65)). Keterampilan komunikasi menurut Pakar Komunikasi (2016: 3) memiliki beberapa manfaat, seperti: (1) pesan tersampaikan dengan baik, (2) pesan diterima sesuai dengan yang kita maksudkan dan diharapkan, (3) mengurangi terjadinya kesalahpahaman, (4) konflik dan permasalahan dapat terselesaikan dengan cepat, dan (5) hubungan yang terjalin lebih erat.

Keterampilan yang dapat meningkatkan kemampuan siswa di abad 21, yaitu keterampilan kolaborasi. Keterampilan kolaborasi adalah proses interaksi di antara beberapa orang yang berkesinambungan (Jonathan, 2004: 2). Keterampilan kolaborasi merupakan suatu landasan interaksi dan cara hidup seseorang dimana individu bertanggung jawab atas tindakannya, yang mencakup kemampuan belajar dan menghargai serta memberikan dukungan terhadap kelompoknya. Triling (2009: 48) berpendapat bahwa ciri-ciri siswa yang memiliki keterampilan kolaborasi antara lain: (1) menggabungkan umpan balik dengan efektif atau menerima keputusan bersama, (2) menerima penghargaan, kritik, dan saran, (3) memahami, merundingkan, memperhitungkan perbedaan pandangan untuk mencapai pemecahan masalah, terkhusus pada lingkungan multi-culturals, (4) fleksibel dalam bekerja sama, dan (5) selalu berkompromi dengan tim untuk menyelesaikan masalah. Keterampilan kolaborasi menurut Hill& Hill (dalam Rofic, 2010: 12) memiliki beberapa manfaat, seperti: (1) meningkatkan prestasi belajar siswa, (2) pemahaman lebih mendalam, (3) belajar lebih menyenangkan, (4) mengembangkan jiwa kepemimpinan, (5) meningkatkan sikap positif,

(26)

(6) meningkatkan harga diri, (7) belajar lebih inklusif, (8) rasa saling memiliki, dan (9) keterampilan belajar masa depan.

Keterampilan komunikasi dan kolaborasi sangat bermanfaat bagi siswa di abad 21 ini, namun menurut hasil tes dan wawancara siswa kelas V di SD Kanisius Jomegatan dalam hal kemampuan komunikasi dan kolaborasi masih tergolong rendah. Hasil tes menunjukkan rata-rata keterampilan komunikasi memperoleh 64 dan kolaborasi 66 yang jauh dari KKM yaitu 70. Hasil wawancara dengan guru kelas V SD Kanisius Jomegatan pada hari Kamis, 24 Oktober 2019 menyatakan bahwa keterampilan komunikasi dan kolaborasi khususnya pada muatan pelajaran IPA masih rendah.

Kemampuan siswa dalam hal berkomunikasi dapat dilihat dari perilaku di dalam kelas, seperti keaktifan bertanya, mempresentasikan hasil diskusi, aktif mencari sumber belajar yang masih didominasi oleh siswa laki-laki karena siswa perempuan merasa kurang percaya diri. Siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan tidak dapat menyajikan informasi menggunakan data dan alat komunikasi yang menarik sehingga hal yang disampaikan di depan kelas tidak optimal. Kemampuan kolaborasinya terlihat bahwa siswa mampu menerima kritik dari siswa lain tetapi belum optimal, siswa yang aktif dalam kelompok hanya 1-2 orang saja, dan masih kesulitan dalam menemukan solusi terkait masalah yang dipaparkan oleh guru di dalam kelompok. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa masih ada beberapa hal yang tidak nampak pada siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan dalam hal mengambil keputusan secara bersama, memahami perbedaan pandangan, dan fleksibel dalam bekerjasama.

Pengaruh lain terkait kemajuan siswa dalam hal keterampilan komunikasi dan kolaborasi, yaitu guru kurang terampil dalam mencari sumber referensi yang berakibat cukup besar dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH). RPPTH yang dibuat oleh guru tidak sesuai dengan tujuan keterampilan abad 21 dalam hal komunikasi dan kolaborasi pada muatan pelajaran IPA baik dalam proses

(27)

belajar maupun soal evaluasi. Muatan pelajaran IPA mengajarkan siswa untuk mensyukuri karunia Tuhan dan dapat mengajarkan siswa untuk peduli serta tahu lingkungan sekitarnya. Pada bagian tujuan pembelajaran dan indikator yang telah dibuat tidak adanya keterkaitan dengan kegiatan keterampilan komunikasi dan kolaborasi bagi siswa Pada tahap kegiatan pembelajaran tidak adanya diskusi kelompok untuk mencari solusi terkait kasus dan tidak adanya pemaparan hasil diskusi atau presentasi di kelas terkait materi pelajaran yang telah di ajarkan.

Masalah rendahnya keterampilan komunikasi dan kolaborasi siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan dapat diatasi dengan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berisi kegiatan belajar mengajar secara berkelompok yang mendorong siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun kelompok (Johnson, dalam Rofiq, 2010: 3). Penerapan model pembelajaran kooperatif sangat sesuai dengan penerapan keterampilan abad 21 dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa yang memiliki kemampuan rendah sangat diuntungkan karena pembelajaran di kelas membutuhkan kerjasama yang dibantu oleh siswa yang memiliki kecerdasan untuk menjadi tutor bagi siswa yang memiliki kemampuan rendah.

Model pembelajaran kooperatif memiliki manfaat dalam proses pembelajaran antara lain: (1) mengkomunikasikan siswa dalam belajar, (2) menghindari sikap persaingan, dan (3) individualitas siswa, dan pasif, khususnya bagi siswa yang memiliki prestasi rendah dan tinggi (Johnson, dalam Rofiq, 2010: 3). Beragam tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas guna tercapainya keterampilan abad 21 khususnya pada muatan pelajaran IPA salah satunya yaitu: Group Investigation (GI).

Meningkatkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan dapat diatasi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Model pembelajaran

(28)

kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerjasama untuk menemukan informasi dari suatu topik secara berkelompok serta meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi. Narudin (dalam Susanto, 2014: 80) mengungkapkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa akan berpartisipasi di dalam kelompok dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia. Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation karena model ini berpusat dalam kemampuan investigasi untuk menemukan informasi dari permasalahan yang ada. Model ini mampu melatih keterampilan komunikasi dengan menganalisis sumber terkait untuk menemukan kesimpulan yang dapat dikomunikasikan melalui data tersebut secara konkret. Model ini berpusat pada aktifitas siswa dan guru berperan sebagai fasilitator, monitor, dan juga evaluator. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation menurut Istarani (2012: 87) adalah (1) siswa menjadi satu kelompok sesuai dengan kemampuan masing-masing yang heterogen, (2) melatih siswa untuk bekerjasama, (3) menemukan hal baru dari hasil berkelompok, (4) melatih siswa bertanggung jawab, (5) melatih siswa mengeluarkan ide dan gagasan terkait temuannya, dan (6) mendorong serta memotivasi siswa aktif selama proses pembelajaran (Istarani, 2012: 87).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti akan meneliti mengenai peningkatan keterampilan komunikasi dan kolaborasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation yang berfokus pada materi IPA sistem pernapasan manusia kelas V di SD Kanisius Jomegatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, rumusan masalah untuk penelitian ini adalah

(29)

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dalam meningkatkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi materi IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan? 2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat

meningkatkan keterampilan komunikasi materi IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan?

3. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan keterampilan kolaborasi materi IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian yang ingin peneliti capai dalam penelitian ini, antara lain:

1. Mendeskripsikan upaya peningkatan keterampilan komunikasi dan kolaborasi menggunakan model kooperatif tipe Group Investigation materi IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan.

2. Meningkatkan keterampilan komunikasi materi IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

3. Meningkatkan keterampilan kolaborasi materi IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai aspek. Berikut ini merupakan manfaat dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dalam meningkatkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi materi IPA pada siswa kelas V SD.

(30)

Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dalam meningkatkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi siswa kelas V pada materi IPA. Penelitian ini juga menambah pengetahuan peneliti dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pada materi IPA. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Mampu mengembangkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

2) Memiliki sikap kerjasama yang baik dalam pemecahan masalah.

3) Memiliki keterampilan komunikasi dan kolaborasi.

4) Mampu menemukan materi IPA SD yang kurang dipahami dalam materi sistem pernapasan manusia.

b. Bagi Guru

1) Guru dapat mengetahui keterampilan komunikasi dan kolaborasi yang dimiliki oleh siswa.

2) Guru menjadi kreatif dalam merancang kegiatan pembelajaran. 3) Guru memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan

berkolaborasi dalam menerapkan materi IPA SD menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. c. Bagi Sekolah

1) Pihak sekolah terbantu dalam mengidentifikasi masalah yang ada di sekolah.

2) Pihak sekolah memiliki pengetahuan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pada materi IPA SD.

(31)

1) Mengetahui model pembelajaran kooperatif yang efektif dan efisien untuk mengatasi suatu permasalahan dalam pembelajaran.

2) Memiliki wawasan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation khususnya pada materi IPA SD.

E. Definisi Operasional

1. Keterampilan komunikasi adalah suatu kemampuan untuk menyampaikan hasil pengamatan atau pengetahuan yang dimiliki dan atau menyampaikan dan menerima pesan, ide, dan pikiran kepada dan atau dari orang lain melalui ucapan, tulisan, gerak tubuh, dan penyiaran.

2. Keterampilan kolaborasi adalah perilaku seseorang dimana individu bertanggung jawab atas tindakannya, yang mencakup kemampuan belajar dan menghargai serta memberikan dukungan terhadap kelompoknya.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation adalah salah satu model pembelajaran dimana siswa harus melakukan penyelidikan terhadap kasus secara berkelompok dengan langkah-langkah: a. memusatkan perhatian siswa, b. mengidentifikasi topik dan membentuk kelompok, c. merencanakan tugas, d. membuat penyelidikan, e. presentasi, dan f. evaluasi.

4. IPA adalah ilmu yang berhubungan langsung dengan alam, dibahas secara terorganisir, dan berdasarkan hasil pengalaman suatu penyelidikan atau percobaan serta observasi.

(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini berisi kajian pustaka, penelitian terdahulu yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka membahas teori-teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian. Hasil penelitian terdahulu berisi pengalaman penelitian yang pernah ada yang dirumuskan dalam kerangka berpikir dan hipotesis penelitian yang berisi dugaan sementara dari rumusan masalah penilitian.

A. Kajian Pustaka

Teori yang mendukung merupakan teori yang melandasi penelitian ini. Pada bagian ini akan dibahas teori keterampilan komunikasi, kolaborasi, model pembelajaran kooperatif, pembelajaran IPA di SD, dan materi sistem pernapasan pada manusia.

1. Keterampilan Komunikasi

Pada keterampilan komunikasi, peneliti membahas mengenai pengertian, indikator, manfaat, dan cara melatih keterampilan komunikasi.

a. Pengertian Keterampilan Komunikasi

Menurut Chatab (2007: 29), keterampilan komunikasi adalah kemampuan mengadakan hubungan lewat saluran komunikasi manusia atau media, sehingga pesan atau informasinya dapat dipahami dengan baik. Menurut Beni (2012: 111), keterampilan komunikasi adalah penyampaian dan memahami pesan dari satu orang kepada orang lain.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan komunikasi merupakan suatu kemampuan untuk menyampaikan hasil pengamatan atau pengetahuan yang dimiliki dan atau menyampaikan dan menerima pesan, ide, dan pikiran

(33)

kepada dan atau dari orang lain melalui ucapan, tulisan, gerak tubuh, dan penyiaran.

b. Indikator Keterampilan Komunikasi

Menurut Taryono (2016: 9), indikator keterampilan komunikasi adalah sebagai berikut:

1) Memberi penjelasan ide

2) Melakukan pengaturan waktu presentasi 3) Melakukan kontak mata dengan audiens 4) Berbicara dengan suara yang jelas 5) Menggunakan alat bantu presentasi 6) Menanggapi pertanyaan audiens

7) Berpartisipasi dalam persentasi kelompok

Menurut Djumhur (dalam Istiqomah, 2007: 31), indikator keterampilan komunikasi adalah sebagai berikut:

1) Siswa ikut menyampaikan pendapat tentang masalah yang dibahas

2) Siswa berpartisipasi aktif dalam menanggapi pendapat yang diberikan siswa lain

3) Siswa mau mengajukan pertanyaan ketika ada suatu yang tidak dimengerti

4) Mendengarkan secara serius ketika siswa lain mengemukakan pendapat.

Menurut Harlen dan Wynne (dalam Bundu, 2006: 65), indikator keterampilan komunikasi adalah sebagai berikut:

1) Mengemukakan, menulis, ide-ide dasar dari hasil temuan/pengamatan

2) Menggunakan grafik, tabel, dan simbol tertentu untuk menyajikan informasi

3) Memilih alat komunikasi yang sesuai agar temuannya dapat dimengerti oleh orang lain

(34)

4) Memilih informasi yang relevan dari data sekunder seperti buku, film, database.

Dari beberapa pendapat di atas, peneliti merumuskan indikator keterampilan komunikasi pada penelitian ini mengambil pendapat Harlen dan Wynne (dalam Bundu, 2006: 65) karena telah merangkum dari pernyataan para ahli terkait indikator keterampilan komunikasi.

c. Manfaat Keterampilan Komunikasi

Menurut Maryanti dan Nurfahanah (2012: 2), manfaat keterampilan komunikasi adalah

1) Membantu siswa memahami informasi pesan yang disampaikan oleh guru dalam materi pelajaran

2) Siswa dapat memberikan tanggapan 3) Dapat mengemukakan ide dan pendapatnya

4) Berani bertanya dengan baik ketika siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran

Menurut Utama (2020: 2), manfaat keterampilan komunikasi adalah

1) Membangun hubungan yang lebih baik 2) Keterbukaan dan kepercayaan

3) Menyampaikan ide-ide cemerlang 4) Membuat pribadi menonjol

5) Menciptakan kesan yang lebih baik 6) Membuat semakin banyak orang tertarik 7) Kemampuan mendengar yang lebih baik

Menurut Pakar Komunikasi (2016: 3), manfaat keterampilan komunikasi adalah

1) Pesan tersampaikan dengan baik

2) Pesan diterima sesuai dengan yang kita maksudkan dan diharapkan

(35)

4) Konflik dan permasalahan dapat terselesaikan dengan cepat 5) Hubungan yang terjalin lebih erat

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat keterampilan komunikasi adalah pesan tersampaikan dengan baik, pesan diterima sesuai dengan yang kita maksudkan dan diharapkan, mengurangi terjadinya kesalahpahaman, konflik dan permasalahan dapat terselesaikan dengan cepat, dan hubungan yang terjalin lebih erat.

d. Cara Melatih Keterampilan Komunikasi

Menurut Dwi (2018: 2), cara melatih keterampilan komunikasi yaitu

1) Perhatikan artikulasi 2) Lakukan kontak mata

3) Dapat menempatkan diri dengan lingkungan 4) Menambahkan bahasa tubuh

5) Berbicara dengan santai

6) Memahami kondisi lawan bicara

7) Memberikan kesempatan orang lain berbicara 8) Pengaturan pola irama saat berbicara

9) Mengontrol rasa emosional

Menurut Yudhis (2019: 4), cara melatih keterampilan komunikasi yaitu

1) Mengajari anak untuk berempati

2) Membangun keterampilan komunikasi non-verbal 3) Belajar bicara secara bergantian

4) Ajarkan kosakata yang sopan

5) Membiasakan anak untuk berhenti, berpikir, dan bertanya 6) Sering mengajak anak berbicara

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa cara melatih siswa memiliki kemampuan keterampilan komunikasi dengan cara mengajari anak untuk berempati, membangun

(36)

keterampilan komunikasi non-verbal, belajar berbicara secara bergantian, ajarkan kosakata yang sopan, membiasakan anak berhenti, berpikir, dan bertanya, serta sering mengajak anak untuk berbicara.

2. Keterampilan Kolaborasi

Pada keterampilan kolaborasi, peneliti membahas mengenai pengertian, indikator, manfaat, dan cara melatih keterampilan kolaborasi.

a. Pengertian Keterampilan Kolaborasi

Menurut Jonathan (2004: 2) mendefinisikan keterampilan kolaborasi sebagai proses interaksi di antara beberapa orang yang berkesinambungan. Keterampilan kolaborasi merupakan suatu proses partisipasi beberapa orang ataupun kelompok organisasi untuk bekerjasama mencapai hasil tertentu (Kusnandar, 2013: 21).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian keterampilan kolaborasi sebagai proses interaksi di antara beberapa orang yang berkesinambungan.

b. Indikator Keterampilan Kolaborasi

Menurut Greenstein (2012: 28) indikator keterampilan kolaborasi sebagai berikut:

1) Bekerja secara produktif dengan orang lain 2) Berpartisipasi dan berkontribusi secara aktif

3) Seimbang dalam mendengar dan berbicara, menjadi yang utama dan menjadi pengikut dalam kelompok

4) Menunjukkan fleksibilitas dan berkompromi 5) Bekerja secara kolega dengan berbagai tipe orang 6) Menghormati ide-ide orang lain

7) Menunjukkan keterampilan pengambilan satu pandangan atau perspektif

(37)

9) Mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan kelompok yang lebih besar

10) Menghargai kontribusi masing-masing anggota kelompok 11) Mengakui dan menggunakan kekuatan anggota kelompok 12) Mencocokkan tugas dan pekerjaan berdasarkan kekuatan dan

kemampuan individu anggota kelompok

13) Bekerja sama untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan ide-ide dan produk baru

14) Bertanggung jawab bersama untuk menyelesaikan pekerjaan 15) Memprioritaskan kebutuhan dan tujuan, baik individu maupun

kelompok

16) Bekerja dengan orang lain untuk membuat keputusan yang mencakup pandangan beberapa individu

17) Mengidentifikasi area kesepakatan dan ketidaksepakatan

18) Berpartisipasi secara hormat dalam diskusi, debat, dan perbedaan pendapat

19) Mengontrol emosi sendiri, dan

20) Berkontribusi dalam kelompok untuk resolusi konfllik.

Menurut Taryono (2016: 10), indikator keterampilan kolaborasi adalah sebagai berikut:

1) Memiliki tanggung jawab 2) Membantu kelompok 3) Menghormati orang lain

4) Membuat dan mengikuti perjanjian 5) Mengatur pekerjaan

6) Bekerja sebagai satu tim

Menurut Triling (2009: 77), indikator keterampilan kolaborasi adalah sebagai berikut:

1) Menggabungkan umpan balik dengan efektif atau menerima keputusan bersama

(38)

3) Memahami, merundingkan, memperhitungkan perbedaan pandangan untuk mencapai pemecahan masalah, terkhusus pada lingkungan multi-culturals

4) Fleksibel dalam bekerja sama

5) Selalu berkompromi dengan tim untuk menyelesaikan masalah Menurut Buck Institue for Education (2013: 58), indikator keterampilan kolaborasi adalah sebagai berikut:

1) Menunjukkan sikap yang sopan dan baik pada teman 2) Mendengarkan dan menghargai pendapat teman 3) Mendiskusikan ide

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator keterampilan kolaborasi pada penelitian ini mengambil pendapat Triling (2009: 77) karena telah merangkum dari pernyataan para ahli mengenai keterampilan kolaborasi dan mudah di terapkan.

c. Manfaat Keterampilan Kolaborasi

Menurut Dewa (2019: 2), manfaat keterampilan kolaborasi adalah

1) Memunculkan ide-ide baru

2) Melatih kerjasama sebagai sebuah tim 3) Menghargai komitmen yang telah disepakati

Menurut Hill& Hill (dalam Rofic, 2010: 12), manfaat keterampilan kolaborasi yaitu

1) Prestasi belajar lebih tinggi 2) Pemahaman lebih mendalam 3) Belajar lebih menyenangkan

4) Mengembangkan jiwa kepemimpinan 5) Meningkatkan sikap positif

6) Meningkatkan harga diri 7) Belajar lebih inklusif 8) Rasa saling memiliki

(39)

9) Keterampilan belajar masa depan

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat keterampilan kolaborasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, pemahaman lebih mendalam, belajar lebih menyenangkan, mengembangkan jiwa kepemimpinan, meningkatkan sikap positif, meningkatkan harga diri, belajar lebih inklusif, rasa saling memiliki, dan keterampilan belajar masa depan.

d. Cara Melatih Keterampilan Kolaborasi

Menurut Prayogo (2017: 13), cara melatih keterampilan kolaborasi yaitu

1) Saling bekerjasama

2) Mulai mendengarkan dan terbuka dengan orang lain 3) Belajar dari pihak lain

Menurut Kurniawan (2013: 6), cara melatih keterampilan kolaborasi yaitu

1) Membentuk kelompok belajar

2) Semua siswa harus membaca, berdikusi, dan menulis 3) Berpartisipasi dalam kelompok

4) Menuliskan hasil diskusi terkait kasus 5) Mempresentasikan hasil diskusi

6) Mengoreksi hasil kelompok dan menyimpulkan kembali

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa cara melatih keterampilan kolaborasi dengan saling bekerjasama, mulai mendengarkan dan terbuka dengan orang lain, serta belajar dari orang lain.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Pada model pembelajaran kooperatif membahas tentang pengertian, tipe, dan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

(40)

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berisi kegiatan belajar mengajar secara berkelompok yang mendorong siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun kelompok (Johnson, dalam Rofiq, 2010: 3). Model pembelajaran kooperatif diterapkan melalui kelompok kecil pada semua mata pelajaran dan situasi pembelajaran. Keanggotaan kelompok bersifat heterogen baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, etnis, dan latar belakang sosial ekonomi. Dalam hal akademis, kelompok pembelajaran kooperatif biasanya terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, kemampuan sedang, dan memiliki kemampuan akademis yang kurang. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengkomunikasikan siswa dalam belajar, menghindari sikap persaingan, individualitas siswa, dan pasif, khususnya bagi siswa yang memiliki prestasi rendah dan tinggi.

Dalam suatu diskusi kelompok, tidak semua siswa kerja dalam suatu kelompok dan dianggap sebagai pembelajaran kooperatif (Roger dan Johnson, dalam Rofic, 2010: 5). Dalam memperoleh manfaat yang diharapkan dari implementasi pembelajaran kooperatif, Roger dan Johnson menganjurkan lima unsur penting yang harus dibangun dalam aktivitas instruksional, yaitu:

a. Saling Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)

Keberhasilan kelompok bergantung pada usaha setiap anggotanya. Menciptakan kelompok yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota dalam kelompok harus menyelesaikan tugas secara mandiri agar yang lain dapat menyelasaikan tugas sesuai pembagian materi dalam diskusi kelompok.

b. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Interaction)

Setiap kelompok harus memberikan kesempatan untuk bertemu secara langsung dan berdiskusi. Kegiatan tersebut akan

(41)

memberikan dampak yang baik dalam membentuk sinergi yang saling menguntungkan bagi semua anggota kelompok.

c. Tanggung Jawab Individual (Individual Accountability)

Pada unsur ini merupakan akibat langsung yang disebabkan dari unsur yang pertama. Jika tugas serta pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, maka setiap siswa akan memiliki rasa tanggung jawab untuk melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

d. Keterampilan Sosial (Social Skill)

Keterampilan sosial pada suatu kelompok yang memunculkan keterampilan dalam berkomunikasi. Sebelum memberikan tugas kepada siswa ke dalam kelompok, pengajar harus mengajarkan cara-cara berkomunikasi yang bermanfaat bagi siswa saat melakukan kegiatan diskusi.

e. Evaluasi Proses Kelompok (Group Debrieving)

Pengajar perlu memberikan jadwal waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kegiatan kelompok serta hasil kerja sama mereka agar kegiatan selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih efektif.

Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa manfaat yang telah dikemukakan oleh Hill & Hill (dalam Rofiq, 2010: 9), yaitu: meningkatkan prestasi belajar siswa, memperdalam pemahaman siswa, sistem pembelajaran yang menyenangkan, menumbuhkan sikap kepemimpinan, mengembangkan sikap positif siswa, memunculkan sikap menghargai diri sendiri, membuat belajar secara inklusif, mengembangkan rasa saling berbagi, dan mengembangkan keterampilan yang dapat digunakan untuk masa depan. Terdapat beberapa tipe dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (Investigasi Kelompok), Student Team Achievement Division (STAD), Numbered Head Together (NHT), Jigsaw, dan sebagainya. Dalam penelitian ini,

(42)

mengambil salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu Group Investigation.

1) Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

Pada bagian ini, peneliti membahas mengenai pengertian GI, langkah-langkah GI, dan kelebihan dari GI.

a) Pengertian GI

Menurut Susanto (2014: 80), GI merupakan suatu model pembelajaran yang telah menekankan pada pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan teknik-teknik pengajaran di ruang kelas. Selain itu, menurut pendapat Narudin (dalam Susanto, 2014: 80) menyatakan bahwa GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia.

Diantara model-model pembelajaran kooperatif yang ada, GI merupakan salah satu model pembelajaran yang bersifat demokratif karena siswa menjadi aktif dalam pembelajaran dan melatih kemandirian dalam belajar.

b) Langkah-langkah GI

Menurut Slavin (2010: 229) langkah-langkah model GI terdapat 6 bagian, yaitu:

(1) Mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok

(2) Merencanakan tugas (3) Membuat penyelidikan (4) Mempersiapkan tugas akhir

(5) Mempresentasikan tugas akhir,dan (6) Evaluasi

(43)

Selain itu, menurut Shoimin (2014: 81) penerapan akan model pembelajaran kooperatif tipe GI terdapat 6 (enam) fase bagian, yaitu:

Tabel 2.1 Fase Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Memusatkan perhatian siswa

1. Memotivasi siswa dengan cara tanya

jawab berkaitan dengan materi dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Fase 2

Mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok

3. Guru memberikan kesempatan bagi

siswa untuk memberikan kontribusi yang akan diselidiki.

4. Kelompok dibentuk berdasarkan

heterogen. Fase 3

Merencanakan tugas

5. Mempersiapkan dan menata sumber

belajar.

6. Guru menjelaskan maksud

pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan.

7. Masing-masing ketua kelompok

mengambil materi untuk dibahas dalam kelompok.

Fase 4

Membuat penyelidikan

8. Kelompok mendiskusikan

permasalahan atau materi yang telah diberikan.

Fase 5

Mempresentasikan tugas akhir

9. Perwakilan masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil pembahasan.

10. Kelompok lain dapat memberikan

tanggapan terhadap hasil pembahasan dari kelompok yang sedang presentasi. Fase 6

Evaluasi pembelajaran

11. Guru memberikan penjelasan singkat

terhadap konsep dan memberikan kesimpulan.

(44)

Dari beberapa pendapat mengenai langkah-langkah model GI, peneliti menggunakan pendapat dari Shoimin (2014) pada penelitian ini.

c) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

Istarani (2012: 87), berpendapat mengenai keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, yaitu: (1) Dapat memadukan antara siswa yang berbeda kemampuan

melalui kelompok yang heterogen

(2) Melatih siswa untuk meningkatkan kerjasama antar kelompok

(3) Siswa dilatih untuk menemukan hal-hal baru dari hasil kelompok yang dilakukannya

(4) Melatih siswa untuk bertanggung jawab sebab dia diberi tugas untuk diselesaikan dalam kelompok

(5) Melatih siswa untuk mengeluarkan ide dan gagasan baru melalui penemuan yang ditemukannya

(6) Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran

Menurut Shoimin (2014: 81), GI memiliki tiga kelebihan dalam aspek pribadi, sosial, dan akademis, yaitu:

(1) Secara Pribadi

(a) Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas (b) Memberikan semangat untuk dapat berinisiatif, kreatif,

dan aktif

(c) Tumbuh rasa percaya diri (d) Mengembangkan antusiasme (2) Secara Sosial

(a) Meningkatkan bekerja sama dalam belajar (b) Belajar berkomunikasi secara baik

(45)

(d) Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan

(3) Secara Akademis

(a) Siswa terlatih untuk mempertanggungjawabkan atas jawaban yang telah disampaikan

(b) Bekerja secara sistematis

(c) Mengembangkan dan melatih keterampilan

(d) Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaannya (e) Mengecek dan mengorganisasikan pekerjaannya

(f) Selalu berpikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum 4. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pada bagian ini, peneliti membahas mengenai IPA dan Karakteristik Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.

a. IPA

Ilmu Pengetahuan Alam pada prinsipnya adalah ilmu berhubungan langsung dengan alam. Ilmu yang berkaitan dengan keadaan dan kehidupan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan Alam sangat erat kaitannya dengan aktivitas antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan lingkungannya.

1) Pengertian IPA

Sains pada hakikatnya merupakan pembelajaran yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam atau sering disebut dengan ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap menurut Susanto (2013: 167). Mata pelajaran IPA merupakan suatu program yang digunakan untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan sikap, nilai ilmiah pada siswa, serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan. Hakikat IPA sebagai sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada diri masing-masing anak tingkat Sekolah Dasar, yaitu: sikap ingin tahu, sikap untuk mendapatkan

(46)

sesuatu, sikap kerjasama, sikap tidak berprasangka, sikap berpikir bebas, dan sikap kedisiplinan diri.

Menurut pernyataan tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan langsung dengan alam, dibahas secara teroganisir, dan berdasarkan hasil pengalaman suatu penyelidikan atau percobaan serta observasi. Melalui sikap untuk mencoba dan mengamati, siswa mampu berpikir secara kritis dan objektif.

2) Karakteristik IPA

Karakteristik IPA menurut Jacobson & Bergman (dalam Susanto, 2013: 17), yaitu: 1) IPA merupakan suatu kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori; 2) proses ilmiah berupa fisik dan mental; 3) sikap, keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam; 4) IPA tidak mampu membuktikan semua temuan atau permasalahan, akan tetapi hanya sebagian saja yang dapat dibuktikan; dan 5) keberanian IPA bersifat subjektif serta bukan kebenaran yang bersifat objektif.

3) Tujuan IPA

Menurut Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) (dalam Susanto, 2013: 171) mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa mampu 1) menjaga keindahan keteraturan alam; 2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep IPA yang dapat bermanfaat serta mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; 4) mengembangkan keterampilan dalam proses penyelidikan alam sekitar dan mampu memecahkan masalah serta dapat membuat keputusan, 5) meningkatkan kesadaran dalam berperan serta memelihara, menjaga, dan melestarikan

(47)

lingkungan alam; 6) meningkatkan kesadaran menghargai alam dan keteraturannya; serta 7) memperoleh bekal kemampuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP.

Pembelajaran IPA sebaiknya diterapkan dengan model kooperatif dalam memperoleh pemahaman yang mendalam tentang alam dan menumbuhkan kemampuan anak berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah. Keterampilan proses IPA yang diberikan untuk siswa SD harus dimodifikasi serta disederhanakan sesuai keadaan lingkungan melalui kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan proses serat sikap ilmiah.

b. Karakteristik Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pada muatan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar didasarkan pada pengembangan siswa dalam membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang di fasilitasi oleh guru. Pendekatan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar lebih tertuju pada pembelajaran IPA yang dilaksanakan secara inquiry ilmia (scientifik inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting dalam kecapakan di kehidupan. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ditekankan pada pengalaman siswa secara langsung melalui penerapan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Depdiknas (2006: 135) menyatakan bahwa pendekatan yang digunakan pada muatan pelajaran IPA didasarkan pada langkah kegiatan dalam menguji suatu hal yang dapat dilakukan oleh para ilmuan pada saat waktu membuktikan suatu teori dengan cara praktek langsung. Keterampilan proses yang dimaksudkan yaitu

(48)

mengobservasi, mengklasifikasikan, mengklarifikasi, mengukur, memprediksi, menginformasi, dan mengenal hubungan angka. Pendekatan IPA dilaksanakan menggunakan pengumpulan data dengan praktikum. Kemampuan yang ingin dicapai dalam muatan pelajaran IPA yaitu (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil praktikum, dan (3) dikembangkan sikap ilmiah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar lebih ditekankan pada pendekatan konsep dan ilmiah dengan tujuan meningkatkan kemampuan, yaitu: (1) mengetahui yang diamati, (2) memprediksi yang belum pernah diamati dan menguji tindak lanjut praktikum, serta (3) dikembangkannya sikap ilmiah yang telah dipelajari. 5. Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia

Materi pembelajaran pada penelitian ini diambil dari Buku Siswa Kelas V Kurikulum 2013 Revisi tahun 2017 Tema 2 yaitu “Udara Bersih bagi Kesehatan” dengan subtema 1 “Cara Tubuh Mengolah Udara Bersih” pada kelas V SD. Penelitian ini mengambil kompetensi dasar dalam subtema 1 pada kelas V, yaitu 3.2 mejelaskan organ pernapasan dan fungsinya pada hewan dan manusia, serta cara memelihara kesehatan organ pernapasan manusia (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017: 2). Materi penelitian tersebut mencakup sistem pernapasan manusia.

Manusia bernapas yang berguna memasukkan udara ke dalam tubuh dan udara mengandung oksigen. Organ pernapasan manusia terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveolus sebagai berikut:

a. Hidung

Hidung berperan sebagai proses bernapas pada manusia diawali dengan menghirup udara melalui lubang hidung ke dalam rongga hidung. Di dalam rongga hidung, udara akan disaring oleh

(49)

rambut-rambut halus sehingga kotoran dari debu tidak dapat masuk bersama dengan udara.

b. Faring

Faring berfungsi untuk meneruskan udara yang masuk dari hidung ke pangkal tenggorokan.

c. Laring (Pangkal Tenggorokkan)

Laring berfungsi sebagai tempat melekatnya selaput atau pita suara dan pada laring terdapat katup epiglotis yang bekerja secara otomatis pada saat menelan makanan sehingga tidak masuk ke saluran pernapasan.

d. Trakea (Batang Tenggorokan)

Trakea berfungsi menahan dan mengeluarkan kotoran yang terbawa oleh udara agar tidak dapat masuk ke paru-paru serta dikeluarkan melalui bersin.

e. Bronkus

Bronkus berfungsi membawa udara menuju paru-paru kiri dan kanan.

f. Bronkiolus

Bronkiolus merupakan percabangan dari bronkus di dalam paru-paru.

g. Alveolus

Alveolus merupakan tempat terjadinya pertukaran antara gas oksigen dari luar tubuh dengan gas karbon dioksida dari dalam tubuh.

Pada pernapasan manusia terdapat 2 proses pernapasan, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Berikut penjelasannya:

a. Pernapasan Dada

Udara masuk ---- tulang rusuk terangkat (volume rongga dada membesar) --- tulang rusuk turun (volume rongga dada mengecil) ----udara keluar

(50)

Udara masuk --- otot diafragma kontaksi (volume rongga dada membesar) --- otot diafragma relaksasi(volume rongga dada mengecil) ---- udara keluar

Pernapasan manusia juga memiliki berbagai macam penyakit seperti,

a. Emfisima yang terdapat pada paru-paru yang mengalami pembengkakan karena pembuluh darah pada paru-paru kemasukan udara.

b. Asma terjadi karena adanya penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan oleh alergi debu, bulu, atau perubahan cuaca. Kelainan ini dapat diturunkan dan dapat kambuh jika suhu lingkungan cukup rendah atau dalam keadaan dingin

c. Kanker Paru-paru muncul karena memiliki kebiasaan merokok dan merupakan penyakit yang paling bahaya.

d. Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh Mycobacterium alveolus yang menyebabkan bintil-bintil pada dinding alveolus.

e. Bronkitis merupakan gangguan pada cabang batang tenggorokan akibat infeksi.

f. Influenza (flu) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang ditimbulkan dengan gejala bersin-bersin, demam, dan pilek.

Dengan adanya beberapa gejala dan penyakit yang terdapat pada pernapasan manusia, maka kita harus mencegahnya dengan cara, a. Mengurangi aktivitas diluar terutama bagi mereka yang menderita

penyakit jantung dan gangguan pernapasan

b. Selalu memakai masker jika berpergian dengan pemakaian yang benar menutup mulut dan hidung

c. Minumlah air putih minimal 8 gelas sehari

d. Segeralah periksakan ke dokter jika mengalami kesulitan bernapas atau gangguan kesehatan lain

(51)

e. Segera lakukan perilaku hidup sehat seperti makan yang bergizi, banyak minum, banyak konsumsi buah, jangan mendekat dengan orang yang sednag merokok, istirahat yang cukup

f. Upayakan udara kotor tidak masuk ke dalam rumah

g. Tempat penampungan air dna makanan harus ditutup dan terlindung dengan baik

h. Buah-buahan dan sayur dicuci sebelum dikonsumsi i. Menanam pohon agar udara kotor dapat berkurang j. Jangan menebang pohon sembarangan

B. Penelitian yang Relevan

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan beberapa penelitian yang relevan.

Aziar (2015: 1) dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dengan Media CD Pembelajaran pada Siswa Kelas V SD Negeri Pengawu”. Peneliti mengambil jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan III siklus menggunakan instrumen non-tes dan tes. Hasil penelitiannya adalah pada data awal siswa yang mencapai KKM terdapat 14 siswa dari jumlah siswa 32. Setelah dilakukannya penelitian mengalami peningkatan hasil rata-rata, yaitu pada siklus I memperoleh hasil 62,09. Kemudian tindakan siklus II meningkat menjadi 72,41. Peneliti melanjutkan tindakan pada siklus III dan hasil meningkat menjadi 74,35. Berdasarkan hasil penelitian di atas, bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan media CD dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa, maka peneliti tertarik untuk melatih kemampuan keterampilan komunikasi dan kolaborasi siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

Halimah, Hendri. M, dan Eddy. N (2016: 1) S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigasi (GI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa

(52)

Kelas IV SDN 011 Pasir Bongkal Kecamatan Sei Lala Kabupaten Indragiri Hulu”. Peneliti mengambil jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan II siklus menggunakan instrumen non-tes (observasi) dan tes (lembar kerja siswa dan soal evaluasi). Hasil penelitiannya adalah pada data awal siswa terdapat rata-rata nilai kelas 62,5. Setelah dilakukannya penelitian mengalami peningkatan menjadi 71,1. Kemudan tindakan siklus II meningkat menjadi 75. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa mata pelajaran IPS, maka peneliti tertarik untuk melatih kemampuan keterampilan komunikasi dan kolaborasi siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pada muatan pelajaran IPA.

Utami (2015: 1) S1 Program Studi Pendidikan Matematika dengan judul “Pembelajaran Model Generatif Dengan Strategi Group Investigation untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa”. Peneliti mengambil jenis penelitian pengembangan dengan model Plomp. Hasil penelitiannya adalah pada pertemuan pertama memperoleh hasil 5,00. Setelah dilakukan tindakan siklus I mendapat kemampuan komunikasi matematis sebesar 74,73. Kemudian dengan tindakan pada siklus II meningkat menjadi 79,41. Berdasarkan hasil penelitian di atas, bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, maka peneliti tertarik untuk melatih keterampilan komunikasi siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

Rahmawati (2018: 1) S1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dengan judul “Pengaruh Model Group Investigation Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas V SD”. Peneliti mengambil jenis penelitian berupa eksperimen menggunakan instrumen tes (soal essai). Hasil penelitiannya adalah setelah dilakukan tindakan

(53)

siklus I mendapat kemampuan komunikasi matematis sebesar 63,38. Kemudian dengan tindakan pada siklus II meningkat menjadi 77,60. Berdasarkan hasil penelitian di atas, bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, maka peneliti tertarik untuk melatih keterampilan komunikasi siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

Anggraeni (2017: 1) dengan judul ”Efektivitas Model Menulis Kolaborasi Dengan Media Big Book Terhadap Keterampilan Menulis Kreatif”. Peneliti mengambil jenis penelitian eksperimen kuasi menggunakan instrumen tes. Hasil penelitiannya adalah pada pertemuan pertama memperoleh hasil 65. Setelah dilakukan tindakan siklus I mendapatkan hasil sebesar 74. Kemudian dengan tindakan pada siklus II meningkat menjadi 92. Berdasarkan hasil penelitian di atas, bahwa pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran media big book dapat meningkatkan kolaborasi siswa, maka peneliti tertarik untuk melatih keterampilan kolaborasi siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Eny (2010: 1) dengan judul “Upaya Meningkatkan Pembelajaran Berbicara Melalui Kolaborasi Model Active Debate Dan Time Token”. Peneliti mengambil jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan II siklus menggunakan instrumen non-tes (observasi, dokumen, dan catatan lapangan) dan tes (lisan). Hasil penelitiannya adalah setelah dilakukan tindakan siklus I mendapatkan hasil sebesar 95. Kemudian dengan tindakan pada siklus II meningkat menjadi 97. Berdasarkan hasil penelitian di atas, bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Active Debate Dan Time Token dapat meningkatkan kolaborasi siswa, maka peneliti tertarik untuk melatih keterampilan kolaborasi siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, dapat disimpulkan bahwa penerapan model

(54)

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi siswa. Hasil dari penelitian yang relevan tersebut, peneliti mengembangkan penelitiannya. Penelitian yang dilakukan tidak terbatas pada variabel keterampilan komunikasi, tetapi juga keterampilan kolaborasi siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Selain itu, materi sistem pernapasan manusia merupakan salah satu materi IPA yang dirasa sulit oleh peserta didik. Maka peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi tersebut. Hal tersebut didasarkan pada keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation serta keberhasilan meningkatkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi siswa yang dilakukan oleh para peneliti.

(55)

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian yang Relevan Variabel Keterampilan Komunikasi Variabel Keterampilan Kolaborasi Utami (2015: 1) Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis -Model Pembelajaran Generatif Anggraeni (2017: 1) Kreatif Menulis Kolaborasi - Media Big Book

Eny (2010: 1) Berbicara Melalui

Kolaborasi - Model Active Debate Dan Time

Token

Yang diteliti:

Keterampilan Komunikasi dan Kolaborasi – Model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation Rahmawati (2018: 1) Kemampuan Komunikasi Matematis - Model Group Investigation Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation Aziar (2015: 1) Peningkatan Kualitas IPA dengan Media CD - Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

(GI)

Halimah, Hendri. M, dan Eddy. N (2016: 1) Meningkatkan Hasil Belajar IPS - Model Pembelajaran Kooperatif

(56)

C. Kerangka Berpikir

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berawal dari kondisi awal siswa. Kondisi tersebut dapat terlihat dari rendahnya keterampilan komunikasi dan kolaborasi siswa pada materi IPA kelas V tentang sistem pernapasan manusia. Guru dalam kegiatan belajar mengajar menjadi pusat perhatian dan sumber belajar (teacher center). Kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada guru dapat mengakibatkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi siswa kelas V rendah. Berangkat dari masalah tersebut, peneliti memecahkan permasalahan mengenai rendahnya keterampilan komunikasi dan kolaborasi siswa kelas V dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi siswa. Hal tersebut dikarenakan tipe GI merupakan salah satu tipe dengan sistem belajar berkelompok. Sintaks GI yaitu, a. memusatkan perhatian siswa, b. mengidentifikasi topik dan membentuk kelompok, c. merencanakan tugas, d. membuat penyelidikan, e. presentasi, dan f. evaluasi.Kegiatan berkelompok akan membuat siswa saling berinteraksi dengan teman sekelompok sehingga akan memunculkan sikap aktif dalam hal. Kegiatan tersebut diharapkan mampu memfasilitasi siswa dalam berdiskusi, tanya jawab untuk memecahkan suatu masalah. Proses pembelajaran dalam kelompok akan terjalin suasana yang aktif dan menyenangkan serta siswa dapat memahami dan mampu mengingat materi yang diajarkan dengan lebih mudah.

D. Hipotesis Penelitian

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan keterampilan komunikasi materi IPA siswa kelas V SD tentang sistem pernapasan manusia.

Gambar

Tabel 2.1 Fase Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe  Group Investigation
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Tabel 3.2 Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Siklus I
Tabel 3.3 Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Siklus II
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe Three-Step

Sesuai permasalahan yang telah diuraikan maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Group Investigation (GI) dengan Strategi Peta Konsep

Pengaruh Metode Pembelajaran card sort terhadap Hasil Belajar Murid Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas V Sekolah Dasar Negeri 84 Bolli. Berdasarkan hipotesis

Skripsi yang berjudul " Peningkatan Rasa Ingin Tahu Dan Prestasi Belajar IPS Peristiwa Sekitar Proklamasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head

Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, model pembelajaran kooperatif, metode kajian literatur, diskusi kelompok, praktikum, dan presentasi, peserta

yang isi cerita dan topik nya sesuai dengan tema pelajaran. Bahkan guru dapat membuat sendiri Big Book sesuai dengan karateristik dan kebutuhan siswa. Salah satu

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan hasil kemampuan menulis teks cerpen tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share TPS siswa kelas VII MTsN