• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar"

Copied!
224
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA

MATERI TENTANG SIFAT BENDA MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM)

PADA SISWA KELAS IV SD N SRUMBUNG 2 SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Ananda Putra Omega NIM. 141134112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(2)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA

MATERI TENTANG SIFAT BENDA MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM)

PADA SISWA KELAS IV SD N SRUMBUNG 2 SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Ananda Putra Omega NIM. 141134112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(3)

ii

(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, berkah dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya dengan lancar.

2. Kedua orang tuaku terkasih Kumaidi dan Sri Sunarti Handhayani, S.Pd. yang senantiasa mendoakan, memberikan dukungan, semangat, kesabaran serta mencurahkan kasih sayang.

3. Kakakku tercinta Nila Indah Kumala Dewi yang telah memberikan semangat. 4. Teman-teman kolaboratif penelitian yang saling berbagi dan mendukung satu

sama lain.

5. Almamaterku yang selalu kubanggakan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(6)

v MOTTO

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada

Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah, 6-8)

Memulai dengan penuh keyakinan Menjalankan dengan penuh keikhlasan Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah,

niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 7 Februari 2019 Penulis

Ananda Putra Omega

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Ananda Putra Omega

Nomer Mahasiswa : 141134112

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI

TENTANG SIFAT BENDA MELALUI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA KELAS IV SD N SRUMBUNG 2 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2017/2018”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 7 Februari 2019 Yang menyatakan,

(9)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI TENTANG SIFAT BENDA MELALUI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA KELAS IV SD N SRUMBUNG 2 SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Ananda Putra Omega

Universitas Sanata Dharma 2019

Penelitian ini dilatar belakangi rendahnya keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Srumbung 2. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mendiskripsikan upaya peningkatan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA materi tentang sifat benda siswa kelas IV SD N Srumbung 2 melalui penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) belajar IPA pada siswa kelas IV SDN Srumbung 2 tahun pelajaran 2017/2018. 2) Meningkatkan keaktifan belajar mata pelajaran IPA materi tentang sifat benda pada siswa kelas IV Semester 1 SD Negeri Srumbung 2 melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). 3) Untuk mengetahui penggunaan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SDN Srumbung 2 tahun pelajaran 2017/2018.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, berlangsung selama dua siklus dengan tahap; perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Srumbung 2, dengan jumlah subjek penelitian 22 siswa. Materi yang diambil adalah pada kompetensi inti: 6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya. Objek penelitian adalah peningkatan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa. Hasil ujicoba instrumen tes tertulis menunjukan bahwa 7 soal valid pada siklus I dan 8 soal valid pada siklus II.

Hasil penelitian menunjukkan pada peningkatan hasil keaktifan dari kondisi awal 36,4% siklus I menjadi 54,5% dan siklus II 86,4%. Hal ini tampak pada rata-rata hasil belajar dengan kondisi awal 56,4, siklus I 59, dan siklus II meningkat menjadi 69,5. Sedangkan persentase kondisi awal hasil belajar 36,4%, siklus I 54,5% dan siklus II menjadi 86,4%.

Kata kunci : Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Keaktifan, Hasil Belajar Siswa, dan mata pelajaran IPA.

(10)

ix ABSTRACT

THE IMROVEMENT OF ACTIVENESS AND THE RESULTS OF SAINS STUDY MATERIAL OF NOUN CHARACTERISTIC THROUGH APPLICATION PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MODEL OF

THE FIFTH GRADERS IN SDN SRUMBUNG 2 SEMESTER II THE SCHOOL YEAR 2017/2018

Ananda Putra Omega Sanata Dharma University

2019

This research is motivated by the low activity and learning outcomes of fourth grade students at SDN Srumbung 2. This study aims to: 1) Describe efforts to increase student activeness in science subjects about the nature of objects in grade IV SD N Srumbung 2 through the application of Problem Based Learning models ( PBM) science learning for fourth grade students at SDN Srumbung 2 school year 2017/2018. 2) Increasing the active learning of material science subjects on the nature of objects in class IV students of 1st semester Srumbung State Elementary School 2 through the Implementation of Problem Based Learning Model (PBM). 3) To find out the use of Problem Based Learning to improve science learning outcomes for fourth grade students at SDN Srumbung 2 2017/2018 school years.

This type of research is Classroom Action Research, lasting two cycles with stages; planning, action, observation, and reflection. This research was conducted at Srumbung Elementary School 2, with 22 students as research subjects. The material taken is on core competencies: 6. Understanding the various properties and changes in the shape of objects and various ways of using objects based on their nature. The object of research is to increase learning activeness and student learning outcomes. The results of the written test instrument tests showed that 7 questions were valid in the first cycle and 8 valid questions in the second cycle.

The results showed an increase in the results of activeness from the initial conditions 36.4% in the first cycle to 54.5% and the second cycle 86.4%. This can be seen in the average learning outcomes with the initial conditions 56.4, cycle I 59, and the second cycle increased to 69.5. While the percentage of initial learning outcomes was 36.4%, cycle I 54.5% and cycle II 86.4%.

Keywords: Problem Based Learning Model, Activity, Student Learning Results, and Sains subjects.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI TENTANG SIFAT BENDA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA KELAS IV SD N SRUMBUNG 2 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2017/2018 “ disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd.,M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, semangat dan dukungan dengan sabar. 5. Drs. Albertus Hartana, S.J. M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

membimbing dengan penuh kesabaran

6. Theresia Yunia setyawan, S.Pd., M. Hum. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan perbaikan dengan penuh kebijaksanaan.

7. Albisah, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Srumbung 2 yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian.

(12)

xi

8. Sri Sunarti Handayani, S.Pd., selaku guru kelas IV SD Negeri Srumbung 2 yang telah membantu kelancaran penelitian.

9. Siswa kelas IV SD Negeri Srumbung 2 yang telah membantu dalam penelitian

10. Sekretariat prodi PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah membantu kelancaran terkait penelitian.

11. Kedua orang tuaku serta adikku yang telah mendoakan, memberikan semangat, dukungan, perhatian, dan mencurahkan kasih sayang yang tulus. 12. Teman penelitian yang sudah saling mendukung, bekerjasama demi

kelancaran penelitian.

13. Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah memberikan semangat dan dukungan.

Penulis sangat menyadari, bahwa skripsi ini masih jauh dalam kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 7 Februari 2019 Penulis

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... viiix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Keaktifan ... 10

2. Hasil Belajar ... 15

3. Hakekat Pembelajaran IPA di SD ... 17

4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... 22

5. Materi IPA Sifat Benda ... 29

B. Penelitian Yang Relevan ... 30

C. Kerangka Berpikir ... 34

D. Hipotesis Tindakan ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Setting Penelitian ... 41

(14)

xiii

C. Persiapan Penelitian ... 42

D. Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 57

F. Instrumen Penilaian ... 61

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 70

1. Validitas ... 70

2. Reliabilitas ... 81

3. Indeks Kesukaran ... 83

H. Teknik Analisis Data ... 85

1. Keaktifan Siswa ... 85

2. Hasil Belajar ... 86

I. Indikator Keberhasilan ... 87

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 89

A. Deskripsi Kondisi Awal ... 89

B. Deskripsi Per Siklus ... 92

C. Hasil Penelitian ... 102 1. Siklus I... 103 2. Siklus II ... 105 D. Pembahasan... 107 BAB V PENUTUP ... 112 A. Kesimpulan ... 112 B. Keterbatasan Penelitian ... 113 C. Saran ... 114 DAFTAR PUSTAKA ... 115 LAMPIRAN ... 119

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ... 26

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I (Sebelum Dilakukan Validasi) ... 62

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I (Sesudah Dilakukan Validasi) ... 63

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II (Sebelum Dilakukan Validasi) ... 63

Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II (Sesudah Dilakukan Validasi) ... 64

Tabel 3.5 Pedoman Wawancara ... 65

Tabel 3.6 Kisi-kisi Pengamatan (Observasi) Keaktifan Belajar Siswa ... 66

Tabel 3.7 Lembar Observasi ... 66

Tabel 3.8 Kisi-kisi Keaktifan Belajar Siswa ... 67

Tabel 3.9 Kisi-Kisi Kuesioner Keaktifan Belajar Siswa ... 68

Tabel 3.10 Pengukuran Skala Likert ... 69

Tabel 3.11 Kriteria Penskoran Keaktifan Belajar ... 70

Tabel 3.12 Hasil Validasi RPP Siklus I ... 72

Tabel 3.13 Hasil Validasi RPP Siklus II ... 73

Tabel 3.14 Hasil Validasi Silabus ... 74

Tabel 3.15 Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklus I ... 75

Tabel 3.16 Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklus II ... 76

Tabel 3.17 Perhitungan Validitas Soal Evaluasi Siklus I ... 80

Tabel 3.18 Perhitungan Validitas Soal Evaluasi Siklus II ... 80

Tabel 3.19 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 81

Tabel 3.20 Hasil Reliabilitas Soal Siklus I ... 82

Tabel 3.21 Hasil Reliabilitas Soal Siklus II ... 82

Tabel 3.22 Kriteria Indeks Kesukaran ... 84

Tabel 3.23 Hasil Indeks Kesukaran Soal Siklus I ... 84

Tabel 3.24 Hasil Indeks Kesukaran Soal Siklus II ... 85

Tabel 3.25 Indikator Keberhasilan... 87

Tabel.4. 1 Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal ... 90

Tabel.4. 2 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Prasiklus ... 91

Tabel.4. 3 Nilai Ulangan Harian Siklus I ... 95

Tabel.4. 4 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I ... 96

Tabel.4. 5 Nilai Ulangan Harian Siklus II... 100

Tabel.4. 6 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II ... 101

Tabel.4. 7 Nilai Ulangan Harian Siklus I ... 103

Tabel.4. 8 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I ... 104

Tabel.4. 9 Nilai Ulangan Harian Siklus II... 105

Tabel.4. 10 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II ... 106

Tabel 4. 11 Perbandingan Hasil Belajar Siswa ... 109

Tabel 4. 12 Perbandingan Keaktifan Siswa ... 111

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 35

Gambar 3.1 Model Kemmis dan Mc Taggart ... 38

Gambar. 4.1 Diagram Balok Nilai Ulangan Siklus I ... 96

Gambar. 4.2 Diagram Balok Nilai Ulangan Siklus II ... 101

Gambar. 4.3 Grafik Capaian Hasil Belajar Siswa ... 110

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 120

Lampiran 2. Surat telah melakukan Penelitian ... 121

Lampiran 3. Expert Judgment Desain Observasi ... 122

Lampiran 4. Expert Judgment Kuisioner Keaktifan ... 123

Lampiran 5. Expert Judgment Silabus Siklus I ... 124

Lampiran 6. Expert Judgment Silabus Siklus II ... 125

Lampiran 7. Expert Judgment RPP Siklus I ... 126

Lampiran 8. Expert Judgment RPP Siklus II ... 127

Lampiran 9. Expert Judgment Soal Evaluasi Siklus I ... 128

Lampiran 10. Expert Judgment Instrumen Soal Evaluasi Siklus I ... 129

Lampiran 11. Expert Judgment Instrumen Soal Evaluasi Siklus II ... 130

Lampiran 12. Silabus Siklus I... 131

Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 133

Lampiran 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 144

Lampiran 15. Lembar Observasi Kondisi Awal ... 156

Lampiran 16. Lembar Observasi Siklus I ... 158

Lampiran 17. Lembar Observasi Siklus II ... 160

Lampiran 18. Tabel Keaktifan Siswa Kondisi Awal ... 162

Lampiran 19. Tabel Keaktifan Siswa Siklus I ... 163

Lampiran 20. Tabel Keaktifan Siswa Siklus II ... 164

Lampiran 21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 165

Lampiran 22. Tabel Validitas SPSS Soal Pilihan Ganda ... 199

Lampiran 23. Tabel Realibilitas SPSS Soal Pilihan Ganda ... 204

Lampiran 24. Foto Penelitian ... 205

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta batasan pengertian. Kelima hal tersebut dipaparkan secara berurutan dalam pembahasan sebagai berikut.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha pengembangan kualitas diri manusia dalam segala aspeknya. Manusia yang berkualitas dalam hal ini adalah manusia yang dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki. Pendidikan sebagai aktivitas yang disengaja untuk mencapai tujuan tertentu dan melibatkan berbagai faktor yang saling berkaitan antara satu dan lainnya, sehingga membentuk satu sistem yang saling mempengaruhi (Tatang, 2012:16). Di samping itu menurut Muhammad (dalam Tatang, 2012:17) pendidikan menekankan aspek produktivitas dan kreativitas manusia sehingga manusia bisa berperan serta berprofesi dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan berperan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil maksimal.

(19)

2

Slavin (dalam Suciati, 2007:5-6) menyatakan, materi pelajaran hendaknya disajikan secara menarik sehingga rasa ingin tahu siswa meningkat. Penyajian yang menarik tentu dapat meningkatkan keaktifan siswa untuk belajar sesuai dengan harapan guru. Oleh karena itu menjadi sangat penting adanya upaya perubahan dalam proses pembelajaran, agar dapat memberikan hasil yang baik, dan keaktifan siswa.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah model pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri Arends (dalam Abbas, 2000:13). Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep.

Pembelajaran berbasis masalah meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya serta peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya pada siswa. Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah (Ibrahim 2008 : 5).

Dengan penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), diharapkan siswa dapat belajar IPA dengan alamiah dengan mengalami

(20)

sendiri pengetahuannya bukan transferan dari guru sehingga pembelajaran IPA akan lebih bermakna. Siswa lebih mudah memahami materi pelajaran karena materi itu dikaitkan dengan lebih mudah memahami materi pelajaran karena materi itu dikaitkan dengan kenyataan di lingkungan sekitar siswa atau bahkan siswa pernah mengalaminya. Dengan demikian diharapkan pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa dan berakibat prestasi belajar siswa akan meningkat.

Berdasarkan hasil observasi dalam kelas pada tanggal 15 Januari 2018 fakta di lapangan menunjukkan sebanyak 56,77 siswa dengan kategori kurang keaktifan dalam mengikuti pembelajaran terutama pada mata pelajaran IPA tentang sifat benda. Karena mereka menganggap IPA sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dimengerti, sebab banyak siswa juga kurang menyadari bahwa dengan menguasai IPA dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, ditambah lagi dengan sistem pembelajaran yang tidak pernah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba menemukan konsep dan menerapkannya, agar pembelajaran dapat berhasil perlu adanya model pembelajaran yang efektif agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA tentang sifat benda. Ini dibuktikan dengan beberapa kali ulangan, hanya 10 siswa dari 22 siswa di kelas IV yang mencapai tingkat pemahaman materi sebesar 45,45% ke atas pada mata pelajaran IPA. Hasil ulangan harian rata-rata dari 22 siswa hanya 68,41 masih jauh di bawah KKM yaitu 75.

(21)

4

Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti keaktifan dalam pembelajaran dan hasil belajar. Keaktifan dan hasil belajar ini dipilih karena dalam observasi peneliti melihat bahwa keaktifan dalam pembelajaran sangat kurang sehingga peneliti menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Sehingga membuat siswa berpikir kritis, aktif dalam pembelajaran, serta untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model PBM yang dilakukan oleh guru.

Penelitian ini terdapat tujuh indikator keaktifan yaitu: 1) Mencatat, memperhatikan, mendengarkan penjelasan materi dari guru 2) Bekerjasama dalam kelompok, 3) Bertanya kepada guru apabila belum memahami materi, 4) Mencari informasi dari berbagai sumber belajar untuk memecahkan masalah, 5) Menerapkan langkah-langkah cara kerja dari guru, 6) Melatih diri memecahkan soal di LKS 7) Mampu mengkomunikasiakan hasil diskusi.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik ingin melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPA Materi Tentang Sifat Benda Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Pada Siswa Kelas IV SD N Srumbung 2 Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018”.

(22)

B. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, dan terarah dapat dikaji lebih dalam maka diperlukan pembatasan masalah. Fokus pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Peneliti meneliti kelas IV SDN Srumbung 02 semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018.

2. Objek yang akan diteliti ada dua yaitu keaktifan siswa dan hasil belajar IPA Materi tentang Sifat Benda melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).

3. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah PBM (Pembelajaran Berbasis Masalah), terdiri dari 5 langkah yaitu: a) orientasi siswa pada masalah, b) mengorganisasi siswa untuk belajar, c) membimbing pengalaman individual/ kelompok, d) mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan, e) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

4. Muatan pelajaran yang terkait yaitu muatan pelajaran IPA materi pada Kompetensi Inti :

6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya.

Kompetensi Dasar :

6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu.

(23)

6

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah penelitian adalah: 1. Bagaimanakah penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah PBM

untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Srumbung 2 Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang? 2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM) dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IV SD Negeri Srumbung 2 Kecamatan Srumbung dalam mata pelajaran IPA materi tentang sifat benda?

3. Apakah penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Srumbung 2 pada materi sifat benda?

D. Tujuan Penelitian

Dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) peneliti ingin meningkatkan hasil belajar sbb :

1. Mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi tentang sifat benda siswa kelas IV SD N Srumbung 2 melalui penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) belajar IPA pada siswa kelas IV SDN Srumbung 2 tahun pelajaran 2017/2018.

(24)

2. Untuk meningkatkan keaktifan pada mata pelajaran IPA materi tentang sifat benda pada siswa kelas IV Semester II SD Negeri Srumbung 2 melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).

3. Penggunaan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SDN Srumbung 2 tahun pelajaran 2017/2018.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak yaitu:

1. Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan pengetahuan terhadap peningkatan mutu pendidikan melalui proses pembelajaran dan dapat digunakan sebagai literatur dalam pelaksanaan penelitian di masa yang akan datang.

2. Praktis

a. Bagi Siswa

1) Melalui Penerapan model pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA 2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun dan

menemukan sendiri pengetahuannya dengan mengalami langsung/praktek dalam pembelajaran.

(25)

8

3) Membantu siswa menemukan keterkaitan antara materi yang dipelajari di sekolah dengan lingkungan nyata di sekitar siswa. 4) Menumbuhkan cara berpikir kritis, rasional, dan ilmiah terhadap

lingkungan sekitar. b. Bagi guru

1) Sebagai masukan yang berguna untuk upaya peningkatan prestasi belajar siswa dan perbaikan kualitas proses belajar mengajar. 2) Sebagai masukan inovasi model pembelajaran IPA di sekolah. c. Bagi Peneliti

Sebagai pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran yang tepat dengan menggunakan model pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) materi Sifat Benda.

F. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan pertanyaan dan tidak menimbulkan multi tafsir suatu istilah yang dikemukakan maka perlu adanya definisi operasional. Berikut ini merupakan definisi operasional yang peneliti ambil:

1. Keaktifan adalah suatu kegiatan untuk mengkonstruksi pengetahuan siswa. Keaktifan siswa membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang siswa hadapi dalam kegiatan pembelajaran. Indikator dalam keaktifan siswa diantaranya berpartisipasi dalam pembelajaran, dalam mengemukakan pendapat, dan bertanggung jawab terhadap tugas.

(26)

2. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya

3. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, dimana berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi

4. Sifat benda adalah benda-benda di alam semesta ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu benda padat, benda cair, dan benda gas. Setiap jenis benda mempunyai sifat yang membedakannya dari jenis benda lain. Bahkan beberapa benda padat mempunyai sifat yang berbeda dari benda padat lainnya.

5. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah pada dunia nyata sebagai konteks siswa untuk belajar tentang cara berpikir ilmiah dan keterampilan memecahkan masalah memperoleh pengetahuan. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) terdapat lima langkah yaitu 1) Orientasi siswa pada masalah, 2) Mengorganisasi siswa untuk belajar, 3) Membimbing pengalaman individual/ kelompok, 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

(27)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini, landasan teori digunakan sebagai acuan mendasar untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian. Adapun uraian bahasan dari landasan teori memuat empat bagian meliputi kajian pustaka, peneli yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

A. Kajian Pustaka 1. Keaktifan

a) Pengertian Keaktifan

Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001:98). Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, siswa siswa tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak–banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran.

Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif

(28)

membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Rousseau (dalam Sardiman, 1988: 95) menyatakan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktivitas proses pembelajaran tidak akan terjadi. Thorndike mengemukakan keaktifan belajar siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercise”-nya menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan dan Mc Keachie menyatakan berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu” (Dimyati, 2009:45). Segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknik.

Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif.

Mulyasa (2008: 15) menyebutkan bahwa keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat bekerja, giat berusaha, mampu bereaksi dan beraksi, sedangkan arti kata keaktifan adalah kesibukan atau

(29)

12

kegiatan. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah – sekolah tradisional. Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah sebagai berikut (Sardiman, 1988: 99):

1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.

3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: percakapan, diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain.

7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan.

(30)

8) Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, tenang.

Salah satu penilaian proses pembelajaran adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Nana Sudjana (2009: 61) menyatakan keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; (5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; (6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya; (7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis; (8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dapat dilihat dari keadaan siswa di kelas dalam proses pembelajaran. Peneliti menerapkan model pembelajaran berbasis masalah untuk memancing siswa agar aktif dalam pembelajaran, seperti halnya mendengarkan, berdiskusi, bertanya, memecahkan soal (mental activities).

(31)

14

b) Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih untuk berpikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, guru juga dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Keaktifan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Slameto (2010: 54) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa adalah 1) Memberikan keaktifan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran; 2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada siswa); 3) Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa; 4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari); 5) Memberikan petunjuk kepada siswa cara mempelajari; 6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, 7) Memberikan umpan balik (feedback); 8) Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur; 9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.

Keaktifan dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam keterlibatan siswa pada saat belajar. Hal tersebut seperti dijelaskan oleh Usman (2009:26-27) cara untuk memperbaiki keterlibatan siswa diantaranya

(32)

yaitu abadikan waktu yang lebih banyak untuk kegiatan belajar mengajar, tingkatkan partisipasi siswa secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar, serta berikanlah pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai. Selain memperbaiki keterlibatan siswa juga dijelaskan cara meningkatkan keterlibatan siswa atau keaktifan siswa dalam belajar. Cara meningkatkan keterlibatan atau keaktifan siswa dalam belajar adalah mengenali dan membantu siswa-siswa yang kurang terlibat dan menyelidiki penyebabnya dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan keaktifan siswa, sesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan individual siswa. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan usaha dan keinginan siswa untuk berpikir secara aktif dalam kegiatan belajar.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan keaktifan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti menarik atau memberikan keaktifan kepada siswa dan keaktifan juga dapat ditingkatkan, salah satu cara meningkatkan keaktifan yaitu dengan mengenali keadaan siswa yang kurang terlibat dalam proses pembelajaran.

2. Hasil Belajar

Pengertian hasil belajar adalah bagian terpenting dalam pembelajaran. Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada

(33)

16

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan lima jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau model. b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna

tentang hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan model dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. misalnya, menggunakan prinsip.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik, misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya

kemampuan menyusun suatu program.

(34)

3. Hakekat Pembelajaran IPA di SD a. Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Hamalik, 2008: 25). Bila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan progam pengajaran tahunan, semester dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut persiapan perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasinya (Zaini, 2004: 4).

Berdasar beberapa pendapat di atas maka disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses dan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar, pembelajaran juga merupakan persiapan di masa depan dan sekolah mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.

IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan

(35)

18

demikian seterusnya antara cara yang satu dengan cara yang lain (Abdullah, 1998: 18). IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sulistyorini, 2007: 39).

Menurut Iskandar (2001: 2) IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi alam: 2). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas dalam Suyitno, 2002: 7).

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran IPA di SD adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Proses pembelajaran yang dilakukan siswa seperti observasi, eksperimentasi, penyimpulan, melalui serangkaian proses ilmiah.

(36)

b. Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Menurut Sulistiyorini (2007: 40) tujuan pembelajaran IPA di SD sebagai berikut:

1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat.

2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari.

5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman ke bidang pengajaran lain.

6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari.

c. Prinsip dan Karakteristik Pembelajaran IPA 1) Prinsip-prinsip Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

(37)

20

suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu guru dituntut untuk merancang proses pembelajaran yang melibatkan siswa di dalamnya.

Berikut disajikan empat (4) prinsip pembelajaran IPA yang dikemukakan olah Trianto (2007:104) untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan di sekolah, yaitu:

a) Memberikan pengalaman pada siswa sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai fasis.

b) Menanamkan pada siswa pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah.

c) Latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam. d) Memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif

dalam kegiatan perencanaan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan kemampuan dalam menjawab berbagai masalah.

(38)

2) Karakteristik Mata Pelajaran IPA

Sebelum kita menentukan strategi pembelajaran (tujuan, model dan evaluasi), sebaiknya kita harus memahami dahulu karakteristik mata pelajaran IPA atau sains yang akan kita ajarkan. Dalam sains dipelajari permasalahan yang berkaitan dengan fenomena alam dan berbagai permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Fenomena alam dan sains dapat ditinjau dari objek, persoalan, tema dan tempat kejadiannya.

Pembelajaran sains memerlukan kegiatan penyelidikan baik melalui observasi maupun eksperimen, sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah. Selain itu pembelajaran sains mengembangkan rasa ingin tahu melalui penemuan berdasarkan pengalaman langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah. Melalui kerja ilmiah, siswa dilatih untuk memanfaatkan fakta, membangun konsep, prinsip, teori sebagai dasar untuk berpikir kritis, kreatif, dan analisis.

Dengan demikian menurut Indrawati (2008:5) dalam pembelajaran IPA atau sains, siswa dituntut untuk menguasai/memiliki kemampuan minimal dalam empat hal, yaitu : (a) Menguasai konsep-konsep IPA

(b) Terampil menggunakan keterampilan berpikir dan motorik (c) Memiliki sikap-sikap positif sebagaimana yang dimiliki oleh

(39)

22

(d) Mampu menerapkan konsep IPA dan keterampilan berpikir dalam memecahkan masalah sehari-hari

4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) a. Model Pembelajaran

Menurut Tan (dalam Rusman, 2010: 232) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dalam suatu model pembelajaran ditentukan bukan hanya apa yang harus dilakukan guru, akan tetapi menyangkut tahapan-tahapan, prinsip-prinsip reaksi guru dan siswa serta sistem penunjang yang disyaratkan.

Menurut Arends (dalam Suprijono, 2013: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Menurut Joice& Weil (dalam Isjoni, 2013: 50) model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi

(40)

pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Sedangkan Istarani (2011: 1) model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar.

b. Pengertian Berbasis Masalah (PBM)

Menurut Komalasari (2013:58) Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) mempunyai perbedaan penting dengan pembelajaran penemuan. Pada pembelajaran penemuan didasarkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan disiplin ilmu dan penyelidikan siswa berlangsung di bawah bimbingan guru terbatas dalam ruang lingkup kelas, sedangkan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dimulai dengan masalah kehidupan nyata yang bermakna dimana siswa mempunyai kesempatan dalam memlilih dan melakukan

(41)

24

penyelidikan apapun baik di dalam maupun di luar sekolah sejauh itu diperlukan untuk memecahkan masalah. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi, pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) siswa dilatih menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Selain itu, dengan pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan lagi.

Jadi pembelajaran berbasis masalah adalah suatu strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran

c. Ciri-ciri Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Menurut Arends (2007:5) berbagai pengembangan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) telah memberikan model pembelajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:

(42)

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah

Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.

2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin

Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu IPA, masalah-masalah yang diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

3) Penyelidikan autentik

Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.

4) Menghasilkan produk dan memamerkannya

Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam karya nyata. Produk tersebut bisa berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. 5) Kolaborasi dan kerja sama

Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.

(43)

26

d. Langkah-langkah Proses Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan. Pembelajar pun harus harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk kelompok-kelompok kecil. Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2016:243) mengemukakan bahwa langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

Tabel 2. 1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase Indikator Kegiatan Guru

1 Orientasi siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah

2 Mengorganisasi siswa untuk belajar

Membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

3 Membimbing

pengalaman individual/ kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk

(44)

Fase Indikator Kegiatan Guru berbagai tugas dengan temannya 5 Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah peneliti mengorientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing pengalaman individual atau kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

e. Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Menurut Sanjaya 2006 (218-219) Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau berdasarkan masalah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya, di antaranya sebagai berikut:

1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.

2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa

(45)

28

4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

6) Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran IPA, pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.

7) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa

8) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru

9) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa yang mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

10) Pemecahan masalah dapat mengembangkan keaktifan siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

(46)

5. Materi IPA Sifat Benda a. Perubahan wujud benda

1. Perubahan wujud benda cair ke padat disebut pembekuan 2. Perubahan wujud benda padat ke cair disebut pencairan 3. Perubahan wujud benda cair ke gas disebut penguapan 4. Perubahan wujud benda gas ke cair disebut pengembangan 5. Perubahan wujud benda padat ke gas disebut penyubliman

Contoh gambar bagan :

2 5 1 3

Di dalam semesta ini benda dikelompokkan menjadi 3 wujud, yaitu benda padat, cair dan gas, ketiga kelompok benda tersebut memiliki persamaan diantaranya mempunyai berat, menempati ruangan, dan memiliki isi atau volume.

b. Sifat benda padat

1. Bentuknya tetap, tidak dipengaruhi bentuk wadahnya 2. Isi (volum) benda tetap

3. Dengan perlakuan tertentu bentuknya dapat diubah c. Sifat benda cair

1. Bentuk berubah ubah sesuai bentuk wadahnya Padat

Cair Gas

(47)

30

2. Mengalir ketempat lebih rendah 3. Menekan ke segala arah

4. Dalam keadaan tenang, permukaan selalu datar 5. Dapat meresap melalui celah kecil

6. Dapat melarutkan zat d. Sifat benda gas

1. Bentuknya selalu berubah sesuai tempatnya 2. Menekan kesegala arah

3. Tidak dapat dilihat dan diraba

Untuk membuat barang-barang keperluan hidup digunakan benda padat. Benda padat yang digunakan diantaranya logam, kayu, plastic, karet dan kaca. Logam memiliki sifat penghantar panas listrik (konduktor) Plastik memiliki sifat penghantar panas jelek (isolator).

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Rosanti (2016), yang berjudul Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Menggunakan Problem Based Learning (PBL) pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta” Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar tentang pelaksanaan pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta. Metode penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil penelitian kondisi awal menunjukkan dalam kategori cukup

(48)

yaitu 70 pada siklus I meningkat menjadi 76. Kemudian pada siklus II meningkat menjadi 83 setelah menggunakan metode Problem Based Learning (PLB). Kesimpulan dari penelitian ini adalah keaktifan dan hasil belajar dapat di tingkatkan dengan penerapan metode Problem Based Learning (PLB) pada mata pelajaran matematika SDK Wirobrajan I Yogyakarta.

Penelitian yang dilakukan oleh Winarti (2016), yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Kritis Matematika Kelas IIIA Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran PBL di SD Negeri Denggung”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika materi perkalian dan pembagian melalui pembelajaran PBL pada siswa kelas IIIA di SD Negeri Denggung. Menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan subjek penelitian siswa kelas IIIA SD Negeri Denggung. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kondisi awal 77,92 meningkat pada siklus I sebesar 77,98 dan siklus II 90,82. Pencapaian KKM kondisi awal 64,28% dengan KKM 70, siklus I meningkat 85,18% dengan KKM 75, dan siklus II menjadi 82,14% dengan KKM 80. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika materi perkalian dan pembagian dapat ditingkatkan melalui pembelajaran PBL.

Penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni (2016), yang berjudul “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar PKn Menggunakan Model PBL untuk Siswa Kelas III SD Plaosan 1”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

(49)

32

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar PKn siswa kelas III SD Negeri Plaosan 1. Metode penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek siswa kelas III SD Negeri Plaosan 1. Hasil penelitian menunjukkan presentase keaktifan awal jumlah siswa minimal cukup aktif yaitu 39,13% dengan rata-rata nilai keaktifan 53,22 meningkat dengan persentase jumlah siswa minimal cukup aktif pada siklus I 56,52 dengan nilai rata-rata 55,94 dam siklus II meningkat menjadi 91,30 dengan rata-rata nilai 63,51. Persentase jumlah lulus KKM pada kondisi awal 35,71% dengan nilai rata-rata 70,02. Pada siklus I menjadi 43,47% dengan nilai rata-rata 74,13. Pada siklus II persentase meningkat menjadi 65,21% dengan nilai rata-rata 79,60. Kesimpulan dari penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar PKn dapat ditingkatkan dengan menggunakan model PBL siswa kelas III SD Negeri Plaosan 1.

Persamaan antara penelitian yang relevan di atas menggunakan variable keaktifan, prestasi belajar, berpikir kritis, dan hasil belajar. Hasil penelitiannya menunjukkan model pembelajaran PBL dapat meningkatakan. Pada penelitian ini menggunakan variabel keaktifan dan hasil belajar siswa untuk mengadakan penelitian “Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Materi Tentang Sifat Benda Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Pada Siswa Kelas IV SD N Srumbung 2 Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018”. Kebaruan dalam penelitian ini adalah peneliti menggunakan variabel Keaktifan dan hasil belajar. Dalam mata pelajaran IPA peneliti mengambil materi sifat benda dalam penelitian ini. Peneliti

(50)

menggunakan siswa kelas IV sebagai subjek penelitian dan menggunakan SD N Srumbung 2 sebagai tempat penelitian.

Berikut ini bagan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

Berdasarkan peta literatur di atas, peneliti melakukan penelitian pada variabel keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Srumbung 2

Rosanti (2016) “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Menggunakan Problem Based Learning (PBL) pada Mata Pelajaran Matematika

Siswa Kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta”.

Isnaeni (2016) “Peningkatan keaktifan dan

prestasi belajar PKn Menggunakan Model PBL

untuk siswa kelas III SD Negeri Plaosan 1”.

Penelitian yang dilakukan oleh penelitian : “Peningkatan keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Srumbung 2 Melalui Penerapan Model Pembelajaran PBM (Pembelajaran Berbasis Masalah).

Winanti (2016)

“Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Kritis Matematika Kelas IIIA Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran PBL di SD Negeri

(51)

34

pada mata pelajaran IPA mengunakan model pembelajaran PBM (Pembelajaran Berbasis Masalah).

C. Kerangka Berpikir

Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Ketika siswa pasif dan guru menggunakan metode ceramah atau siswa menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan oleh guru bagaimanapun menariknya materi disampaikan dengan ceramah, otak tidak akan menyimpan informasi yang diberikan, karena tidak terjadi proses keaktifan siswa.

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari.

Di dalam kondisi lapangan sebenarnya adalah hasil belajar siswa kelas IV SD N Srumbung 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 masih rendah 10 dari 22 siswa mendapat nilai di bawah KKM. Siswa juga belum aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, guru mengajar secara konvensional namun hasil belajar siswa masih rendah. Kemudian peneliti mencoba melakukan

(52)

tindakan yang sesuai dengan materi dan menerapkan pendekatan Model Pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) yang sesuai dengan materi melalui dua tahap. Dengan menerapkan model pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diyakini bahwa siswa akan lebih mudah mengikuti dan aktif dalam pembelajaran yang tentu saja keaktifan siswa akan meningkat. Adapun kegiatan yang akan dilakukan pada tahap pertama yaitu, perencanaan, pelaksanaan tes, pengamatan terhadap peserta didik serta melakukan refleksi. Tahap kedua sama dengan tahap pertama dan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa meningkat.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah, peneliti menentukan hipotesis tindakan pada penelitian ini. Hipotesis tindakan yang disusun oleh peneliti adalah :

Kondisi Awal di Lapangan :

Rendahnya keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Srumbung 2

Solusi :

Guru menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Kondisi Akhir :

Peningkatan keaktifan dan hasil belajar melalui penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

(53)

36

1. Penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dalam upaya peningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N Srumbung 2 yakni dengan langkah-langkah sebagai berikut (a) orientasi siswa pada masalah, (b) mengorganisasi siswa untuk belajar, (c) membimbing pengalaman individual/ kelompok, (d) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (e) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2. Penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SDN Srumbung 02 tahun pelajaran 2017/2018.

3. Penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada kelas IV SDN Srumbung 02 tahun pelajaran 2017/2018.

(54)

37 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III ini ada sembilan hal yang akan dibahas oleh peneliti. Sembilan hal tersebut adalah jenis penelitian, setting penelitian, rencana penelitian, indikator keberhasilan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, validitas, reliabilitas, indeks kesukaran soal, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Aqip (2006: 13) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. Pendapat tidak jauh berbeda dari Suhardjono (dalam Arikunto, 2010: 2) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakaan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Kemmis dan Mc. Taggart dalam Kusumah (2010: 20-21). Bagan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersaji pada gambar di bawah ini:

(55)

38

Gambar 3.1 Model Kemmis dan Mc Taggart (Kusumah, 2010: 21)

Gambar 3.1 merupakan skema PTK menurut Kemmis dan Taggart yang dilakukan dalam dua siklus dan terdiri dari empat tahap yaitu. Perencanaa, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tahap tindakan dan pengamatan gambar di atas, berada dalam waktu yang sama. Keempat tahap tersebut merupakan rangkaian tahapan dari satu siklus PTK.

(56)

Model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai kegiatan yang dipandang sebagai satu siklus. Pada gambar 3.1, tampak bahwa di dalamnya terdiri dari dua perangkat komponen yang dapat disebut sebagai dua siklus.

Kusumah (2010:25) mengemukakan bahwa penelitian tindakan secara garis besar mengenal adanya empat langkah penting, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Keempat langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah mengetahui masalah dalam pembelajaran. Hal yang direncanakan terkait dengan model pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media pembelajaran dan sebagainya. Perencanaan kurang lebih hampir sama dengan menyiapkan suatu kegiatan belajar-mengajar.

2. Tindakan

Langkah kedua yang perlu diperhatikan yaitu langkah tindakan dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya. Tindakan dalam penelitian harus berhati-hati dan serta merupakan kegiatan praktis yang terencana. Hal ini dapat terjadi jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada

(57)

40

rencana yang rasional dan terukur. Realisasi tindakan sebelumnya harus sudah direncanakan dengan baik.

3. Pengamatan

Pengamatan pada penelitian tindakan kelas mempunyai fungsi yaitu mendokumentasikan implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek. Observasi harus memiliki beberapa unggulan misalnya orientasi prospektif, memiliki dasar-dasar reflektif waktu sekarang dan masa yang akan datang. Observasi yang hati-hati dalam hal ini sangat diperlukan untuk mengatasi keterbatasan yang diambil peneliti. Observasi yang baik yaitu observasi yang fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala yang muncul baik yang diharapkan ataupun tidak diharapkan.

4. Refleksi

Setelah langkah pengamatan, kemudian masuk langkah keempat yaitu langkah refleksi. Tahap ini guru dapat melakukan refleksi dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi di dalam kelas. Langkah ini merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi.

Gambar

Tabel 2. 1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Gambar 2.1  Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Model Kemmis dan Mc Taggart (Kusumah, 2010: 21)
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I   (Sebelum Dilakukan Validasi)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menilai kualitas video penggunaan media pembelajaran Papan Kosakata utuk guru kelas IV SD dengan cara memberi centang (√) pada

Pengaruh Metode Pembelajaran card sort terhadap Hasil Belajar Murid Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas V Sekolah Dasar Negeri 84 Bolli. Berdasarkan hipotesis

Hasil penelitian tindakan kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Kemampuan Siswa Berbicara untuk Menanggapi Kejadian suatu Peristiwa Menggunakan Media

Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation menurut Istarani (2012: 87) adalah (1) siswa menjadi satu kelompok sesuai dengan kemampuan masing-masing

Adapun metode yang diharapkan mampu membuat siswa labih aktif dalam proses belajar yaitu metode pembelajaran Modeling The Way dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN TENTANG PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA SOSIAL UNTUK PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK INDIVIDU (NON JEJARING) DI

Materi pembelajaran harus berupa pengetahuan yang cukup agar siswa tersebut mendapatkan sumber belajar yang baik, yaitu pada permasalahan yang telah disampaikan

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan kemampuan siswa dalam menjawab soal pemahaman pada materi satuan waktu menggunakan model pembelajaran