• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar."

Copied!
221
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS KOTABARU 1 MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Kartika Ega Zerlina

NIM : 121134190 HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk :

Allah SWT yang telah memberiku bimbingan serta karunia-Nya yang begitu hebat dan luar biasa kepadaku,

Kedua orangtuaku tercinta Bapak Ir. Siswanto dan Ibu Tri Murniningsih, BA

Kedua Adikku tersayang Lucia Dea Alvina dan Muhammad Ozzie Brian B.

My precious one, Bramantio Delkisyarangga telah memberiku semangat dan dukungannya

Nugroho Ragil Sutoto, telah membantu menyumbangkan idenya padaku Dativa S. dan Priskila C. yang memberiku semangat dan dukungannya

Teman-teman seperjuangan kelas 7C dan kelas E Seluruh warga sekolah SD K Kotabaru 1

Dan SD N Ngandong 1

Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang telah memberikanku inspirasi, dukungan, motivasi

serta doa hingga terselesaikannya karya ini.

HALAMAN PERSEMBAHAN

(5)

v MOTTO

Terus Semangat dalam Belajar

“Semangatlah dalam hal yang bermanfaat untukmu, minta tolonglah pada Allah dan jangan malas (patah semangat)”

[HR. Muslim]

HALAMAN MOTO

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Agustus 2016 Penulis

Kartika Ega Zerlina

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Kartika Ega Zerlina Nomor Mahasiswa : 121134190

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS KOTABARU 1 MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 beserta perangkat yang diperlakukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademi tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 12 Agustus 2016 Yang menyatakan,

Kartika Ega Zerlina

(8)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS KOTABARU 1 MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Kartika Ega Zerlina Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru. Tujuan untuk : (1) mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD; (2) meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa; dan (3) meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD K Kotabaru 1 Tahun Pelajaran 2015/2016.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD K Kotabaru 1 tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 24 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan keaktifan dan soal tes. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif-kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) penyampaian tujuan, b) pembagian kelompok, c) penyampaian materi, d) kegiatan dalam kelompok, e) kuis, dan f) penghargaan prestasi untuk tim; (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan skor keaktifan dari kondisi awal 59,5 (baik) menjadi 73,6 (sangat baik) pada siklus I kemudian menjadi 86,8 (sangat baik) pada siklus II; dan (3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan rata-rata nilai ulangan siswa dalam pembelajaran IPA dari kondisi awal 77,5 menjadi 88,3 pada siklus I dan menjadi 80,8 pada siklus II. Persentase ketuntasan meningkat dari kondisi awal 75% menjadi 95,8% pada siklus I dan pada siklus II tetap sama 95,8%.

Kata Kunci : Keaktifan Belajar, Prestasi Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

(9)

ix ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF THE ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT OF SCIENCE EDUCATION THROUGH COOPERATIVE

LEARNING STAD TYPE CLASS V SD KANISIUS KOTABARU 1 ELEMENTARY SCHOOL ACADEMIC YEAR 2015/2016

Kartika Ega Zerlina Sanata Dharma University

2016

This research is motivated by the low activity and student achievement class V SD K Kotabaru 1. This goals for: (1) describe efforts to increase activeness and science learning achievement using cooperative learning model STAD; (2) increase the activity of learning science students; and (3) increase learning achievement in grade V IPA SD K Kotabaru 1 Academic Year 2015/2016.

This type of research is the Classroom Action Research (PTK). The subjects were students of class V SD K Kotabaru 1 academic year 2015/2016 amounting to 24 students. The object of this research is to increase the activity and student achievement in science subjects. The instrument used in this study is the observation sheet liveliness and test questions. Data analysis techniques used in this research is descriptive qualitative-quantitative-analysis.

The results showed that: (1) efforts to increase activity and learning achievement IPA through the implementation of cooperative learning model STAD done with the steps as follows: a) the delivery destination, b) division of the group, c) delivery of materials, d) activities within the group, e) quizzes, and f) an award of achievement for the team; (2) the implementation of cooperative learning model STAD can improve students' learning activeness.

It is shown from an increase in the activity of the initial condition score of 59.5 (good) to 73.6 (very good) in the first cycle and then became 87.7 (excellent) on the second cycle; and (3) the implementation of cooperative learning model STAD can improve student achievement. It is shown from an increase in average test scores of students in learning science from the initial conditions 77.5 to 88.3 in the first cycle and became 80.8 in the second cycle.

Completeness percentage increase from baseline 75% to 95.8% in the first cycle and increased 95.8% in the second cycle.

Keyword: activeness , Learning achievement, cooperative learning model of STAD

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas ini.

Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai jika tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rohandi, Ph. D., Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Apriastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD

3. Apri Damai S.K., S.S. , M.Pd., selaku wakil Ketua Program Studi PGSD

4. Drs. Y.B. Adimassana, M.A., selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan arahan, dorongan, semangat, serta sumbangan pemikiran yang peneliti butuhkan untuk menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas ini.

5. Agnes Herlina Dwi H., S.Si., M.T., M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bantuan ide, saran, masukan, kritik, serta bimbingannya yang sangat berguna bagi penelitian ini.

6. Niken Anggrahini, S.Pd., Selaku Kepala Sekolah Dasar Kanisius Kotabaru 1 yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas V SD K Kotabaru 1.

7. Ag. Andika Purwono A.S., S.Pd.Si., selaku guru kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 yang telah memberikan waktu, bantuan untuk melakukan penelitian.

8. Siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1, yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.

(11)

xi

9. Ayah, Ibu, dan Adik tercinta yang telah memberikan fasilitas material maupun finansial serta doa yang tidak pernah berhenti dari awal hingga akhir perkuliahan.

10. Para dosen Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dengan caranya masing-masing penuh kesabaran mendidik dan membimbing peneliti selama menempuh kuliah sehingga bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

11. Teman-teman seperjuangan dalam penulisan karya ini Dian, Melati, Vio, Monik, Priskila, dan Tiva. Saling mendukung satu sama lain dalam menyelesaikan karya ini.

12. Teman-teman PGSD angkatan 2012 khususnya kelas E dan C, jatuh bangun bersama dalam menempuh studi di PGSD.

13. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang dengan caranya masing-masing memberikan bimbingan, dukungan, dan perhatian, terimakasih untuk semuanya.

Peneliti menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti dengan rendah hati bersedia menerima sumbangan baik pemikiran, kritik, maupun saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi siapa saja.

Yogyakarta, 12 Agustus 2016 Peneliti,

Kartika Ega Zerlina

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Operasional ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

1. Keaktifan Belajar ... 11

a. Pengertian Keaktifan Belajar ... 11

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar ... 12

c. Indikator Keaktifan Belajar... 14

d. Pengaruh Keaktifan Terhadap Proses Belajar Siswa ... 15

(13)

xiii

2. Prestasi Belajar... 16

a. Pengertian Prestasi Belajar ... 16

b. Faktor-faktor Prestasi Belajar ... 17

3. Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

b. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif ... 20

c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 21

4. IPA ... 23

a. Pengertian IPA ... 23

b. Pembelajaran IPA SD ... 24

c. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA SD ... 24

d. Pembelajaran IPA di SD ... 25

e. Materi Pembelajaran IPA Penyesuaian Diri Hewan Terhadap Lingkungannya ... 25

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 29

C. Kerangka Berpikir ... 32

D. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian... 36

B. Setting Penelitian ... 39

C. Rencana Tindakan ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

E. Instrumen Penelitian ... 51

F. Validitas dan Reliabilitas ... 60

1. Validasi Perangkat Pembelajaran ... 61

2. Validasi Soal Tes ... 63

3. Reliabilitas Soal Tes ... 65

(14)

xiv

G. Teknik Analisis Data... 66

1. Keaktifan Belajar Siswa ... 67

2. Prestasi Belajar Siswa ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70

A. Hasil Penelitian ... 70

1. Proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 70

a. Pra Siklus ... 70

b. Siklus I ... 72

c. Siklus II ... 84

B. Pembahasan... 94

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ... 95

2. Keaktifan Belajar dan Prestasi Belajar Siswa ... 98

a. Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 98

b. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 101

BAB V PENUTUP ... 112

A. Kesimpulan ... 112

B. Keterbatasan Penelitian ... 113

C. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 114

LAMPIRAN... 117

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Kisi-kisi Pengamatan Keaktifan (Observasi) ... 53

Tabel 3. 2 Lembar Observasi ... 54

Tabel 3. 3 Skoring ... 55

Tabel 3. 4 Kriteria Penskoran ... 56

Tabel 3. 5 Modifikasi Kriteria Pensekoran ... 56

Tabel 3. 6 Lembar Angket Keaktifan ... 56

Tabel 3. 7 Skoring ... 57

Tabel 3. 8 Indikator, Data, Teknik Pengumpulan Prestasi Belajar ... 58

Tabel 3. 9 Kisi-kisi Soal Tes Pilihan Ganda Siklus I ... 59

Tabel 3. 10 Kisi-kisi Soal Tes Pilihan Ganda Siklus II ... 60

Tabel 3. 11 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 62

Tabel 3. 12 Hasil Validasi Soal Tes Prestasi Siklus I ... 64

Tabel 3. 13 Hasil Validasi Soal Tes Prestasi Siklus II ... 65

Tabel 3. 14 Kriteria Klasifikasi Reliabilitas Instrumen ... 66

Tabel 3. 15 Kriteria Keberhasilan Penelitian ... 67

Tabel 4. 1 Kondisi Awal Keaktifan Belajar Siswa ... 71

Tabel 4. 2 Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa ... 71

Tabel 4. 3 Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ... 79

Tabel 4. 4 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 80

Tabel 4. 5 Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ... 91

Tabel 4. 6 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 91

Tabel 4. 7 Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II... 98

Tabel 4. 8 Hasil Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 99

Tabel 4. 9 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 102

Tabel 4. 10 Hasil Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 107

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Bagan Hasil Penelitian Relevan ... 32

Gambar 2. 2 Bagan Kerangka Berfikir ... 34

Gambar 3. 1 Bagan Siklus PTK Kemmis dan Mc. Taggart………...37

Gambar 3. 2 Jadwal Waktu Penelitian ... 40

Gambar 4. 1 Diagram Peningkatan Persentase Pencapaian KKM Siklus I……..104

Gambar 4. 2 Diagram Peningkatan Persentase Pencapaian KKM Siklus II…….106

(17)

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4. 1 Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 100 Grafik 4. 2 Persentase Jumlah Siswa yang Mencapai KKM ... 109 Grafik 4. 3 Peningkatan Rata-rata Prestasi Belajar Siswa ... 110

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Expert Jugdmet ... 117

Lampiran II Lembar Diskusi Siswa ... 130

Lampiran III Lembar Diskusi Siswa ... 158

Lampiran IV Rekap Perhitungan Keaktifan ... 164

Lampiran V Blue Print Soal Evaluasi Akhir Siklus I………... 175

Lampiran VI Perhitungan Validasi Soal Siklus I………. 192

Lampiran VII Daftar Nilai Mata Pelajaran IPA...196

Lampiran VIII Surat Ijin Penelitian……….. 199

Foto Dokumentasi ... 202

Biodata Peneliti ... 203

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat dan membawa pengaruh dalam bidang pendidikan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada, maka guru sebagai pendidik dituntut untuk lebih kreatif dalam menyikapinya. Dalam proses pembelajaran, guru harus pandai memilih strategi yang akan digunakan untuk menyampaikan materi yang diajarkan. Strategi yang dipilih guru dapat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas dan interaksi siswa dalam melakukan kegiatan di kelas.

Kegiatan yang dilakukan siswa saat di kelas seperti bertanya hal yang belum mereka ketahui saat pembelajaran, menjawab pertanyaan dari guru di kelas dapat diartikan sebagai keaktifan. ”Keaktifan merupakan proses belajar aktif dimana siswa lebih mendominasi aktifitas pembelajaran baik aktif menggunakan otak, menemukan ide atau gagasan, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru dipelajari ke dalam kehidupan nyata” (Zaini, dkk., 2008:14). Keaktifan dapat dilihat dari delapan unsur yang muncul dalam kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, metrik, mental, dan emosional (Dierick dalam Hamalik, 2001:172-173).

(20)

Pembelajaran di dalam kelas adalah proses dimana terjadinya interaksi antara guru dan siswa. Rusman (2010:1) mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar.

Hubungan antara guru, siswa, dan bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks. Dalam proses interaksi tersebut, guru tidak hanya memberikan ilmu yang dimiliki kepada para siswanya, namun guru juga harus mampu memberikan motivasi kepada siswanya agar siswa tersebut dapat aktif dalam belajar, namun pada kenyataannya guru cenderung menggunakan metode ceramah sehingga membuat siswa kurang terlibat, karena siswa cenderung mendengarkan saja. Oleh karena itu guru diharapkan menjadi fasilitator agar siswa dapat aktif untuk menjawab permasalahan dalam belajar dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Menurut Rusman (2010:280) laporan hasil penilaian mengenai prestasi siswa merupakan sarana komunikasi dan sarana kerjasama antara sekolah dengan orang tua yang bermanfaat baik bagi kemajuan belajar siswa maupun bagi pengembangan sekolah. Oleh karena itu hasil prestasi siswa sangat dibutuhkan untuk mengetahui sampai dimana tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Dari berbagai macam pelajaran yang diajarkan, Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa karena dari hasil wawancara singkat yang dilakukan kepada guru kelas V menyatakan bahwa prestasi siswa dalam mata pelajaran tersebut masih kurang memuaskan. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(21)

3

(KTSP), pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dipelajari siswa Sekolah Dasar kelas I sampai dengan kelas VI.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di sekolah dasar (SD). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia yang banyak memanfaatkan panca indera. Pembelajaran IPA juga diharapkan bisa menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapan di kehidupan sehari-hari. Sriyono (1992:76) menghargai sekali arti pengamatan yang dilakukan dengan panca indera. Siswa Sekolah Dasar cenderung lebih memahami hal-hal yang bersifat konkret yaitu yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba dan sebagainya. Oleh karena itu, diharapkan guru dapat kreatif untuk mendorong siswa dapat aktif dalam belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam agar mampu belajar dengan baik. Dengan siswa aktif maka mereka akan berusaha untuk menggali informasi lebih dalam agar informasi yang mereka peroleh itu dapat benar-benar mereka pahami sehingga tujuan dari proses belajar agar tercapai dengan baik.

Melalui hal tersebut siswa akan terlatih untuk cepat tanggap atau terlatih untuk berpikir kritis dalam menerima informasi yang telah diberikan. Oleh karena itu keaktifan siswa sangatlah penting bagi pencapaian proses belajar yang baik.

Namun pada kenyataannya, menurut guru pengampu mata pelajaran banyak siswa yang kurang aktif dalam belajar, sehingga hasil prestasi siswa

(22)

kurang memuaskan dalam materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tersebut. Oleh sebab itu peneliti tertarik mengadakan observasi untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan keaktifan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran IPA di kelas seperti siswa mampu menjawab pertanyaan guru, siswa aktif berdiskusi memahami materi, bertanya kepada guru ketika ada penjelasan yang belum jelas yang mana hal ini akan berakibat pada peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 18 Agustus 2015, di kelas V SD Kanisius Kotabaru, peneliti melihat bahwa metode pembelajaran di kelas tersebut masih tradisional. Guru cenderung banyak mendominasi pembelajaran sehingga terlihat guru hanya menggunakan metode ceramah. Guru sebagai pemberi informasi sedangkan siswa hanya sebagai penerima informasi. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran belum terlihat dalam kelas, suasana kelas terasa cenderung pasif karena kurangnya dinamika yang terjadi antara guru dan siswa. Selama observasi yang dilakukan oleh peneliti siswa terlihat kurang aktif hal ini terlihat dari segi bertanya, menjawab, maupun mengajukan pendapat. Di sekolah SD Kanisius Kotabaru 1 sebenarnya sudah ada peralatan yang bisa digunakan untuk mendukung pembelajaran IPA setiap hari seperti LCD, proyektor dan KIT IPA. Saat pembelajaran di kelas berlangsung guru juga tidak membentuk siswa bekerja dalam kelompok. Siswa lebih banyak bekerja secara mandiri, hal ini terlihat ketika siswa diperintahkan oleh guru

(23)

5

untuk mengerjakan tugas, kebanyakan dari mereka masih bingung untuk mengerjakannya. Sehingga siswa berusaha untuk mencontek pekerjaan teman lainnya. Guru kelas sendiri beranggapan bahwa belajar dengan membentuk kelompok akan membutuhkan waktu yang lebih untuk mengkondisikan siswa siap bekerja dalam kelompoknya sehingga hal ini akan mengurangi waktu belajarnya. Padahal, dengan memberikan kesempatan siswa bekerjasama dalam kelompok akan memberikan banyak kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan temannya, siswa akan lebih berani dalam bertanya tentang materi yang belum mereka pahami maupun menyampaikan pendapatnya. Informasi ini dibuktikan dengan data hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran IPA di kelas V SD K Kotabaru 1 yang didapat dengan melakukan observasi keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA di kelas dengan cara mengisi lembar observasi keaktifan. Kemudian setelah peneliti mendapatkan hasil observasi keaktifan kondisi awal langkah selanjutnya adalah peneliti mengolah data tersebut dengan menggunakan rumus untuk menghitung keaktifan belajar dari perhitungan tersebut didapatkan skor rata-rata keaktifan siswa sebesar 59,5.

Pada pembelajaran IPA kelas V semester genap tahun pelajaran 2013/2014 terdapat materi penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya. Materi ini merupakan materi yang bagi sebagian besar siswa dirasakan cukup rumit. Selain itu, materi ini juga membahas secara spesifik tentang morfologi makhluk hidup terutama hewan dan tumbuhan

(24)

sebagai kekhasannya masing-masing yang membutuhkan pemahaman yang cukup kuat. Berdasarkan sumber yang peneliti peroleh dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 pada tanggal 8 September 2015, diperoleh informasi bahwa siswa kelas V merasa kesulitan dalam mata pelajaran IPA terutama tentang penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungannya. Informasi ini dibuktikan dengan data hasil ulangan IPA di semester genap tahun pelajaran 2013/2014 Berdasarkan daftar nilai tahun pelajaran 2013/2014 siswa yang tuntas nilai KKM pada mata pelajaran IPA sebanyak 18 (75%) siswa dan siswa yang belum tuntas KKM sebanyak 6 siswa (25%).

Upaya yang peneliti lakukan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams- Achievement Division). Menurut Slavin (2008) model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mengacu pada kelompok belajar siswa secara heterogen. Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah suatu strategi atau tipe pembelajaran yang didalamnya terdapat beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda, kemudian ras dan gender yang berberda untuk saling bekerjasama menyelesaikan tujuan pembelajarannya (Huda, 2013: 201). Ciri-ciri pembelajaran STAD yaitu kelas yang terbagi dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota secara

(25)

7

heterogen dan prosedur kuis. Pengadaan kuis diakumulatif menjadi nilai kelompok, namun anggota dari kelompok tersebut tidak boleh membantu temannya dalam mengerjakan kuis. Terakhir dengan memberikan penghargaan tim. Dengan adanya penghargaan tim, akan mendorong kualitas masing-masing siswa supaya lebih maju dan mendapatkan nilai yang baik dan juga mengalami kemajuan menjadi pemenang.

Model pembelajaran tipe STAD ini menurut Slavin (dalam Rusman, 2010: 213) adalah model yang mudah untuk diadaptasi dalam berbagai mata pelajaran, sederhana dan mudah diterapkan oleh guru yang baru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif. Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini telah digunakan dalam beberapa penelitian dan berhasil meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Rahma Dewi, dkk.

(2014) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Upaya Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas III SD N 10 Kesiman Denpasar Timur Tahun Ajaran 2012/2013.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas V SD K Kotabaru 1 Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”.

Diharapkan melalui upaya perbaikan pembelajaran ini dapat meningkatkan keaktifan serta prestasi belajar siswa.

(26)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 pada mata pelajaran IPA ?

3. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD K Kotabaru 1 pada mata pelajaran IPA ?

C. Tujuan

1. Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan belajar dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD K Kotabaru melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

(27)

9

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

a. Peneliti memperoleh pengalaman langsung dalam kegiatannya tentang bagaimana harus melakukan tindakan kelas.

b. Peneliti memperoleh pengalaman baru tentang cara peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Bagi Guru

a. Guru memiliki tambahan referensi pengetahuan baru tentang bagaimana peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3. Bagi sekolah/SD

a. Sekolah mendapatkan tambahan referensi tentang tipe-tipe pembelajaran kooperatif salah satu contohnya STAD yang mana bisa gunakan oleh sekolah untuk acuan metode pembelajaran mata pelajaran lain.

E. Definisi Operasional

1. Keaktifan Belajar adalah kemampuan siswa secara mandiri dan aktif dalam belajar meliputi aktif bertanya, aktif berdiskusi, aktif mencatat hal-hal penting, dan aktif mencari sumber belajar yang dapat diciptakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Keaktifan Belajar meliputi a) mencatat, memperhatikan, mendengarkan penjelasan materi atau instruksi dari guru, b) bekerjasama dalam kelompok, c) bertanya pada

(28)

guru atau teman apabila belum memahami materi, e) mencari informasi dari berbagai sumber belajar untuk memecahkan persoalan, f) menerapkan langkah-langkah cara kerja atau instruksi dari guru, g) melatih diri memecahkan soal atau mengerjaan soal di LKS, dan h) mampu mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok.

2. Prestasi Belajar adalah keberhasilan yang dapat dicapai atau diperoleh dari seseorang yang telah melakukan usaha setelah melakukan sesuatu yang hasilnya dapat dilihat dalam bentuk nilai atau catatan keberhasilan yang telah dicapai.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok-kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

4. IPA adalah sebuah teori yang didapat dengan menggunakan metode tertentu untuk memperoleh suatu konsep berdasarkan hasil kenyataan seperti observasi, pengamatan, analisis dan eksperimen tentang gejala- gejala alam dan memecahkan rasa ingin tahu tentang alam serta perannya dalam kehidupan manusia.

(29)

11

BAB II LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka 1. Keaktifan Belajar

a. Pengertian Keaktifan Belajar

Aktif menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002: 19) berarti giat (bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Dengan demikian keaktifan tercipta dari dalam proses pembelajaran. Apabila siswa aktif maka siswa dapat mengembangkan sendiri potensi yang ada pada diri mereka, oleh sebab itu perlu diciptakan pembelajaran aktif untuk mendukung potensi siswa. “Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa didik, sehingga semua siswa didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.”

(Siregar & Nara, 2010: 106). Disamping memberikan kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan minat siswa pembelajaran aktif juga dapat mencapai tujuan belajar secara totalitas.

Sedangkan menurut Ulum (2013: 12) “Keaktifan Belajar adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang keberhasilan siswa.” Jadi keaktifan belajar adalah upaya siswa dalam

(30)

mengembangkan potensi diri melalui kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Menurut Usman (2002: 26) cara yang dapat diartikan guru untuk memperbaiki keterlibatan siswa antara lain dengan meningkatkan persepsi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang membuat respon yang aktif dari siswa, melakukan masa transisi antara kegiatan dalam mengajar dengan secara cepat dan luwes, memberikan pelajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai, mengusahakan agar pengajaran dapat lebih memacu minat siswa. Jadi, keaktifan belajar adalah kemampuan siswa secara andiri dan aktif dalam belajar yang akan diciptakan oleh guru dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan keaktifan belajar adalah kemampuan siswa secara mandiri dan aktif dalam belajar meliputi aktif bertanya, aktif berdiskusi, aktif mencatat hal-hal penting, dan aktif mencari sumber belajar yang dapat diciptakan oleh guru dalam proses pembelajaran.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar

Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dmilikinya. Selain itu, untuk melatih siswa agar berpikir kritis dan dapat memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, guru juga dapat merencanakan sistem pembelajaran secara sistematis,

(31)

13

sehingga merangsang keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Gagne dan Briggs (dalam Martinis, 2007: 84) mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat menumbuhkan timbulnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, yaitu :

1) Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2) Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa).

3) Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.

4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari).

5) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya 6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

7) Memberi umpan balik (feed back).

8) Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.

9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran

(32)

c. Indikator Keaktifan Belajar

Menurut Dimyati & Mudjiono (2006: 45) indikator keaktifan mencakup diantaranya: 1) siswa mau mencatat atau sekedar mendengarkan penjelasan guru, 2) siswa memperhatikan hal-hal yang dijelaskan oleh guru tentang materi pelajaran, 3) siswa mencatat tugas yang diberikan dan mengerjakan tugas rumah, 4) siswa mau berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelajaran, 5) siswa mampu melibatkan diri dalam proses tanya jawab dalam kelas, 6) siswa mau terlibat dalam menyimpulkan pembelajaran bersama guru dan teman siswa lainnya.

Menurut Sudjana (2009: 61) berpendapat bahwa keaktifan para siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dari beberapa hal yaitu: 1) ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, 2) siswa mau terlibat dalam pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajaran, 3) siswa mau bertanya kepada teman atau kepada guru apabila tidak memahami, menemui kesulitan, 4) siswa mau berusaha mencari berbagai informasi yang dapat diperlukan untuk pemecahan persoalan yang sedang dihadapinya, 5) siswa melakukan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, 6) siswa mampu menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, 7) siswa berlatih dalam memecahkan soal atau masalah, 8) siswa memiliki kesempatan menggunakan atau

(33)

15

menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Berdasarkan hasil diskusi dengan kelompok studi yang menggunakan variabel keaktifan tentang beberapa indikator keaktifan siswa dari beberapa ahli, peneliti menyimpulkan indikator keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah: 1) Mencatat, memperhatikan, mendengarkan penjelasan materi atau instruksi dari guru, 2) bekerjasama dalam kelompok, 3) bertanya pada guru tau teman apabila belum memahami materi, 4) mencari informasi dari berbagai sumber belajar untuk memecahkan persoalan, 5) menerapkan langkah- langkah cara kerja atau instruksi dari guru, 6) melatih diri memecahkan soal atau mengerjakan soal di LKS, 7) mampu mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok.

d. Pengaruh Keaktifan Terhadap Proses Belajar Siswa

Materi dalam pembelajaran IPA sebagian besar bersifat abstrak banyak istilah-istilah penting dalam dunia IPA yang terkadang sulit untuk dipahami oleh siswa seperti halnya dalam materi IPA tentang Cara Makhluk Hidup Menyesuaikan Diri dengan Lingkungannya dalam materi ini ada beberapa istilah penting dan hafalan tentang ciri fisik yang dimiliki hewan dan hal itu banyak sekali bagian-bagian dan fungsi-fungsinya.

Menurut Piaget (dalam Rusman, 2010: 251) anak pada usia sekolah dasar (usia 7-11 tahun) berada pada tahapan operasi konkret, mereka

(34)

belajar dengan lebih bermakna dan bernilai ketika siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan nyata yang sebenarnya, keadaan yang nyata dan lebih faktual sehingga mereka belum memahami konsep- konsep yang bersifat abstrak. Oleh sebab itu guru haruslah pandai dan kreatif dalam menyampaikan materi kepada siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa benar-benar memahami apa yang disampaikan guru dan tidak sekedar menghafal saja. Etin (2007: 23) mengungkapkan dengan siswa aktif maka siswa akan berusaha untuk menggali informasi lebih dalam agar informasi yang mereka peroleh benar-benar mereka pahami sehingga tujuan dari proses belajar agar tercapai dengan baik. Melalui hal tersebut siswa akan terlatih untuk cepat tanggap atau terlatih untuk berpikir kritis dalam menerima informasi yang diberikan oleh guru.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut KBBI ed.3 (2005: 1) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan/keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes/nilai angka yang diberikan oleh guru, prestasi belajar disini biasanya ditunjukkan dengan kemampuan anak dalam penguasaan konsep materi yang telah diajarkan maupun keterampilan yang dicapai kemudian ketika mencapai/melampaui taraf kemampuan yang diberikan guru akan memberikan sebuah nilai yang

(35)

17

diaktualisasikan ke dalam buku raport yang didapat dengan cara tes tertulis maupun non tes.

Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru. Winkel (dalam Imron, 1996: 89) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai seorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau mengalami sesuatu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, prestasi belajar adalah keberhasilan yang dapat dicapai atau diperoleh dari seseorang yang telah melakukan usaha setelah melakukan sesuatu yang hasilnya dapat dilihat dalam bentuk nilai atau catatan keberhasilan yang telah dicapai.

b. Faktor-faktor Prestasi Belajar

Setelah membahas tentang pengertian dari prestasi belajar, maka selanjutnya membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang dapat digolongkan atas dua macam, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Pertama, yang tergolong dalam faktor eksternal yaitu faktor sosial, faktor budaya, dan faktor lingkungan, yang tergolong faktor internal yaitu faktor jasmaniah (fisiologi), faktor psikologis, dan faktor kematangan fisik maupun psikis. Dari sekian banyak faktor ini dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu : faktor

(36)

stimuli belajar, faktor metode belajar, dan faktor individual (Ahmadi 1991: 130-131).

Jadi, tingkat keberhasilan siswa dalam prestasi belajar dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu faktor stimuli (rangsangan yang diberikan kepada anak untuk mendorongnya belajar), faktor metode belajar (terkait dengan metode pengajaran yang digunakan oleh bapak/ibu guru di sekolah dalam pembelajaran), faktor individual (faktor yang datang dari diri anak untuk belajar). Selain itu, perlu juga diperhatikan keadaan lingkungan tempat anak belajar disini ditekankan di lingkungan sekolah yang tertib, teratur, disiplin, yang kondusif bagi kegiatan kompetisi siswa dalam pembelajaran.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Kaucak dan Eggen (1993: 319) mendifinisikan bahwa belajar kooperatif adalah sebagai kumpulan strategi mengajar yang digunakan siswa untuk membantu satu dengan yang lain dalam mempelajari sesuatu. Berkaitan dengan hal itu, maka cara belajar kooperatif ini juga dinamakan “pengajaran teman sebaya”.

Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun atas kelompok yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Siswa tetap berada dalam kelompoknya selama beberapa minggu.

Mereka diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat

(37)

19

bekerjasama dengan baik di dalam kelompoknya, menjadi pendengar yang aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya mendorong berpartisipasi, berdiskusi dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pernyataan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman sekelompok mencapai ketuntasan (Slavin: 1995).

Pembelajaran kooperatif adalah sauatu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham kontruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni 2010:

14-15). Hamdani (2011: 30) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok- kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

(38)

b. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif

Variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif ini tidak berubah, jenis-jenis model pembelajaran tersebut, Rusman (2013: 213) membagi macam- macam model pembelajarn kooperatif sebagai berikut :

1) Tipe Students Teams Achievement Division (STAD)

Tipe Students Teams Achievement Division (STAD) adalah model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokkan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota.

2) Tipe Jigsaw

Tipe Jigsaw adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki penyusunan potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerjasama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

3) Group Investigation (GI)

Tipe Group Investigation (investigasi kelompok) merupakan pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan inkuiri kooperatif, perencanaan, proyek dan diskusi kelompok, dan kemudian mempresentasikan penemuan mereka di kelas.

(39)

21

4) Tipe Make a Match

Tipe Make a Match (membuat pasangan) penerapan metode ini dimulai dengan teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soa sebelum batas waktunya, siswa mencoba mencocokkan lalu apabila jawabannya cocok kemudian akan diberikan poin.

5) Tipe Teams Games Tournamens (TGT)

Tipe Teams Games Tournamens (TGT) siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor, bagi tim mereka masing-masing.

c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Sugianto (2010: 44-45) menerangkan model pembelajaran tipe STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari universitas John Hopkins. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan model pembelajaran tipe STAD untuk mengajarkan informasi-informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.

Adapun langkah-langkah pembelajaran tipe STAD yaitu :

1) Pertama-tama dalam langkah awal STAD, guru kelas akan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada hari itu kepada siswa di kelas.

(40)

2) Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi kelas atau diskusi pelajaran yang dipimmpin oleh seorang guru, namun dapat pula menggunakan audiovisual.

3) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan(tinggi, sedang, rendah).

4) Kuis diberikan oleh guru setelah melakukan presentasi sekitar satu atau dua periode presentasi, dan satu atau dua periode praktik tim. Kuis akan diberikan secara individual, siswa akan mengerjakan secara individual pula, sehingga siswa akan bertanggungjawab dalam memahami materi yang ia dapatkan.

5) Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademmik yang dipelajari.

6) Rekognisi Tim, dalam hal ini tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

(41)

23

Kadang-kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih satu kriteria atau standar tertentu.

4. IPA

a. Pengertian IPA

Trianto (2010: 136) menyatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala alam, melalui metode ilmiah dan menuntut sikap ilmiah.

Sedangkan menurut beberapa ahli mengenai pengertian IPA, yaitu menurut Fowler (dalam Trianto, 2010) bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, ilmu ini berhubungan dengan gejala- gejala kebendaan dan terutama didasarkan atas pengamatan dan edukasi. Kemudian menurut Nash (dalam Samatowa, 2010) IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam yang bersifat analisis, lengkap, cermat serta menghubungkan antara fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamati.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan sebuah teori yang didapat dengan menggunakan metode tertentu untuk memperoleh suatu konsep berdasarkan hasil kenyataan seperti observasi, pengamatan, analisis dan eksperimen tentang gejala-gejala alam dan memecahkan rasa ingin tahu tentang alam serta perannya dalam kehidupan manusia.

(42)

b. Pembelajaran IPA SD

IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting karena memberikan kesempatan pada anak untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA sesuai dengan tahapan perkembangan kognitifnya (Samatowa, 2011: 5).

Banyak orang berpendapat agar siswa menguasai produk sains sebanyak-banyaknya, belajar berbuat, berpikir dan bertindak seperti ilmuan (scientist). Dengan demikian, belajar sains atau membelajarkan sains kepada siswa adalah memberikan kesempatan atau bekal untuk memproses sains dan menetapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui cara-cara yang benar dan mengikuti etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat. Rustam, dkk (2011 : 15).

c. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA SD

Berdasarkan KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek berikut :

1) Tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

2) Benda/materi sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : padat, cair, dan gas.

3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

(43)

25

4) Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi dan tata surya, benda-benda langit lainnya.

d. Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran IPA kelas V SD yang masih dirasa sulit untuk dipahami yaitu tentang materi Cara Makhluk Hidup Menyesuaikan Diri dengan Lingkungannya. Pada kenyataannya banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mempelajari materi Cara Makhluk Hidup Menyesuaikan Diri dengan Lingkungannya. Hal ini menjadikan peneliti ingin membahas materi pembelajaran ini untuk diangkat menjadi materi dalam penelitian.

e. Materi Pembelajaran IPA Penyesuaian Diri Hewan Terhadap Lingkungannya

1) Cara Hewan Menyesuaikan Diri Untuk Memperoleh Makanan

Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup. Cara mendapatkan makanan setiap hewan berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan makanan yang dikonsumsi. Mari kita pelajari bentuk-bentuk penyesuaian beberapa hewan dalam mendapatkan makanan.

a. Beruang

Beruang adalah salah satu hewan pemakan daging (karnivora). Hewan pemakan daging seperti beruang memiliki gigi yang kuat, terutama taringnya yang tajam. Taring yang kuat dan

(44)

tajam digunakan untuk mengoyak atau merobek daging. Bentuk penyesuaian lainnya adalah kemampuan beruang untuk tidur selama musim dingin setelah memperoleh makanan.

b. Burung

Bentuk paruh burung elang berbeda dengan burung merpati.

Bentuk paruh elang lebih tajam dan kuat serta melengkung. Ini berfungsi untuk menangkap dan mengoyak mangsanya. Bentuk paruh burung berbeda-beda, tergantung jenis makanannya.

Paruh ayam memiliki ukuran lebih pendek dan kuat. Bentuk paruh ini sesuai untuk memakan biji-bijian. Coba perhatikan paruh bebek. Bentuk paruh bebek cocok untuk mencari makanan di tempat becek, berlumpur atau berair. Makanan bebek berupa hewan kecil atau cacing yang terdapat dalam lumpur atau air.

Paruh burung pelatuk sangat kuat sehingga mampu untuk mengelupas kulit kayu. Burung kolibri memiliki paruh yang panjang dan runcing. Paruh ini untuk menghisap nektar pada bunga.

Bentuk kaki setiap jenis burung berbeda. Kaki burung elang memiliki bentuk yang besar, kuat dan kukunya tajam. Bentuk kaki ini cocok untuk mencengkeram mangsanya. Adapun bentuk kaki burung merpati atau burung beo kecil, ramping dan kuku yang runcing tetapi tidak kuat. Bentuk ini sesuai dengan fungsinya untuk bertengger di dahan atau ranting pohon.

(45)

27

Kaki ayam memiliki kuku-kuku yang tajam. Bentuk ini cocok untuk mengorek tanah dan berjalan di tanah. Adapun kaki bebek dilengkapi dengan selaput di antara jari-jari kakinya. Selaput ini berfungsi untuk mendayung saat berada di air. Oleh karena itu bebek dapat berjalan dan berenang.

c. Serangga

Kupu-kupu dan lebah hinggap di setiap bunga untuk memperoleh makanan. Kupu-kupu memperoleh makanan dengan mengisap.

Sedangkan lebah dengan cara menjilat sari madu (nektar) yang terdapat pada bunga. Sari madu tersebut merupakan sumber makanan bagi kupu-kupu dan lebah. Alat pengisap pada kupu-kupu terdapat pada bagian mulutnya. Bentuk alat pengisap tersebut seperti belalai yang dapat digulung dan dijulurkan. Oleh karena itu disebut mulut penghisap. Mulut penjilat pada lebah terdapat pada bagian bawah bibirnya. Hal ini terjadi sebagai adaptasi atau perubahan bentuk dalam memperoleh makanannya.

Contoh serangga lainnya adalah lalat dan nyamuk. Lalat sering kita temukan di tempat pembuangan sampah. Nyamuk sering kita lihat hinggap di pakaian kotor atau genangan air. Kedua jenis serangga ini biasa membawa bibit penyakit. Nyamuk mendapat makanan dengan mengisap darah kita. Caranya dengan menusukkan alat penusuk kemudian menghisapnya. Saat penusuknya masuk ke dalam kulit kemudian mengeluarkan air liur. Air liur yang

(46)

dikeluarkan bertujuan untuk mempermudah nyamuk mengisap darah. Saat itulah kita merasa gatal jika digigit nyamuk. Alat penusuk dan pengisap tersebut terbentuk karena perubahan mulut nyamuk, tepatnya pada rahang bagian atas dan bawah. Lalat mendapat makanan dengan cara menyerap makanan yang diperlukannya. Alat penyerap terdapat pada bagian ujung mulutnya yang menyerupai spon (busa).

2) Bentuk Penyesuaian Hewan Untuk Melindungi Diri dari Musuhnya

a. Kuku dan gigi yang tajam

Kucing adalah salah satu hewan pemakan daging. Ciri utama hewan pemakan daging yaitu memilikitaring yang kuat dan tajam serta kukukuku yang runcing. Taring yang tajam dan kuku yang runcing juga digunakan untuk melindungi diri dari musuh. Jadi saat kucing diserang musuhnya, kuku-kukunya yang tajam akan keluar dan mulutnya menganga memperlihatkan taringnya yang tajam.

Selain kucing, hewan yang memiliki cara melindungi diri seperti itu adalah harimau dan singa.

b. Tanduk yang kuat

Domba dikenal sebagai hewan yang memiliki tulang kepala yang keras dan juga tanduk yang kuat dan runcing. Beberapa jenis hewan pemakan tumbuhan, seperti domba, banteng, sapi, rusa dan kerbau menggunakan tanduknya untuk melindungi dirinya dari

(47)

29

musuh. Apabila ada musuh mendekat dan mengancam maka hewan- hewan tersebut akan menggunakan tanduknya untuk melindungi diri.

c. Kulit yang keras

Trenggiling dikenal sebagai hewan yang memiliki kulit luar berupa sisik yang keras. Saat menggulung, bagian perutnya yang lunak akan terlindumgi suatu perisai yang keras. Apabila ada musuh mendekat dan mengancam maka hewan ini akan menggulungkan tubuhnya untuk melindungi diri.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Tentang Pembelajaran Menggunakan STAD

Nastiti (2010) meneliti tentang “Peningkatan prestasi belajar IPA melalui penerapan model Student Teams Achievement Division (STAD) pada siswa kelas IV B SDN Puro Pakualaman Yogyakarta.”

Hasil dari penelitian ini adalah, adanya peningkatan prestasi belajar siswa.

Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan dapat dilihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV B SDN Puro Pakualaman Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dari adanya peningkatan rata-rata kelas dari kondisi awal 46,23 (27%) menjadi 62,67 (40%) pada siklus I kemudian meningkat lagi pada siklus II

(48)

menjadi 81,67 (66%) dengan siswa yang lulus KKM mencapai 28 siswa dari total siswa 30 siswa.

Wijaya (2013) meneliti tentang “Peningkatan hasil belajar IPA tentang sifat-sifat cahaya melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) siswa kelas V SDN Mangunsari 05 kec. Sidomukti, Salatiga.” Hasil penelitian ini adalah adanya peningkatan prestasi belajar siswa.

Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan dapat dilihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SDN Mangunsari 05 kec. Sidomukti, Salatiga. Hal ini ditunjukkan dari adanya peningkatan persentase rata-rata kelas dari kondisi awal 54%

menjadi 67% pada siklus I kemudian meningkat lagi pada siklus II menjadi 89% dengan siswa yang lulus KKM mencapai 31 siswa dari total siswa 41 siswa.

Dewi, dkk (2014) meneliti tentang “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya peningkatan keaktifan dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas III SDN 10 Kesiman, Denpasar Timur tahun ajaran 2012/2013”. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa.

(49)

31

Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan dapat dilihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division cukup efektif dalam meningkatkan hasil keaktifan siswa pada mata pelajaran IPS kelas III SDN 10 Kesiman, Denpasar Timur. Hal ini ditunjukkan dari adanya peningkatan rata- rata persentase keaktifan belajar siswa dari kondisi awal 63,07%

menjadi 80,07% pada siklus I kemudian meningkat lagi pada siklus II menjadi 17% tidak hanya keaktifan belajar saja yang meningkat melainkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas III SDN 10 Kesiman,Denpasar Timur juga turut meningkat. Hal ini ditunjukkan dari adanya peningkatan persentase rata-rata kelas dari kondisi awal 12,92% menjadi 62,5% pada siklus I kemudian meningkat lagi pada siklus II menjadi 81,85%.

Pada penelitian ini peneliti meneliti tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan untuk membantu dalam peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD K Kotabaru 1 terdapat beberapa persamaan dengan penelitian- penelitian sebelumnya yaitu variabel yang akan diteliti pada penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yang meneliti tentang variabel keaktifan dan prestasi belajar, model pembelajarannya pun sama dengan model pembelajaran pada penelitian sebelumnya yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Diantara persamaan berikut dalam penelitian

(50)

ini juga terdapat beberapa perbedaan yaitu diterapkan pada kelas yang berbeda, dalam penelitian ini mata pelajaran yang dipilih untuk ditingkatkan baik dari segi keaktifan dan prestasi belajarnya adalah mata pelajaran IPA, dan sekolah yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan penelitian ini adalah SD K Kotabaru 1.

C. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran yang baik hendaknya menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran. Siswa yang aktif berfikir dalam belajar akan lebih mudah memahami dan mengingat materi yang diberikan oleh guru.

Ketika siswa sudah memahami dan mudah mengingat materi yang dberikan oleh guru maka prestasi siswa akan meningkat. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sangatlah berpengaruh besar terhadap keaktifan di kelas, oleh karena itu sangatlah penting bagi guru untuk merancang kegiatan belajar sekreatif mungkin sehingga siswa dapat belajar aktif selama mengikuti kegiatan pembelajaran.

Gambar 2. 1 Bagan Hasil Penelitian Relevan

(51)

33

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievemet Divisions) adalah salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif yang melibatkan peran siswa sebagai guru bagi siswa lain yang belajar dalam satu kelompok heterogen kecil. Pada pembelajaran tipe ini, siswa dikondisikan untuk aktif, baik aktif dalam kelompok maupun aktif dalam pribadi. Aktif dalam kelompok meliputi aktif menjelaskan materi pada teman kelompok dan aktif bertanya pada teman kelompok, sedangkan aktif individu meliputi usaha mengerjakan soal kuis individu semaksimal mungkin agar dapat menyumbang skor yang terbaik untuk kelompoknya, sehingga setiap siswa dapat mendapatkan hasil belajar ynag maksimal.

Permasalahan yang timbul di kelas ketika peneliti mengamati siswa kurnag terbiasa dalam bekerja kelompok, karena guru lebih banyak cerama di kelas lalu memberikan tugas dan mengerjakan secara mandiri tanpa memberikan kasus untuk dianalisis bersama dalam kelompok. Sekalipun guru memberikan pelajaran dalam diskusi kelompok yang terjadi adalah komposisi siswa yang tidak pas karena kebanyakan siswa akan diberi keleluasaan dalam menentukan sendiri anggota kelompoknya. Akibatnya, ketika siswa bergabung kedalam kelompok maka akan terjadi kegaduhan yang menyebabkan pembelajaran yang kurang kondusif hal ini maka akan berpengaruh dalam prestasi belajar siswa sendiri.

Peran guru dalam hal ini sangat penting dalam menentukan kerja kelompok ini, selain menunjang prekembangan penguasaan materi, siswa juga akan belajar menghargai pendapat orang lain, dan saling bertukar

(52)

informasi yang ia dapatkan. Sehingga siswa akan mendapatkan pengetahuan sertas pemahaman yang kompleks baik dari teman maupun guru.

Dari masalah di atas, peneliti akan melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD pada pelajaran IPA. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas akan lebih efektif dan siswa diharapkan terlibat aktif dalam pembelajaran seperti saling berbagi informasi dengan anggota kelompok, saling bertanya jawab, saling membantu apabila teman dalam kelompok kurang menguasai materi atau keliru dalam menjelaskan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharpkan dapat memaksimalkan pembelajaran IPA di kelas dan dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDK Kotabaru 1.

Gambar 2. 2 Bagan Kerangka Berfikir

(53)

35

D. Hipotesis Penelitian

1. Upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar mata pelajaran IPA kelas V di SD Kanisius Kotabaru 1 dapat ditempuh dengan melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan langkah-langkah: 1) penyampaian tujuan, 2) pembagian kelompok, 3) penyampaian materi, 4) kegiatan dalam kelompok, 5) kuis, 6) penghargaan prestasi untuk tim.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 pada mata pelajaran IPA dari skor rata-rata kondisi awal 59,5 (rendah) menjadi 70 (tinggi) pada akhir siklus II.

3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 pada mata pelajaran IPA dari nilai rata-rata ulangan pada kondisi awal 77,5 menjadi 80 pada akhir siklus II dan dari persentase ketuntasan 75%

menjadi 77%.

(54)

36

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian tindakan kelas, yang menggunakan model siklus dari Kemmis dan McTaggart. Model siklus Kemmis dan Mc. Taggart ini hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi, yang keempatnya merupakan satu siklus (Depdiknas, 1999:21).

Secara singkat, keempat tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut (Susilo, 2007: 19): 1) kegiatan perencanaan yang meliputi identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah dan pengembangan bentuk tindakan (alternatif pemecahan masalah); 2) pelaksanaan yang merupakan penerapan tindakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah dibuat; 3) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan untuk memperoleh gambaran secara lengkap tentang dampak dari pelaksanaan tindakan baik dengan atau tanpa alat bantu; 4) refleksi yang dilakukan untuk mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan. Berikut bagan desain penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2010: 16).

(55)

37

Gambar 3. 1 Bagan Siklus PTK Kemmis dan Mc. Taggart

Keempat aspek pokok dalam Penelitian Tindakan Kelas (Kunandar 2008: 70-76) menurut Kemmis dan Mc. Taggart (1998), Penelitian Tindakan Kelas dilakukan melalui proses yang dinamis dan komplementari yang terdiri dari 4 momentum essensial, yaitu sebagai berikut :

1. Perencanaan

Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatan apa yang telah terjadi.

Rencana penelitian tindakan kelas hendaknya tersusun dan dari segi definisi harus prospektif pada tindakan, rencana itu harus memandang ke depan.

(56)

2. Pelaksanaan

Tindakan yang dimaksud adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana. Praktik diakui sebagai gagasan dalam tindakan dan tindakan itu digunakan sebagai pijakan bagi pengembangan tindakan berikutnya yaitu tindakan yang disertai dengan niat untuk memperbaiki keadaan.

3. Observasi

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Objek observasi adaah seluruh proses tindakan terkait, pengaruhnya (yang disengaja dan tidak disengaja), keadaan dan kendala tindakan direncanakan dan pengaruhnya, serta persoalan lain yang timbul dalam konteks terkait. Observasi dalam PTK adalah kegiatan pengumpulan data yang berupa proses perubahan kinerja KBM.

4. Refleksi

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi.

Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis. Refleksi biasanya dibantu oleh diskusi diantara peneliti dan kolaborator. Melalui diskusi, refleksi memberikan dasar perbaikan rencana. Refleksi (perenungan) merupakan kegiatan analisis dan interpretasy dan

(57)

39

eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi atas pelaksanaan tindakan.

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Kotabaru 1 di kelas V.

Sekolah ini kelas V memiliki 24 murid, dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 kelasnya tidak paralel. Sekolah yang beralamat di Jl. Abubakar Ali No. 2B Yogyakarta ini terletak di sebuah perkotaan tepatnya di daerah Kotabaru. Kemudian sekolah berada di sebelah selatan gereja St. Antonius, Kotabaru, berada dalam satu kompleks dengan TK Kanisius Kotabaru berdekatan dengan pemukiman warga dan sekolah ini terletak di belakang sebelah utara gudang kereta api.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 Tahun Pelajaran 2015/2016. Dalam penelitian ini akan menggunakan subjek sebanyak 24 orang anak, yaitu terdiri dari 17 orang siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.

3. Objek Penelitian

Objek Penelitian ini yaitu peningkatan aktifitas dan prestasi belajar siswa kelas V SD K Kotabaru dalam mata pelajaran IPA “Cara Makhluk Hidup Menyesuaikan Diri dengan Lingkungannya” dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Gambar

Grafik 4. 1 Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ..................................
Gambar 2. 1 Bagan Hasil Penelitian Relevan
Gambar 2. 2 Bagan Kerangka Berfikir
Gambar 3. 1 Bagan Siklus PTK Kemmis dan Mc. Taggart
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan keamanan data tersebut, maka dalam pembuatan laporan rekapitulasi gaji guru, pengontrolan dan keakuratan data akan lebih terjamin, sehingga gaji akan diterima oleh guru

Biyantu, (2007) MANAJEMEN PEMBELAJARAN (Studi tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Iklim Kerja Guru, Penghasilan Guru dan Mutu pembelajaran terhadap Kinerja

Tulisan ini membahas analisis return dan resiko saham–saham syariah yang selalu masuk dalam JII pasca krisis global 2008 (Januari 2009 – 30 Desember 2010), alat analisis

Kecepatan Pengadukan Terhadap Kemampuan Adsorpsi 23 Gambar 4.1 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 26 Gambar 4.2 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 27 Gambar 4.3

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Wahyu Purnama 2014 Universitas

Formulir BOS 04 (Tertanggal Hari Senin, 4 Januari 2016) Beserta Fotokopi buku rekening BOS satu lembar.. Demi lancarnya proses pencairan mohon hadir tepat waktu dan

Eksperimen Metode Asistensi Untuk Meningkatkan Kualitas Gambar Mata Diklat Mengatur Tata Letak Gambar Manual Dan Layout Di Smk Negeri 6 Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst) terhadap pemberian media penahan air yaitu spons. Penelitian ini menggunakan