• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN

MATA PELAJARAN MATEMATIKA

(Studi Kasus Pada Bimbingan Belajar Kumon Level A)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Corry Restuina NIM: 171134182

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)

ii SKRIPSI

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN

MATA PELAJARAN MATEMATIKA

(Studi Kasus Pada Bimbingan Belajar Kumon Level A)

Oleh:

Corry Restuina NIM: 171134182

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd. Tanggal, 14 Juni 2021

Pembimbing II

Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. Tanggal, 14 Juni 2021

(3)

iii SKRIPSI

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN

MATA PELAJARAN MATEMATIKA

(Studi Kasus Pada Bimbingan Belajar Kumon Level A)

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Corry Restuina NIM: 171134182

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 5 Juli 2021

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. ...

Sekretaris Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. ...

Anggota Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd. ...

Anggota Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. ...

Anggota Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. ...

Yogyakarta, 5 Juli 2021

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini peneliti persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat, kesehatan, kekuatan dan langkah yang baik dalam setiap perjalanan hidup.

2. Kedua orang tuaku yang selalu setia memberi doa, dukungan dan semangat.

3. Keluarga besarku yang juga selalu setia memberi doa, dukungan dan semangat.

4. Sahabat baikku yang selalu menjadi tempat berkeluh kesah.

5. Seluruh guru di Indonesia yang turut serta dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa.

6. Teman seperjuangan yang berjuang bersama dalam memperoleh gelar sarjana.

7. Almamater yang saya banggakan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(5)

v MOTTO

“Ora Et Labora”

(Bekerja dan Berdoa)

“Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan

meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati.”

(Ulangan 31:8)

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini, tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 Juli 2021 Penulis,

Corry Restuina

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Corry Restuina

Nomor Induk Mahasiwa : 171134182

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:

“ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MATERI

PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MATA PELAJARAN

MATEMATIKA (Studi Kasus Pada Bimbingan Belajar Kumon Level A)”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 5 Juli 2021 Yang menyatakan

Corry Restuina

(8)

viii ABSTRAK

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN

MATA PELAJARAN MATEMATIKA

(Studi Kasus Pada Bimbingan Belajar Kumon Level A)

Corry Restuina Universitas Sanata Dharma

2021

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran matematika dengan metode Kumon dan mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan materi penjumlahan dan pengurangan pada mata pelajaran matematika level A. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Pada penelitian ini melibatkan 1 pembimbing di bimbingan belajar Kumon Setia Budi Center Medan dan 5 siswa bimbingan belajar Kumon Setia Budi Center yang berada di level A.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut. 1. Proses pembelajaran mata pelajaran matematika level A di bimbingan belajar Kumon adalah 1) Kegiatan awal: mengucapkan salam, memeriksa PR, memberi nilai; 2) Kegiatan inti:

membimbing mengerjakan PR, siswa mengerjakan worksheet, membimbing mengerjakan worksheet; 3) Kegiatan akhir: memberi evaluasi, memberi PR. 2.

Kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menyelesaikan materi penjumlahan dan pengurangan mata pelajaran matematika level A adalah siswa kesulitan menggunakan konsep, siswa kesulitan dalam menyelesaikan materi pembelajaran baru dan siswa kesulitan dalam penjumlahan yang kedua bilangan disajikan secara acak.

Kata Kunci: proses pembelajaran Kumon, kesulitan siswa

(9)

ix ABSTRACT

STUDENTS’ DIFFICULTY ANALYSIS IN COMPLETING ADDITION AND SUBTRACTION

OF MATHEMATICS SUBJECTS

(CASE STUDY ON LEVEL A KUMON TUTORING)

Corry Restuina Sanata Dharma University

2021

The purpose of the research is to determine the process of implementing mathematics learning by using Kumon method and to find out the difficulties of the students in completing addition and subtraction material in mathematics subject at level A. This research used a qualitative descriptive research method.

This research involved 1 supervisor at the Kumon Setia Budi Center tutoring in Medan and 5 students that studying at Kumon Setia Budi Center tutoring who were at level A.

The results of the research are as follows: 1. The learning process of level A mathematics subject at Kumon is 1) Initial activities: greeting, checking homework, giving grades: 2) Core activities: guiding homework, students working on worksheets, guiding working on worksheets: 3). Final activity: giving evaluation, giving homework. 2 The difficulties that faced by the students in completing the addition and subtraction material of mathematics subjects at level A are the students have difficulty using the concept, students have difficulty in completing the addition material, and students have difficulty in adding the two numbers are presented randomly.

Keywoard:Kumon learning process, student difficulties

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS

KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MATERI

PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MATA PELAJARAN

MATEMATIKA KELAS 1 SD” dengan lancar dan tepat waktu. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S,S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan perhatian dengan bijaksana.

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan masukan pada penelitian ini.

6. Pembimbing di bimbingan belajar Kumon Setia Budi Center Medan yang telah memberi izin melakukan penelitian.

7. Siswa-siswa yang mengikuti bimbingan belajar Kumon Setia Budi Center Medan yang telah bersedia menjadi subyek penelitian.

8. Orang tua siswa yang menjadi subyek dalam penelitian yang telah bersedia memberikan izin untuk anaknya diikutsertakan dalam penelitian.

9. Guru di Sekolah Dasar Negeri Kuta Gerat yang bersedia terlibat dalam penelitian ini.

(11)

xi

10. Dosen di Universitas Quality Medan dan Universitas Negeri Medan sebagai validator yang sudah bersedia memberikan masukan untuk penelitian ini.

11. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu proses perizinan penelitian skripsi.

12. Kedua orang tua saya, Firman Barus dan Dra. Elisa, M.Pd. yang senantiasa memberikan dukungan, bantuan, doa dan semangat.

13. Seluruh keluarga besar saya yang selalu memberikan dukungan dan doa.

14. Kakak saya Friscilla Sembiring yang sudah bersedia membantu saya, memberi dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Abang saya Zakaria Sembiring dan Adik Saya Figo Mulianta Barus yang selalu memberikan doa dan semangat.

16. Sahabat saya, Ferdy Reza Sembiring, Jesika Agatha Damanik, Sherin Tharia Sebayang yang selalu bersedia mendengarkan setiap keluh kesah saya dan menjadi penghibur.

17. Sahabat saya, Chita Kisyaraning Mahayu dan Yofie Eka Hermadani yang sudah banyak melewati proses dalam berjuang menyelesaikan skripsi.

18. Teman-teman payung pembelajaran matematika dengan metode Kumon yang sudah berproses bersama untuk menyelesaikan skripsi ini.

19. Teman-teman PGSD angkatan 2017 kelas C yang sudah berproses bersama selama perkuliahan ini.

20. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak disebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, karena keterbatasan kemampuan peneliti. Maka peneliti terbuka akan segala kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini. Peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Yogyakarta, 5 Juli 2021 Penulis,

Corry Restuina

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Definisi Operasional ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Kajian Teori ... 8

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 8

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 21

2.2 Kerangka Berpikir ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Jenis Penelitian ... 27

(13)

xiii

3.2 Setting Penelitian ... 28

3.2.1 Subjek dan Objek Penelitian ... 28

3.2.2 Tempat Penelitian ... 28

3.2.3 Waktu Penelitian ... 28

3.3 Desain Penelitian ... 28

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.4.1 Wawancara ... 29

3.4.2 Kuesioner ... 30

3.4.3 Observasi ... 31

3.5 Instrumen Penelitian ... 32

3.5.1 Pedoman Wawancara ... 32

3.5.2 Kuesioner ... 34

3.5.3 Lembar Observasi ... 36

3.6 Kredibilitas dan Transferabilitas ... 40

3.6.1 Kredibilitas ... 40

3.6.2 Transferabilitas ... 41

3.7 Teknik Analisis Data ... 42

3.7.1 Reduksi Data (Data Reduction) ... 43

3.7.2 Penyajian Data (Data Display) ... 44

3.7.3 Penarikan Kesimpulan/Verifikasi ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Pelaksanaan Penelitian ... 44

4.1.1 Data Collection (Pengumpulan Data) ... 46

4.1.2 Data Reduction (Reduksi Data) ... 46

4.1.3 Data Display (Penyajian Data) ... 46

4.1.4 Conclusion Drawing / Verification ... 47

4.2 Hasil Penelitian ... 47

4.2.1 Proses Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika... 47

4.2.2 Kesulitan Yang Dialami Siswa ... 51

4.3 Pembahasan ... 61

4.3.1 Proses Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika... 62

(14)

xiv

4.3.2 Kesulitan Yang Dialami Siswa ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 68

5.3 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 74

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 111

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara Pembimbing Kumon... 33

(15)

xv

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Pembimbing Kumon ... 33

Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Kuesioner ... 35

Tabel 3.4 Lembar Kuesioner ... 35

Tabel 3.5 Proses Pembelajaran Bimbingan Belajar Kumon ... 36

Tabel 3.6 Kisi-kisi Lembar Observasi Pembimbing ... 37

Tabel 3.7 Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa ... 38

Tabel 3.8 Lembar Observasi Aktivitas Pembimbing ... 38

Tabel 3.9 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 39

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Contoh Soal Penjumlahan Matematika Level A ...52

Gambar4.2 Contoh Soal Penjumlahan Matematika Level A...53

Gambar 4.3 Contoh Pengurangan Matematika Level A...54

Gambar 4.4 Contoh Soal Pengurangan Matematika Level A ...55

(17)

xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Penelitian Yang Relevan ... 24 Bagan 3.1 Analisis Data Model dan Huberman ... 43 Bagan 4.1 Proses Pembelajaran Matematika Metode Kumon ... 50

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Rekapitulasi Wawancara Pembimbing ... 75

Lampiran 2. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Siswa ... 79

Lampiran 3. Hasil Rekapitulasi Observasi ... 84

Lampiran 4. Hasil Rekapitulasi Validasi Observasi ... 86

Lampiran 5. Hasil Rekapitulasi Validasi Wawancara ... 92

Lampiran 6. Hasil Rekapitulasi Validasi Kuesioner ... 98

Lampiran 7. Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 104

Lampiran 8. Dokumentasi Foto... 105

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan defensi operasional. Latar belakang berisi alasan-alasan melakukan penelitian. Rumusan masalah berisi pertanyaan- pertanyaan yang mengacu pada latar belakang masalah. Manfaat penelitian berisi tentang manfaat dari penelitian ini bagi siswa, tenaga pendidik, dan peneliti.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hal terpenting bagi setiap negara untuk dapat berkembang pesat. Negara yang hebat akan menempatkan pendidikan sebagai prioritas utamanya, karena dengan pendidikan, kemiskinan pada rakyat di negara tersebut akan dapat tergantikan menjadi kesejahteraan. Bagaimanapun, dalam perkembangannya, pendidikan di Indonesia senantiasa harus menghadapi beberapa masalah di setiap tahapnya. Masalah-masalah tersebut hanya dapat diselesaikan dengan partisipasi dari semua pihak yang terkait di dalam sistem pendidikan, seperti orang tua, guru-guru, kepala sekolah, masyarakat, dan juga siswa itu sendiri (Megawanti, 2012: 227).

Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (10) satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan, Ayat (11) pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang

terdiri atas pendidikan

(20)

dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, Ayat (12) pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan, Ayat (13) pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (Sumarlin, 2016: 2).

Keberadaan pendidikan nonformal sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini tidak terlepas dari tujuan pendidikan nonformal itu sendiri yaitu untuk melayani warga belajar agar dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya; membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, mencari nafkah, atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan; memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah (Susanti, 2014: 9). Dalam pendidikan di Indonesia, terdapat beberapa bidang studi yang diajarkan di sekolah maupun di bimbingan belajar. Salah satu bidang studi yang diajarkan adalah bidang studi matematika.

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting dipelajari mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi.

Selain untuk dipelajari, matematika juga sangat membantu dalam memecahkan masalah dalam kegiatan sehari-hari. Matematika dapat berperan untuk membantu siswa dalam mengembangkan kompentensi kemampuan berfikir kritis, logis, analisis, bekerja sama dan kreatif (Purnama, Irawan & Sa’dijah, 2017:46).

Menurut Clark (Utami & Humaidi, 2019), mempelajari matematika sejak dari kelas 1 SD dapat membantu siswa untuk mengenali angka, angka penting untuk diketahui oleh semua orang karena angka selalu bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dikuatkan oleh Thorndike (Utami & Humaidi, 2019:40), yang juga menyatakan bahwa siswa akan lebih mampu menyerap ilmu apabila diajarkan sejak dari kelas 1 SD. Seperti yang dijelaskan oleh Ningsih (2015:1912), bahwa matematika merupakan pembelajaran yang selalu mengaitkan antar konsep, sehingga baik untuk dipelajari dari awal agar memudahkan pembelajaran berikutnya. Yerizon (2016:189), juga menyatakan bahwa banyak siswa yang menganggap bahwa matematika belum memiliki manfaat bagi

(21)

hidupnya, banyak juga siswa yang tidak percaya diri dalam menyelesaikan permasalahan matematika, hal tersebut yang membuat minat dari siswa dalam belajar matematika sangat kurang.

Menurut salah satu guru di SD Negeri Kuta Gerat yaitu Bapak M.R.G, pada SD Negeri Kuta Gerat ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika terutama di kelas 1 SD. Kurangnya kepercayaan diri pada siswa menjadi salah satu penyebab siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika. Selain itu, kurangnya kepercayaan diri pada siswa juga mengakibatkan siswa mempunyai anggapan bahwa matematika merupakan pembelajaran yang sulit dan membosankan. Untuk mengatasi kesulitan yang dialami oleh siswa di kelas, Bapak M.R.G berusaha menyesuaikan metode pembelajaran dengan materi yang akan di sampaikan di kelas. Namun, dikarenakan alokasi waktu yang terbatas dalam menyampaikan materi di kelas menyebabkan tetap saja ada siswa yang mengalami kesulitan di kelas. Menurut bapak M.R.G, dalam mengatasi kesulitan yang dialami siswa, siswa biasanya mengikuti bimbingan belajar di luar jam sekolah dan beberapa siswa yang mengikuti bimbingan belajar di luar jam sekolah biasanya akan terbantu dalam memahami pembelajaran yang tidak atau kurang dipahami di sekolah.

Menurut Kaprinaputri (2013: 10), salah satu metode pembelajaran yang memiliki hasil survei tertinggi dalam mengasah kemampuan siswa adalah bimbingan belajar Kumon. Bimbingan belajar Kumon menghasilkan sekitar 86%

siswa yang memiliki kemampuan tinggi dalam menyelesaikan permasalahan matematika dan 14% sisanya siswa berada pada kategori sedang. Dengan kata lain, menurut Kaprinaputri (2013: 10), tidak ada siswa yang berada pada kategori rendah dalam menyelesaikan permasalahan matematika di bimbingan belajar Kumon. Hal tersebut membuat peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pada bimbingan belajar Kumon.

Bimbingan belajar Kumon merupakan pendidikan nonformal yang menyediakan bimbingan untuk bidang studi matematika dan bahasa Inggris.

Dalam pembelajaran bimbingan belajar Kumon, siswa diminta untuk menyelesaikan soal dalam lembar kerja (worksheet) untuk mengukur suatu

(22)

keberhasilan dalam pembelajaran matematika. Soal yang diberikan dalam bentuk lembar kerja yang terdiri dari level˗level.

Lembar kerja mata pelajaran matematika dalam bimbingan belajar Kumon terdiri dari 20 level inti yaitu dimulai dari level 6A sampai dengan level O, ditambah dengan 5 level lanjutan yaitu level X yang terdiri dari level XM (Matriks), XP (Probabilitas), XS (Statistik), XT (Segitiga) dan XV (Vektor).

Penempatan level siswa dalam bimbingan belajar Kumon dilakukan dengan adanya tes penempatan (Placement Test). Oleh sebab itu, seharusnya siswa dapat menyelesaikan soal-soal lembar kerja yang diberikan dengan waktu yang sama karena siswa dianggap sudah homogen setelah melalui tes penempatan.

Metode pembelajaran yang dilakukan oleh Kumon termasuk model pembelajaran yang menarik, karena model pembelajaran dengan menggunakan metode Kumon mengajarkan siswa untuk mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan kemampuannya, seiring bertambahnya kemampuan siswa, maka Kumon juga akan memberikan masalah yang tingkat kesukarannya sesuai dengan kemampuan siswa (Haryanti & Nurjanah, 2017:240). Keunggulan dari bimbingan belajar metode Kumon salah satunya adalah sistem belajar Kumon yang secara mandiri dan memberikan masalah yang disesuaikan dengan kemampuan siswa.

Rangkaian soal-soal pada lembar kerja Kumon tersusun secara sistematis dan dengan tingkat kesukaran yang meningkat setahap demi setahap. Selain itu, menurut Shoimin (2014:95) kekurangan dari metode Kumon adalah siswa belajar secara perseorangan sehingga dimungkinkan tumbuh rasa individualis dan kedisplinan di Kumon terkadang membuat siswa menjadi tidak kreatif.

Menurut asisten di bimbingan belajar Kumon, siswa dalam Kumon belajar tidak dengan cara diajarkan, melainkan dilatih untuk berpikir, memahami dan mengerjakan soal dengan kemampuannya sendiri atau dengan kata lain asisten Kumon yang ada di dalam ruang belajar hanya sebagai fasilitator yang hanya membantu siswa jika siswa benar-benar sudah tidak mampu untuk mengerjakan lembar kerjanya sendiri. Setiap siswa menyelesaikan lembar kerja, siswa harus mencantumkan waktu yang digunakan siswa dalam mengerjakan lembar kerja.

Dengan diadakannya placement test bagi setiap siswa, waktu yang dibutuhkan

(23)

siswa dalam mengerjakan lembar kerja seharusnya sama. Akan tetapi, dalam bimbingan belajar Kumon, waktu siswa dalam menyelesaikan soal-soal lembar kerja berbeda-beda, walaupun sebelumnya siswa sudah ditempatkan di level yang berdasarkan hasil tes penempatan (Placement Test). Menurut asisten Kumon, hal tersebut dapat terjadi apabila siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan lembar kerja yang telah diberikan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti terdorong untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Kumon dan apa kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan materi penjumlahan dan pengurangan pada level A. Soal level A mata pelajaran matematika dengan menggunakan metode Kumon berisi tentang materi siswa kelas 1 SD. Dalam menyelesaikan permasalahan tersebut peneliti melakukan sebuah penelitian dengan judul: “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Materi Penjumlahan dan Pengurangan Pada Mata Pelajaran Matematika”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran matematika dengan menggunakan metode Kumon?

1.2.2 Apakah kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan materi penjumlahan dan pengurangan pada mata pelajaran matematika level A?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1.3.1 Mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Kumon.

1.3.2 Mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan materi penjumlahan dan pengurangan pada mata pelajaran matematika level A.

(24)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian menganalisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal level materi penjumlahan dan pengurangan pada mata pelajaran matematika, diharapkan mampu mengetahui bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran matematika dengan metode Kumon dan apa kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan materi penjumlahan dan pengurangan mata pelajaran matematika level A.

1.4.2 Manfaat Praktis

Peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat memberi manfaat terhadap:

1.4.2.1 Bagi Siswa

Diharapkan dapat membantu siswa dalam mengetahui kesulitan yang dialami dalam menyelesaikan lembar kerja soal level A mata pelajaran matematika menggunakan metode Kumon.

1.4.2.2 Bagi Tenaga Pendidik

Untuk memberikan pengetahuan mengenai metode pembelajaran dalam bimbingan belajar Kumon.

1.4.2.3 Bagi Peneliti

Membantu peneliti untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang sistem pembelajaran pada bimbingan belajar Kumon.

1.5 Definisi Operasional 1.5.1 Analisis

Aktivitas yang terdiri dari serangkaian kegiatan pengolahan data untuk mengetahui informasi mengenai permasalahan penelitian.

1.5.2 Kesulitan Belajar

Hambatan-hambatan atau ketidakmampuan yang dialami siswa dalam proses mencapai hasil belajar yang semestinya.

1.5.3 Matematika

Matematika adalah ilmu tentang bilangan yang mempelajari hubungan pola, bentuk, dan struktur, antara bilangan dan operasional yang digunakan dalam

(25)

penyelesaian masalah mengenai bilangan dan diperoleh melalui proses belajar ataupun berpikir.

1.5.4 Penjumlahan

Penjumlahan merupakan operasi aritmetika yang paling sederhana.

Penjumlahan dilakukan dengan cara menggabungkan bilangan yang satu dengan bilangan lainnya. Simbol dari penjumlahan adalah “+”.

1.5.5 Pengurangan

Pengurangan adalah lawan dari penjumlahan. Pengurangan menghasilkan selisih dari dua bilangan. Apabila bilangan pertama lebih besar dari bilangan kedua maka hasil pengurangan adalah positif sementara apabila bilangan pertama lebih kecil dari bilangan kedua maka hasil pengurangan adalah negatif. Simbol dari pengurangan adalah “˗“.

1.5.6 Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran ialah cara untuk menyajikan bahan ajar kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

1.5.7 Metode Kumon

Metode Kumon merupakan pembelajaran dengan mengaitkan antar konsep, keterampilan, kerja individual, dengan nyaman dan menyenangkan yang dilakukan secara sistematis dan smallsteps sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa, di mana siswa harus berlatih sampai menemukan solusi.

1.5.8 Level A pada Kumon

Level A adalah kode Level pengelompokan belajar berdasarkan kemampuan individual anak yang setara dengan siswa kelas 1 SD.

(26)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II berisi kajian teori, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir. Kajian teori membahas teori-teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan. Selanjutnya dirumuskan dalam kerangka berpikir yang berisi pemikiran mengenai penelitian.

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung 2.1.1.1 Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi.

Matematika menjadi suatu keperluan bagi bekal hidup manusia, hal itu dilihat dari aktivitas manusia yang tidak terlepas dari matematika, misalnya dalam kegiatan mengukur besaran, membilang benda, jual-beli, dan lain sebagainya (Isrokatun, Hanifah, Maulana & Suhaebar, 2020:1). Menurut Trygu (2020:36), matematika adalah ilmu pengetahuan yang didapatkan dari hasil proses belajar, yang diperoleh dengan cara bernalar atau berpikir, yang mana ilmu pengetahuan itu membahas suatu hal yang dipelajari pada ilmu pengetahuan itu sendiri, mulai dari operasi penjumlahan, pengurangan dan sebagainya. Ilmu yang dipelajari melalui mata pelajaran matematika merupakan dasar yang digunakan untuk mempelajari ilmu yang lain. Oleh sebab itu, mempelajari dan memahami matematika dilakukan sejak dini agar pembelajaran matematika dapat dikuasai sehingga memudahkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang berikutnya (Widyasari, Meter, Negara., 2015:2).

Menurut Russeffendi (Rahmah, 2018:2), kata matematika diambil dari perkataan Latin yaitu mathematika yang pada awalnya berasal dari perkataan Yunani mathematike yang artinya mempelajari. Perkataan tersebut berarti mathema yang artinya pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata

(27)

mathematike berhubungan pula dengan kata lain, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, penalaran dalam matematika adalah yang utama, karena matematika tidak tercipta dari hasil eksperimen ataupun observasi, melainkan tercipta melalui pikiran-pikiran yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Dalam matematika terdapat operasional matematika dasar yang diperlukan untuk belajar matematika, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian (Adiwijaya & Christyono, 2015: 129).

Kesulitan dalam matematika ditandai oleh tidak mengingat satu syarat atau lebih dari suatu konsep. Hal ini menjunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan untuk memahami suatu materi dalam matematika. Penyebab kesulitan tersebut karena siswa tidak menguasai konsep. Selain konsep, siswa juga mengalami kekeliruan dalam menyelesaikan soal (Abdurrahman, 2012).

Berdasarkan pengertian dan pendapat dari para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk dipelajari, karena matematika sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari manusia. Sesuai dengan konsepnya matematika selalu berhubungan dengan hitung menghitung, dimana manusia akan melakukan proses penalaran untuk dapat menyelesaikan permasalahan matematika. Selain itu, matematika juga berperan penting dalam membantu siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, karena matematika merupakan salah satu syarat dalam melanjutkan pendidikan. Penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian merupakan operasional matematika dasar yang diperlukan dalam mempelajari matematika. Adapun kesulitan yang dialami dalam pembelajaran matematika biasanya terjadi karena siswa belum atau tidak memahami konsep pengerjaan materi.

1. Penjumlahan

Penjumlahan ialah dasar dari segala operasi di aritmetika. Di dalam bentuk terdasarnya, penjumlahan ialah menggabungkan 2 angka menjadi 1 angka yang adalah jumlah 2 angka tersebut. Penjumlahan bersifat kumutatif dan asosiatif jadi urut-urutan angka-angka yang dijumlahkan tidak dipermasalahkan. Elemen

(28)

identitas dari penjumlahan ialah 0, jadi setiap angka yang dijumlahkan dengan 0 tidak berubah (Sulistiyani & Setiawan, 2020: 68).

Penjumlahan adalah proses, cara, perbuatan menjumlahkan. Dapat dikatakan hasil dari menggabungkan besarnya satu bilangan dengan bilangan lain.

Tanda “+” dalam penjumlahan menunjukkan bahwa bilangan-bilangan tersebut dijumlahkan (Kertiasih, 2013: 58).

Penjumlahan merupakan suatu aturan yang mengaitkan setiap pasangan bilangan dengan bilangan yang lain. Penjumahan ini mempunyai beberapa sifat yaitu sifat pertukaran, sifat identitas, dan sifat pengelompokan (Susmiati, 2017:

122).

Berdasarkan pengertian para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penjumlahan merupakan operasi aritmetika yang paling sederhana. Penjumlahan dilakukan dengan cara menggabungkan bilangan yang satu dengan bilangan lainnya. Simbol dari penjumlahan adalah “+”.

2. Pengurangan

Pengurangan ialah lawan dari penjumlahan. Pengurangan mencari selisih dari 2 bilangan, bila pengurang lebih kecil dari yang dikurangi, hasil pengurangan akan positif sementara jika pengurang lebih besar dari yang dikurangi, maka hasil pengurangan akan negatif. Pengurangan tidak bersifat kumutatif atau asosiatif, oleh karena itu, untuk memudahkan pengurangan, kita terkadang harus melihat pengurangan sebagai penjumalahan, contohnya: -b = a + (-b), saat dianggap sebagai penjumlahan, segala hukum penjumlahan berlaku di pengurangan (Sulistiyani & Setiawan, 2020: 68).

Pengurangan merupakan operasi matematika yang mengurangkan suatu angka dengan angka lainnya sehingga menghasilkan nilai tertentu yang pasti.

Simbol untuk operasi pengurangan adalah tanda minus (-) (Kertiasih, 2013: 58).

Menurut Laksono (2010: 10), pengurangan (-) adalah lawan dari operasi penjumlahan. Pengurangan mencari ‘perbedaan’ antara dua bilangan A dan B (A- B), hasilnya adalah selisih dari dua bilangan A dan B tersebut. Bila Selisih bernilai positif maka nilai A lebih besar daripada B, bila Selisih sama dengan nol

(29)

maka nilai A sama dengan nilai B dan terakhir bila Selisih bernilai negatif maka nilai A lebih kecil daripada nilai B.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pengurangan adalah lawan dari penjumlahan. Pengurangan menghasilkan selisih dari dua bilangan. Apabila bilangan pertama lebih besar dari bilangan kedua maka hasil pengurangan adalah positif sementara apabila bilangan pertama lebih kecil dari bilangan kedua maka hasil pengurangan adalah negatif. Simbol dari pengurangan adalah “˗“.

2.1.1.2 Kesulitan Belajar 1. Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan suatu gangguan yang terjadi pada manusia.

Kesulitan belajar biasanya berkaitan dengan faktor internal maupun faktor eksternal dari seorang yang berkesulitan belajar. Gangguan yang terjadi dapat mengakibatkan kesulitan otak untuk melakukan proses pembelajaran, karena gangguan tersebut membuat seseorang lambat dalam menerima, memproses, dan menganalisis informasi yang disajikan dalam pembelajaran. Dengan kata lain, kesulitan belajar dapat dikatakan sebagai ketidakmampuan seseorang dalam menanggapi daan menyelesaikan tugas di sekolah (Yeni, 2015:1).

Sumarsono, Inganah & Iswatiningsih (2020:96), menyatakan bahwa kesulitan belajar merupakan kelainan yang terjadi pada manusia, dimana seseorang tersebut kesulitan dalam melakukan proses pembelajaran secara normal.

Seorang anak terkadang disebut memiliki kesulitan belajar jika perlu mengulang pembelajaran, kelas dan bahkan perlu pendidikan secara khusus. Kesulitan belajar berupa gangguan pada faktor fisik maupun psikis mendasar, baik tunggal maupun beberapa. Hal ini mencakup bahasa baik secara lisan maupun tulisan, yang ada berwujud ketidaksempurnaan mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan hitungan matematika.

Hasibuan (2018:19), juga mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah gangguan yang berasal dari dalam diri dan luar diri siswa yang membuat prestasi belajar matematika rendah. Jadi, secara tidak langsung rendahnya prestasi belajar dapat menyiratkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar

(30)

yang dialami oleh seorang siswa diantaranya disebabkan oleh tidak mengertinya siswa tujuan dan materi dari pembelajaran yang disampaikan, atau dapat juga disebabkan karena kurangnya motivasi belajar siswa, sehingga membuat siswa malas dan tidak memahami pembelajaran yang disampaikan di sekolah.

Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu gangguan yang terjadi pada seorang siswa, dimana gangguan tersebut membuat siswa kurang mampu untuk mengikuti pembelajaran di sekolah. Kesulitan belajar juga dipengaruhi oleh faktor dari luar diri siswa, seperti tidak sesuainya cara guru menyampaikan materi pembelajaran sehingga membuat siswa tidak memahami isi dan tujuan dari materi yang disampaikan. Selain dari luar diri siswa, faktor dari dalam diri siswa juga merupakan salah satu penyebabnya, misalnya kurangnya motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran.

2. Jenis-jenis Kesulitan Belajar

Menurut Zulmiyetri, Nurhastuti & Safaruddin (2019:100), kesulitan belajar dibagi menjadi dua yaitu:

a. Kesulitan Belajar yang Berhubungan Dengan Perkembangan.

Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan dapat mencakup adanya gangguan motorik dan persepsi, kesulitan bahasa dan berkomunikasi, serta kesulitan dalam menyesuaikan dengan perilaku sosial.

b. Kesulitan Belajar yang Berhubungan Dengan Akademik.

Kesulitan belajar yang berhubungan dengan akademik dapat meliputi kegagalan yang dialami dalam pencapaian prestasi, dimana siswa tidak mencapai target yang diharapkan. Kedua cakupan kesulitan belajar yang terjadi pada siswa tersebut mencakup penguasaan keterampilan bahasa yang terdiri dari membaca serta menulis dan keterampilan matematika.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut peneliti menyimpulkan bahwa kesulitan yang di alami oleh siswa baik yang disebabkan karena faktor dari dalam diri maupun dari luar diri siswa akan mempengaruhi perkembangan maupun akademik siswa. Di lingkungan sekolah beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar biasanya ditandai dengan rendahnya prestasi siswa yang menyebabkan

(31)

siswa ketinggalan pelajaran ataupun tinggal kelas, oleh sebab itu banyak orang tua yang memberikan jam belajar tambahan kepada siswa dengan membiarkan siswa untuk mengikuti bimbingan belajar di luar jam sekolah. Hal tersebut biasanya dilakukan untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan belajar, dan banyak siswa yang memang terbantu mencapai tujuan pembelajaran dengan megikuti bimbingan belajar. Selain mempengaruhi akademik siswa, kesulitan belajar juga dapat mempengaruhi perkembangan siswa. Kesulitan belajar dengan gangguan perkembangan ditandai dengan adanya kesulitan siswa dalam berkomunikasi dan gangguan motorik.

3. Penyebab Kesulitan Belajar

Sudjono (Yeni, 2015:5-6), menyatakan bahwa kesulitan belajar difokuskan pada penyebab terjadinya. Adapun penyebabnya meliputi faktor dasar umum dan faktor dasar khusus.

a. Faktor Dasar Umum

Faktor dasar umum adalah faktor yang secara umum menjadi penyebab kesulitan belajar siswa, faktor-faktor itu terdiri dari:

1. Faktor Fisiologis: Siswa yang mengalami permasalahan fisik, seperti siswa yang memiliki pendengaran yang kurang, penglihatan yang kurang.

2. Faktor Intelektual: Siswa yang kurang dalam kemampuan numerik, daya abstraksi, generalisasi dan penalaran induktif atau deduktif.

3. Faktor Pedagogik: Siswa yang mengalami kesulitan karena kesalahan guru. Hal ini biasanya terjadi karena guru salah atau menggunakan metode mangajar yang tidak sesuai, sehingga siswa tidak mampu memahami materi yang diajarkan.

4. Faktor Sarana dan Cara Belajar Siswa: Sarana belajar yang disediakan sekolah juga mempengaruhi kemampuan siswa untuk belajar, misalnya kesulitan belajar siswa dapat terjadi apabila sekolah tidak menyediakan sarana belajar seperti ruang belajar maupun alat bantu visualisasi.

5. Faktor Lingkungan Sekolah: Lingkungan sekolah juga merupakan salah satu faktor yang membantu siswa dalam belajar. Lingkungan sekolah yang nyaman akan membuat siswa menjadi semangat untuk belajar, namun apabila

(32)

lingkungan sekolah kotor dan berisik, siswa akan merasa terganggu dan tidak fokus dalam mengikuti pembelajaran, sehingga menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar.

b. Faktor Dasar Khusus

Faktor dasar khusus adalah faktor yang secara spesifik menyebabkan siswa kesulitan belajar. Faktor dasar khusus meliputi:

1. Kesulitan Menggunakan Konsep: Kesulitan ini terjadi saat siswa sudah memperoleh pembelajaran mengenai konsep, tetapi siswa masih kurang dalam menguasainya sehingga membuat siswa kesulitan dalam menggunakan konsep tersebut.

2. Kurangnya Keterampilan Operasi Aritmetika: Kesulitan siswa dalam keterampilan aritmatika terjadi karena siswa kurang mampu dalam mengoperasikan kuantitas dalam soal penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dengan tepat.

3. Kesulitan Menyelesaikan Soal Cerita: Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita terjadi karena siswa kurang mampu dalam menangkap dan mengerti soal cerita yang diberikan.

Berdasarkan pendapat dari ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa kesulitan belajar dapat terjadi karena adanya suatu penyebab yang mendasarinya.

Salah satu yang menyebabkan siswa kesulitan belajar adalah kurangnya kemampuan siswa dalam keterampilan operasi aritmatika. Penelitian yang akan dilakukan juga berhubungan dengan kurangnya kemampuan siswa dalam keterampilan operasi aritmatika, banyak siswa yang mengikuti bimbingan belajar dengan tujuan untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan belajar, dan tidak sedikit siswa yang mengikuti bimbingan belajar matematika. Tempat bimbingan belajar yang dapat membantu siswa sudah tersebar luas, hal tersebut dikarenakan bimbingan belajar dianggap sebagai salah satu sarana yang mampu membantu siswa dengan adanya metode-metode pembelajaran berbeda dari yang diajarkan di sekolah.

4. Indikator Kesulitan Belajar

(33)

Menurut Hasibuan (2018:19), kesulitan belajar adalah gangguan yang berasal dari dalam diri dan luar diri siswa yang membuat prestasi belajar matematika rendah. Jadi, secara tidak langsung rendahnya prestasi belajar dapat menyiratkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dialami oleh seorang siswa diantaranya disebabkan oleh tidak mengertinya siswa tujuan dan materi dari pembelajaran yang disampaikan, atau dapat juga disebabkan karena kurangnya motivasi belajar siswa, sehingga membuat siswa malas dan tidak memahami pembelajaran yang disampaikan di sekolah.

Salah satu faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar adalah kesulitan menggunakan konsep. Kesulitan ini terjadi saat siswa sudah memperoleh pembelajaran mengenai konsep, tetapi siswa masih kurang dalam menguasainya sehingga membuat siswa kesulitan dalam menggunakan konsep tersebut.

Berdasarkan pendapat dari ahli tersebut, peneliti menyimpulkan beberapa indikator dalam penelitian yang dilakukan. Indikator kesulitan belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemahaman menggunakan konsep, pemahaman tujuan pembelajaran, dan motivasi belajar.

2.1.1.3 Metode Pembelajaran

Metode menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu cara yang bersistem, dimana metode memiliki tujuan untuk memberi kemudahan dalam melaksanakan suatu kegiatan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Sedangkan Sabri (2010:49), menyatakan bahwa “Metode Pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok”. Pengertian lain tentang metode pembelajaran dinyatakan oleh Uno (Istarani, 2012:1), bahwa metode pembelajaran didefenisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran ialah cara untuk menyajikan bahan ajar kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

(34)

Ada banyak metode pembelajaran yang disajikan dalam proses pembelajaran, tetapi tidak semua dari metode pembelajaran tersebut sesuai dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Sabri (2010:49), menyatakan bahwa adapun syarat˗syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik dalam memberikan metode pembelajaran adalah yang pertama metode tersebut harus bisa membangkitkan motivasi dan minat siswa, yang kedua metode tersebut dapat merangsang keinginan belajar siswa, yang ketiga metode yang digunakan harus mendorong siswa untuk mewujudkan hasil karya, yang keempat metode yang digunakan harus menjamin perkembangan keperibadian siswa, yang kelima metode yang digunakan harus mendorong siswa untuk menjadi mandiri dalam proses belajar, dan yang keenam metode yang digunakan harus dapat mengembangkan sikap dan nilai siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sudrajat, 2008). Sesuai dengan yang disampaikan oleh Afandi (2013:16) bahwa metode pembelajaran adalah cara atau tahapan yang digunakan dalam interaksi antara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan materi dan mekanisme metode pembelajaran.

Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa metode pembelajaran dapat membantu siswa dalam mengalami kesulitan belajar. Karena metode pembelajaran akan menyajikan materi sesuai dengan kemampuan siswa dalam menyerap pembelajaran. Ada banyak cara yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan materi kepada siswa dan salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan mengikuti bimbingan belajar. Seperti yang akan difokuskan pada penelitian ini adalah kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika, bimbingan belajar Kumon adalah salah satu tempat bimbingan yang dikenal masyarakat. Dalam pembelajaran di bimbingan belajar Kumon, siswa akan diajarkan dengan cara khas yang diciptakan oleh Kumon dan dikenal sebagai metode Kumon.

(35)

2.1.1.4 Metode Kumon 1. Pengertian Metode Kumon

Metode Kumon pertama kali dikembangkan oleh Toru Kumon, seorang berkebangsaan Jepang dan seorang guru matematika di Jepang pada tahun 1954, Toru pertama kali menyusun sendiri bahan pelajaran matematika untuk membimbing anaknya belajar matematika. Toru kemudian merancang suatu metode agar anaknya dapat belajar secara efektif, sistematis serta memiliki dasar- dasar matematika yang kuat. Setelah terbukti dalam keberhasilan yang dicapai anaknya dalam 10 kali maka Toru menyebarkan metode tersebut ke seluruh Jepang sehingga metode tersebut dikenal dengan metode Kumon.

Menurut Huda (2014:189), Kumon diadopsi sebagai metode pembelajaran yang umumnya digunakan untuk pengajaran matematika dan membaca. Kini, metode tersebut sudah dipraktikkan di berbagai Negara di dunia dan memiliki pusat-pusatnya tersendiri. Metode Kumon adalah metode pembelajaran secara perseorangan. Level awal siswa dalam memulai pembelajaran di Kumon juga ditentukan secara perseorangan. Siswa akan diberikan tugas sesuai dengan kemampuannya sendiri, sehingga siswa dapat mengerjakan soalnya dengan benar dan tanpa kesalahan. Pembelajaran dalam metode Kumon menggunakan lembar kerja, lembar kerja tersebut telah didesain dengan baik sehingga siswa dapat menyelesaikan soal tersebut secara mandiri. Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Kumon, siswa akan terus belajar dengan kemampuannya sendiri, sehingga siswa akan mampu mengejar tingkat kesukaran soal sesuai dengan kelasnya atau bahkan maju melampaui kelasnya.

Pendapat dari ahli tersebut juga serupa dengan pendapat Shoimin (2014:94), yang menyatakan bahwa model pembelajaran Kumon adalah model pembelajaran perseorangan. Level awal untuk setiap siswa Kumon ditentukan secara perseorangan. Siswa mulai belajar dari level yang dapat dikerjakannya sendiri dengan mudah dan tanpa kesalahan. Lembar kerjanya telah di desain sedemikian rupa sehingga siswa dapat memahami sendiri bagaimana menyelesaikan soalnya. Jika siswa terus belajar dengan kemampuannya sendiri, ia

(36)

akan mengejar bahan pelajaran yang setara dengan tingkatan kelasnya dan bahkan maju melampauinya.

Sistem pembelajaran dengan metode Kumon adalah siswa diberi tugas dan setelah selesai mengerjakan, tugas tersebut langsung diperiksa dan dinilai. Jika keliru dalam mengerjakan, lembar kerja dikembalikan untuk diperbaiki kemudian diperiksa kembali. Apabila siswa 5 kali salah dalam mengerjakan lembar kerja, guru membimbingnya sampai dapat mengerjakannya dengan benar. Hal senada dikemukakan oleh Suyatno (Istarani, 2014:176), yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Kumon adalah pembelajaran yang berkaitan antara konsep dengan keterampilan dan kerja individu. Pembelajaran dengan menggunakan metode Kumon juga menjaga suasana yang nyaman dan menyenangkan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa.

Apriana (2014:71), menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Kumon memberikan lembar kerja yang telah disusun dengan baik dan secara bertahap sesuai dengan kemampuan siswa. Ukai (Karyanti

& Komarudin 2017:93), juga menyatakan bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan model Kumon, siswa dilatih untuk berhitung hingga menemukan solusi. Setelah itu, siswa maju ke tingkat yang lebih tinggi setelah siswa mampu menunjukkan kemampuannya dalam melengkapi lembar kerja yang diberikan sesuai dengan batas waktu dan kesalahan yang ditentukan.

Menurut Winarno (2009:34-35), pembelajaran dengan menggunakan metode Kumon bertujuan untuk membuat siswa mampu memilih kemampuan dasar yang kuat, kemandirian dan rasa percaya diri serta menyelesaikan masalah dengan kemampuannya sendiri. Hal tersebut membuat siswa dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan layanan pendidikan. Metode kumon memiliki 3 keistimewaan yaitu pertama menyesuaikan dengan kemampuan siswa, hal tersebut ditandai dengan adanya tes penempatan sebelum siswa mulai mengikuti bimbingan belajar Kumon, kedua bahan pembelajaran yang diberikan tersusun secara bertahap (small steps) sehingga membuat siswa memperoleh kemampuan yang baik karena dilatih mulai dari kemampuan dasar, dan ketiga siswa mengerjakan lembar kerja secara mandiri sesuai dengan kemampuannya.

(37)

Berdasarkan pengertian dari para ahli yang telah diuraikan, peneliti menyimpulkan bahwa metode kumon adalah pembelajaran dengan mengaitkan antar konsep, keterampilan, kerja individual, dan menjaga suasana nyaman dan menyenangkan. Pembelajaran dengan menggunakan metode Kumon diterapkan melalui lembar kerja yang disusun secara sistematis dan semakin tinggi tingkat kesulitannya setahap demi setahap. Adapun keistimewaan metode Kumon adalah pembelajarannya sesuai dengan kemampuan karena penempatan level anak dilakukan melalui tes penempatan, bahan pembelajaran disusun secara bertahap, dan anak mengerjakan lembar kerjanya secara mandiri dengan pengetahuannya sendiri.

2. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Kumon

Menurut Shoimin (2014:94-95) langkah-langkah metode kumon sebagai berikut:

a. Pertama guru memberikan konsep dan siswa diminta memperhatikan konsep yang disajikan.

b. Asisten Kumon memberikan lembar kerja yang telah disediakan, dan siswa menyerahkan PR yang telah dikerjakan.

c. Siswa mulai mengerjakan lembar kerja yang diberikan.

d. Setelah selesai mengerjakan, lembar kerja diserahkan kepada asisten Kumon untuk diperiksa dan diberi nilai.

e. Setelah lembar kerja selesai diperiksa dan diberi nilai, asisten Kumon mencatat hasil belajar siswa. Hasil ini nantinya akan dianalisis untuk penyusunan program belajar berikutnya.

f. Bila ada bagian yang masih salah, siswa diminta untuk memperbaiki bagian tersebut hingga semua lembar kerja memperoleh nilai 100. Tujuannya agar siswa menguasai pelajaran dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.

g. Jika sampai mengulang 5 kali, asisten Kumon melakukan pendekatan kepada siswa dan menanyakan tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

h. Setelah selesai, siswa mengikuti latihan secara lisan. Sebelum pulang, asisten Kumon memberikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa hari itu dan memberitahu materi yang akan dikerjakan pada hari berikutnya.

(38)

Berdasarkan wawancara dengan pembimbing di bimbingan belajar Kumon, peneliti mengetahui bahwa menurut SOP yang diterapkan oleh bimbingan belajar Kumon itu sendiri, sintaks pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Kumon adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan awal: Pembimbing menjelaskan alur belajar Kumon.

b. Kegiatan inti: Pembimbing memberikan worksheet kepada siswa, pembimbing memeriksa dan menilai worksheet yang sudah dikerjakan siswa.

c. Kegiatan penutup: Pembimbing memberikan feedback dan memberikan PR kepada siswa.

Oleh sebab itu peneliti mengetahui bahwa sintaks dalam metode kumon adalah sajian konsep, latihan, tiap siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki dengan diperiksa lagi, apabila sudah lima kali salah siswa akan diberikan bimbingan dan pemberian perluasan latihan mandiri.

2.1.1.5 Level A pada Mata Pelajaran Matematika Metode Kumon

Lembar kerja program matematika terdiri dari 20 Level inti, yaitu level 6A sampai level O, ditambah dengan 5 level lanjutan, yaitu level X yang terdiri dari level XM (Matriks), level XP (Probabilitas), XS (Statistik), XT (Segitiga) dan XV (Vektor). Fokus lembar kerja ini adalah mengembangkan kemampuan hitung tingkat tinggi yang bertujuan membuat siswa dapat mempelajari matematika SMA secepat mungkin secara mandiri. Setiap level terdiri dari 200 halaman dan dibagi berdasarkan topik sehingga menjadi beberapa bagian, setiap bagian dipecah menjadi 10 halaman masing-masing, oleh karena itu setiap level terdiri dari 20 set.

Materi yang dipelajari pada setiap level adalah 1) Level 6A: Membaca bilangan sampai dengan 10; 2) Level 5A: Membaca bilangan sampai dengan 50;

3) Level 4A: Menulis bilangan sampai dengan 50 dan membaca bilangan sampai dengan 100; 4) Level 3A: Menulis bilangan sampai dengan 120 dan pengenalan penjumlahan; 5) Level 2A: Penjumlahan sampai dengan penjumlahan 10; 6) Level A: Penjumlahan dan pengurangan; 7) Level B: Penjumlahan dan pengurangan bersusun; 8) Level C: Tabel perkalian, perkalian dan pembagian; 9) Level D:

(39)

Perkalian, pembagian dan pengenalan pecahan; 10) Level E: Pecahan; 11) Level F: Empat operasi matematika pada pecahan dan desimal; 12) Level G: Bilangan positif, bilangan negatif dan persamaan linear; 13) Level H: Persamaan linear majemuk, fungsi dan grafik; 14) Level I: Pemfaktoran, persamaan kuadrat, fungsi kuadrat dan teorema pythagoras; 15) Level J: Pemfaktoran tingkat tinggi, teorema sisa dan teorema faktor; 16) Level K: Fungsi (fungsi kuadrat, pecahan, irasional, dan eksponen); 17) Level L: Fungsi logaritma, kalkulus diferensial dan integral;

18) Level M: Trigonometri, persamaan garis dan lingkaran; 19) Level N: Tempat kedudukan, barisan dan deret, limit dan turunan; 20) Level O: Kalkulus integral dan persamaan diferensial; 21) Level Lanjutan: XM (Matriks), XP (Probabilitas), XS (Statistik), XT (Segitiga), XV (Vektor). Terkhusunya pada penelitian ini membahas level A yang mempelajari materi penjumlahan dan pengurangan untuk siswa kelas 1 SD.

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini berkaitan dengan menganalisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan materi penjumlahan dan pengurangan pada mata pelajaran matematika level A dalam bimbingan belajar Kumon. Peneliti menemukan beberapa tulisan yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ngk. Pt. Sindu Wija Putra pada tahun 2015 yang berjudul “Analisis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas II Pada Implementasi Kurikulum 2013 Di SD Se-Kecamatan Buleleng”. Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa rata-rata siswa yang melakukan kesalahan dalam pengerjaan soal sebesar 40,59 persen, dengan jenis kesulitan tertinggi adalah kesulitan dalam keterampilan berhitung sebesar (15,29%), kesulitan dalam aspek konsep rata-rata (6,28%), kesulitan dalam aspek pemecahan masalah rata-rata (6,26%), kesulitan dalam 2 aspek sekaligus yakni konsep dan keterampilan berhitung rata-rata 4,26 persen, kesulitan dalam aspek konsep dan pemecahan masalah sekaligus rata-rata 0,84 persen, kesulitan dalam aspek keterampilan berhitung dan pemecahan masalah rata-rata 5,54 persen, dan

(40)

kesulitan kompleks 10,06 persen. Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa kelas II di SD se-Kecamatan Buleleng dalam pengimplementasian Kurikulum 2013 meliputi pengetahuan awal siswa mengenai konsep matematika, faktor guru, dan faktor kurikulum.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Widya Perwira pada tahun 2017 yang berjudul

“Studi Analisis Kesulitan Belajar Matematika Dan Upaya Menanganinya Pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 6 Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017”.

Dari penelitian ini, diketahui bahwa : 1) Materi yang dianggap sulit oleh siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika yaitu: perkalian, pembagian, KPK dan FPB, perpangkatan dan akar sederhana, waktu, jarak, kecepatan, luas trapesium dan luas layang-layang, 2) Karakteristiknya yaitu adanya gangguan persepsi visual (meliputi memori, urutan, dan abstraksi) dan kesulitan dalam bahasa dan membaca, 3) Faktor yang mempengaruhi siswa antara lain minat dan motivasi belajar matematika yang rendah, keluarga yang belum mendukung secara optimal, dan kurangnya media pembelajaran matematika yang dipakai oleh guru, 4) Upaya yang dilakukan guru antara lain memberikan bimbingan belajar secara berkelompok pada jam tambahan, meminta siswa yang pandai untuk membantu guru mengajari siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika, melaksanakan tes remidi, dan memberikan tambahan tugas untuk dikerjakan di rumah.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Veronika Sumarlin pada tahun 2016 yang berjudul “Analisis Kritis Tentang Penyelenggaraan Bimbingan Belajar Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus Di LBB Kumon Taman Pondok Indah Surabaya)”. Dari penelitian ini, diketahui bahwa : 1) Terdapat berbagai kenyataan atau pernyataan bahwa bimbingan belajar di Kumon sangat dibutuhkan oleh siswa yang mengikuti bimbingan karena menginginkan hasil yang lebih baik dan pendidikan yang sangat penting bagi siswa, 2) Bimbingan belajar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan dalam mengikuti bimbingan belajar.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Rispriyanti pada tahun 2017 yang berjudul

“Pengelolaan Pembelajaran Matematika Dengan Model Kumon Di Bimbingan

(41)

Belajar Hayam Wuruk Sragen”. Dari penelitian ini, diketahui bahwa : 1) Kegiatan perencanaan meliputi perencanaan pembelajaran dan materi pembelajaran. Perencanaan pembelajaran meliputi penetapan tujuan, prinsip- prinsip, metode dan tata tertib pembelajaran siswa di dalam kelas. Perencanaan materi/bahan pembelajaran meliputi penyusunan soal test penempatan siswa, penetapan materi dari level bawah sampai atas dan penyusunan buku feedback, 2) Dalam pelaksanaan pembelajaran siswa harus mengikuti alur pembelajaran yang sudah ditetapkan. Alur tersebut mulai dari siswa datang mengumpulkan pekerjaan rumah, mengambil soal evaluasi hari kelas,dan dikumpulkan untuk dikoreksi, pembetulan sampai selesai, 3) Kegiatan evaluasi pembelajaran di bimbingan Kumon menggunakan alat evaluasi berupa PR (pekerjaan rumah) yang dikerjakan setiap hari kecuali hari kelas, PS yaitu latihan soal yang dikerjakan pada hari kelas dan tes penyelesaiaan di akhir level.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang sudah peneliti sajikan, peneliti menemukan beberapa informasi mengenai penelitian yang dilakukan. Informasi yang peneliti peroleh antara lain 1) kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran matematika berkaitan dengan pemahaman konsep dan kurangnya minat atau motivasi dalam belajar matematika; 2) cara guru mengatasi kesulitan yang dialami siswa adalah memberikan bimbingan secara berkelompok dan jam tambahan belajar; 3) bimbingan belajar Kumon menjadi salah satu alternatif siswa untuk memperoleh prestasi dan mencapai tujuan pembelajaran dalam pembelajaran matematika; 4) pembelajaran di bimbingan belajar Kumon dimulai dengan kegiatan perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dan kegiatan evaluasi.

Informasi yang peneliti peroleh tersebut sangat membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini, karena keempat peneltian terdahulu yang peneliti cantumkan berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

Dari keempat uraian penelitian di atas, peneliti juga mengkaji persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Persamaan dari keempat penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian yang digunakan berupa kualitatif deskriptif.

(42)

Penelitian terdahulu ketiga dan keempat memilih bimbingan belajar Kumon sebagai tempat penelitian sama seperti penelitian yang dilakukan. Penelitian terdahulu pertama dan kedua membahas tentang kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran matematika, sama dengan penelitian yang dilakukan juga membahas mengenai kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika.

Perbedaan dari penelitian yang terdahulu dengan penelitian yang dilakukan adalah subjek dari penelitian terdahulu pertama adalah kelas II SD dan penelitian terdahulu kedua adalah kelas V SD, sedangkan untuk penelitian yang dilakukan subjek yang diteliti adalah setara dengan siswa kelas I SD, kemudian tahun ajaran dari keempat penelitian terdahulu berbeda dengan tahun penelitian yang dilakukan. Subjek penelitian keempat dan kelima adalah keseluruhan dari Kumon sedangkan penelitian yang dilakukan terbatas pada level A.

Berikut peneliti mencantumkan bagan penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan:

(43)

Bagan 2.1 Penelitian Yang Relevan 2.2 Kerangka Berpikir

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan perguruan tinggi, matematika juga dianggap sebagai mata pelajaran yang penting karena matematika sangat berhubungan erat dengan kehidupan manusia. Matematika dapat dengan mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saat seseorang melakukan transaksi jual beli, maka matematika akan berperan dalam proses jual beli tersebut.

Penelitian ini:

"Analisis Kesulitan Siswa

Dalam Menyelesaikan

Materi Penjumlahan dan Pengurangan Pada

Mata Pelajaran Matematika Kelas

1 SD"

Veronika Sumarlin (2016)

"Analisis Kritis Tentang Penyelenggaraan Bimbingan

Belajar Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus

Di LBB Kumon Taman Pondok Indah Surabaya)".

Ngk. Pt. Sindu Wija Putra (2015)

"Analisis Kesulitan Belajar Matematika

Siswa Kelas II Pada Implementasi Kurikulum 2013 Di

SD Se-Kecamatan Buleleng"

Widya Perwira (2017)

"Studi Analisis Kesulitan Belajar Matematika Dan Upaya Menanganinya Pada

Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 6 Surakarta Tahun Ajaran

2016/2017"

Rispriyanti (2017)

"Pengelolaan Pembelajaran Matematika Dengan Model

Kumon Di Bimbingan Belajar

Hayam Wuruk Sragen".

(44)

Konsep matematika selalu berhubungan dengan hitung menghitung, sehingga membutuhkan penalaran yang baik bagi siswa untuk dapat memahami matematika. Hal tersebut dikarenakan siswa akan melakukan proses penalaran untuk dapat menyelesaikan permasalahan matematika. Matematika juga tidak didapatkan melalui hasil eksperimen ataupun observasi, melainkan tercipta melalui pikiran-pikiran yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

Sehingga penting untuk seorang siswa paham mengenai pembelajaran matematika karena matematika akan membantu siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

Pada kenyataannya banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Kesulitan belajar yang dialami siswa dapat terjadi karena adanya masalah yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri siswa tersebut. Beberapa faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar adalah faktor dari dalam diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa yang dapat menyebabkan kurangnya kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran antara lain adalah kurangnya motivasi siswa dalam belajar, jika tidak ada motivasi dalam diri siswa, siswa akan merasa bosan dan tidak serius dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu faktor dari luar diri siswa, faktor dari luar diri siswa dapat terjadi karena tidak sesuainya metode pembelajaran atau cara mengajar yang dilakukan oleh guru di sekolah, hal tersebut dapat membuat siswa tidak memahami isi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Oleh sebab itu, diketahui bahwa keberhasilan siswa dalam belajar khususnya dalam belajar matematika dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari faktor diri sendiri, guru, lingkungan dan lain sebagainya. Dengan demikian perlu untuk lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa agar keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran juga optimal. Terutama yang berkaitan dengan tidak sesuai atau salahnya metode pembelajaran yang disampaikan oleh guru kepada siswa.

Banyak cara ataupun metode yang dapat dilakukan oleh guru (pendidik) dalam menyampaikan materi pembelajaran. Pada dasarnya metode ataupun cara tersebut akan mempermudah siswa untuk belajar dan memahami materi yang akan

Referensi

Dokumen terkait

Biyantu, (2007) MANAJEMEN PEMBELAJARAN (Studi tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Iklim Kerja Guru, Penghasilan Guru dan Mutu pembelajaran terhadap Kinerja

Kecepatan Pengadukan Terhadap Kemampuan Adsorpsi 23 Gambar 4.1 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 26 Gambar 4.2 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 27 Gambar 4.3

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Wahyu Purnama 2014 Universitas

Formulir BOS 04 (Tertanggal Hari Senin, 4 Januari 2016) Beserta Fotokopi buku rekening BOS satu lembar.. Demi lancarnya proses pencairan mohon hadir tepat waktu dan

Eksperimen Metode Asistensi Untuk Meningkatkan Kualitas Gambar Mata Diklat Mengatur Tata Letak Gambar Manual Dan Layout Di Smk Negeri 6 Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst) terhadap pemberian media penahan air yaitu spons. Penelitian ini menggunakan

Tulisan ini membahas analisis return dan resiko saham–saham syariah yang selalu masuk dalam JII pasca krisis global 2008 (Januari 2009 – 30 Desember 2010), alat analisis

Sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis yang memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta