BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Hasil Penelitian
4.2.2 Kesulitan Yang Dialami Siswa
Lembar kerja dalam bimbingan belajar Kumon diberikan dalam bentuk level-level. Pada penelitian ini, level yang akan dibahas adalah level A, dimana level A setara dengan siswa kelas 1 SD. Soal-soal dalam lembar kerja yang diberikan oleh bimbingan belajar Kumon memiliki pola tertentu. Bentuk pola yang diberikan diawali dengan bilangan pertama adalah bilangan acak 1 sampai 10 dan bilangan kedua adalah bilangan urut mulai dari 1 sampai 10. Contoh bentuk pola pada soal-soal level A yang disajikan secara berurut adalah mulai dari penjumlahan 2+1, 4+1, 3+1, ... 10+1, kemudian dilanjutkan dengan penjumlahan 3+2, 1+2, 5+2, ... 10+2 dan seterusnya sampai bilangan kedua adalah 10. Apabila siswa sudah mampu menyelesaikan penjumlahan berurut, lembar kerja selanjutnya akan disajikan penjumlahan secara acak pada kedua bilangan, misalnya 2+3, 4+6, 7+10. Pengurangan pada level A juga disajikan secara berurut mulai dari pengurangan 1 (2-1, 3-1, 4-1, ... 10-1), kemudian dilanjutkan dengan pengurangan 2 sampai pengurangan 3. Setelah pengurangan 3 selesai, soal pengurangan berikutnya diberikan secara urut dari pengurangan 5 (5-1, 5-2, 5-3, ... 5-10) sampai dengan pengurangan 20. Pengurangan secara berurut diberikan
kepada siswa sebanyak 60 soal, setelah siswa mampu menyelesaikan seluruh soal pengurangan berurut dengan benar, siswa akan memperoleh soal pengurangan acak. Pada level A terdapat 160 soal penjumlahan dan 240 soal pengurangan.
Peneliti tidak dapat menampilkan seluruh bentuk soal dalam bimbingan belajar Kumon karena soal-soal dalam bimbingan belajar Kumon menjadi kerahasiaan Kumon, sehingga peneliti akan menyajikan beberapa contoh soal lembar kerja level A yang berisi penjumlahan dan pengurangan dalam bimbingan belajar Kumon. Berikut peneliti mencantumkan contoh lembar kerja penjumlahan yang secara urut, penjumlahan secara acak dan pengurangan secara urut dan pengurangan secara acak pada level A di bimbingan belajar Kumon.
a. Contoh soal penjumlahan matematika level A
Gambar 4.1 Contoh Soal Penjumlahan Matematika Level A
Pada gambar 4.1 merupakan contoh penjumlahan secara urut dalam level A bimbingan belajar Kumon. Terlihat bahwa bilangan kedua pada penjumlahan kedua bilangan tersebut adalah angka 1. Setelah siswa menyelesaikan penjumlahan angka 1 (2+1, 1+1, 4+1 ... 10+1), siswa akan melanjutkan dengan penjumlahan angka 2 (1+2, 3+2, 5+2 ... 10+2) dan seterusnya sampai penjumlahan angka 10 (2+10, 4+10, 10+10).
Gambar 4.2 Contoh Soal Penjumlahan Matematika Level A
Pada gambar 4.2 merupakan contoh soal secara acak level A di bimbingan belajar Kumon. Soal yang disajikan secara acak pada bimbingan Kumon adalah soal yang tidak berurut dari soal pertama sampai soal terakhir untuk setiap bilangannya. Terlihat bahwa pada gambar angka pada bilangan pertama dan
bilangan kedua merupakan angka yang acak tidak berurut seperti pada gambar 4.1.
Pada gambar tersebut terlihat bahwa soal penjumlahan pada bimbingan belajar Kumon memiliki pola di setiap worksheetnya. Pada worksheet pertama, pola yang ditunjukkan adalah penjumlahan kedua bilangan dengan bilangan kedua adalah bilangan urut. Pada gambar selanjutnya pada bilangan pertama dan bilangan kedua disajikan secara acak. Hal tersebut menunjukkan bahwa bimbingan belajar Kumon memberikan soal secara bertahap mulai dari penjumlahan yang paling mudah yaitu pola berurut sampai pada penjumlahan yang sukar dengan pola yang disusun secara acak.
b. Contoh soal pengurangan matematika level A
Gambar 4.3 Contoh Pengurangan Matematika Level A
Pada gambar 4.3 merupakan contoh lembar kerja level A materi pengurangan secara urut. Terlihat pada gambar bahwa bilangan kedua pada
pengurangan kedua bilangan tersebut adalah angka 1. Sama seperti penjumlahan, pada pengurangan siswa akan menyelesaikan pengurangan berurut dari pengurangan angka 1, kemudian akan dilanjutkan dengan pengurangan angka 2 dan seterusnya sampai pada pengurangan angka 10.
Gambar 4.4 Contoh Soal Pengurangan Matematika Level A
Pada gambar 4.4 merupakan contoh soal pengurangan level A dengan menggunakan metode Kumon. Jika pada penjumlahan level A penjumlahan yang disajikan setelah siswa menyelesaikan penjumlahan angka 10 adalah penjumlahan acak pada kedua bilangan, maka di pengurangan yang disajikan setelah siswa mampu menyelesaikan pengurangan dengan bilangan kedua yang disusun secara urut adalah pengurangan dengan bilangan pertama pada pengurangan kedua bilangan adalah angka yang urut.
Contoh di atas merupakan beberapa soal pengurangan pada level A. Pada gambar tersebut terlihat bahwa soal-soal yang disajikan pada lembar kerja memiliki sembah pola. Pada gambar pertama, pola disusun secara urut mulai dari bilangan pertama disajikan secara acak dan bilangan kedua disajikan secara urut mulai dari angka 1. Sedangkan pada gambar kedua terlihat bahwa soal pengurangan yang disajikan berbeda dengan gambar pertama, dimana pada gambar kedua pola pada bilangan pertama yang disajikan secara urut dan pola pada bilangan kedua disajikan secara acak.
Setelah mengetahui bentuk-bentuk soal penjumlahan dan pengurangan pada level A di bimbingan belajar Kumon, peneliti ingin menggali informasi sesuai dengan permasalahan yang dibahas pada penelitian ini mengenai kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan materi penjumlahan dan pengurangan mata pelajaran matematika level A. Untuk menjawab pertanyaan peneliti mengenai kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menyelesaikan materi penjumlahan dan pengurangan mata pelajaran matematika level A, peneliti mengumpulkan data berupa hasil wawancara dan hasil kuesioner.
4.2.2.1 Hasil Wawancara
Hasil penelitian yang disajikan oleh peneliti adalah hasil wawancara dengan pembimbing di bimbingan belajar Kumon. Wawancara dengan pembimbing di bimbingan belajar Kumon dilakukan untuk mengetahui gambaran kesulitan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran matematika. Ibu Y.I.S selaku pembimbing di bimbingan belajar Kumon mengatakan bahwa siswa di bimbingan belajar Kumon yang tidak dapat hadir pada hari yang sudah ditentukan maka bimbingan akan diganti dengan hari lain. Siswa di bimbingan belajar Kumon mendapatkan PR setiap kali selesai melakukan bimbingan belajar. PR yang diberikan kepada siswa dikumpulkan di hari berikutnya saat siswa kembali melakukan bimbingan belajar. Siswa yang tidak membawa PR di hari bimbingan berikutnya akan diminta untuk mengerjakan PR tersebut, karena jika siswa belum menyelesaikan PR dan belum berhasil menjawab seluruh soal dengan benar maka siswa tidak diberikan materi selanjutnya.
Alokasi waktu dalam pengerjaan soal matematika level A di bimbingan belajar Kumon sudah sesuai dengan standar waktu penyelesaian yang dimiliki oleh bimbingan belajar Kumon yaitu 20 menit/sheet. Ibu Y.I.S mengatakan “ada ya siswa yang mengalami kesulitan belajar terutama karena kan dilevel A itu adalah level yang susah bagi anak-anak TK, karena biasanya anak anak belajar ini di TK atau SD kelas satu. Itu sih karena kelas satu SD ya jadi biasanya ada beberapa anak kesulitan kalau mereka itu dibagian yang materi sebelumnya mereka belum kuasai kadang-kadang mereka ada yang mengeluh agak kesulitan di bagian terkait itu karena mereka disini akan belajar penjumlahan dan pengurangan. Soal-soal yang biasanya banyak anak salah itu di soal yang sudah gak berurut lagi, jadi anak itu biasanya agak lupa untuk cara menghitungnya karna di Kumon anak belajar itu kan harus mengingat di kepala tidak boleh pakai jari”. Menurut Ibu Y.I.S, siswa yang mengalami kesulitan di bimbingan belajar Kumon adalah siswa yang belum mempelajari materi yang diberikan sebelumnya, baik di sekolah maupun di bimbingan belajar. Selain itu, pola soal ternyata mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyelesaikan lembar kerja. Pola soal yang diberikan secara urut lebih memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan dan pola soal-soal yang acak membuat beberapa siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya. Meskipun siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan materi, pembimbing di bimbingan belajar Kumon akan menjelaskan kembali cara menyelesaikan soal yang benar kepada siswa sampai siswa benar-benar memahami materi tersebut. Bahkan menurut pembimbing setelah pembimbing menjelaskan kembali materi yang tidak dipahami siswa, siswa menjadi lebih memahami dan mampu menyelesaikan soal yang diberikan.
Peneliti : Apakah setelah ibu menjelaskan cara pengerjaan worksheet siswa menjadi terbantu dalam menyelesaikan worksheet yang tidak dipahami siswa?
Pembimbing : Ya, setelah saya menjelaskan cara pengerjaan worksheet siswa menjadi terbantu karena siswa sudah paham konsep materi yang dikerjakan sehingga ketika mereka menyelesaikan soal-soal berikutnya dengan mudah
mereka menyelesaikannya terbukti dari penilaian lembar kerja yang dikerjakan siswa tidak banyak kesalahan pada lembar kerja.
Peneliti kembali menggali informasi dengan memberikan pertanyaan mengenai pengaruh pembelajaran di Kumon dengan prestasi siswa di sekolah. Ibu Y.I.S mengatakan bahwa “pasti sudah pasti berpengaruh, karena dengan metode kumon mereka sangat mudah belajar disekolah kalau mereka sudah mempelajari materi diatas sekolah dari Kumon. Tapi kalau mereka masih belajar materi yang belum atau masi dibawah materi dari sekolahnya itu mereka belum mendapatkan manfaat atau belum terasa lah manfaat yang mereka rasakan, tapi kalau mereka sudah belajar diatas tingkatan kelasnya di Kumon materi sekolahnya akan mudah untuk mereka kerjakan”. Oleh sebab itu, pembelajaran di Kumon dapat membantu siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika karena siswa akan mempelajari materi yang belum dipelajari di sekolah apabila siswa mampu menyelesaikan setiap level dengan baik. Di bimbingan belajar Kumon, siswa mendapatkan apresiasi ketika siswa mampu menyelesaikan minimal 3 level di atas tingkatan kelasnya di sekolah.
Pembelajaran di Kumon juga dipastikan dapat membantu siswa dalam pembelajaran di sekolah terutama bagi siswa yang sudah mengikuti level di Kumon yang lebih tinggi dari kelas siswa tersebut di sekolah. Pembelajaran Kumon yang dipastikan membantu siswa dalam pembelajaran di sekolah juga disetujui oleh salah satu orang tua siswa. Peneliti memiliki kesempatan untuk mewawancarai salah satu orang tua siswa. Orang tua siswa tersebut mengatakan bahwa “sangat terbantu ya, jadi pembelajaran yang dia peroleh di kumon terkadang belum dia dapatkan di sekolah, sehingga setelah pembelajaran tersebut dipelajari di sekolah, dia menjadi lebih mampu mengerjakannya dan lebih cepat tanggap di banding teman-teman sekelasnya di sekolah”. Hal tersebut didukung oleh salah satu kelebihan Kumon, yaitu pembelajaran yang diperoleh di Kumon terkadang belum dipelajari di sekolah, sehingga setelah pembelajaran tersebut dipelajari di sekolah, siswa lebih mampu menyelesaikan materi di banding teman-teman sekelasnya di sekolah (Haryanti & Nurjanah, 2017:240).
Pembelajaran di bimbingan belajar Kumon menerapkan SPE (Smile, Praise, Encourage) setiap kali bimbingan berlangsung. SPE dilakukan oleh pembimbing untuk mendorong semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Pembimbing mengatakan bahwa “terkadang ada juga saya lihat siswa yang merasa bosan saat mengerjakan worksheet namun sebagai seorang pembimbing saya tidak tinggal diam saya segera mendatangi siswa tersebut dan memberi semangat dengan duduk di samping siswa yang mengerjakan worksheet tersebut, setelah siswa selesai mengerjakan worksheet tersebut saya sendiri yang menangani untuk feed back out di mana saya memberi SPE (smile, praise, encourage) dimana saya memberikan senyuman, pujian, dan dorongan kepada siswa dan menurut pengalaman saya siswa yang selesai belajar di Kumon merasa senang saat pulang karena di samping mereka sudah paham dengan materi yang dikerjakan mereka juga mendapat pujian dan dorongan dari pembimbing sehingga siswa merasa percaya diri dan bersemangat untuk mengerjakan materi berikutnya”. Senyuman, pujian dan dorongan yang diberikan kepada siswa membantu siswa untuk tetap memiliki semangat belajar, tidak merasa bosan mengerjakan materi yang diberikan dan percaya diri menyelesaikan materi.
Berdasarkan data hasil wawancara dengan pembimbing di bimbingan belajar Kumon yang sudah peneliti peroleh, peneliti mengetahui bahwa kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menyelesaikan materi penjumlahan dan pengurangan di bimbingan belajar Kumon adalah siswa yang belum menguasai konsep dengan baik. Sesuai dengan yang telah disampaikan oleh Abdurrahman (2012), kesulitan dalam matematika ditandai oleh tidak mengingat satu syarat atau lebih dari suatu konsep. Hal ini menjunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan untuk memahami suatu materi dalam matematika. Penyebab kesulitan tersebut karena siswa tidak menguasai konsep. Selain konsep, siswa juga mengalami kekeliruan dalam menyelesaikan soal terutama soal yang disusun secara acak. Untuk memperkuat pernyataan dari pembimbing di bimbingan belajar Kumon, peneliti juga melakukan penggalian data dengan memberi lembar kuesioner bagi siswa Sekolah Dasar (SD), jawaban dari siswa Sekolah Dasar (SD) akan membantu peneliti untuk mendapatkan lebih banyak data mengenai kesulitan
siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan serta tanggapan siswa mengenai bimbingan belajar Kumon.
4.2.2.2 Hasil Kuesioner
Lembar kuesioner diberikan kepada 5 responden siswa SD yang mengikuti bimbingan belajar Kumon khususnya level A, karena responden masih duduk dibangku SD, pemberian kuesioner dilakukan dengan cara dibacakan kepada responden melalui video call WhatsApp. Setelah peneliti mendapatkan seluruh jawaban dari responden mengenai pernyataan pada lembar kuesioner yang dibacakan peneliti, peneliti mengetahui bahwa seluruh responden yang mengisi kuesioner tidak mengalami kesulitan di bimbingan belajar Kumon. Hal tersebut mendukung pernyataan pembimbing yang mengatakan bahwa siswa yang mengalami kesulitan adalah siswa yang belum mempelajari materi baik di sekolah maupun di bimbingan belajar. Seluruh responden merupakan siswa yang berada di kelas yang di atas tingkatan levelnya di bimbingan belajar Kumon, oleh sebab itu siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran di bimbingan belajar Kumon karena siswa sudah pernah mendapatkan materi penjumlahan dan pengurangan di sekolah.
Semangat belajar siswa di bimbingan belajar Kumon juga tinggi, hal tersebut terlihat dari jawaban seluruh responden yang ingin mengikuti bimbingan belajar Kumon sampai level terakhir yang disediakan bimbingan belajar Kumon.
Selain itu, pembelajaran di bimbingan belajar Kumon dapat menarik perhatian responden karena berdasarkan jawaban dari seluruh responden, responden merasa semangat dan tidak bosan dalam mengerjakan worksheet yang diberikan oleh Kumon, terutama saat pembelajaran berlangsung di bimbingan belajar Kumon secara offline bukan online. Menurut salah satu responden ‘D’, pembelajaran yang berlangsung secara online adalah penyebab responden terkadang menjadi kurang semangat dan bosan dalam mengerjakan worksheet karena semenjak diadakannya pembelajaran secara online tugas dari sekolah juga sangat banyak membebani responden. Pernyataan tersebut dinyatakan oleh responden ‘D’ saat peneliti melakukan pengisian kuesioner.
Peneliti : Apakah kamu merasa bersemangat dalam mengerjakan worksheet?
Responden ‘D’ : Ya kadang-kadang Miss, soalnya karena online banyak tugas dari sekolah jadi kadang-kadang malas gitu kalau ada tambahan PR lagi.
Melalui pernyataan dari seluruh responden yang merupakan siswa di bimbingan belajar Kumon, peneliti mengetahui bahwa materi baru yang belum pernah dipelajari oleh siswa di sekolah maupun di bimbingan belajar menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan belajar. Namun, menurut seluruh responden meskipun terdapat siswa yang mengalami kesulitan belajar, pembimbing akan mendampingi siswa sampai siswa mampu menyelesaikan materi dengan baik.
Setelah pembimbing sudah mendampingi dan memberi penjelasan mengenai materi yang dianggap sulit, siswa akan terbantu dalam menyelesaikan materi.
Selama siswa kesulitan dalam menyelesaikan materi yang diberikan, pembimbing akan terus memberi motivasi bagi siswa, sehingga siswa tidak merasa ketinggalan materi dari teman-temannya yang lain dan tetap merasa percaya diri meskipun harus mengulang materi beberapa kali untuk mendapat nilai yang baik dalam menyelesaikan seluruh materi yang diberikan.
Melalui data yang sudah peneliti peroleh dari hasil wawancara dan lembar kuesioner, peneliti mengetahui bahwa kesulitan yang di alami oleh siswa dalam menyelesaikan materi penjumlahan dan pengurangan mata pelajaran matematika kelas 1 SD di bimbingan belajar Kumon adalah kesulitan menggunakan konsep.
Kesulitan ini terjadi saat siswa sudah memperoleh pembelajaran mengenai konsep, tetapi siswa masih kurang dalam menguasainya sehingga membuat siswa kesulitan dalam menggunakan konsep tersebut (Yeni, 2015:5-6). Selain kesulitan menggunakan konsep, siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan materi apabila materi tersebut adalah materi baru yang belum pernah dipelajari baik di sekolah maupun di bimbingan belajar dan bentuk pola soal yang diberikan oleh Kumon secara acak juga menjadi salah satu penyebab siswa mengalami kekeliruan dalam menyelesaikan materi.