• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PAKAIAN ADAT DI INDONESIA MENGACU KURIKULUM SD 2013 PADA SUBTEMA INDAHNYA

KERAGAMAN BUDAYA NEGERIKU UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Nafa Rupita NIM: 151134218

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(2)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PAKAIAN ADAT DI INDONESIA MENGACU KURIKULUM SD 2013 PADA SUBTEMA INDAHNYA

KERAGAMAN BUDAYA NEGERIKU UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Nafa Rupita NIM: 151134218

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(3)
(4)
(5)

PERSEMBAHAN Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:

1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tuaku Bapak H. Hatulistiwa dan Ibu Yuriah,S.Pd.SD, yang menjadi motivator dan memberikan kasih sayang dan dukungan baik material, moral, maupun spiritual.

3. Kedua kakakku Mico Yuhansyah S.E dan Aksyah Yuwanata yang selalu memberikan dukungan dan nasehat kepadaku selama mengerjakan tugas akhir.

4. Prodi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penelitian ini.

(6)

MOTTO

“Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan mu itu dan kamu akan dikembalikan kepada Allah lalu

diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”

(QS. At-Taubah : 105)

(7)
(8)
(9)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PAKAIAN ADAT DI INDONESIA MENGACU KURIKULUM SD 2013 PADA SUBTEMA INDAHNYA

KERAGAMAN BUDAYA NEGERIKU UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Nafa Rupita

Universitas Sanata Dharma 2019

Berdasarkan analisis kebutuhan, penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan tambahan referensi pembelajaran berupa bahan ajar untuk menunjang pengetahuan siswa mengenai pakaian adat Indonesia di kelas IV SD Negeri Plaosan 1 pada Subtema Indahnya Keragaman Budaya Negeriku. Tujuan utama dari penelitian ini adalah: 1) mengembangkan bahan ajar khususnya pada materi pakaian adat dari 34 provinsi di Indonesia mengacu kurikulum SD 2013 pada subtema Keragaman Budaya Negeriku, 2) mendeskripsikan kualitas produk bahan ajar pakaian adat dari 34 provinsi di Indonesia mengacu kurikulum SD 2013 pada subtema Keragaman Budaya Negeriku.

Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D), dengan melaksanakan 5 tahapan penelitian dan pengembangan model ADDIE menurut Dick and Carey yaitu: 1) analisis, 2) perancangan, 3) pengembangan, 4) implementasi, 5) evaluasi (Tegeh, I Made. Dkk, 2014: 78). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan lembar kuisoner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas IV SD Negeri Plaosan 1 Yogyakarta. Kuisoner dilakukan untuk validasi kualitas produk oleh ahli, guru kelas IV SD Negeri Plaosan 1 Yogyakarta, dan 10 siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 Yogyakarta.

Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan, diperoleh skor sebagai berikut:

dari dosen ahli rata-rata skor 4,05 (baik), guru kelas IV SD rata-rata skor 4.6 (sangat baik) dan hasil uji coba lapangan kepada 10 siswa rata-rata skor 4,54 (sangat baik).

Secara keseluruhan kualitas produk memperoleh total skor 13,19 rata-rata skor 4,39 sangat baik) dengan skor maksimal 5. Dengan demikian bahan ajar yang telah dikembangkan layak untuk digunakan dalam pembelajaran

Kata Kunci: pengembangan, pakaian adat, bahan ajar.

(10)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF TEACHING MATERIALS OF TRADITIONAL CLOTHES IN INDONESIA REFERS TO THE ELEMENTARY SCHOOL OF 2013 CURRICULUM ON THE

SUB-THEME OF THE BEAUTY OF MY COUNTRY OF CULTURAL DIVERSITY FOR FOURTH-GRADE STUDENTS IN ELEMENTARY SCHOOL

Nafa Rupita

Sanata Dharma University 2019

Based on the needs analysis, this research is motivated by the need for additional learning references in the form of teaching materials to support student’s knowledge about the traditional clothes from the fourth-grade in SDN Plaosan 1 on the sub-theme of the beauty my country of cultural diversity. The main objectives of this research are 1) developing teaching materials, including the material of traditional clothes from 34 provinces in Indonesia refers to the elementary school of 2013 curriculum on the sub-theme of the cultural diversity of my country, 2) describing the quality of the product in teaching materials of traditional clothes from 34 provinces in Indonesia refers to the elementary school of 2013 curriculum on the sub-theme of the cultural diversity of my country.

This research, using research and development methods (R&D), by carrying out 5 stages of research and development of the ADDIE model according to Dick and Carey, namely: 1) analysis, 2) design, 3) development, 4) implementation, 5) evaluation (Tegeh, I Made, Et al., 2014: 78). the instruments used in this research are interviews and questionnaire sheets. The purpose of the interviews is to know the needs of the fourth-grade teachers in SDN Plaosan 1 Yogyakarta. Questionnaires were used for product quality validation by the expert, fourth-grade teachers in SDN Plaosan 1 Yogyakarta, and ten students from fourth grade SDN Plaosan 1 Yogyakarta.

Based on the validation conducted, the scores obtained as follows: from the expert lecturer's average score of 4,05 (good), fourth-grade teachers in elementary school average score of 4.6 (very good), and the results of the field test to 10 students average score of 4.54 (very good). The overall product quality obtained a total score of 13.19, the average score of 4.39 (very good) with a maximum score of 5. Thus, the teaching materials that developed are proper to use as learning.

Keywords: development, traditional clothes, teaching materials.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan kemudahan yang telah diberikan kepada peneliti melalui perhatian dan kasih sayang dari keluarga, para dosen dan teman-teman, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Skripsi yang berjudul “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PAKAIAN ADAT DI INDONESIA MENGACU KURIKULUM SD 2013 PADA SUBTEMA INDAHNYA KERAGAMAN BUDAYA NEGERIKU UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR”

disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Drs. YB. Adimassana, M.A. dan Eny Winarti, Ph.D. selaku dosen pembimbing I yang telah sabar mendampingi, membimbing, dan mengarahkan peneliti selama menyelesaikan penulisan skripsi.

5. Sumarjoko, S.Ag selaku Kepala Sekolah SD Negeri Plaosan 1 Yogyakarta yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian.

6. Patrisia Betris Yan A, S.Pd. selaku wali kelas IV SD Negeri Plaosan 1 yang telah bersedia memberi waktu dan sebagai validator dalam pelaksanaan penelitian.

7. Siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 Yogyakarta tahun ajaran 2018/2019 yang telah berpartisipasi dalam proses penelitian ini.

8. H. Hatulistiwa dan Yuriah, S.Pd.,SD. selaku orang tua yang selalu mendoakan, memberi motivasi, membiayai, mengarahkan, dan

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.6 Batasan Istilah ... 7

1.7 Spesifikasi Produk... 7

2. LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.1.1 Pengembangan Materi pembelajaran ... 9

2.1.1.1 Kriteria Menyeleksi Materi ... 11

2.1.1.2 Langkah-langkah Menulis Buku ... 13

2.1.1.3 Faktor-faktor Penyediaan Bahan Pembelajaran ... 14

2.1.1.4 Prinsip-prinsip Menentukan Materi Pembelajaran ... 16

2.1.1.5 Pengertian pakaian adat ... 17

(14)

2.1.1.6 Provinsi yang ada di Indonesia ... 18

2.1.2 Kurikulum SD 2013 ... 19

2.1.3 Multikulturalisme ... 25

2.1.3.1 Pendidikan Multikultural ... 27

2.1.3.2 Tujuan Pendidikan Multikultural ... 29

2.1.3.3 Bentuk Pendekatan dan Implementasi Pendidikan Multikultural di Kelas…..………...…..30

2.2 Penelitian yang Relevan ... 34

2.3 Kerangka Berpikir ... 38

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 40

3. METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.1.1 Analisis (Analysis) ... 43

3.1.2 Perancangan (Design) ... 43

3.1.3 Pengembangan (Development) ... 43

3.1.4 Implementasi (Implementation) ... 44

3.1.5 Evaluasi (Evaluation) ... 44

3.2 Prosedur Pengembangan ... 44

3.2.1 Tahap Analisis (Analysis) ... 45

3.2.2 Tahap Perancangan (Design) ... 45

3.2.3 Tahap Pengembangan (Development) ... 46

3.2.4 Tahap Implementasi (Implementation) ... 47

3.2.5 Tahap Evaluasi (Evaluation) ... 48

3.2 Setting Penelitian ... 48

3.2.1 Tempat Penelitian ... 48

3.2.2 Waktu Penelitian ... 48

3.2.3 Subjek Penelitian... 48

3.2.4 Objek Penelitian ... 49

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.3.1 Wawancara ... 49

3.3.2 Kuisoner ... 50

3.4 Instrumen Penelitian... 50

3.4.1 Wawancara ... 51

3.4.2 Kuisoner ... 52

3.5 Teknik Analisis Data ... 55

(15)

3.5.1 Data Kualitatif ... 55

3.5.2 Data Kuantitatif ... 55

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

4.1 Hasil Penelitian ... 59

4.1.1 Prosedur Pengembangan Bahan Ajar ... 59

4.1.1.1 Analisis Kebutuhan ... 59

4.1.1.2 Perancangan Produk ... 63

4.1.1.3 Pengembangan Produk ... 64

4.1.1.3.1 Cover Buku Pakaian Adat... 64

4.1.1.3.2 Kata Pengantar ... 64

4.1.1.3.3 Daftar Isi ... 65

4.1.1.3.4 Pengantar Materi (Pakaian Adat) ... 65

4.1.1.3.5 Pakaian Adat di Indonesia ... 65

4.1.1.3.6 Cara Pelestarian ... 66

4.1.1.3.7 Daftar Referensi ... 66

4.1.1.3.8 Biografi Penulis ... 66

4.1.1.3.9 Permainan Puzzle ... 66

4.1.1.4 Implementasi (Data Uji Coba dan Revisi) ... 67

4.1.1.4.1 Data Validasi Ahli Materi dan Revisi Produk ... 67

4.1.1.4.2 Data Validasi Guru SD Kelas IV dan Revisi Produk ... 68

4.1.1.4.3 Data Uji Coba Terbatas dan Revisi Produk ... 68

4.1.1.5 Evaluasi Produk Akhir... 71

4.1.1.5.1 Cover Buku Bahan Ajar Pakaian Adat ... 71

4.1.1.5.1 Kata Pengantar ... 72

4.1.1.5.2 Daftar Isi ... 73

4.1.1.5.3 Pengantar Materi (Pakaian Adat) ... 73

4.1.1.5.4 Pakaian Adat di Indonesia ... 74

4.1.1.5.5 Cara Pelestarian ... 75

4.1.1.5.6 Daftar Pustaka ... 76

4.1.1.5.7 Biografi Penulis ... 77

4.1.1.5.8 Permainan Puzzle ... 78

4.2 Pembahasan ... 79

4.2.3 Kelebihan dan Keterbatasan Produk Bahan Ajar Pakaian Adat ... 84

4.2.3.1 Kelebihan Produk Bahan Ajar Pakaian Adat ... 84

4.2.3.2 Keterbatasan Produk Bahan Ajar Pakaian Adat ... 85

(16)

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

5.1 Kesimpulan ... 86

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 87

5.3 Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN ... 91

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara Guru Kelas IV SD.………51

Tabel 3.2 Acuan Skor Kuisoner….……….52

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen Validasi Ahli Materi dan Guru Kelas IV………...53

Tabel 3.4 Kisi-kisi Uji Coba Siswa Kelas IV SD………...53

Tabel 3.5 Rumus Persentase Kualitas Produk.………....56

Tabel 3.6 Konversi Nilai Skala Lima Menurut Sukardjo………56

Tabel 3.7 Kriteria Skala Lima ………....58

Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Wawancara Guru Kelas IV SD Negeri Plaosan 1...61

Tabel 4.2 Komentar dan Keterangan Revisi Ahli Materi………67

Tabel 4.3 Komentar Validasi Guru kelas………68

Tabel 4.4 Data Hasil Validasi 10 Siswa Kelas IV Sekolah Dasar………..70

Tabel 4.5 Komentar 10 Siswa Kelas IV SD………70

Tabel 4.6 Rekapitulasi Skor Hasil Validasi dan Uji Coba Lapangan…………...83

(18)

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.1 Penelitian yang Relevan ... 37 Bagan 3.1 Tahap Pengembangan Model ADDIE….. ………42

(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2. 1 Pembelajaran Tematik Tema 7 Subtema 2 Pembelajaran 4 …….... 22

Gambar 4. 1 Cover Buku ... 72

Gambar 4. 2 Kata Pengantar ... 72

Gambar 4. 3 Daftar Isi... 73

Gambar 4. 4 Pengantar Materi... 74

Gambar 4. 5 Revisi Isi Materi Produk Bahan Ajar ... 75

Gambar 4. 6 Cara Pelestarian Pakaian Adat ... 76

Gambar 4. 7 Daftar Pustaka Produk ... 77

Gambar 4. 8 Biografi Penulis ... 77

Gambar 4. 9 Permainan Puzzle ... 78

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian.………...92

Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian………....93

Lampiran 3 Data Hasil Wawancara Guru Kelas IV SD Negeri Plaosan 1 Yogyakarta …………....………...94

Lampiran 4 Data Hasil Validasi Ahli Materi ………....97

Lampiran 5 Data Hasil Validasi dengan Guru Kelas IV SD Negeri Plaosan 1 Yogyakarta ………..100

Lampiran 6 Data Hasil Validasi Siswa ……….103

Lampiran 7 Rekapitulasi Hasil Validasi Dosen Ahli ………123

Lampiran 8 Rekapitulasi Hasil Guru Kelas IV SD N Plaosan 1 ………125

Lampiran 9 Rekapitulasi Hasil Validasi Siswa ………....127

Lampiran 10 Rekapitulasi Validasi dan Uji Coba Lapangan ………128

Lampiran 11 Foto Pelaksanaan Penelitian ………...129

Lampiran 12 Biodata Penulis ………...130

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) batasan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, (6) batasan istilah, dan (7) spesifikasi produk yang dikembangkan.

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman latar belakang baik dari segi budaya, ras, agama, suku, politik, dan lain-lain. Berbagai perbedaan itulah yang membuat Indonesia merupakan negara yang memiliki ciri khas multikultural penduduknya. Perbedaan itu juga terlihat dari masyarakat yang mempunyai kondisi geografis yang begitu luas dan beragam. Indonesia terdiri dari 34 provinsi yang memiliki ribuan pulau dan ratusan suku bangsa dengan budaya masing-masing yang semakin terbuka dalam dunia masyarakat. Menurut Yaqin (2005:3) Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia.

Keanekaragaman suku dan budaya di Indonesia adalah sesuatu kekayaan yang dimiliki negara. Salah satu kekayaan yang dimiliki Indonesia adalah pakaian adat.

Setiap provinsi di Indonesia mempunyai ciri khas dan keistimewaan pakaian adat masing-masing di setiap daerah provinsi.

Menurut Mustofa 2017 (dalam Furiyanti, 2018:87) pakaian adat tradisional Indonesia adalah kelengkapan yang dipakai oleh seseorang, khususnya Indonesia yang menunjukkan etos kebudayaan masyarakat Indonesia. Pakaian adat adalah pakaian yang digunakan masyarakat di suatu daerah sesuai dengan adat dan tradisi

(22)

yang dimilikinya (Kristiani dan Bomeo, 2016:11). Pakaian adat di Indonesia mempunyai keunikan dan keberagamannya masing-masing di setiap wilayah provinsi yaitu dari segi nama pakaian, bentuk, warna, motif, hiasan kepala, dan aksesoris-aksesoris yang beragam untuk pakaian adat pria maupun pakaian adat wanita. Keunikan itulah yang membuat pakaian adat di Indonesia memiliki makna dan simbolis masing-masing wilayah. Penggunaan pakaian adat di setiap wilayah sangatlah beragam, biasanya pakaian adat digunakan untuk pengantin, upacara adat, pakaian sehari-hari, dan pakaian perperangan, walaupun pada zaman sekarang sudah banyak tercipta pakaian-pakaian modern tentunya kita wajib untuk melestarikan pakaian adat dengan cara tidak meninggalkan kekhasan berpakaian adat dalam budaya kita.

Budaya merupakan identitas suatu bangsa yang harus dilestarikan, dijaga, dan dihormati agar identitas yang kita miliki tidak diambil dan diakui oleh negara lain karena sebagai negara multikultural tentunya kita harus menjunjung tinggi persatuan antar sesama bangsa dengan menghormati perbedaan yang dimiliki. Kita harus menjadikan perbedaan tersebut menjadi keunikan tersendiri untuk kita terima dan kita cintai. Pakaian adat sebagai salah satu keberagaman yang di miliki disetiap suku bangsa di Indonesia. Pengetahuan mengenai pakaian adat di Indonesia dapat kita terapkan pada anak usia sekolah dasar sebagai bentuk bahan ajar, karena hal tersebut diketahui dengan standar kompetensi dan indikator ketercapaian buku tematik kelas IV sekolah dasar yang terdapat materi mengenai pakaian adat.

Materi Pembelajaran sebagai acuan yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan pengetahuan dan memudahkan proses pembelajaran siswa. Menurut

(23)

Majid dan Rochman (2014:173) materi pembelajaran adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instructor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Materi pembelajaran merupakan bahan ajar untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diberikan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Materi yang diajarkan harus mencapai kompetensi dasar dan indikator secara runtut dan sistematis berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar Kurikulum 2013.

Kurikulum merupakan suatu alat yang digunakan untuk pencapaian tujuan dalam pendidikan, oleh karena itu kurikulum wajib adanya dalam suatu sistem pendidikan. Menurut (Murfiah, 11: 2017) kurikulum dapat diartikan seperangkat materi pembelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik, pada dasarnya, kurikulum merupakan target belajar yang harus ditempuh oleh seorang pendidik dan yang harus diserap oleh peserta didik dalam periode tertentu. Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan akan perubahan rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi dinamika kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.

Berdasarkan hasil wawancara guru kelas IV di SD Negeri Plaosan 1 pelaksanaan penerapan Kurikulum 2013 sudah berjalan dengan baik, tetapi materi yang tertuang di buku tematik terkadang masih sulit di pahami oleh siswa, materi pembelajaran biasanya siswa dapatkan hanya di buku lembar kerja siswa serta penjelasan materi masih berpusat pada guru. Ketersediaan buku di perpustakaan terbatas dan tidak cukup untuk sumber belajar siswa bahkan tidak tersedia sumber buku untuk materi tertentu di perpustakaan. Pada materi pembelajaran pakaian adat

(24)

siswa biasanya menggunakan sumber dari buku lembar kerja siswa untuk mengerjakan tugas yang ada di buku tematik. Guru kelas IV mengatakan bahwa sebenarnya buku tentang pakaian adat di perpustakaan hanya tersedia beberapa bagian daerah provinsi, tetapi untuk buku pakaian adat yang meliputi semua provinsi yang ada di Indonesia belum tersedia di perpustakaan.

Materi pembelajaran harus berupa pengetahuan yang cukup agar siswa tersebut mendapatkan sumber belajar yang baik, yaitu pada permasalahan yang telah disampaikan oleh guru kelas IV, peneliti akan mengembangkan sebuah buku materi pembelajaran pakaian adat yang mengacu pada Kurikulum 2013 berupa buku penjelasan tentang perlengkapan pakaian adat yang dipakai di setiap provinsi di Indonesia agar mempermudah siswa mengenal keanekaragaman bentuk pakaian adat di setiap daerah. Pada materi pembelajaran tematik kelas IV terdapat materi tentang pakaian adat dan keunikannya. Bahan ajar yang akan dikembangkan peneliti pada Subtema Indahnya Keragaman Budaya Negeriku berupa buku materi pembelajaran pakaian adat di Indonesia.

Materi pembelajaran ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dan siswa kelas IV sekolah dasar serta tercapainya keberhasilan pembelajaran Kurikulum 2013 siswa kelas IV sekolah dasar. Pada pengembangan materi pembelajaran pakaian adat yang akan dilakukan peneliti, guru setuju jika peneliti ingin melakukan pengembangan materi pembelajaran pakaian adat karena mampu membantu guru dalam menjelaskan materi pembelajaran pakaian adat, sehingga mempermudah guru dalam mengajar.

Peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar

(25)

Pakaian Adat di Indonesia Mengacu Kurikulum SD 2013 Pada Subtema Indahnya Keragaman Budaya Negeriku Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah berdasarkan permasalahan tersebut, yaitu:

1.2.1 Bagaimana pengembangan bahan ajar Pakaian Adat di Indonesia mengacu Kurikulum SD 2013 pada subtema Keragaman Budaya Negeriku untuk siswa kelas IV sekolah dasar?

1.2.2 Bagaimana kualitas produk pengembangan bahan ajar Pakaian Adat di Indonesia mengacu Kurikulum SD 2013 pada subtema Indahnya Keragaman Budaya Negeriku untuk siswa kelas IV sekolah dasar?

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki batasan masalah dengan tujuan agar peneliti tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan. Adapun batasan masalah dari penelitian ini antara lain:

1.3.1 Bahan ajar adalah materi pembelajaran yang memuat 34 pakaian adat dari 34 provinsi yang ada di Indonesia.

1.3.2 Bahan ajar yang dikembangkan hanya memuat satu pakaian adat pada setiap provinsi, dengan kegunaan yang berbeda-beda.

1.3.3 Bahan ajar yang dikembangkan berbasis multikultural yang sesuai dengan pendekatan aditif yaitu penambahan materi yang dituangkan dalam bentuk buku untuk siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 Yogyakarta.

(26)

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1.4.1 Untuk menghasilkan produk pengembangan bahan ajar pakaian adat di Indonesia mengacu Kurikulum SD 2013 pada subtema keragaman budaya negeriku untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

1.4.2 Untuk mengetahui kualitas produk pengembangan bahan ajar pakaian adat di Indonesia mengacu Kurikulum SD 2013 pada subtema keragaman budaya negeriku untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman untuk pengembangan bahan ajar pakaian adat di Indonesia mengacu Kurikulum SD 2013 pada subtema Indahnya Keragaman Budaya Negeriku untuk siswa kelas IV sekolah dasar ini dapat dijadikan bentuk sebagai pelestarian budaya Indonesia.

1.5.2 Bagi Guru

Guru memperoleh hasil pengembangan bahan ajar pakaian adat sebagai pengetahuan dan bahan materi dalam kegiatan belajar dan mengajar.

1.5.3 Bagi Siswa

Siswa mendapatkan penambahan pengetahuan mengenai pakaian adat yang ada di Indonesia.

1.5.4 Bagi Perguruan Tinggi

Penelitian ini dapat menjadi sumber referensi dan penelitian yang relevan dalam

(27)

penelitian selanjutnya.

1.6 Batasan Istilah

1.6.1 Pengembangan adalah usaha mengembangkan dan menghasilkan produk berupa materi yang digunakan untuk pembelajaran di kelas.

1.6.2 Materi pembelajaran adalah suatu bahan atau sumber pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam proses belajar mengajar untuk ketercapaian pembelajaran.

1.6.3 Pengembangan bahan ajar adalah kegiatan menyusun bahan ajar yang bertujuan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi tertentu.

1.6.4 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya.

1.6.5 Pakaian adat adalah pakaian yang memiliki ciri khas tertentu yang dianggap sebagai identitas kebudayaan dari suatu daerah.

1.6.6 Multikultural adalah beraneka ragam kebudayaan.

1.6.7 Kurikulum 2013 adalah suatu sistem yang berlaku pada pendidikan Indonesia yang menggantikan kurikulum 2006.

1.6.8 Pendidikan multikultural adalah model pendidikan yang mengusung mengenai ideologi memahami, menghormati, dan menghargai harkat martabat manusia dari mana datangnya dan dimanapun dia berada (secara ekonomi, sosial, budaya, etnis, bahasa, keyakinan/agama, dan negara).

1.7 Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang dikembangkan peneliti adalah sebagai berikut:

1.7.1 Pengembangan produk berupa bahan ajar pakaian adat di Indonesia

(28)

mengacu Kurikulum SD 2013 subtema Indahnya Keberagaman Budaya Negeriku kelas IV sekolah dasar.

1.7.2 Produk berupa buku berbentuk portrait dan menggunakan ukuran kertas A4 menggunakan Theme Font “Jokerman” dan “Calibri” Spasi 1,5

1.7.3 Produk materi pembelajaran pakaian adat menggunakan “Cover” jenis kertas “Ivory 230 gr” dan bagian isi menggunakan jenis kertas “HVS 70 gr”

1.7.4 Pengembangan produk bahan ajar pakaian adat di Indonesia terdapat cover depan dan belakang, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, isi produk, cara melestarikan, (34 pakaian adat yang ada di setiap provinsi Indonesia), daftar pustaka, biografi penulis, dan permainan.

1.7.5 Pengembangan bahan ajar menyajikan informasi mengenai perlengkapan pakaian adat mulai dari perlengkapan bagian kepala, atasan, bawahan, dan alas kaki.

1.7.6 Pengembangan bahan ajar menyajikan informasi mengenai 34 pakaian adat dari 34 provinsi di Indonesia, yang memuat salah satu pakaian adat dari setiap provinsi dengan kegunaan yang berbeda-beda.

1.7.7 Pembahasan produk pakaian adat di Indonesia dibatasi pada nama provinsi, nama pakaian adat, kegunaan pakaian adat, keunikan pakaian adat.

1.7.8 Gambar pakaian adat di peroleh dari internet pada website tertentu yang dapat dipercaya.

1.7.9 Sumber materi pakaian adat diperoleh dari sumber beberapa buku pakaian adat dan website yang dapat dipercaya

(29)

BAB 2

LANDASAN TEORI

Pada bab ini diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1) kajian pustaka membahas tentang teori-teori yang menunjang dalam penelitian, (2) penelitian yang relevan tentang penelitian terdahulu, (3) kerangka berpikir yang menjelaskan kerangka berpikir dari penelitian ini, (4) pertanyaan penelitian yang menjabarkan beberapa pertanyaan penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengembangan Materi pembelajaran

Produk bahan ajar yang disusun dalam bentuk buku materi pembelajaran bukan persoalan yang sederhana, meskipun membuat materi pembelajaran bukan hal yang sulit tetapi bahan ajar harus sesuai dengan tuntutan kompetensi kurikulum yang ditetapkan pemerintah dan memenuhi kebutuhan siswa untuk digunakan dalam pembelajaran. Menurut Kurniasih dan Sani (2014: 59), tuntutan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, diantaranya adalah: 1) analisis kompetensi dasar ini dilakukan untuk memastikan kompetensi-kompetensi apa saja yang memerlukan bahan ajar; 2) analisis sumber belajar terhadap bahan ajar ini diantaranya adalah ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam memanfaatkannya dengan cara menginventarisasi ketersediaan sumber belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan; 3) memilih dan menentukan bahan ajar yang bertujuan untuk memenuhi salah satu kriteria bahwa bahan ajar harus menarik, dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi, sehingga bahan ajar sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan dengan kompetensi dasar yang akan diraih oleh

(30)

peserta didik.

Dari ketiga tuntutan kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam membuat bahan ajar tersebut yaitu perlu untuk menganalisis kompetensi dasar terhadap apa yang akan dicapai oleh siswa dan sumber belajar yang memadai agar dapat tercapai ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam memilih bahan ajar.

Menurut Kurniasih dan Sani (2014: 53-54) cara mengidentifikasi materi pokok atau pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan: 1) potensi peserta didik; 2) relevansi dengan karakteristik daerah; 3) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik; 4) kebermanfaatan bagi peserta didik; 5) struktur keilmuan; 6) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; 7) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan 8) alokasi waktu.

Proses pengembangan bahan ajar dalam penelitian ini yaitu membuat bahan ajar berdasarkan permasalahan dan kompetensi dasar yang tertera di dalam pembelajaran siswa agar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Bahan ajar dibuat berdasarkan kebutuhan terhadap materi tambahan dengan bentuk fisik yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa.

Ada beberapa jenis materi pembelajaran menurut BNSP (dalam Saputro, 2018: 14) yaitu sebagai berikut:

a) Fakta

Materi fakta yaitu hal-hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran sebenarnya, seperti nama objek, peristiwa, lambang, nama tempat, nama orang, dan nama benda.

b) Konsep

(31)

Materi konsep yaitu materi segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang biasa timbul sebagai hasil pemikiran, definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, isi, dan sebagainya.

c) Prinsip

Materi prinsip yaitu materi berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting. Meliputi dalil, rumus, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.

d) Prosedur

Materi prosedur yaitu materi berupa langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan aktivitas dan kronologi sistem.

e) Sikap atau Nilai

Materi sikap atau nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong menolong, semangat, minat belajar, dan bekerja.

Dari beberapa jenis materi pembelajaran di atas, materi pembelajaran pakaian adat merupakan jenis materi pembelajaran fakta dan materi pembelajaran konsep.

Sesuai dengan definisi materi fakta, pakaian adat merupakan suatu nama objek atau benda sesuai dengan wujud kenyataan yang sebenarnya dan memang benar adanya.

Pakaian adat merupakan materi konsep karena pakaian adat merupakan hasil pemikiran dari masyarakat suatu daerah tertentu, sehingga memiliki pengertian dan ciri khusus tersendiri ysng berbeda pada setiap daerahnya.

2.1.1.1 Kriteria Menyeleksi Materi

Materi pembelajaran yang ditujukan kepada siswa sesuai dengan kompetensi dasar agar tidak meluas dan melebar maka perlu kriteria untuk materi

(32)

yang diajarkan. Adapun kriteria menseleksi materi menurut Kurniasih dan Sani (2014: 54-55) antara lain:

a) Sahih (Valid)

Materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Pengertian ini juga berkaitan dengan keaktualan materi, sehingga materi yang diberikan dalam pembelajaran tidak ketinggalan jaman dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.

b) Tingkat kepentingan (Significance)

Pemilihan materi perlu mempertimbangkan sejauh mana materi tersebut penting dipelajari, subjek yang menggunakan materi tersebut, dan alasan materi tersebut penting dipelajari. Dengan demikian materi yang dipilih untuk diajarkan tentunya memang yang benar-benar diperlukan oleh siswa.

c) Kebermanfaatan (Utility)

Kebermanfaatan materi harus dilihat dari semua sisi, secara akademis dan non akademis. Bermanfaat secara akademis, artinya guru harus yakin bahwa materi yang diajarkan dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan berikutnya. Bermanfaat secara non akademis, maksudnya adalah bahwa materi yang diajarkan dapat mengembangkan life skills dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

d) Layak Dipelajari (Learnability)

Materi harus memungkinkan untuk dipelajari baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah, atau tidak terlalu sulit), maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat.

(33)

e) Menarik Minat (Interest)

Materi yang dipilih selayaknya menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada siswa harus mampu menumbuhkembangkan rasa ingin tahu, sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.

Pengembangan bahan ajar yang dikembangkan berupa materi pakaian adat yang telah teruji kebenaran dan kenyataan sebenarnya bahwa pakaian adat yang dimiliki Indonesia sangat beragam pada setiap daerah. Pakaian adat ini sangat penting bagi siswa karena terdapat dalam tujuan pembelajaran sekolah dan berguna sebagai ilmu pengetahuan dan kehidupan dimasyarakat. Materi bahan ajar juga disusun dengan menarik agar menarik minat siswa untuk membaca.

Dalam dunia pendidikan di Indonesia, bentuk bahan ajar yang sudah lazim dan biasa dipergunakan salah satunya yaitu buku. Buku ditulis oleh seorang penulis atau guru tentulah harus berisikan buah pikirannya. Akan tetapi buku tersebut haruslah diturunkan dari kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum, sehingga buku akan memberi makna sebagai bahan ajar bagi peserta didik yang mempelajarinya (Kurniasih dan Sani 2014:60).

2.1.1.2 Langkah-langkah Menulis Buku

Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menulis buku menurut Kurniasih dan Sani (2014: 60-61) adalah sebagai berikut:

a) Memahami kurikulum dan menganalisisnya b) Menentukan judul buku yang akan ditulis

c) Merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang

(34)

diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi yang diinginkan.

d) Mengumpulkan berbagai macam referensi yang sesuai dan lebih utama referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya. Seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian dan lain sebagainya.

e) Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia pembaca.

f) Mengevaluasi atau mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang. Jika ada kekurangan segera dilakukan penambahan.

g) Memperbaiki tulisan.

2.1.1.3 Faktor-faktor Penyediaan Bahan Pembelajaran

Materi pembelajaran berbentuk buku teks merupakan bahan pembelajaran untuk melakukan aktivitas belajar mandiri oleh siswa. Penyediaan bahan pembelajaran harus memikirkan beberapa faktor. Adapun menurut Imron (dalam Saputro, 2018: 18-19) sebagai berikut:

a) Faktor pertama

Bahan pembelajaran cukup menarik. Hal ini harus dipertimbangkan supaya bahan belajar dapat mengunggah rasa ingin tahu siswa. Jika bahannya sendiri tidak menarik, maka cara penyajian atau penulisannya yang harus menarik.

b) Faktor kedua

Isi bahan pembelajaran harus relevan. Relevan isi umumnya dikaitkan dengan tujuan pembelajaran. Isi bahan belajar harus mendukung bagi pencapaian tujuan belajar.

c) Faktor ketiga

(35)

Mempunyai sekuensi yang tepat. Sekuensi atau urutan penyajian ini sangat penting diperhatikan dalam penyediaan bahan belajar. Sekuensi bahan ajar ini dari yang sederhana menuju ke yang kompleks, dari yang konkrit menuju ke yang abstrak, dari yang global menuju ke yang lebih rinci.

d) Faktor keempat

Penyediaan bahan pembelajaran yaitu adanya informasi yang dibutuhkan. Hal ini sangat penting apabila siswa membutuhkan penjelasan, ada sumber yang dapat menjelaskan.

e) Faktor kelima

Penyediaan bahan pembelajaran yaitu adanya soal latihan. Soal latihan diberikan agar siswa dapat menguji diri sendiri, seberapa banyak siswa telah menguasai bahan yang dipelajari.

f) Faktor keenam

Adanya kunci jawaban untuk soal latihan. Kegunaan kunci jawaban ini untuk mencocokan hasil-hasil latihan.

g) Faktor ketujuh

Penyediaan bahan pembelajaran yaitu ada tes yang sesuai. Tes yang sesuai ini tentu bergantung pada bahan belajarnya. Bahan belajar yang mengharuskan siswa untuk berbuat sesuatu, tentu tes yang dibutuhkan adalah tes perbuatan. Semisal bahan belajar yang mengharuskan siswa untuk menyampaikan sesuatu secara tertulis, maka tes tertulislah yang harus digunakan.

h) Faktor kedelapan

Penyediaan bahan pembelajaran harus terdapat petunjuk untuk mengadakan

(36)

perbaikan. Bahan belajar harus dilengkapi dengan petunjuk bagaimana siswa harus memperbaiki belajarnya.

i) Faktor kesembilan

Penyediaan bahan pembelajaran terakhir yang harus dipertimbangkan yaitu ada petunjuk lanjutan untuk mempelajari bahan selanjutnya. Dengan demikian, setelah siswa berhasil menguasai bahan belajar tidak berhenti begitu saja, melainkan meneruskan aktivitas belajarnya dengan mempelajari bahan belajar lanjutan.

2.1.1.4 Prinsip-prinsip Menentukan Materi Pembelajaran

Menurut Depdiknas (2008) Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan materi pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Relevansi (Kesesuaian)

Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian kompetensi. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, sedangkan jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menggunakan sifat/konsep, materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa prinsip.

b) Konsisten (Keajegan)

Jika kompetensi yang harus dikuasai siswa satu macam, materi pembelajaran yang harus diajarkan juga harus meliputi satu macam. Contohnya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, pada saat mengembangkan materi pembelajaran dari suatu aspek mendengarkan dan kompetensi dasar menyimpulkan informasi melalui tuturan langsung, misalnya harus dirinci terlebih dahulu indikator-indikator yang

(37)

akan mendukung pencapaian kompetensi dasar tersebut.

c) Adekuasi (Kecukupan)

Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya standar kompetensi.

Pada pengembangan bahan ajar ini peneliti melakukan penelitian mengembangkan bahan ajar berupa materi pembelajaran. Peneliti hanya membahas pengembangan materi pembelajaran tentang satu bidang keilmuan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu tentang pakaian adat di Indonesia.

2.1.1.5 Pengertian pakaian adat

Pakaian adat menunjukkan proses peradaban masyarakat. Selain itu pakaian dapat menjadi suatu kekayaan kebudayaan (Anggraini dan Rohmayati, 2018: 3). Pada dasarnya setiap provinsi di Indonesia memiliki ciri khas pakaian adat masing-masing di setiap daerah. Yunanto (2015: 2) mengatakan bahwa pakaian adat merupakan simbol kebudayaan suatu daerah. Menurut Sugiyanto (2015: 1) pakaian adat merupakan sebuah identitas suatu daerah sebagai simbol dari kebudayaan yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Kristiani dan Bemoe (2016: 11) mengatakan bahwa pakaian adat adalah pakaian yang digunakan masyarakat suatu daerah sesuai dengan adat dan tradisinya.

Hal tersebut juga diperkuat oleh Koten dkk (dalam Furiyanti, 85: 2018) pakaian adat tradisional adalah pakaian yang sudah sejak dahulu digunakan oleh suatu masyarakat. Pakaian tersebut merupakan salah satu identitas atau salah satu

(38)

ciri pengenal masyarakat pemakaianya. Pakaian yang demikian juga menjadi kebanggaan masyarakat bersangkutan. Menurut pendapat para ahli dapat peneliti simpulkan bahwa pakaian adat merupakan pakaian yang menjadi identitas dan sebagai simbol kekayaan budaya yang digunakan masyarakat suatu daerah sesuai dengan adat dan tradisi dari masing-masing daerah.

2.1.1.6 Provinsi yang ada di Indonesia

Pengembangan bahan ajar pakaian adat yang dikembangkan peneliti meliputi 34 pakaian adat setiap provinsi di Indonesia. Indonesia terdiri dari 34 provinsi, pembagian provinsi di Indonesia berdasarkan pembagian waktu ada 3 bagian yaitu Indonesia bagian barat, Indonesia bagian tengah, dan Indonesia bagian timur. Pembagian waktu untuk wilayah provinsi di Indonesia menurut Thayeb (2007:54) adalah sebagai berikut:

a) Provinsi di Indonesia Bagian Barat

Terdapat delapanbelas provinsi di Indonesia bagian barat yaitu Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Lampung, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Bengkulu, Provinsi Banten, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Kalimantan Barat, dan Provinsi Kalimantan Tengah.

b) Provinsi di Indonesia Bagian Tengah

Terdapat duabelas provinsi di Indonesia bagian tengah yaitu Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Kalimantan Utara,

(39)

Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara, dan Provinsi Gorontalo.

c) Provinsi di Indonesia Bagian Timur

Terdapat empat provinsi di Indonesia bagian timur yaitu Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat.

2.1.2 Kurikulum SD 2013

Saat ini Departemen Pendidikan Nasional di Indonesia terutama untuk sekolah dasar yaitu menggunakan Kurikulum 2013 yang merupakan pergantian dari Kurikulum 2006. Pergantian kurikulum bertujuan untuk kepentingan dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta rancangan pembelajaran yang ada di sekolah. Perubahan kurikulum dari masa ke masa, disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang setiap tahunnya selalu berkembang dan tuntutan zaman yang selalu berubah. Menurut Fadillah (2014:16) Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang meningkatkan dan menyeimbangkan soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi, sikap, dan keterampilan. Kemudian dikuatkan oleh Kurniasih dan Sani (2014;21-22) Kurikulum 2013 adalah penekanan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan kurikulum pendidikan nasional yang dipakai saat ini untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa dan meningkatkan soft skill dan hard skill siswa dapat berkembang ke masa depan.

(40)

Pada kurikulum SD menggunakan pembelajaran tematik dari kelas 1 sampai dengan kelas VI. Menurut (Majid & Rochman, 2014: 107) mengatakan bahwa Pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.

Keintegratifan pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses dan waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik integratif adalah pembelajaran integratif yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran yang diberikan pada satu kali tatap muka. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dengan mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik, dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik yaitu peserta didik akan memahami konsep-konsep melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya (Hidayat, 2013: 147).

Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran kedalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan (Majid dan Rochman, 2014: 53). Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema dan dipecahkan lagi ke dalam subtema.

(41)

Pada tiap subtema terdapat muatan enam pembelajaran tematik dan terdiri dari beberapa paduan mata pelajaran.

Kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran tematik dalam proses belajar mengajar di kelas, secara umum pemerintah telah menetapkan pedoman yang ditetapkan berupa kompetensi inti, kompetensi dasar, tema, dan subtema. Pedoman ini tertuang dalam buku guru dan buku siswa yang telah ditetapkan pemerintah.

Buku siswa dirancang untuk memudahkan siswa dalam menguasai kompetensi, oleh karena itu buku siswa bukan hanya sekedar bahan bacaan, tetapi juga untuk melaksanakan kegiatan dalam proses pembelajaran yang dilengkapi dengan contoh- contoh lembar kegiatan bertujuan agar siswa dapat mempelajari yang relevan dalam kehidupan (Sobirin, 2016:45).

Materi pembelajaran tematik yang akan peneliti kembangkan yaitu materi tentang pakaian adat di Indonesia beserta keunikannya yang terdapat pada tema 7:

“Indahnya Keragaman di Negeriku” subtema 2: “Indahnya Keberagaman Budaya Negeriku”, pembelajaran 4. Berikut gambar pembelajaran pakaian adat pada buku tematik siswa edisi revisi 2017 pembelajaran 4 tema 7: “Indahnya Keragaman di Negeriku” subtema 2: “Indahnya Keberagaman Budaya Negeriku” :

(42)

Gambar 2. 1 Pembelajaran Tematik Tema 7 Subtema 2 Pembelajaran 4

(43)
(44)

Materi pembelajaran yang peneliti kembangkan merupakan sumber materi pembelajaran penambahan pengetahuan untuk siswa kelas IV khususnya pada materi pakaian adat. Pakaian adat merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki negara dan mempunyai keragaman berbeda-beda pada setiap daerah.

Setiap daerah memiliki keunikannya masing-masing. Materi pembelajaran pakaian adat ini merupakan salah satu materi yang menunjukan keragaman budaya di setiap provinsi yang diharapkan sesuai dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, dengan mempelajari perbedaan kultur budaya diharapkan dapat memperkuat persatuan dan kesatuan yang diasah dalam dunia pendidikan.

Menurut Majid dan Rochman (2014:1) Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Menurut Widyastono (2014:119) Kurikulum 2013 menekankan kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik secara seimbang.

Kompetensi pengetahuan peserta didik yang dikembangkan meliputi mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi agar menjadi pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban.

Kompetensi keterampilan peserta didik yang dikembangkan meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta agar menjadi pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah konkret dan abstrak. Kompetensi sikap peserta didik yang dikembangkan meliputi menerima, menjalankan, menghargai, menghayati,

(45)

mengamalkan sehingga menjadi pribadi yang berahlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya.

Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi bahwa pendidikan berakar pada budaya bangsa masa kini dan masa mendatang oleh karena itu, Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini dan membangun dasar kehidupan bangsa yang lebih baik dimasa depan (Widyastono, 2014:132).

Menurut Mohamad Nuh (dalam Napitulu, 2013:13) Kurikulum 2013 memang sudah menerapkan pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural dalam Kurikulum 2013 juga dibangun melalui tokoh-tokoh dalam buku teks siswa.

Dengan demikian, kesadaran anak-anak bahwa bangsa Indonesia sangat beragam.

2.1.3 Multikulturalisme

Keanekaragaman (pluralis) itu terletak atau adanya lebih dahulu dari cikal bakal multikulturalisme. Jadi masyarakat multikultural adalah masyarakat yang bersifat majemuk atau beragam dalam kebudayaan dan yang menerima dan menghargai keanekaragaman, misalnya budaya, nilai-nilai budaya, pendapat/ide yang berkaitan dengan keragaman fisik sebagai suatu realitas yang ada. Dengan konsep ini multikulturalisme seharusnya lebih dipandang dan diperlakukan sebagai ideologi (Suryana dan Rusdiana, 101: 2015). Menurut Al Khawarizmi (dalam Suryana dan Rusdiana, 102: 2015) konsep multikulturalisme adalah sebuah pandangan dunia yang pada akhirnya diimplementasikan dalam kebijakan tentang kesediaan menerima kelompok lain sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan

(46)

perbedaan budaya, gender, etnik, bahasa, ataupun agama, sedangkan konsep pluralis adalah keragaman menunjukkan bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen, bahkan tidak dapat disamakan. Berdasarkan konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa pluralis adalah bentuk, sedangkan multikultural adalah pengakuan dari perbedaan bentuk.

Multikulturalisme adalah suatu paham yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama dalam masyarakat modern. Seperti yang kita ketahui bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat majemuk, Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku, ras, bahasa, dan agama. Oleh karena itu, kita sebagai rakyat Indonesia dituntut untuk menciptakan hidup aman, damai, dan tentram. Kita harus memiliki sikap multikultural untuk hidup bersama dalam masyarakat yang stabil dan dinamis (Suryana dan Rusdiana, 2015: V, 99).

Ketika berbicara tentang multikulturalisme, kita berbicara tentang aspek keanekaragaman yang ditanggapi dan disikapi secara normatif (Molan, 2015:29).

Berdasarkan rangkuman multikulturalisme menurut Molan (2015:33) multikulturalisme adalah upaya jujur untuk menata masyarakat yang plural (majemuk) menjadi masyarakat yang multikulturalistik yang harmonis sekaligus dinamis karena adanya penghargaan terhadap kebebasan dan kesetaraan manusia, yang artinya multikulturalisme muncul sebagai upaya untuk membangun masyarakat yang memiliki aneka ragam budaya agar bisa hidup bersama secara damai dan harmonis. Masyarakat yang beraneka ragam budaya, sering timbul konflik-konflik yang justru merusak tatanan kehidupan bersama. Kebersamaan itu

(47)

tentu saja tidak dimaksudkan untuk merusak dan menambah masalah, melainkan membuat hidup bersama menjadi nyaman dan harmonis.

Hal tersebut juga diperkuat oleh Suparlan (dalam Suryana dan Rusdiana, 2015: 101) yaitu multikulturalisme merupakan sebuah ideologi yang mengakui dan menghormati perbedaan dalam kesedarajatan, baik secara individual maupun secara kebudayaan. Menurut pendapat para ahli mengenai multikulturalisme dapat peneliti simpulkan multikulturalisme merupakan suatu paham yang mengakui dan menghormati perbedaan yang menghendaki persatuan dalam berbagai kelompok dengan kesederajatan hak dan status sosial yang sama dalam masyarakat agar tercipta hidup adil, damai, dan nyaman.

2.1.3.1 Pendidikan Multikultural

Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia.

Pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategi dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, khususnya yang ada pada siswa seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, agama, status sosial, gender, kemampuan, umum, dan ras (Yaqin, 2005: 3- 5). Menurut Andersen dan Cusher (dalam Mahfud, 2006: 167) pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai keragaman kebudayaan.

Hady (dalam Mahfud, 2006: 168) berpendapat bahwa secara sederhana pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu. Hernandes (dalam Mahfud, 2006: 168) mengartikan pendidikan multikultural sebagai perspektif yang mengakui realitas

(48)

politik, sosial, dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam pertemuan manusia yang kompleks dan beragam secara kultur, dan merefleksikan pentingnya budaya ras, seksualitas dan gender, etnisitas, agama, status sosial, ekonomi, dan pengecualian-pengecualian dalam proses pendidikan.

Berdasarkan pendapat Hilliard, (dalam Mahfud, 2006: 169) pendidikan multikultural merupakan respons terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Secara luas pendidikan multikultural mencakup seluruh siswa tanpa membedakan kelompok- kelompoknya seperti gender, etnik, ras, budaya, strata sosial dan agama. Menurut Yaqin (2005: 25) pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada siswa seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan, dan umur agar proses belajar menjadi efektif dan mudah.

Menurut para ahli diatas adapun definisi pendidikan multikultural dapat diartikan bahwa bangsa Indonesia adalah negara multikultural yang terdapat berbagai etnik keberagaman yaitu budaya, agama, ras, dan bahasa. Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menanamkan kepada siswa sikap saling menghormati, menerima, dan mampu bertoleransi terhadap perbedaan antar siswa, pendidik harus menyetarakan hak dan peluang yang sama pada seluruh siswa tanpa membedakan perlakuan karena perbedaan suatu etnik, budaya, suku, ras, dan agama agar memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

(49)

2.1.3.2 Tujuan Pendidikan Multikultural

Menurut Yaqin (2005: 26) pendidikan multikultural mempunyai dua tujuan yaitu tujuan awal dan tujuan akhir. Tujuan awal merupakan tujuan sementara karena tujuan ini hanya berfungsi sebagai perantara agar tujuan akhirnya dapat dicapai dengan baik. Berikut penjelasan tujuan awal dan akhir pendidikan multikultural:

a) Tujuan awal

Tujuan awal pendidikan multikultural yaitu membangun wacana pendidikan multikultural di kalangan pendidik dan calon pendidik seperti guru, dosen, ahli pendidikan, dan mahasiswa jurusan ilmu pendidikan maupun mahasiswa umum.

Harapannya adalah apabila mereka mempunyai wacana pendidikan multikultural yang baik maka kelak mereka tidak hanya membangun kecakapan dan keahlian siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkannya. Akan tetapi juga mampu untuk menerapkan pendidikan multikultural dengan menanamkan nilai-nilai pluralisme, humanisme, dan demokrasi secara langsung disekolah kepada para siswa.

b) Tujuan Akhir

Adapun tujuan akhir pendidikan multikultural ini adalah siswa tidak hanya mampu memahami dan menguasai materi pelajaran yang dipelajarinya akan tetapi diharapkan juga bahwa para siswa akan mempunyai karakter yang kuat untuk selalu bersikap demokratis, pluralis, dan humanis.

Menurut penjelasan tujuan awal dan akhir pendidikan multikultural diatas dapat peneliti simpulkan bahwa tujuan awal dan akhir pendidikan multikultural adalah menerapkan wacana pendidikan multikultural di kalangan pendidik dan

(50)

calon pendidik. Contohnya seperti dosen dan mahasiswa agar mampu menerapkan pendidikan multikultural kepada siswa, dengan tujuan akhir agar siswa mempunyai karakter yang kuat dalam menghargai pendapat, bersikap, dan bertoleransi dengan orang lain.

Keterkaitan bahan ajar pakaian adat dengan tujuan pendidikan multikultural adalah pakaian adat merupakan pembelajaran mengenai salah satu budaya di Indonesia yang menunjukkan keanekaragaman dari segi berpakaian berdasarkan wilayah daerah di Indonesia, sedangkan pendidikan multikultural itu sendiri adalah pendidikan yang menanamkan kepada siswa sikap saling menghormati, menerima, dan mampu bertoleransi terhadap perbedaan siswa baik dari segi agama, ras, budaya, suku, dan lain-lain. Pengetahuan mengenai pakaian adat dapat membuat siswa memahami dan menerima perbedaan mengenai keragaman budaya yang berbeda pada setiap daerah.

2.1.3.3 Bentuk Pendekatan dan Implementasi Pendidikan Multikultural di Kelas

Menurut Banks (dalam Suryana dan Rusdiana, 2015: 211-218) ada empat pendekatan yang mengintegrasikan materi pendidikan multikultural ke dalam kurikulum ataupun pembelajaran di sekolah yang jika dicermati relevan untuk diimplikasikan di Indonesia. Empat pendekatan tersebut antara lain yaitu:

a) Pendekatan Kontribusi

Level ini yang sering dilakukan dan paling luas digunakan dalam tahap pertama dari gerakan kebangkitan etnis. Cirinya adalah dengan memasukan pahlawan/ pahlawan dari suku bangsa/etnis dan benda-benda budaya ke dalam

(51)

pelajaran yang sesuai. Hal inilah yang selama ini telah dilakukan di Indonesia.

Pada siswa TK dan SD kelas bawah (kelas I, II, III) implementasi pendidikan multikultural dapat dilakukan dengan pendekatan kontribusi, antara lain dengan cara: 1) memperkenalkan beragam bentuk rumah dan baju adat dari etnis yang berbeda; 2) mengajak siswa untuk mencicipi makanan dari berbagai daerah secara bergantian; 3) mendengarkan lagu-lagu daerah lain; 4) menunjukkan cara berpakaian dari suku bangsa maupun negara lain; 5) memperkenalkan tokoh-tokoh pejuang dari berbagai daerah; 6) menunjukkan tempat dan cara beribadah yang berbeda; 7) meminta siswa yang berbeda etnis menceritakan tentang upacara perkawinan di keluarganya; 8) memperkenalkan kosa kata penting yang berasal dari suku bangsa atau negara lain; 9) memperkenalkan panggilan untuk laki-laki dan perempuan. Misalnya, upik (Minangkabau), ujang (Sunda), koko (Cina), dan sebgainya.

b) Pendekatan Aditif

Pada tahap ini dilakukan penambahan materi, konsep, tema, perspektif terhadap kurikulum tanpa mengubah struktur, tujuan, dan karakteristik dasarnya.

Pendekatan aditif ini sering dilengkapi dengan buku, modul, atau bidang bahasan terhadap kurikulum tanpa mengubah secara menyimpang. Pendekatan aditif ini diterapkan pada siswa SD kelas atas (IV, V, VI) dan SMP sudah mulai mampu memahami makna maka implementasi pendekatan aditif tepat untuk diberikan, seperti: 1) melengkapi perpustakaan dengan buku-buku cerita rakyat dari berbagai daerah dan negara lain; 2) membuat modul pendidikan multikultural untuk suplemen materi pelajaran yang lain, seperti modul pendidikan multikultural untuk

(52)

suplemen pendidikan IPS kelas IV; 3) memutarkan CD tentang kehidupan di pedesaan, di perkotaan, dari daerah dan negara yang berbeda; 4) menceritakan pengetahuan dan pengalaman guru tentang materi di daerah atau negara lain; 5) mengintegrasikan nilai-nilai multikultural dan menerapkannya di kelas.

c) Pendekatan Transformasi

Pendekatan transformasi mengubah asumsi dasar kurikulum dan menumbuhkan kompetensi dasar siswa dalam melihat konsep, isu, tema, dan problem dari beberapa sudut pandang etnis. Perspektif/sudut pandang berpusat pada aliran utama yang mungkin dipaparkan dalam materi pelajaran. Siswa boleh melihat dari sudut pandang yang lain. Siswa pada jenjang ini sudah mampu memiliki sudut pandang. Mereka mampu melihat konsep, isu, tema, dan problem dari beberapa sudut pandang etnis. Dalam diri mereka telah tertanam nilai-nilai budayanya. Jadi, mereka dapat berkompetisi, beradu argumentasi, dan mulai berani melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda.

Implementasi pendekatan transformasi dapat dilakukan dengan cara: 1) jika membentuk kelompok diskusi, setiap kelompok terdiri dari siswa yang berbeda latar belakang; 2) siswa dibiasakan untuk berpendapat dan beragumentasi yang sesuai dengan jalan pikirannya; 3) guru mengajak siswa berpendapat tentang suatu kejadian atau isu yang aktual menurut pikirannya masing-masing; 4) membiasakan siswa saling membantu dalam kegiatan keagamaannya masing-masing; 5) mengajak siswa untuk menolong keluarga yang kurang beruntung atau berkunjung orang-orang yang malang; 6) melatih siswa untuk menghargai dan memiliki hal-hal yang positif dari pihak lain; 7) melatih siswa untuk mampu menerima perbedaan,

(53)

kegagalan ,dan kesuksesan; 8) memberi tugas kepada siswa untuk mencari, memotret kehidupan nyata dan kegiatan tradisi dari etnis, agama, wilayah, dan budaya yang berbeda.

d) Pendekatan Aksi Sosial

Pendekatan aksi sosial mencakup semua elemen dari pendekatan transformasi, tetapi menambah komponen yang mempersyaratkan siswa membuat aksi yang berkaitan dengan konsep, isu, atau masalah yang dipelajari dalam unit.

Tujuan utama dari pembelajaran dan pendekatan ini adalah mendidik siswa melakukan kritik sosial, mengajarkan keterampilan membuat keputusan untuk memperkuat siswa, dan membantu mereka memperoleh pendidikan politis. Sekolah membantu siswa menjadi kritikus sosial yang reflektif dan partisipan yang terlatih dalam perubahan sosial.

Aksi sosial ini lebih tepat dilakukan di perguruan tinggi, baik dilakukan untuk kegiatan di kelas maupun dalam organisasi kemahasiswaan, antara lain: 1) mengkaji kebijakan yang dianggap kurang efektif, kurang humanis, kurang adil, diskriminatif, dan berbias gender; 2) melakukan protes dan demontrasi kepada pihak yang dianggap bertanggung jawab terhadap ketidakadilan; 3) memberikan dukungan nyata kepada pihak yang dirugikan; 4) melakukan kegiatan bersama antara daerah dan bangsa untuk kemajuan bersama tanpa melihat latar belakang yang berbeda; 5) menjalin persahabatan tanpa dibatasi perbedaan apapun; 6) memiliki kemampuan untuk melakukan yang terbaik kepada pihak-pihak yang berbeda budaya, agama, ataupun ras, dan sebagainya.

Pada penelitian ini pendekatan dan implementasi yang digunakan peneliti

(54)

adalah pendekatan aditif karena pada pendekatan ini dilakukan penambahan materi pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk buku. Implementasi pendidikan aditif diterapkan pada siswa SD kelas atas (IV, V, VI dan SMP) sesuai dengan subjek dalam penelitian ini yaitu siswa SD kelas IV.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan yang pertama adalah hasil penelitian Latifatul Jannah (2017) yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Tematik Berbasis Multikultural Pada Tema Indahnya Keragaman di Negeriku untuk Peserta Didik Kelas IV Sekolah Dasar” Hasil penelitian disimpulkan bahwa; 1) Bahan ajar lama memiliki kekurangan yaitu pada materi yang disajikan sehingga kebutuhan bahan ajar diantaranya perlu bahan ajar dengan materi yang lengkap, bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, bahan ajar yang memiliki nilai karakter dalam hal ini menggunakan multikultural karena lebih sesuai dengan tema pembelajaran yaitu “ Indahnya Keragaman di Negeriku”; 2) Perancangan bahan ajar berbasis multikultural masih menggunakan pedoman dari buku ajar dari Kemendikbud yaitu masih disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar buku guru, dan menggunakan multikultural yang dimasukkan dalam pengemasan materi tematik;

3) Bahan ajar berbasis multikultural dikategorikan baik ditinjau dari kualitas isi/

materi, kesesuaian dengan karakter peserta didik, kualitas metode penyajian, ilustrasi, kegrafikan, dan tampilan umum; 4) Pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar lama ditambah bahan ajar berbasis multikultural lebih efektif dan dengan adanya bahan ajar baru dapat meningkatkan sikap nasionalis peserta didik.

Penelitian relevan yang kedua adalah hasil penelitian Elisabeth Riris

(55)

Kusumawati (2016) yang berjudul “Pengembangan Buku Lift The Flap Ensiklopedia Anak Tentang 18 Pakaian Adat di Indonesia Bagian Barat”. Peneliti mengembangkan produk buku ensiklopedia ini karena terbatasnya buku ensiklopedia yang ada diperpustakaan sekolah. Peneliti memilih ensiklopedia pakaian adat karena guru memilih tema ensiklopedia pakaian adat karena untuk menyesuaikan materi yang diajarkan di kelas V karena guru merasa kesulitan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pengembangan produk Lift The Flap ini untuk menarik siswa dan melatih perkembangan motorik siswa. Pengembangan ensiklopedia di Indonesia bagian Barat ini menggunakan lima langkah pengembangan dalam mengembangkan produk yaitu 1) potensi masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, dan 5) revisi produk.

Analisi data yang digunakan menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif.

Instrument yang digunakan peneliti adalah lembar wawancara dan lembar kuesioner validasi produk.

Penelitian relevan yang ketiga adalah hasil penelitian Arif Saefudin (2017) yang berjudul ”Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup Untuk Pembelajaran Membaca Siswa SD Kelas Atas” penelitian ini berlatar belakang adanya permasalahan yang berkaitan dengan minat membaca siswa. Peneliti mengembangkan produk berupa buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa SD kelas atas.

Berdasarkan hasil validasi memperoleh skor dari ahli media dengan rata-rata 4,18 (baik), guru SD kelas V dengan skor rata-rata 4,68 (sangat baik), dan 10 siswa kelas atas dengan skor rata-rata 4,66 (sangat baik). Dari keseluruhan skor yang didapat,

(56)

rata-rata diperoleh adalah 4,50 (sangat baik).

Berdasarkan ketiga hasil penelitian tersebut, cukup relevan dengan yang akan dikembangkan peneliti yaitu mengembangkan materi pembelajaran pakaian adat berbasis multikultural mengacu pada kurikulum SD 2013 pada subtema Indahnya Keragaman Budaya Negeriku untuk siswa SD Kelas IV, peneliti relevan yang pertama yaitu membahas tentang bahan ajar berbasis multikultural pada tema Indahnya Keragaman di Negeriku untuk siswa kelas IV, peneliti yang kedua yaitu membahas tentang pakaian adat menggunakan Lift The Flap Ensiklopedia, dan penelitian yang ketiga membahas tentang buku cerita bergambar berbasis lingkungan hidup. Dari ketiga penelitian relevan diatas bahwa pengembangan mengenai pakaian adat, buku bergambar, dan pendidikan berbasis multikultural pada subtema Indahnya Keragaman Budaya Negeriku pernah digunakan pada penelitian sebelumnya, tetapi dari penelitian tersebut tidak menggabungkan ketiganya, menjadi suatu bagian menyeluruh. Sedangkan peneliti mengembangkan bahan ajar pakaian adat berbasis multikultural mengacu pada kurikulum SD 2013 pada subtema Indahnya keragaman budaya negeriku untuk kelas IV sekolah dasar dengan produk buku bergambar. Untuk menghindari duplikasi peneliti membuat penelitian berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Mengacu kurikulum SD 2013 Pada Subtema Indahnya Keragaman Budaya Negeriku” Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.

Referensi

Dokumen terkait

Kecepatan Pengadukan Terhadap Kemampuan Adsorpsi 23 Gambar 4.1 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 26 Gambar 4.2 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 27 Gambar 4.3

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Wahyu Purnama 2014 Universitas

Formulir BOS 04 (Tertanggal Hari Senin, 4 Januari 2016) Beserta Fotokopi buku rekening BOS satu lembar.. Demi lancarnya proses pencairan mohon hadir tepat waktu dan

Eksperimen Metode Asistensi Untuk Meningkatkan Kualitas Gambar Mata Diklat Mengatur Tata Letak Gambar Manual Dan Layout Di Smk Negeri 6 Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst) terhadap pemberian media penahan air yaitu spons. Penelitian ini menggunakan

Dengan keamanan data tersebut, maka dalam pembuatan laporan rekapitulasi gaji guru, pengontrolan dan keakuratan data akan lebih terjamin, sehingga gaji akan diterima oleh guru

Biyantu, (2007) MANAJEMEN PEMBELAJARAN (Studi tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Iklim Kerja Guru, Penghasilan Guru dan Mutu pembelajaran terhadap Kinerja