• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA

PELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANDUR

PADA MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DI KELAS

IV SDN GEBLOG TEMANGGUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Yosafat Windrawanto

NIM : 121134048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus

Yang telah menganugerahkan orang-orang istimewa di bawah ini:

Orang tuaku, Bapak Sri Gendro Darmoyo dan Ibu Wiastuti yang tidak lelah memberi dukungan serta memberikan kasih sayang yang teramat besar.

Sahabat serta partner, Ruti Devi Permatasari

Terimakasih telah mendampingi, semoga mimpi kita terwujud.

Sahabat-sahabatku, Adit Rio Tamara, Mustika Ayu Kurniandari, Yabes Kurniawan Sagrim, Yohanes Saptanugraha, Cressensia Naibaho, Paulus Neo, Deasy Maria, Winy Anandita, Akuntia Dieta KP, Anindita Pratiwi, Boliktron Harlismoyo Adi, sahabat-sahabat yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu.

Sedulur Jazz Mben Senen.

Teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Mei 2018

Penulis,

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Yosafat Windrawanto

Nomor Mahasiswa : 121134048

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA

PELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE

PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING KELAS IV DI SDN

GEBLOG”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 19 Mei 2018 Yang menyatakan

(7)

vii

ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANDUR PADA MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING KELAS IV DI SDN GEBLOG

TEMANGGUNG

Studi Kasus pada 21siswa kelas IV pada tahun ajaran 2016/2017

Yosafat Windrawanto Universitas Sanata Dharma

2018

Latar Belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas IV di SDN Geblog. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Memaparkan penerapan metode pembelajaran Quantum Teaching pada mata pelajaran IPS dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan (2) Meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dan dilakukan dengan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Geblog. Teknik pengumpulan data meliputi observasi dan tes.

Langkah-langkah metode pembelajaran Quantum Teaching meliputi: (a) Tumbuhkan, (b) Alami, (c) Namai, (d) Demonstrasikan, (e) Ulangi, (f) Rayakan. Rata-rata kondisi awal 64,7 meningkat pada siklus I sebesar 67,1 dan pada siklus II meningkat menjadi 72,1. Pencapaian KKM mengalami peningkatan kondisi awal 57% dengan KKM 65, siklus I masih dengan KKM 65 persentase siswa yang mencapai KKM adalah sebesar 71%. Kemudian KKM dinaikkan menjadi 70 pada siklus II, persentase siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 80,9%.

(8)

viii

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF STUDENT LEARNING OUTCOMES IN SOCIAL SUBJECTS BY USING TANDUR METHOD ON QUANTUM TEACHING

LEARNING MODEL IN GRADE IV SDN GEBLOG TEMANGGUNG

Case Study on 21students grade IV in the 2016/2017 academic year

Yosafat Windrawanto

Sanata Dharma Univesity

2018

The background of this study is the low study results in fourth grade at SDN Geblog, Temanggung. This study aims to: (1) To explain the study of Quantum Teaching method in Social Subject for increasing the result of study and (2) to increasing and knowing the improvement of the learning outcome.

This study was Classroom Action Research that was conducted in two cycles. Each cycles consists of two sessions. The research subject is all of the students in 4th grade at SDN Geblog.

The steps of Quantum Teaching method are: (1) Tumbuhkan, (2) Alami, (3) Namai, (4) Demonstrasikan, (5) Ulangi, and (6) Rayakan. The average of the first condition is 64,7 and increasing in the 1st cycle become 67,1 and increasing again in the 2nd cycle as 72,1. The presentage of the numbers of students who was reaching KKM score in the first condition is 57%, in the 1st cycle is 71%, and 2nd cycle increased to 80,9%.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan Yesus Kristus karena berkat dan hikmat-Nyapenulis telah menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran IPS Dengan Menggunakan Metode TANDUR Pada Model Pembelajaran Quantum Teaching Di Kelas IV SDN Geblog”. Tugas akhir skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dalam program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis mengalami banyak hambatan, cobaan, dan kesulitan, namun berkat bimbingan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak dengan caranya sendiri, penulis mampu termotivasi untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Christiyanti Aprinastuti S.Si, M.Pd., Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma. 3. Ibu Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., Wakaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma. 4. Elisabeth Desiana Mayasari S.Psi, M.Psi., dosen pembimbing I yang telah meluangkan

waktu, memberikan perhatian, membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketelitian.

5. Bapak Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd., dosen pembimbing II yang selalu memberikan masukan, membantu dan mendorong penulis menyelesaikan skripsi dari awal hingga akhir bimbingan.

6. Nuryani Utarinah, Kepala Sekolah Dasar Negeri Geblog Temanggung

7. Seluruh staf, dosen, dan karyawan Prodi PGSD Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing selama penulis belajar di kampus PGSD Universitas Sanata Dharma.

8. Teman-teman komunitas Jazz Mben Senen

9. Bapak Sri Gendro Darmoyo dan Ibu Wiastuti yang selalu mendoakan dan memotivasi untuk peneliti.

(10)

x

10. Kampus PGSD, tempatku berkembang dalam segala hal, tempat menimba ilmu, banyak cerita suka maupun duka, tawa dan tangis yang mampu mendewasakan penulis. Tidak hanya kampus yang lebih baik selain kampus PGSD yang memberikan banyak kisah di tiap sudut dan lorong yang ada.

Penulis menyadari masih banyak keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan tugas akhir skripsi ini oleh karena itu penulis membutuhkan saran dan kritik yang membangun penulis di masa depan. Semoga penulisan tugas akhir skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja yang berkepentingan.

Yogyakarta. 19 Mei 2018 Penulis,

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I (PENDAHULUAN) ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Batasan Masalah ... 4 D. Tujuan Penelitian ... 4 E. Manfaat Penelitian ... 4 F. Definisi Operasional ... 5

(12)

xii

BAB II (LANDASAN TEORI) ... 6

A. Kajian Pustaka ... 6

1. Belajar ... 6

2. Hasil Belajar ... 7

3. Quantum Teaching ... 8

4. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 11

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 13

C. Kerangka Berpikir ... 14

D. Hipotesis Tindakan ... 15

BAB III (METODE PENELITIAN) ... 16

A. Jenis Penelitian ... 16

B. Setting Penelitian ... 17

C. Desain Penelitian ... 18

D. Rencana Setiap Siklus ... 18

E. Teknik Pengumpulan Data ... 21

F. Instrumen Penelitian ... 22

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 23

H. Teknik Analisis Data ... 39

I. Indikator Keberhasilan ... 40

BAB IV (HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN) ... 41

A. Proses Penelitian Tindakan Kelas ... 41

B. Hasil Belajar ... 50

C. Pembahasan ... 55

(13)

xiii A. Kesimpulan ... 58 B. Keterbatasan Penelitian ... 58 C. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN ... 62

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan Data ... 22

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes Siklus I Dan II ... 23

Tabel 3.3 Pedoman Aacuan Pembelajaran I (PAP I) ... 25

Tabel 3.4 Hasil Validasi Silabus ... 25

Tabel 3.5 Hasil Validasi RPP ... 26

Tabel 3.6 Hasil Vaslidasi LKS ... 27

Tabel 3.7 Hasil Validasi Bahan Ajar ... 28

Tabel 3.8 Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklus I ... 31

Tabel 3.9 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Setelah Validasi ... 32

Tabel 3.10 Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklus II ... 33

Tabel 3.11 Kisi-kisi Soal Eevaluasi Siklus II Setelah Validasi ... 34

Tabel 3.12 Kualifikasi Reliabilitas ... 35

Tabel 3.13 Hasil Reliabilitas Siklus I ... 36

Tabel 3.14 Hasil Reliabilitas Siklus II ... 37

Tabel 3.15 Kriteria Indeks Kesukaran ... 38

Tabel 3.16 Hasil Perhitungan Kesukaran Soal Evaluasi Siklus I ... 38

Tabel 3.17 Hasil Perhitungan Kesukaran Soal Evaluasi Siklus II ... 39

Tabel 3.18 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 40

Tabel 4.1 Data Kondisi Awal Nilai Ulangan ... 51

(15)

xv

Tabel 4.3 Hasil Nilai Evaluasi Siklus II ... 54

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 71

Lampiran 2 Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian ... 72

Lampiran 3 Silabus Pembelajaran ... 73

Lampiran 4 RPP Siklus 1 Pertemuan 1 ... 76

Lampiran 5 RPP Siklus 1 Pertemuan 2 ... 90

Lampiran 6 RPP Siklus 2 Pertemuan 1 ... 104

Lampiran 7 RPP Siklus 2 Pertemuan 2 ... 104

Lampiran 8 Soal Post Test (Evaluasi) Siklus I ... 117

Lampiran 9 Nilai Evaluasi Siklus I ... 127

Lampiran 10 Soal Post Test (Evaluasi) Siklus II ... 128

Lampiran 11 Nilai Evaluasi Siklus II ... 138

Lampiran 12 Tabulasi Validitas Soal Pilihan Ganda Siklus I ... 139

Lampiran 13 Tabulasi Validitas Soal Pilihan Ganda Siklus II ... 140

Lampiran 14 SPSS Siklus I ... 142

Lampiran 15 SPSS Siklus II ... 144

Lampiran 16 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 146

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah wadah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, yang memiliki peran penting dalam proses perkembangan hidup manusia. Peran penting pendidikan tersebut sejalan dengan kodrat manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna. Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna, diberi bekal untuk membentuk pribadinya secara utuh (P3MP, 2008). Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dikaruniai potensi untuk selalu menyempurnakan diri melalui proses belajar. Melalui proses pendidikan diharapkan seseorang mampu membentuk dirinya menjadi pribadi yang utuh.

Pendidikan di Indonesia berpedoman pada kurikulum yang merupakan rencana penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan. Dalam Standar Nasional Pendidikan (BSNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi, serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Berdasarkan standar isi (Depdiknas, 2006) dijelaskan bahwa, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan

(18)

2

pendekatan tersebut peserta didik memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

Dalam praktiknya, IPS selalu diajarkan dengan metode konvensional. Umumnya guru yang mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat, dan hafal; serta pembelajaran cenderung teacher centered (Somantri, 2001). Guru jarang mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah, dan menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah. Sehingga di benak siswa ketika mendengar kata IPS, siswa langsung terbebani dengan hal-hal yang harus dihafalkan. Kesan ini yang mempengaruhi daya tarik siswa terhadap IPS yang akan siswa pelajari, siswa menjadi bosan, dan kurang memiliki motivasi dalam belajar. Motivasi memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pembelajaran. Hal ini terkait dengan bahan ajar atau metode yang digunakan oleh guru untuk menarik perhatian siswa.

Tujuan pembelajaran IPS (Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar SD/MI, 2006) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat majemuk; di tingkat lokal, nasional, dan global.

Berdasarkan pengamatan kegiatan pembelajaran yang diperoleh peneliti di SD Negeri Geblog, hasil belajar siswa pada pelajaran IPS kelas IV SD Negeri Geblog tidak seperti yang diharapkan, hasil belajar siswa belum optimal. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, antara lain: Metode pembelajarannya kurang bervariasi, sehingga karakteristik belajar siswa (visual, auditori, dan kinestetik) tidak terakomodasi; kurangnya minat dan motivasi belajar dari beberapa siswa dalam belajar terlihat dari sikap anak yang terlihat malas belajar dan nilai-nilainya cenderung terus menurun; perhatian siswa lebih tertuju kepada sesuatu yang berseberangan dengan tugas belajarnya, misalnya bermain dengan teman dan asik sendiri dengan barang-barang yang ada di sekitarnya. Akan tetapi kurangnya minat dan motivasi belajar siswa tidak diteliti dalam penelitian ini, karena waktu yang terbatas dan singkat. Pada tahun lalu untuk mata pelajaran IPS sebesar 43% (9 siswa) dari 21 siswa memperoleh nilai ulangan IPS rata-rata dibawah 60. Hasil belajar tersebut belum mencapai KKM yang sudah ditentukan, yaitu sebesar 65.

(19)

3

Alasan di atas, maka sangatlah penting bagi guru untuk memahami karakteristik siswa, materi pembelajaran, dan metodologi pembelajaran dalam proses pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran akan lebih variatif, inovatif, dan konstruktif dalam menyusun kembali pengetahuan dan implementasinya, tujuannya adalah supaya hasil belajar siswa meningkat. Selain itu, pemahaman konsep yang jelas akan membantu siswa untuk lebih semangat dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga pada akhirnya siswa mampu menyampaikan kembali konsep-konsep yang telah diterimanya.

Quantum Teaching adalah sebuah model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan untuk menyikapi kegiatan belajar yang monoton dan kurang menarik bagi siswa. Pengorkestrasian semua hal yang terdapat dalam model pembelajaran ini diyakini dapat memberikan pengaruh positif untuk peningkatan hasil belajar siswa.

Berangkat dari latar belakang di atas, maka penulis memilih judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran IPS Dengan Menggunakan Metode TANDUR pada Metode Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas IV SDN Geblog Temanggung“. Dengan model Quantum Teaching diharapkan hasil belajar siswa meningkat pada mata pelajaran IPS SDN Geblog Temanggung kelas IV semester genap Tahun ajaran 2016/2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan metode TANDUR dalam pembelajaran IPS kelas IV SDN Geblog Temanggung?

2. Apakah metode TANDUR dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas IV SDN Geblog Temanggung?

C. Batasan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka peneliti melakukan pembatasan masalah pada siswa kelas IV SDN Geblog khususnya menyangkut hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS.

(20)

4

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan pembatasan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Memaparkan penerapan metode “TANDUR” pada mata pelajaran IPS dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Geblog Temanggung. 2. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas IV SDN Geblog

Temanggung.

E. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini memberikan kontribusi berupa konsep metode TANDUR untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS kelas IV SDN Geblog Temanggung.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi/acuan dan inspirasi guru dalam menerapkan pembelajaran model Quantum Teaching.

2. Bagi Siswa

Mendapat pengalaman belajar dengan model pembelajaran Quantum Teaching, dan meningkatkan kerja kelompok dan hasil belajar siswa.

3. Bagi Penluis

Mendapat pengalaman berharga dalam menerapkan model Quantum Teaching pada mata pelajaran IPS.

4. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber referensi di perpustakaan sekolah, dan sebagai bukti pelaksanaan penelitian di sekolah.

F. Definisi Operasional

1. Belajar adalah suatu aktifitas atau proses memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.

2. Hasil belajar adalah perubahan sikap dan tingkah laku yang didapatkan setelah melakukan kegiatan belajar.

(21)

5

3. Model Pembelajaran adalah teknik penyajian materi yang digunakan guru untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran.

4. Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, interaksi segala nuansanya, serta menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar.

(22)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka 1. Belajar a) Pengertian Belajar

Menurut Syah (dalam Jihad, 2012) pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku individu yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sudjana (dalam Jihad, 2012) juga berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Sedangkan menurut Daryanto (2012) belajar adalah proses melihat, mengamati, dan memahami suatu indikator belajar, ditunjukkan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses dengan perubahan tingkah laku sebagai hasil akhir proses tersebut.

b) Ciri-ciri Belajar

Menurut Hamalik (dalam Jihad, 2012) ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut: (1) proses belajar harus mengalami, berbuat, mereaksi dan melampaui, (2) melalui bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran yang berpusat pada mata pelajaran tertentu, (3) bermakna bagi kehidupan tertentu, (4) bersumber dari kehidupan dan tujuan yang mendorong motivasi secara keseimbangan, (5) dipengaruhi pembawaan dan lingkungan, (6) dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual, (7) berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil yang diinginkan sesuai dengan kematangan anda sebagai peserta didik, (9)

(23)

7

kesatuan fungsional dari berbagai prosedur, (10) hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain tetapi dapat didiskusikan secara terpisah, (11) di bawah bimbingan yang merangsang dan bimbingan tanpa tekanan dan paksaan, (12) hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi abilitas dan keterampilan, (13) dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman yang dapat dipersatukan menjadi kepribadian dengan pertimbangan paling baik, (14) lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan berbeda-beda, (15) bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah, jadi tidak sederhana dan statis.

Berdasarkan ciri-ciri di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses interaksi dengan lingkungan sekitar yang menghasilkan poin akhir yaitu perubahan tingkah laku pada berbagai aspek kehidupan diantaranya pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

2. Hasil Belajar

Pengertian Hasil Belajar

Purwanto (2009) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Pemikiran tersebut sejalan dengan pendapat Winkel (dalam Purwanto, 2009) yang menjelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Selain kedua pendapat ahli di atas, menurut Abdurrahman (dalam Jihad, 2008) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Dari pendapat yang diungkapkan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan sikap dan tingkah laku yang didapatkan setelah melakukan kegiatan belajar.

3. Quantum Teaching

a) Pengertian Quantum Teaching

Kata Quantum memiliki arti interaksi yang dapat mengubah energi menjadi cahaya. Dengan demikian Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi (mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa) yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri maupun

(24)

8

orang lain. Pembelajaran Quantum merupakan inovasi dari pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas (Yatim, 2009).

Joice dan Weil (dalam Rusman, 2012) mengungkapkan bahwa model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Jadi, model pembelajaran merupakan suatu rencana yang dipilih oleh guru sesuai pertimbangan tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Menurut DePorter (dalam Rusman, 2012) “Quantum is an interaction that change energy into light.” Maksud dari “energi menjadi cahaya” adalah mengubah semua hambatan-hambatan belajar yang selama ini dipaksakan untuk terus dilakukan menjadi sebuah manfaat bagi siswa sendiri dan bagi orang lain, dengan memaksimalkan kemampuan dan bakat alamiah siswa (Rusman, 2012). Model Quantum Teaching yang dimaksud adalah suatu rencana atau rancangan pembelajaran yang dipilih oleh guru yang mengorkestrasikan berbagai interaksi (mencakup unsur-unsur belajar efektif) yang mempengaruhi kesuksesan siswa baik di dalam maupun di sekitar momen belajar. “Dan dengan menggunakan metode Quantum Teaching anda akan dapat menggabungkan keistimewaan-keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pelajaran yang akan melejitkan prestasi siswa” (DePorter, 2000). Model Quantum Teaching ini membantu agar proses pembelajaran berlangsung secara menyenangkan sehingga membangkitkan minat siswa dalam belajar.

Jadi, dapat dikatakan bahwa Quantum Teaching merupakan penggubahan belajar yang menyenangkan dengan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan suasana belajar serta berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas dan interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka belajar.

b) Asas Quantum Teaching

Quantum Teaching bersandar pada asas “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.” (DePorter, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa setiap bentuk interaksi dengan siswa, setiap

(25)

9

rancangan kurikulum, dan setiap metode pembelajaran harus dibangun di atas asas utama tersebut. Asas tersebut merupakan alasan dibalik segala strategi, model, dan keyakinan Quantum Teaching.

Asas bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan atarkan dunia kita ke dunia mereka memberikan pengertian bahwa langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru adalah memasuki dunia para siswa. Guru harus dapat mengkaitkan antara apa yang akan diajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehiduapan rumah, sosial, seni atau rekreasi para siswa, karena tindakan ini memudahkan guru untuk memotivasi, membimbing, dan menuntun para siswa memahami konsep yang lebih luas. Hal tersebut sejalan dengan “tindakan awal tersebut akan memberi ijin guru untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan siswa menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang luas” (DePorter, 2010).

Dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa jika guru dapat memasuki dunia para siswa, maka guru secara tidak langsung telah mendapat ijin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan siswa dalam mengikuti dan memahami pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran. Dengan pengertian dan penguasaan yang lebih dalam, maka siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya.

c) Prinsip Metode Pembelajaran Quantum Teaching

Menurut DePorter (dalam Rusman, 2012) prinsip-prinsip yang harus ada dalam pembelajaran Quantum Teaching adalah segalanya berbicara, segala bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan jika layak, maka layak pula dirayakan.

Adapun penjelasan dari masing-masing prinsip yang telah disebutkan sebelumnya adalah sebagai berikut: segalanya berbicara, artinya bahwa guru merancang semua hal-hal penunjang pembelajaran seperti lingkungan kelas, bahasa tubuh guru (tatapan, gerakan, dan sebagainya), lembar kerja siswa (LKS) yang dibagikan hingga rancangan pembelajaran, semuanya itu bertujuan agar pesan belajar tersampaikan kepada siswa. Segalanya bertujuan, artinya semua yang terjadi dalam penggubahan harus mempunyai tujuan yang jelas. Pengalaman sebelum pemberian nama, artinya proses

(26)

10

belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka pelajari, karena otak manusia berkembang yang akhirnya menggerakkan rasa ingin tahu. Akui setiap usaha, artinya guru patut memberikan pengakuan terhadap kemampuan dan kepercayaan diri siswa. Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan, artinya setiap usaha yang dilakukan siswa dalam proses belajar patut dirayakan karena perayaan/apresiasi memberikan umpan balik atas prestasi siswa.

Dengan prinsip-prinsip seperti itu, maka mekanisme pembelajaran partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan akan dapat tercapai, baik oleh siswa atau oleh guru. Sehingga tidak ada ketakutan pada diri siswa saat akan mengikuti proses pembelajaran.

d) Metode TANDUR

TANDUR merupakan singkatan dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Penjelasan masing-masing kata di atas adalah sebagai berikut (DePorter, 2003):

1) Tumbuhkan

Tumbuhkan berarti menumbuhkan minat dengan memuaskan “apakah manfaatnya bagikku (pelajar)” dan memanfaatkan kehidupan pelajar. 2) Alami

Alami memiliki definisi menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua pelajar.

3) Namai

Namai yang dimaksud adalah menamai kegiatan yang akan dilakukan selama proses belajar mengajar dengan menyediakan kata kunci, seperti: model, rumus, konser, dan strategi.

4) Demonstrasikan

Demonstrasikan berarti menyediakan tempat bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu.

5) Ulangi

Ulangi memiliki arti menunjuk beberapa pelajar untuk mengulangi materi dan menegaskan “aku tahu bahwa aku memang tahu ini”

(27)

11

Rayakan berarti merayakan atas keberhasilan yang sudah dilakukan oleh pelajar sebagai pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.

4. Ilmu Pengetahuan Sosial

a) Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial atau IPS erat kaitannya dengan gejala sosial, baik fisik maupun lingkungan tempat manusia tinggal. Somantri berpendapat (dalam Sapriya, 2009) pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ada dua jenis, yaitu pendidikan IPS untuk persekolahan dan pendidikan IPS untuk perguruan tinggi. Pengertian pendidikan IPS untuk persekolahan adalah “penyederhanaan dari disiplin-disiplin ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan” (dalam Sapriya, 2009). Sedangkan pengertian pendidikan IPS untuk perguruan tinggi adalah “seleksi dari disiplin-disiplin ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan” (dalam Sapriya, 2009).

Dari dua pengertian tersebut terlihat ada perbedaan istilah yaitu penyederhanaan pada pengertian pendidikan IPS untuk persekolahan, dan pengertian pendidikan IPS untuk perguruan tinggi. Adanya pembedaan bahan ajar tersebut merupakan penyesuaian tingkat perkembangan anak, sehingga taraf persekolahan pendidikan IPS tidak diberikan terlalu luas. b) Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial di SD

Bidang studi IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi. Menurut Sadeli (dalam Hidayati, 2008) IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terpadu, artinya materi IPS diambil dari ilmu-ilmu sosial yang dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam disiplin ilmu. Dikatakan IPS mempunyai ciri-ciri khusus atau karakteristik tersendiri yang berbeda dengan bidang studi lainnya.

c) Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD

Pelajaram IPS di SD mengajarkan konsep-konsep esensi ilmu sosial untuk membentuk subjek didik menjadi warga negara yang baik (Susanto, 2014). Menurut Hidayati (2008) strategi penyampaian pengajaran IPS didasarkan pada suatu tradisi yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri

(28)

12

sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara dan dunia. Artinya, bahwa anak pertama dikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan lingkungan terdekat atau diri sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkaran tersebut.

Dalam memberikan pembelajaran IPS perlu menggunakan teknik dan strategi yang tepat. Teknik dan strategi itu meliputi: “1) membina konsep dan mengembangkan generalisasi pada IPS, 2) mengajarkan keterampilan pada pengajaran IPS, 3) mengajarkan nilai sikap pada pengajaran IPS, 4) mengembangkan inkuiri dan berpikir, dan 5) prosedur bertanya efektif pada pengajaran IPS” (Nursid, 1980).

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil-hasil penelitian yang relevan terhadap hasil belajar dan metode pembelajaran Quantum Teaching adalah sebagai berikut:

Kurniyati (2016) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Menerapkan Model Pembelajaran Quantum Teaching di SD N Balong”. Kondisi awal (pratindakan) tidak ada siswa yang (0%) yang memperoleh nilai ≥75. Pada siklus I sebanyak 18 siswa (78%) telah memperoleh nilai ≥70. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa naik menjadi 83% atau 20 siswa memperoleh nilai ≥75. Nilai rata-rata pada kondisi awal sebelum tindakan sebesar 46,5, meningkat menjadi 78,6 pada siklus I, dan meningkat menjadi 82,3 pada akhir siklus II.

Maharani (2017) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Menggunakan Model Quantum Teaching”. Berdasarkan observasi yang dilakukan hasilnya menunjukkan bahwa 58,82% siswa belum mencapai KKM dan pembelajaran belum dilaksanakan secara optimal. Presentase ketuntasan hasil belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II dengan presentase siklus I sebesar 64,70% dan meningkat menjadi 82,35% pada siklus II.

Prabawanti (2014) yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching dengan Metode Diskusi Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Bentuk Pangkat dan Akar pada Siswa Kelas X.6 Semester I SMA Negeri 2 Magetan Tahun Pelajaran 2013/2014”. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh meningkatnya kinerja guru dalam proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II sebesar 62,5% meningkat menjadi 79,17%. Keaktifan siswa dari

(29)

13

siklus I ke siklus II sebesar 67,5% meningkat menjadi 75,63%. Pada siklus I siswa yang tuntas belajar ada 23 siswa, prosentase siswa yang tuntas belajar adalah 71,88%. Meningkat pada siklus II yaitu siswa yang tuntas belajar sebanyak 28 siswa, prosentase siswa yang tuntas belajar adalah 87,5%.

Dari ketiga hasil penelitian di atas, belum ada yang meneliti atau membahas mengenai penerapan metode TANDUR untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN Geblog. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan model TANDUR pada metode pembelajaran Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Geblog Temanggung pada pelajaran IPS.Literatur Map dari penelitian-penelitian sebelumnya dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini:

Gambar 2.1 LiteratureMap Penelitian

C. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran IPS di SD sebaiknya menggunakan teknik dan strategi yang tepat yaitu: membina konsep dan mengembangkan generalisasi pada IPS, mengajarkan ketrampilan pada pengajaran IPS, mengajarkan nilai dan sikap, mengembangkan inkuiri dan proses berpikir. Banyak hal yang tidak berjalan secara maksimal ketika proses pembelajaran berlangsung di SDN Geblog Teamnggung, khususnya kelas IV dalam mata pelajaran IPS. Oleh karena itu, diperlukan model belajar yang inovatif yang mampu memaksimalkan memaksimalkan hasil belajar siswa.

Quantum Teaching adalah salah satu jenis model pembelajaran inovatif yang mampu mengorkestrasikan semua aspek dalam kelas guna mencapai tujuan akhir proses pembelajaran. Disamping itu, konsep-konsep yang diajarkan sesuai dengan

“Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Menerapkan Model Pembelajaran Quantum Teaching di SD N Balong” (2016) “Penerapan Model Pembelajaran Quantum

Teaching dengan Metode

Diskusi Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Bentuk Pangkat dan Akar pada Siswa Kelas X.6 Semester I SMA Negeri 2 Magetan Tahun Pelajaran 2013/2014” (2014)

“Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Menggunakan Model Quantum Teaching” (2017)

“Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran IPS Dengan Menggunakan Metode TANDUR pada Metode Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas IV SDN Geblog Temanggung“

(30)

14

tahap perkembangan siswa kelas IV SD. Proses dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching yang menganut prinsip segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan, akan memberikan ruang-ruang belajar yang kreatif pada siswa, baik secara kognitif, afektif, ataupun psikomotorik. Siswa akan terangsang untuk berkembang secara aspek sosial dan individu. Dengan demikian, jika model pembelajaran ini diterapkan dalam proses pembelajaran IPS di SD, maka besar kemungkinan akan terjadi peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan yang ditargetkan.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan, peneliti merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1) Penerapan metode TANDUR pada pembelajaran IPS kelas IV dengan langkah-langkah a) Tumbuhkan; b) alami; c) Namai; d) Demonstrasikan; e) Ulangi; f) Rayakan.

2) Penerapan metode TANDUR pada model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas IV SDN Geblog Teamanggung.

(31)

15

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kusumah dan Dwitagama (2011) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif. Tujuannya adalah untuk memperbaiki kinerja guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Kasihani Kasbolah E.S dan I Wayan Sukarnyana (dalam Hermawan, 2015) mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksud untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dan upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari di kelas.

Berdasarkan kedua pendapat ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru melalui kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan merefleksikan dengan tujuan untuk memperbaiki kegiatan dan hasil belajar siswa di dalam kelas.

Model penelitian tindakan kelas yang digunakan peneliti adalah model Kemmis & Mc Taggart. Arikunto (2010) mengemukakan bahwa model penelitian Kemmis & Mc Taggart terdiri dari beberapa siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. Model penelitian Kemmis & Mc Taggart (dalam Arikunto, 2010) dapat digambarkan melalui gambar siklus model PTK pada halaman berikutnya.

(32)

16

Sumber : Kemmis & Mc Taggart (dalam Arikunto, 2010) Gambar 3.1 Siklus Model PTK

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Geblog, Desa Geblog , Kecamatan Kaloran , Kabupaten Temanggung.

2. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Geblog yang berjumlah 21 siswa. Siswa laki-laki berjumlah 5 siswa dan siswa perempuan berjumlah 16 siswa. Pemilihan subjek penelitian ini didasarkan karena sebagian hasil belajar IPS di kelas IV masih rendah, sehingga perlu ditingkatkan terutama pada materi kenampakan alam.

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah hasil belajar IPS materi kenampakan alam melalui penerapan metode pembelajaran Quantum Teaching pada siswa kelas IV SDN Geblog.

4. Waktu Penelitian

Pengambilan data dilaksanakan dari tanggal 26 Mei 2017 sampai 2 Juni 2017. Perencanaan Pelaksanaan SIKLUS I Refleksi Pengamatan SIKLUS II Pelaksanaan Perencanaan Refleksi Pengamatan

(33)

17

C. Desain Penelitian

Pada desain ini peneliti melakukan beberapa hal yang berkaitan dengan langkah-langkah keberhasilan penelitian, yaitu:

1. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah SDN Geblog untuk melakukan penelitian dengan membawa surat izin melakukan penelitian.

2. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengidentifikasi permasalahan belajar yang ada di SDN Geblog kelas IV pada mata pelajaran IPS. Identifikasi masalah dilakukan dengan cara melakukan pengamatan untuk mengetahui hasil belajar melalui daftar nilai ulangan siswa.

3. Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok mata pelajaran IPS.

4. Menyusun instrumen pembelajaran (silabus, RPP, LKS, Lembar Evaluasi). 5. Membuat kisi-kisi soal evaluasi untuk mengukur prestasi siswa pada materi

pelajaran IPS yang telah dipelajari.

6. Mempersiapkan instrumen penelitian dan menguji instrumen penelitian. 7. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan kelas.

D. Rencana Setiap Siklus

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, akan tetapi apabila hasil yang diperoleh belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka dilanjutkan siklus berikutnya. Siklus berakhir jika hasil penelitian yang diperoleh sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian. Masing-masing siklus dilakukan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35menit pada setiap siklusnya. Alokasi waktu yang digunakan menyesuaikan dengan alokasi pembelajaran yang ada di SDN Geblog. Tindakan yang dilakukan adalah menerapkan metode Quantum Teaching dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai jadwal IPS kelas IV SDN Geblog. Materi yang akan disampaikan adalah Kenampakan Alam.

Setiap siklus terdiri dari empat komponen tindakan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Adapun langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan pada tiap siklus yaitu:

(34)

18 1. Siklus I

i. Perencanaan

Pada tahap perencanaan dilakukan kolaborasi antara peneliti dan guru kelas untuk memperbaiki, meningkatkan proses, dan memperbaiki hasil belajar. Pada tahap perencanaan, peneliti dan guru mempersiapkan perlengkapan untuk penelitian, yaitu:

a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan Kompetensi Dasar Mendiskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi derta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya.

b) Soal evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa.

c) Menentukan media dan alat peraga yang tepat dalam pembelajaran. ii. Pelaksanaan

Pelaksanaan dilakukan selama dua kali pertemuan pada masing-masing siklus. Pada tahap tindakan, guru yang mengajar pembelajaran IPS dengan menggunakan model Quantum Teaching. Alokasi waktu yang digunakan pada setiap pertemuan adalah 2 x 35menit. Materi yang digunakan yaitu Kenampakan Alam (pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, pantai, perairan darat). Kegiatan pelaksanaan dilakukan berdasarkan model Quantum Teaching dengan tahap-tahap Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (TANDUR) sebagai berikut:

a) Guru (Tumbuhkan) yaitu menumbuhkan minat belajar siswa mempelajari materi kenampakan alam dengan apersepsi yang menarik menggunakan media konkret peta.

b) Guru pada tahap Alami membimbing siswa untuk melakukan kegiatan diskusi, memberikan penugasan kepada siswa, melakukan tanya jawab, dan mempelajari materi kenampakan alam kemudian menuliskan siswa kembali dalam LKS.

c) Siswa dapat (Namai) yaitu menginvestigasi, membedakan, dan mengkonsep materi yang diperoleh melalui kegiatan Alami yang telah dilakukan.

d) Siswa (Demonstrasikan) yaitu dapat mendemonstrasikan atau mempresentasikan hasil diskusi di depan kelompok lain untuk menunjukkan pengetahuan baru yang siswa peroleh.

(35)

19

e) (Ulangi) yaitu siswa bersama guru menyimpulkan dan mengulang kembali materi kenampakan alam yang sudah dipelajari secara ringkas.

f) Guru (Rayakan) memberikan reward kepada kelompok dan siswa yang memperoleh nilai terbaik berupa bintang prestasi.

iii. Refleksi

Peneliti melakukan analisis mengenai hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus I yang meliputi:

a) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan siklus I. Mengidentifikasi kendala-kendala, kelemahan-kelemahan yang dihadapi pada siklus I dan mengevaluasi hal-hal yang sudah baik dan hal yang perlu diperbaiki.

b) Membandingkan hasil yang telah dicapai pada siklus I dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan untuk memutuskan apakah siklus akan dilanjutkan ke siklus II atau tidak.

2. Siklus II

Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II dimaksudkan sebagai perbaikan pada siklus I. Rancangan siklus II mengacu pada hasil refleksi siklus I. Tahapan yang dilakukan pada tahap siklus II sama dengan siklus sebelumnya. Guru menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching sesuai dengan RPP dengan Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (TANDUR).

Pada tahap Tumbuhkan guru membawa media gambar acak (puzzle) untuk menumbuhkan semangat dan minat belajar dalam memperlajari materi kenampakan alam. Siswa mengalami pengalaman belajar langsung dengan cara berdiskusi bersama kelompok menjodohkan nama pegunungan, dataran tinggi, dan pantai dengan letak provinsi lam. Kemudian siswa melakukan tahap namai, yaitu mulai memaknai, mengidentifikasi, dan mengkonsep gambar yang sesuai dengan materi kenampakan alam lalu mendemonstrasikan pengetahuan baru tentang materi tersebut di depan kelas. Pada tahap Ulangi siswa dan guru mengulang materi kenampakan alam dengan melakukan tanya jawab. Siswa yang selalu aktif mengikuti proses pembelajaran mendapatkan reward bintang prestasi untuk merayakan keberhasilan belajar.

(36)

20

Refleksi pada siklus II merupakan tindak lanjut dari refleksi pada siklus I. Peneliti melakukan analisis hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus II yang meliputi:

a) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan siklus II. Mengidentifikasi kendala-kendala, kelemahan-kelemahan yang dihadapi pada siklus II, dan evaluasi mengenai hal-hal yang sudah baik dan hal yang perlu diperbaiki.

b) Membandingkan hasil yang telah dicapai pada siklus II dengan indikator keberhasilan.

c) Menilai apakah pada siklus II hasil belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan atau belum. Jika sudah mencapai indikator pembelajaran, maka pembelajaran dihentikan sampai siklus II, dan kemudian diambil kesimpulan tentang peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode Quantum Teaching. Namun, jika belum mencapai target, pembelajaran dilanjutkan ke siklus berikutnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ditempuh dengan satu cara, yaitu dengan teknik tes. Teknik tes dilakukan dengan pemberian sejumlah soal kepada siswa.

Arikunto (1986) menjelaskan bahwa instrumen penilaian tes adalah instrumen yang berisi pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Instrumen tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengukur peningkatan hasil belajar IPS pada materi kenampakan alam. Instrumen penelitian yang akan digunakan berupa soal prestasi pada setiap akhir siklus.

Instrumen tes yang akan digunakan oleh peneliti adalah tipe soal pilihan ganda. Peneliti membuat 20 soal pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban. Setiap soal hanya mempunyai satu jawaban yang paling tepat. Apabila siswa mampu menjawab soal dengan benar, maka akan mendapatkan skor 1 dan skor 0 bila siswa menjawab tetapi salah atau tidak memberikan jawaban.

(37)

21

F. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat ukur dalam penelitian (Sugiyono, 2010). Penelitian ini memiliki satu variabel, yaitu hasil belajar. Instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa adalah soal tes. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:

No Variabel Indikator Jenis Penilaian Instrumen Teknik Pengumpulan Data 1 Hasil Belajar Rata-rata nilai kelas

Tes Tes tertulis Tes soal evaluasi Presentase jumlah siswa yang lulus KKM

Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan Data

1. Soal Tes Hasil Belajar

Soal tes tercantum di dalam RPP, tujuan dari tes evaluasi ini untuk mengukur ketercapaian indikator dan mengetahui hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Soal tes berbentuk pilihan ganda berjumlah 20butir. Tes evaluasi ini dilakukan pada siklus I dan siklus II karena untuk membandingkan adanya peningkatan nilai. T a b e l 3 . 2

Kisi-kisi Soal Tes Siklus I dan II

Kompetensi Dasar Indikator Pilihan Ganda

Jumlah Butir Nomor 1.1 Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya.

Siklus I dan II

1.1.1 Menyebutkan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan privinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya. 1.1.2 Menjelaskan kenampakan alam di

lingkungan kabupaten/kota dan privinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya. 1.1.3 Menghargai kenampakan alam di

lingkungan kabupaten/kota dan privinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya.

10 5 5 (1,2,3,5,7, 11,16,17, 18,19) (4,6,9,10, 20) (8,12,13 ,14,15)

(38)

22

G. Teknik Pengujian Instrumen

1. Validitas

Penelitian ini menguji instrumen dengan menghitung validitas dari masing-masing instrumen.

i. Definisi Validitas

Djiwandono (2008) yang menyatakan bahwa validitas adalah kesesuaian soal sebagai alat ukur dengan sasaran pokok yang perlu diukur. Pendapat serupa mengenai validitas juga diungkapkan oleh Uno dan Koni (2012) berpendapat bahwa validitas adalah hal yang berhubungan dengan ketepatan terhadap apa yang seharusnya diukur oleh suatu butir soal dan seberapa cermat soal tersebut melakukan pengukurannya. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian validitas butir soal, peneliti dapat menyimpulkan bahwa validitas butir soal adalah sifat yang sesuai dengan kenyataan. Butir soal dapat dikatakan valid apabila mampu memberikan gambaran mengenai hal yang ingin diukur secara benar sesuai dengan kenyataan. Sebaliknya, butir soal dikatakan tidak valid apabila tidak mampu memberikan gambaran tentang hal yang ingin diukur secara benar.

ii. Jenis Validitas

Ada tiga jenis validitas, yaitu: (1) validitas isi yang memeriksa sejauh mana tes mengukur ranag isi pengetahuan atau keterampilan di bidang tertentu yang tepat; (2) validitas konstruk yang memeriksa sejauh mana tes mengukur suatu konstruk tertentu baik berupa kemampuan yang lebih didominasi oleh fungsi kognitif seperti intelegensi maupun fungsi afektif seperti sifat; (3) validitas kriteria yang memeriksa sejauh mana tes mampu memprediksikan variabel-variabel tertentu sebagaimana diharapkan berdasarkan penalaran teoritis tertenntu.

Penelitian ini menggunakan dua jenis validitas yaitu validitas isi dan validitas konstruk.

1. Validitas Isi

Validitas isi yaitu derajat dimana sebuah tes evaluasi mengukur cakupan substansi yang ingin diukur. Validitas isi juga berperan penting untuk tes pencapaian hasil belajar (achievement test). Validitas umumnya ditentukan melalui pertimbangan para ahli. Fungsi dari validitas isi yaitu sebagai alat penilaian untuk mengukur isi materi yang akan diajarkan.

(39)

23

Validitas isi pada penelitian ini digunakan untuk perangkat pembelajaran berupa RPP, bahan ajar, lembar kerja, dan soal evaluasi. Uji validitas isi ini dilakukan dengan meminta pertimbangan validasi dari para ahli melalui expert judgement. Validator I yaitu salah satu dosen Universitas Sanata Dharma sebagai ahli dalam bidang IPS, validator II yaitu Kepala Sekolah SDN Geblog, dan validator III yaitu guru kelas IV SDN Geblog sebagai guru kelas tempat diadakannya penelitian.

Dalam meghitung hasil validasi penelitian ini menggunakan kriteria validasi perangkat pembelajaran, menggunakan Pedoman Acuan Pembelajaran I (PAP I) (Masidjo, 1995) dengan rentang skor 1-5 sebagai berikut.

Tabel 3.3 Pedoman Acuan Pembelajaran I (PAP I)

Persentase Rentang Skor Kriteria

90% - 100% 4,5 – 5,00 Sangat layak

80% - 89% 4 – 4,4 Layak

65% - 79% 3,25 – 3,99 Cukup layak

55% - 64% 2,75– 3,24 Kurang layak

Dibawah 55% 1,00 – 2,74 Sangat kurang layak

Sumber: Masidjo (1995)

Adapun hasil perhitungan validasi perangkat pembelajaran sebagai berikut.

a. Validasi Silabus

Adapun komponen yang dinilai dalam penilaian silabus yaitu, (1) kelengkapan komponen silabus, (2) kesesuaian SK, KD, dan Indikator, (3) kesesuaian pilihan metode pembelajaran, (4) penggunaan bahasa dan tata tulis baku, dan (5) kesesuaian antara penilaian dengan indikator yang dirumuskan. Hasil validasi silabus dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini.

Tabel 3.4 Hasil Validasi Silabus

Validator Komponen Penilaian Rata-Rata

1 2 3 4 5

Validator I 4 4 2 5 5 4

Validator II 4 4 4 5 4 4,2

Validator III 4 5 5 4 4 4,4

(40)

24

Tabel 3.4 menunjukkan bahwa rata-rata skor yang diperoleh dari validator I yaitu 4; validator II yaitu 4,2; dan validator III yaitu 4,4. Rata-rata secara keseluruhan dari 3 validator diperoleh skor 4,2.

Dari total rata-rata 4,3 tersebut dapat dikatakan bahwa silabus sudah layak dan peneliti tidak perlu melakukan revisi dikarenakan rata-rata yang dipaparkan sudah lebih dari 3, karena skor 3 merupakan median atau titik tengah dari skala 1 – 5 dan sudah tergolong cukup. Jika hasil rata-rata yang diberikan validator kurang dari 3, maka peneliti perlu melakukan revisi, namun jika hasil rata-rata yang diperoleh lebih dari 3, maka tidak perlu dilakukan revisi.

b. Validasi RPP

Adapun komponen-komponen yang dinilai dalam penilaian RPP, yaitu: Kejelasan rumusan; kelengkapan cakupan rumusan indikator; kesesuaian dengan kompetensi dasar; kesesuaian dengan kompetensi yang akan dicapai; kesesuaian dengan karakteristik peserta didik; keruntutan dan sistematika materi; kesesuaian materi dengan alokasi waktu; kesesuaian sumber belajar atau metode pembelajaran dengan standar kompetensi (tujuan) yang ingin dicapai; kesesuaian sumber belajar atau metode pembelajaran dengan karakteristik peserta didik; kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan kompetensi (tujuan) pembelajaran; kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan materi pembelajaran; kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan karakteristik peserta didik; kesesuaian teknik penilaian dengan kompetensi yang ingin dicapai; kejelasan prosedur penilaian (awal, proses akhir, tindak lanjut); kelengkapan instrumen (soal, rubik, kunci jawaban); ketetapan ejaan, ketetapan pilihan kata; kebakuan struktur kalimat, dan bentuk huruf dan angka baku. Adapun hasil dari validasi RPP adlah sebagai berikut.

Tabel 3.5 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Komponen

Penilaian

Validator

Rata-rata Validator I ValidatorII ValidatorIII

1 2 4 4 3,3

2 5 4 4 4,3

3 2 5 4 3,6

4 2 5 4 3,6

(41)

25 6 5 5 4 4,6 7 4 5 4 4,3 8 5 4 5 4,6 9 5 4 5 4,6 10 2 4 4 3,3 11 4 4 4 4 12 5 4 4 4,3 13 5 4 4 4,3 14 1 5 5 3,6 15 4 4 5 4,3 16 1 5 5 3,6 17 4 5 5 4,6 18 5 4 4 4,3 19 5 4 4 4,3 20 5 4 4 4,3 Rata-rata 3,8 4,25 4,3 4,7

Tabel 3.5 menunjukkan bahwa skor maksimal pada komponen yang diperoleh dalam validasi RPP adalah 5, sedangkan skor minimal yang diperoleh adalah 1. Rata-rata yang diperoleh dari validator I yaitu 3,8; dari validator II yaitu 4,25; dari validator III yaitu 4,3. Rata-ratra keseluruhan dari 3 validator diperoleh skor 4,6.

Dari rata-rata 4,6 tersebut dapat dikatakan bahwa RPP sudah layak dan peneliti tidak perlu melakukan revisi, dikarenakan rata-rata yang didapatkan sudah lebih dari 3 karena skor 3 merupakan titik tengah dari skala 1 – 5 dan sudah tergolong cukup. Jika hasil rata-rata yang diberikan validator kurang dari 3, maka peneliti perlu melakukan revisi, namun jika hasil rata-rata yang diperoleh lebih dari 3, maka tidak perlu dilakukan revisi.

c. Validasi Lembar Kerja Siswa

Komponen yang dinilai dalam validitas LKS meliputi: (1) kelengkapan unsur LKS, (2) kesesuaian indikator atau tujuan pembelajaran dengan LKS, (3) rumusan petunjuk pengerjaan LKS sederhana dan mudah dipahami siswa, (4) LKS membantu siswa dalam memahami materi ajar, (5) LKS menunjukkan keruntutan kegiatan belajar, (6) Tampilan LKS menarik dan indah, (7) penggunaan bahasa dan tata tulis baku. Adapun hasil validasi LKS dapat dilihat dari tabel berikut ini.

(42)

26

Tabel 3.6 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa

Validator Komponen Penilaian Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7

Validator I 2 4 5 4 4 1 5 3,6

Validator II 5 4 5 5 2 2 4 3,8

Validator III 5 4 5 4 4 4 4 4,3

Rata-rata 4 4 5 4,3 3,3 2,3 4,3 3,9

Tabel 3.6 menunjukkan bahwa skor maksimal pada komponen yang diperoleh dalam validasi LKS adalah 5. Skor minimal yang diperoleh dalam validasi LKS adalah 1. Data di atas menunjukkan rata-rata skor yang diperoleh dari validator I yaitu 3,6; validator II yaitu 3,8; validator III yaitu 4,3.

Dari rata-rata 4,3 tersebut dapat dikatakan bahwa LKS sudah layak dan peneliti tidak perlu melakukan revisi dikarenakan rata-rata yang diperoleh sudah lebih dari 3, karena skor 3 merupakan median atau titik tengah dari skala 1 – 5 dan sudah tergolong cukup. Jika hasil rata-rata yang diberikan validator kurang dari 3 maka peneliti perlu melakukan revisi, namun jika hasil rata-rata yang diperoleh lebih dari 3 maka tidak perlu dilakukan revisi.

d. Validasi Bahan Ajar

Komponen yang dinilai dalam validasi bahan ajar meliputi: (1) kesesuaian materi ajar dengan karakteristik peserta didik; (2) materi ajar cakupannya luas dan memadai; (3) materi ajar dengan kompetensi yang akan dicapai; (4) pengorganisasian materi ajar runtut dan sistematik; (5) kesesuaian alokasi waktu dengan kesesuaian materi ajar; (6) penggunaan bahasa dan tata tulis baku. Hasil validasi bahan ajar dapat dilihat dari tabel 3.7.

Tabel 3.7 Hasil Validasi Bahan Ajar

Validator Komponen Penilaian Rata-rata

1 2 3 4 5 6

Validator I 1 5 2 4 5 5 3,6

Validator II 4 4 2 4 4 4 3,6

Validator III 4 4 4 4 4 4 4

Rata-rata 3 4,3 2,6 4 4,3 4,3 3,7

Tabel 3.7 menunjukkan bahwa skor maksimal pada komponen yang diperoleh dalam validasi bahan ajar adalah 5. Skor minimal yang

(43)

27

diperoleh dalam validasi LKS adalah 1. Data diatas menunjukkan rata-rata skor yang diperoleh dari validator I yaitu 3,6; validator II yaitu 3,6; validator III yaitu 4. Rata-rata keseluruhan dari 3 validator diperoleh skor 3,7.

Dari rata-rata 3,7 tersebut dapat dikatakan bahwa bahan ajar sudah layak dan peneliti tidak perlu melakukan revisi dikarenakan rata-rata yang didapatkan sudah lebih dari 3 karena skor 3 merupakan titik tengah dari skala 1 – 5 dan sudah tergolong cukup. Jika hasil rata-rata yang diberikan validator kurang dari 3 maka peneliti perlu melakkan revisi, namun jika hasil rata-rata yang diperoleh lebih dari 3 maka tidak perlu dilakukan revisi.

2. Validitas konstruk

Instrumen berupa tes diujikan dengan validasi empiris (konstruks). Validasi konstruks terjadi ketika guru menyusun soal berdasarkan teori atau konsep yang ada (Widanarto, 2007). Validasi konstruk diartikan sebagai proses menentukan derajat kemampuan tes diinterpretasikan ke dalam satu atau lebih konstruk, maksudnya kemampuan tes untuk mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang diukurnya. Validasi konstruk dipakai untuk mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada materi kenampakan alam. Validasi instrumen soal dilakukan dengan uji empiris. Peneliti melakukan uji validitas soal evaluasi di kelas IV di 3 SD berbeda yaitu SD A, SD B, dan SD C. Peneliti menggunakan bantuan SPSS 19 untuk menghitung validitas soal. Peneliti memilih SPSS 19 dengan alasan untuk mempermudah perhitungan dan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti sehingga dengan menggunakan SPSS 19 hasil perhitungan per item soal dapat dikerjakan dengan cepat dan mudah. Setelah mendapatkan data validasi kemudian dilanjutkan menghitung reliabilitas, penghitungan juga menggunakan SPSS 19. Setelah diujikan di lapangan kemudian validitas suatu tes dapat dihitung dengan teknik korelasi Point Biserial dengan rumus sebagai berikut. (Sugiyono, 2014)

(44)

28

Rumus Korelasi Point Biserial

Pada penelitian uji validasi soal ini, jumlah responden keseluruhannya untuk siklus I sebanyak 58 siswa dan untuk siklus II sebanyak 53 siswa, maka r tabel yang digunakan adalah r tabel dengan N = 58 dan N = 53, pada taraf signifikansi 5% yaitu pada N = 58 sebesar 0,258 dan pada N = 53 sebesar 0,270. Setelah menemukan r tabel dan r hitung, maka dibandingkan antara r tabel dan r hitung. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka dapat dikatakan data tersebut valid, akan tetapi sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka data tersebut tidak valid. Peneliti menggunakan taraf signifikansi 5% berarti peneliti mengambil resiko kesalahan sebanyak 5% dan memiliki tingkat kepercayaan atau benar sebesar 95%. Dapat dikatakan peneliti percaya bahwa 95% dari keputusan hipotesa yang salah adalah benar.

Hasil output SPSS 19 terdapat tanda yang menandakan soal tersebut valid atau tidak. Tanda tersebut dinamakan sebagai simbol asterik (**). Dengan simbol asterik satu (*) menandakan bahwa soal tersebut valid, dilihat pada taraf signifikan 0,05. Sedangkan simbol asterik dua (**) soal tersebut valid namun dilihat dengan taraf signifikan 0,01. Soal juga dikatakan valid apabila r hitung lebih besar dari r tabel (r hitung ≥ r tabel).

Untuk menguji hasil belajar pada penelitian yaitu kelas IV yang tergolong dalam kelas atas, peneliti melakukan konsultasi kepada dosen, guru, dan kelompok belajar untuk menyepakati bahwa cukup 20 yang valid yang diujikan kepada siswa kelas penelitian sebagai instrumen pengumpulan data prestasi belajar siswa. Dari 20 soal tersebut, harus mewakili masing-masing indikator pembelajaran pada siklus I dan siklus

Keterangan :

= Koefisien korelasi Point Biserial

= Mean Skor dari subjek yang menjawab benar

= Mean Skor total

= Simpangan baku

= Proposisi subjek menjawab benar item tersebut

(45)

29

II. Dari perhitungan SPSS 19 menunjukkan bahwa terdapat 40 soal pilihan ganda yang diujikan oleh peneliti. Soal yang valid dan digunakan oleh peneliti berjumlah 39 soal dan terdapat 1 soal yang tidak valid. Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai hasil perhitungan validasi soal siklus I dan II dengan bantuan SPSS 19 dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8 Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklus I

No r hitung r tabel Keterangan Tindak Lanjut

1 0,295* 0,258 Valid Tidak Dipakai

2 0,010 0,258 Tidak Valid Tidak Dipakai

3 0,409** 0,258 Valid Tidak Dipakai

4 0,447** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 1)

5 0,470** 0,258 Valid Tidak Dipakai

6 0,478** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 2)

7 0,520** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 3)

8 0,461** 0,258 Valid Tidak Dipakai

9 0,371** 0,258 Valid Tidak Dipakai

10 0,446** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 4)

11 0,323** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 5)

12 0,680** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 6)

13 0,660** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 7)

14 0,282* 0,258 Valid Tidak Dipakai

15 0,621** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 8)

16 0,434** 0,258 Valid Tidak Dipakai

17 0,597** 0,258 Valid Tidak Dipakai

18 0,417** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 9)

19 0,345** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 10)

20 0,501** 0,258 Valid Tidak Dipakai

21 0,358** 0,258 Valid Tidak Dipakai

22 0,358** 0,258 Valid Tidak Dipakai

23 0,322* 0,258 Valid Tidak Dipakai

24 0,611** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 11)

25 0,396** 0,258 Valid Tidak Dipakai

26 0,709** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 12)

27 0,602** 0,258 Valid Tidak Dipakai

28 0,659** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 13)

29 0,450** 0,258 Valid Tidak Dipakai

30 0,418** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 14)

31 0,553** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 15)

32 0,403** 0,258 Valid Tidak Dipakai

33 0,559** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 16)

34 0,619** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 17)

35 0,580** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 18)

36 0,507** 0,258 Valid Tidak Dipakai

37 0,502** 0,258 Valid Tidak Dipakai

38 0,478** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 19)

39 0,466** 0,258 Valid Tidak Dipakai

40 0,413** 0,258 Valid Dipakai (soal no. 20)

Dari hasil output perhitungan SPSS 19 menunjukkan bahwa dari ke 40 soal yang diujikan terdapat 39 yang valid dan 1 soal yang tidak valid. Dari ke 39 soal yang valid tersebut kemudian dipilih kembali 20 soal yang valid untuk diujikan ke kelas penelitian. Pemilihan soal yang diapakai berdasarkan r hitung yang paling tinggi menurut indikator (1 dan 2) pembelajaran pada kisi-kisi soal evaluasi siklus I dan 20 soal tersebut sudah mewakili masing-masing indikator pembelajaran pada siklus I. Kemudian ke 20 soal yang valid tersebut dikelompokkan menurut

Gambar

Tabel 4.3 Hasil Nilai Evaluasi Siklus II ...............................................................
Gambar 2.1 LiteratureMap Penelitian
Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan Data  1.  Soal Tes Hasil Belajar
Tabel 3.3 Pedoman Acuan Pembelajaran I (PAP I)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kecepatan Pengadukan Terhadap Kemampuan Adsorpsi 23 Gambar 4.1 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 26 Gambar 4.2 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 27 Gambar 4.3

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Wahyu Purnama 2014 Universitas

Formulir BOS 04 (Tertanggal Hari Senin, 4 Januari 2016) Beserta Fotokopi buku rekening BOS satu lembar.. Demi lancarnya proses pencairan mohon hadir tepat waktu dan

Eksperimen Metode Asistensi Untuk Meningkatkan Kualitas Gambar Mata Diklat Mengatur Tata Letak Gambar Manual Dan Layout Di Smk Negeri 6 Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst) terhadap pemberian media penahan air yaitu spons. Penelitian ini menggunakan

Tulisan ini membahas analisis return dan resiko saham–saham syariah yang selalu masuk dalam JII pasca krisis global 2008 (Januari 2009 – 30 Desember 2010), alat analisis

Sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis yang memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta

Biyantu, (2007) MANAJEMEN PEMBELAJARAN (Studi tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Iklim Kerja Guru, Penghasilan Guru dan Mutu pembelajaran terhadap Kinerja