• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar"

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

(TPS) PADA MATERI POKOK MACAM-MACAM GAYA DALAM SUBTEMA 1 UNTUK SISWA KELAS IVB SD KANISIUS SOROWAJAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

A.Y. Deviana Kurnia Christmiranti NIM: 161134188

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

iv

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus yang senantiasa menyertai, menolong dan selalu memberikan kemudahan disetiap langkah untuk saya.

2. Kedua orangtua, Aloysius Yoseph Karunia Deritantoro dan Elisabeth Deivi Marinawati yang selalu memberi semangat dan mendoakan saya.

3. Adikku Maria Yosephine Octaviana Kurnia Rossariani, yang selalu ada ketika saya berkeluh kesah.

4. Yang terkasih, kak Ryan Tondok Pongdatu yang selalu memberi semangat, dukungan, dan motivasi untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Sahabat-sahabatku: Arni, Laras, Ayu Yahni, Gibta, Tyas, Rambut, Wicak, Haris, Milan, Jati, dan Hendi yang selalu mau menemani, memberi semangat dan mau saya repotkan dalam setiap langkahku.

6. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan waktu dan tenaga untuk menggerahkan saya dalam menyelesaikan setiap kesulitan yang saya hadapi dalam menyusun skripsi.

7. Vitus Gading Sasongko, S.Pd., dan anak-anak kelas IVB SD Kanisius Sorowajan yang telah membantu saya dalam penelitian ini.

8. Teman-teman PGSD kelas E angkatan 2016 yang telah menjadi saudara saya di kampus selama 3,5 tahun ini.

9. Almamaterku PGSD Universitas Sanata Dharma.

(3)

v MOTTO

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan

permohonan dengan ucapan syukur- Filipi 4:8

AKU bisa karena aku bersama DIA!

(4)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

(TPS) PADA MATERI POKOK MACAM-MACAM GAYA DALAM SUBTEMA 1 UNTUK SISWA KELAS IVB SD KANISIUS SOROWAJAN

A.Y. Deviana Kurnia Christmiranti Universitas Sanata Dharma

2020

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kerja sama dan hasil belajar materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1 siswa kelas IVB SD Kanisius Sorowajan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan upaya peningkatan kerja sama dan hasil belajar pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS); (2) mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat meningkatkan kerja sama siswa kelas IVB SD Kanisius Sorowajan; (3) mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1 di SD Kanisius Sorowajan.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVB SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran 2019/2020. Objek penelitian ini adalah peningkatan kerja sama dan hasil belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS). Teknik pengumpulan data diperoleh dengan observasi, kuesioner, dan tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) upaya peningkatan kerja sama dan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) di kelas IVB SD Kanisius Sorowajan telah dilakukan dengan 3 langkah- langkah sebagai berikut: berpikir (think), berpasangan (pair), berbagi (share); (2) penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat meningkatkan kerja sama siswa dari skor kondisi awal 0,517 pada kategori

“cukup” mengalami peningkatan pada siklus I dengan skor 0,688 pada kategori

“tinggi”, dan mengalami peningkatan lagi di siklus II dengan skor 0,911 pada kategori “sangat tinggi”; (3) penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari nilai kondisi awal rata-rata 63,65 dengan persentase 37,93% siswa tuntas dan 62,07% siswa tidak tuntas meningkat menjadi 72,38 pada siklus I, dan pada siklus II meningkat menjadi 82,94.

Kata kunci: kerja sama, hasil belajar, model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS).

(5)

ix ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF COOPERATION AND LEARNING OUTCOMES USING THE THINK PAIR SHARE (TPS) TYPE COOPERATIVE LEARNING MODEL ON THE MAIN MATERIAL OF VARIOUS STYLES IN

SUBTHEME 1 FOR CLASS IVB STUDENTS KANISIUS SOROWAJAN.

A.Y. Deviana Kurnia Christmiranti Sanata Dharma University

2020

This research is motivated by the lack cooperation and learning outcomes in the subject matter of various styles in the subtheme 1 of Kanisius Sorowajan Elementary School class IVB. This study aims to: (1) describe offrots to improve cooperation and learning outcomes on the subject matter of various styles in subtheme 1 through the think pair share (TPS); (2) knowing the use of the cooperative learning model type think paie share (TPS) can improve the cooperation of IVB class students at Kanisius Sorowajan Elementary School; (3) knowing the use of cooperative learning models type think pair share (TPS) can improve learning outcomes of IVB class students on the subject matter of various style in subtheme 1 in Kanisius Sorowajan elementary School.

The research in Classroom Active Research (CAR). The subject of this study were IVB grade students of Kanisius Sorowajan Elementary School in the 2019/2020 academic year. The object of this stufy is increased collaboration and learning outcomes through the cooperative learning model type think pair share (TPS). Data collection technique used in this research is quantitative and qualitative data analysis.

The results showed: (1) offorts to increase collaboration and student learning outcomes through the cooperative learning model type think pair share (TPS) in the IVB class SD Kanisius Sorowajan in the academic year 2019/2020 have been carried out with the application of 3 steps as follows: think, pair, and share; (2) the use of think pair share (TPS) cooperative learning models can increase student participation from a score of 0.517 in the "enough" category to increase the increase in cycle I with a score of 0.688 in the "high" category, and increase again in the second cycle with a score of 0.911 in the "very high"

category; (3) the use of think pair share (TPS) type of cooperative learning model can improve student learning outcomes from an initial grade of 63.65 with a percentage of 37.93% of students completing and 62.07% of students unable to complete the increase to 72.38 at cycle I, and in cycle II it increased to 82.94.

Keywords: cooperation, learning outcomes, cooperative learning type think pair share (TPS).

(6)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMIRAN... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Definisi Operasional... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Kerja Sama ... 8

1. Definisi Kerja Sama ... 8

2. Indikator Kerja Sama ... 8

3. Manfaat ... 9

B. Hasil Belajar ... 10

(7)

xiii

1. Belajar ... 10

a. Definisi Belajar ... 10

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 10

2. Hasil Belajar ... 11

a. Definisi Hasil Belajar ... 11

b. Indikator Hasil belajar ... 12

c. Definisi Hasil Belajar Kognitif ... 15

d. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 17

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) ... 18

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

2. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)... 18

3. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ... 19

D. Materi Macam-macam Gaya dalam Mata Pelajaran IPA SD Kelas IV ... 20

1. Pengertian gaya dan Macam-macam Gaya ... 20

a. Gaya Otot ... 20

b. Gaya Listrik ... 21

c. Gaya Magnet ... 21

d. Gaya Gravitasi ... 22

E. Penelitian yang Relevan ... 22

F. Kerangka Berpikir ... 24

G. Hipotesis Tindakan... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Setting Penelitian ... 30

1. Tempat Penelitian... 30

2. Subjek Penelitian ... 30

3. Objek Penelitian ... 30

(8)

xiv

4. Waktu Penelitian ... 30

C. Persiapan ... 31

D. Rencana Setiap Siklus ... 32

1. Siklus I ... 32

2. Siklus II ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

1. Non Tes ... 39

a. Observasi ... 39

b. Kuesioner ... 39

2. Tes ... 39

F. Instrumen Penelitian... 40

1. Instrumen Non Tes ... 40

a. Lembar Obsevasi ... 40

b. Lembar Kuesioner ... 41

2. Tes ... 44

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 46

1. Validitas ... 46

a. Validitas Isi ... 46

b. Validitas Empiris ... 49

2. Reliabilitas... 51

H. Teknik Analisis Data ... 53

I. Indikator Keberhasilan ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Hasil Penelitian ... 56

1. Pra Siklus ... 56

a. Kerja Sama ... 56

b. Hasil Belajar ... 57

B. Deskripsi Pelaksanaan Setiap Siklus ... 58

1. Pelaksanaan Siklus I ... 58

2. Pelaksanaan Siklus II ... 61

C. Data Hasil Penelitian ... 64

(9)

xv

1. Siklus I ... 64

2. Siklus II ... 66

D. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ... 68

E. Pembahasan ... 73

BAB V PENUTUP ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Keterbatasan Penelitian ... 79

C. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN ... 84

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 227

(10)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Data Ranah Hasil Belajar menurut Bloom ... 13

Tabel 2.2 Taksonomi Bloom Ranah Kognitif Revisi Aderson menurut Tarlion ... 15

Tabel 2.3 Sintaks Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ... 19

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 31

Tabel 3.2 Pernyataan Instrumen Pengamatan Kerja Sama ... 40

Tabel 3.3 Pernyataan Instrumen Kuesioner Kerja Sama ... 41

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Kerja Sama ... 42

Tabel 3.5 Kuesioner Kerja Sama Siswa ... 43

Tabel 3.6 Pedoman Penskoran kuesioner Kerja Sama ... 44

Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 45

Tabel 3.8 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 45

Tabel 3.9 Kriteria Kelayakan Perangkat Pembelajaran menurut Masidjo (1995: 157)... 47

Tabel 3.10 Indikator Validitas RPP ... 47

Tabel 3.11 Indikator Validitas Lembar Observasi ... 48

Tabel 3.12 Indikator Validitas Lembar Kuesioner ... 48

Tabel 3.13 Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Penelitian ... 49

Tabel 3.14 Hasil Validitas Soal Evaluasi Siklus I... 50

Tabel 3.15 Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklus II ... 50

Tabel 3.16 Kualifikasi Reliabilitas menurut Sudijono (2011: 280) ... 51

Tabel 3.17 Tabel Rentan Skor Kerja Sama Siswa ... 53

Tabel 3.18 Pedoman Penskoran Kuesioner Kerja Sama ... 54

Tabel 3.19 Indikator Keberhasilan ... 55

Tabel 4.1 Data Kondisi Awal Kerja Sama Siswa ... 56

Tabel 4.2 Nilai IPA Tema 7 Subtema 1 Tahun 2018/2019 ... 57

Tabel 4.3 Data Kerja Sama Siswa Siklus I ... 64

Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Siklus I ... 65

(11)

xvii

Tabel 4.5 Data Kerja Sama Siswa Siklus I ... 66

Tabel 4.6 Data Hasil Belajar Siklus I ... 67

Tabel 4.7 Rekapitulasi Kerja Sama Siswa ... 68

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Belajar ... 70

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 72

Tabel 4.10 Rekapitulasi Kerja Sama Siswa ... 75

Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa ... 77

(12)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Literature Map Penelitian yang Relevan ... 24

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian ... 26

Gambar 3.1 Desan PTK menurut Kemmis & McTaggart ... 29

Gambar 3.2 Hasil Rekapitulasi Soal Evaluasi Siklus I ... 52

Gambar 3.3 Hasil Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus II ... 52

Gambar 3.4 Rumus Menghitung Skor Lembar Observasi ... 53

Gambar 3.5 Rumus Menghitung Skor Lembar Kuesioner... 54

Gambar 3.6 Rumus Menghitung Rata-rata Skor Kerja Sama Siswa ... 54

Gambar 3.7 Rumus Menghitung Soal Evaluasi ... 58

Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Kerja Sama ... 70

Gambar 4.2 Diagram Peningkatan Hasil Belajar ... 72

(13)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Surat Izin Penelitian ... 86

Lampiran II Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 88

Lampiran III Rencana Pelaksanaan Pembelajaram (RPP) ... 90

Lampiram IV Validitas Instrumen Penelitian oleh Dosen dan Guru ... 179

Lampiran V Perhitungan Tes Analisis Program (TAP) Hasil Validitas dan Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I dan II ... 183

Lampiran VI Instrumen Non Tes Observasi dan Kuesioner ... 191

Lampiran VII Instrumen Tes Soal Evaluasi Siklus I dan II ... 196

Lampiran VIII Kondisi Awal Kerja sama dan Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SD Kanisius Sorowajan ... 203

Lampiran IX Sampel Lembar Observasi, Kuesioner, dan Sampel Pekerjaan Siswa Siklus I dan II ... 209

Lampiran X Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ... 220

Lampiran XI Foto Kegiatan Penelitian ... 225

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan dari bangsa Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945 pada alenia ke empat adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini makna dari mencerdaskan kehidupan bangsa dapat dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan sangat penting untuk memperbaiki kualitas Sumber Daya Manusia yang sampai saat ini masih kurang. Tidak hanya pendidikan saja yang harus digali terus menerus tetapi pembentukan karakter juga harus ditanamkan sejak dini. Menurut Munib (dalam Riyadi, 2013:1) mendeskripsikan pendidikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Menurut US-based Partnertship fot 21st Century Skills (P21), mengidentifikasikan kompetensi yang diperlukan di abad-21 yaitu “The 4Cs”- (Critical Thinking, Communiaction, Collaboration, Creativity).

Dengan keterampilan 4C peserta didik diharapkan mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan serta membangun makna serta menghargai dan menyesuaikan diri dengan cara yang tepat. Pendidikan di Indonesia harus siap dibekali dengan 4C salah satunya adalah kolaborasi.

Kolaborasi bearti mampu menjalin kerja sama dengan pihak lain untuk meningkatkan sinergi. Berdasarkan Indonesian Skills Report (2010:37) menyatakan pula dengan tegas bahwa pada modul pekerja (the employee module) menunjukkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi dinilai menjadi keterampilan yang paling penting dan paling dibutuhkan dalam dunia kerja. Karena itu, perlu ditumbuhkan keterampilan kolaborasi sejak dini.

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini menurut Political and Economic Risk Consultant (PERC), pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi tersebut berada di bawah Vietnam.

Selain itu menurut UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan

(15)

2 Manusia, yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan yang menunjukkan bahwa Indeks Pengembangan Manusia semakin menurun. Di antara 137 Negara di Dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 pada 1996, ke-99 pada 1997, ke 105 pada 1998, dan ke-109 pada 1999.

Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia berpengaruh terhadap rendahnya nilai IPA di Sekolah Dasar (SD). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan yang terdiri dari sekumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori yang dibentuk melalui proses kreatif yang sistematis melalui inkuiri yang dilanjutkan dengan proses observasi secara terus-menerus (Candra, 2006:17). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dan di ajarkan di seluruh tingkat pendidikan termasuk sekolah dasar.

Kualitas pembelajaran IPA di Indonesia belum mencapai standar yang diinginkan. Berdasarkan hasil Trend in International Mathematics and Science Study tahun 2015 Indonesia berada pada ranking 45 dari 48 negara.

Secara umum siswa Indonesia lemah disemua aspek konten kognitif (Rahmawati, 2016:3)

Pada kenyataannya pendidikan di Indonesia masih memiliki permasalahan tentang rendahnya kerja sama dan hasil belajar dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat diketahui melalui pengamatan yang dilakukan terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran dan hasil wawancara guru. Saat melakukan pengamatan pada hari Selasa, 20 Agustus 2019 pukul 09.45 – 11.30 di kelas IVB SD Kanisius Sorowajan dengan guru dan jumlah siswa 26 siswa, saat proses pembelajaran dalam kelompok, peneliti masih menemui siswa yang masih individual dalam mengerjakan tugas kelompok. Hal ini terbukti dari hasil observasi didapatkan hasil kerja sama siswa diperoleh skor rata-rata 0,517 dengan kategori “cukup”. Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas IVB SD Kanisius Sorowajan tentang kerja sama siswa. Wali kelas IVB menjelaskan ketika dilaksanakan pembelajaran kelompok masih banyak siswa yang berjalan-jalan ke kelompok lain sehingga tidak fokus mengerjakan tugas di kelompoknya sendiri.

(16)

3 Sehingga hal tersebut menyebabkan kurangnya kerja sama antar siswa dalam mengerjakan tugas kelompok di kelas IVB.

Pada tanggal 21-24 Agustus 2019 peneliti melaksanakan observasi lagi, dalam proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah dan terkadang mengkelompokkan siswa kedalam kelompok kecil dalam proses pembelajaran. Hal itu dapat menyebabkan siswa bosan dan kurang paham mengenai materi yang diberikan. Saat wawancara dengan wali kelas IVB siswa kelas IVB di SD Kanisius Sorowajan untuk nilai IPA materi Macam-Macam Gaya masih banyak yang di bawah KKM. Rata-rata nilai siswa dalam materi Macam-macam Gaya yakni 63,65 dengan siswa yang tuntas KKM hanya 11 siswa dengan persentase 42,30% dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 15 siswa dengan persentase 57,6%. KKM di SD Kanisius Sorowajan pada mata pelajaran IPA yakni 75.

Berdasarkan kelemahan pembelajaran tersebut, menurut peneliti perlu adanya perbaikan dan inovasi dalam proses pembelajaran. Menurut Isjoni (2013: 14) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa dibagi di dalam kelompok kecil sesuai dengan tingkat kemampuannya. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk dapat memahami materi.

Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat menjadi salah satu alternatif untuk perbaikan dalam proses pembelajaran untuk mata pelajaran IPA materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Maka memungkinkan jika model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa khususnya hasil belajar kognitif.

Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif lainnya, yaitu siswa disediakan waktu untuk berpikir terlebih dahulu sehingga

(17)

4 memungkinkan siswa dapat saling berkontribusi dalam mengerjakan tugas secara berkelompok. Sehingga dalam bekerja dalam kelompok tidak ada siswa yang hanya diam saja menunggu teman yang lain mengerjakan tugas tersebut.

Berdasarkan fakta, peneliti dapat menyimpulkan bahwa rendahnya kerja sama dan hasil belajar siswa peneliti duga saat pembelajaran guru tidak menggunakan media dan model pembelajaran. Maka rendahnya kerja sama dan hasil belajar akan peneliti atasi dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). Model ini dipilih karena dapat menumbuhkan dan keikutsertaan siswa dengan memberikan kesempatan terbuka pada siswa untuk berbicara dan mengutarakan gagasannya sendiri. Peneliti memilih kelas IVB dengan materi Macam- Macam Gaya dengan alasan banyak siswa yang belum mampu memahami dan membedakan macam-macam gaya.

B. Identifikasi Masalah

Penelitian ini mengungkapkan beberapa masalah yang mendasari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Kerja sama siswa kelas IVB SD Kanisius Sorowajan tergolong cukup.

Dengan skor rata-rata kerja sama 0,517 dengan kategori “cukup”.

2. Hasil belajar siswa kelas IVB SD Kanisius Sorowajan pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1 tergolong rendah dengan skor rata-rata 63,35.

3. Guru tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif.

C. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan peneliti maka tidak semua masalah dibahas dalam penelitian ini. Hasil belajar dalam penelitian ini dibatasi pada (1) hasil belajar kognitif. (2) Indikator untuk mengukur kerja sama dibatasi pada indikator yang digunakan peneliti pada penelitian ini, yakni saling berkontribusi, menghargai pendapat orang lain dalam satu kelompok, mengerahkan kemampuan semaksimal mungkin, bertanggungjawab

(18)

5 menyelesaikan setia persoalan, dan terbuka terhadap kritik dan saran antar anggota kelompok.

D. Rumusan Masalah

Latar belakang masalah dan batasan masalah yang dikemukakan melandasi rumusan masalah dalam penelitian ini. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya peningkatan kerja sama dan hasil belajar siswa kelas IVB pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1 melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) di kelas IVB SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran 2019/2020?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat meningkatkan kerja sama siswa kelas IVB pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1 di SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran 2019/2020?

3. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1 di SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran 2019/2020?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

1. Mendeskripsikan upaya peningkatan kerja sama dan hasil belajar siswa kelas IVB pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1 melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat di kelas IVB SD Kanisius Sorowajan.

2. Meningkatkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan kerja sama siswa kelas IVB pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1 di SD Kanisius Sorowajan.

3. Meningkatkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1 di SD Kanisius Sorowajan.

(19)

6 F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dihadapkan dapat memberikan manfaat yang bermakna bagi :

1. Siswa

Dengan adanya penggunaan model pembelajaran kooperatif akan memberikan pembelajaran yang bermakna khususnya pelajaran IPA pada materi pokok macam-macam gaya dalam subtema 1 serta kerja sama dalam kelas.

2. Guru

Penggunaan model pembelajaran kooperatif dapat menjadi referensi untuk guru dan juga dapat digunakan sebagai panduan dalam pembelajaran mengenai cara mengajar yang kreatif dan inovatif dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share untuk meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa.

3. Sekolah

Sekolah dapat memperoleh wawasan baru mengenai pembelajaran inovatif khususnya model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) untuk dapat meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa

4. Peneliti

Mendapatkan pengalaman baru tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Dengan penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pelajaran bagi peneliti untuk memanfaatkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada mata pelajaran IPA materi pokok macam-macam gaya di subtema 1.

G. Definisi Operasional

Untuk memberikan gambaran tentang permasalahan yang akan diteliti, diperlukan batasan pengertian guna menjelaskan dan membatasi makna terhadap istilah-istilah yang terkait dengan penelitian ini. Berikut ini merupakan istilah yang terdapat pada penelitian ini, diantaranya:

1. Kerja sama adalah keinginan untuk mencapai kesuksesan secara bersama- sama atau berkelompok.

(20)

7 2. Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa yang dinyatakan dalam

bentuk skor / nilai.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah suatu model dimana siswa secara berpasangan menyelesaikan tugas melalui 3 tahap yakni: (1) berpikir; (2) berpasangan; dan (3) berbagi.

(21)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada Bab II, peneliti membahas empat topik, yaitu kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Peneliti membahas keempat topik tersebut secara berurutan.

A. Kerja Sama

1. Definisi Kerja Sama

Menurut Riyanto & Martinus (2008:119) kerja sama sebagai kelompok atau kerja tim merupakan salah satu cara untuk membuat sukses suatu pekerjaan. Sedangkan menurut Nurhidayati (dalam Purnomo, 2015: 9) mendefinisikan kerja sama merupakan keinginan untuk bekerjasama dengan orang lain secara kooperatif dan menjadi bagian dari kelompok. Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan para ahli diatas, peneliti menyimpulkan kerja sama adalah keinginan untuk mencapai kesuksesan secara bersama-sama atau berkelompok.

2. Indikator Kerja Sama

Menurut Johnson & F. Johnson (dalam Huda 2015:55) mengemukakan indikator untuk mengukur kerja sama yakni sebagai berikut:

a. Saling mengerti dan percaya satu sama lain.

b. Berkomunikasi dengan jelas dan tidak ambigu.

c. Saling menerima dan mendukung satu sama lain.

d. Mendamaikan setiap perdebatan yang sekiranya melahirkan konflik.

Sedangkan indikator kerja sama menurut West (dalam Herwanto 2016:15) yakni:

a. Tanggungjawab secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan b. Saling berkontribusi

c. Mengerahkan kemampuan secara maksimal sehingga dengan demikian hasil dari kerjsama semakin berkualitas.

(22)

9 Dari pendapat kedua ahli di atas, peneliti menyimpulkan indikator untuk mengukur kerja sama yang dipakai dalam penelitian ini adalah a. Saling berkontribusi

b. Menghargai pendapat orang lain dalam satu kelompok.

c. Mengerahkan kemampuan semaksimal mungkin.

d. Bertanggungjawab menyelesaikan setiap persoalan.

e. Terbuka dengan kritik dan saran antar anggota kelompok.

3. Manfaat Kerja Sama

Menurut Riyanto & Martinus (2008: 109) mengemukakan bahwa terdapat beberapa manfaat bekerjasama dalam kelompok antara lain:

1) Dalam keadaan normal, tingkat produktivitas kelompok akan lebih tinggi daripada produktivitas perorangan.

2) Hidup berkelompok meningkatkan kualitas hidup individu karena orang cenderung tidak mau kalah dengan orang lain.

3) Dalam kelompok proses sosialisasi dipercepat. Orang yang hidup sendiri tidak membutuhkan proses sosialiasi dengan orang lain. Tetapi orang yang hidup dengan orang lain akan membutuhkan sosialisasi dan itu terjadi dalam kelompok.

4) Keputusan yang diambil oleh kelompok biasanya lebih tepat daripada diputuskan oleh seorang diri saja.

5) Dalam kelompok orang akan belajar memecahkan konflik dengan lebih efektif.

6) Kehidupan berkelompok mengembangkan kehidupan yang beradab.

Dalam hal ini kehadiran kelompok sebagai alat kontrol dalam bertindak.

Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa manfaat kerja sama yakni dapat meningkatkan produktivitas kelompok dan dapat menyelesaikan masalah secara efektif dan semaksimal mungkin.

(23)

10 B. Hasil Belajar

1. Belajar

a. Definisi Belajar

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang definisi belajar. Seringkali perumusan dan tafsirannya tersebut berbeda antara satu dengan yang lain.

Pengertian belajar menurut Gagne (dalam Susanto, 2013: 1) yakni suatu proses dimana seseorang dalam belajarnya akan bisa berubah perilakunya akibat dari pengalaman yang dilakukannya. Sedangkan pendapat yang dikemukakan oleh Hilgard (dalam Suyono, 2011:

12) mendefinisikan belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku akan muncul karena adanya respon terhadap situasi. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa melalui belajar akan dapat mengubah perilakunya dimana perilaku tersebut akan muncul karena adanya respon terhadap situasi tertentu.

Sedikit berbeda dengan yang dikemukakan Woolfolk dan Nicolish (dalam Hosnan, 2014: 3) berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang ada dalam diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman. Sedikit berbeda dengan yang dikemukakan oleh Trianto (2009: 16) bahwa belajar diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya sejak lahir. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka peneliti menyimpulkan belajar adalah suatu proses yang dapat mengubah perilaku seseorang dimana perilaku tersebut muncul melalui pengalaman.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Baharuddin & Esa (2015: 23-34) faktor yang saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar yakni:

(24)

11 1) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.

Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.

a) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.

b) Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar.

2) Faktor eksternal

Menurut Syah (dalam Baharuddin & Esa, 2015: 32- 34) menjelaskan bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

Sedangkan menurut Djaali (2008:10) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut:

1) Motivasi.

2) Sikap.

3) Minat.

4) Kebiasaan.

5) Konsep diri.

Dari beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat 2 faktor yang mepengaruhi belajar yakni faktor dari luar, faktor dari dalam dan faktor pendekatan belajar.

2. Hasil Belajar

a. Definisi Hasil Belajar

Susanto (2013: 5) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak setelah anak

(25)

12 melewati proses pembelajaran. Sedangkan menurut Brahim (dalam Susanto, 2013: 5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran dan skor nilai dari mempelajari materi tersebut. Keberhasilan tersebut dapat diperoleh setelah siswa mengikuti proses pembelajaran.

Asep Ediana (2018: 24) menyatakan hasil belajar yaitu capaian autentik kompetensi siswa diperoleh selama pembelajaran di kelas, baik sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa. Hasil belajar dalam penelitian ini dibatasi pada aspek kognitif saja yang kemudian diukur dengan menggunakan soal evaluasi selama dua siklus. Berdasarkan pengertian menurut tiga ahli, peneliti memilih pengertian hasil belajar menurut Brahim (dalam Susanto 2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran dan skor nilai dari mempelajari tersebut. Peneliti meringkasnya kembali menjadi hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa yang dinyatakan dalam bentuk skor / nilai.

b. Indikator Hasil Belajar

Widodo (2013: 3) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan hasil belajar yaitu siswa harus memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM), siswa mengalami peningkatan kompetensi personal/sosial sesuai dengan potensinya (kerja sama, toleransi, menyelesaikan konflik secara sehat, bertanggung jawab dan kepemimpinan), serta siswa mengalami peningkatan rasa percaya diri (kemampuan bertanya, menjawab dan tampil di depan kelas).

Indikator hasil belajar menurut Bloom (dalam Abdul Majid, 2014: 44-45) mengemukakan indikator hasil belajar kedalam tiga tujuan pendidikan yaitu kognitif (cognitive),

(26)

13 afektif (affective), dan psikomotorik (psychomotor). Peneliti mengkhususkan pada ranah kognitif saja. Pengembangan dari masing-masing ranah dapat kita lihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1 Data Ranah hasil belajar

Ranah Level Kecakapan Indikator kecakapan Kognitif Meningat/Pengetahuan

(knowledge)

Mengingat kembali Membaca

Menyebutkan

Melafalkan/melafazkan Menghafal

Menyusun daftar Menggarisbawahi Menjodohkan Memilih

Memberi definisi menyatakan Pemahaman

(comprehension)

Menjelaskan Menceritakan Merangkum Menyimpulkan Mengklasifikasikan Menunjukkan Menguraikan Membedakan Menyadur Menerapkan

(application)

Mendemonstrasikan Menghitung Menghubungkan Melakukan Membuktikan Melakukan Menghasilkan memperagakan Menganalisis (analysis) Menguraikan

Memisahkan Menyeleksi Memilih

Membandingkan Mempertentangkan Menguraikan Membagi Menciptakan

(synthesis)

Menciptakan Mengabstraksi Mengkategorikan Mengkombinasi Mengarang Merancang Menyimpulkan

(27)

14 Mengevaluasi

(evaluation)

Menyimpulkan Mengkritik Menilai Mengevaluasi Afektif Menerima (receiving) Menanyakan

Memilih mengikuti Menjawab Melanjutkan memberi Merespon (responding) Melaksanakan

Membantu Menawarkan diri Menyambut Menolong

Menilai (valuing) Menyatakan pendapat Memilih

Membimbing Mengorganisasi

(organization)

Menyesuaikan Menyamakan Mengatur

Memperbandingkan Mempertahankan Memodifikasi Mengorganisasi Merangkai

Psikomotor Meniru Menyalin

Mengikuti Merepplikasi Mengulangi Mematuhi Membedakan

Menipulasi Membangun

Melakukan Melaksanakan Menerapkan

Presisi Menunjukkan

Melengkapi Menunjukkan Menyempurnakan

Artikulasi Mengembankan

Merumuskan Memodifikasi Memasang Membongkar Merangkai Naturalisasi Menciptakan

Membangun Membuat Mencipta

(28)

15 Menghasilkan karya

Peneliti menyimpulkan indikator berdasarkan kedua ahli yakni menggunakan taksonomi bloom dalam ranah kognitif dan siswa dapat memenuhi nilai di atas KKM. Dengan menggunakan indikator tersebut, peneliti percaya bahwa indikator tersebut merupakan indikator yang cocok digunakan untuk menunjang hasil belajar siswa.

c. Definisi Hasil Belajar Kognitif

Penelitian ini dibatasi hasil belajar pada aspek kognitif saja. Menurut Kunandar (2014: 62) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa baik kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Kemampuan tersebut dapat diperoleh setelah siswa mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan menurut Bloom (dalam Sudjana 2004: 59-60) mengemukakan pemahaman kognitif diartikan kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang telah dipelajari.

Tahun 1990-an Anderson mantan murid Bloom merevisi taksonomi Bloom dalam ranah kognitif menurut Tarlion (dalam Supratiknya, 2012:7), berikut taksonomi bloom ranah kognitif:

Tabel 2.2 Taksonomi Bloom Ranah Kognitif Revisi Anderson Taksonomi Bloom Ranah Kognitif

Mengingat (remembering)

Mengingat kembali data atau informasi.

Kata kunci: membuat daftar, mendeskripsikan, menabulasikan, menggunakan, menggunakan secara semestinya, mendefinisikan, mengidentifikasikan, mengetahui, menemukan kesamaan, membuat kerangka, mengingat kembali, mereproduksi, memilih, menyatakan, mengenali, melacak, menamai, menemukan.

Memahami (understanding)

Menjelaskan aneka gagasan atau konsep.

Memahami makna, terjemahan, perluasan atau penjabaran, dan penafsiran dari aneka

(29)

16 perintah atau masalah, merumuskan dengan kata sendiri.

Kata kunci: menginterpretasikan, memberikan contoh, memberikan ringkasan, memparafrasekan atau menjelaskan dengan kata-kata sendiri, mengklarifikasikan, menjelaskan, menginferensikan atau menyimpulkan, membandingkan membuat estimasi atau perkiraan, membuat generalisasi, memberikan contoh, memprediksi, menerjemahkan, membedakan, dan menguraikan lebih lanjut.

Menerapkan (applying)

Menggunakan informasi dalam situasi lain dalam kehidupan sehari-hari. Menerapkan hasil belajar di kelas dalam situasi baru diluar kelas.

Kata kunci: menerapkan, melaksanakan, menggunakan, mengeksekusi, menghitung, menyusun, mendemonstrasikan dan mempredisikan.

Menganalisis (analyzing)

Menguraikan informasi ke dalam bagian- bagian atau unsure-unsur untuk menjajaki atau menemukan pemahaman dan hubungan- hubungan, memilah materi atau konsep ke dalam bagian-bagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami dan membedakan antara fakta dan pendapat.

Kata kunci: membandingkan, mengorganisasikan atau menata, mendekontruksi, menginterogasi, menemukan, menemukan perbedaan, mengantribusikan atau menemukan penyebab atau kaitan antara dua hal, menganalisis, mengurai, membandingkan, dan menjelaskan dengan diagram.

Mengevaluasi (evaluating)

Memberikan pembenaran terhadap sebuah keputusan atau rangkaian tindakan tertentu, membuat penilaian tentang nilai dari gagasan atau benda.

Kata kunci: menguji, menghipotesiskan, memberikan kritik, bereksperimensi, memberikan penilaian, memberikan apresiasi, membandingkan, menarik kesimpulan, mempertahankan atau memberikan argumentasi, mendeskripsikan, memilah, mengevaluasi, menjelaskan, menafsirkan, memberikan pembenaran, mengaitkan dan memberikan ringkasan.

Menciptakan (creating)

Membuat aneka gagasan, produk, atau cara melihat persoalan yang baru.

(30)

17 Kata kunci: merancang, mengkontrukdi, merencanakan, memproduksi, dan membuat penemuan baru.

d. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Untuk mencapai hasil belajar yang baik tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Menurut Walisman (dalam Susanto, 2013:12), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua bagian, yaitu internal dan eksternal.

1) Faktor internal

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi kemampuan belajarnya, meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi, sikap, kondisi fisik dan kesehatan.

2) Faktor eksternal

Faktor-faktor yang berasal dari luar diri atau eksternal siswa yang bersangkutan yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor-faktor tersebut, yaitu keluarga, sekolah dan lingkunga masyarakat.

Gestalt (dalam Susanto, 2013:12) menjelaskan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu siswa dan lingkungan. Siswa artinya hasil belajar itu dipengaruhi oleh kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiap siswa baik jasmani maupun rohani.

Sedangkan lingkungan artinya bahwa hasil belajar itu dipengaruhi oleh sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber belajar keluarga, dan lingkungan.

Berdasarkan pendapat ahli diatas, faktor yang mempengaruhi hasil belajar yakni faktor internal dan faktor eksternal. Dimana faktor internal berasal dari diri siswa sendiri sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan maupun

(31)

18 non lingkungan. Faktor yang terkait dengan penelitian ini yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dalam penelitian ini yakni hasil belajar siswa sendiri sedangkan faktor eksternal dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif think pair share (TPS).

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) 1. Pengertian model pembelajaran kooperatif

Menurut Johnson (dalam Isjoni, 2013: 23) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok. Menurut Abidin (2014: 241) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur.

Menurut Thompson (dalam Subekti 2009: 12) pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial dalam pembelajaran sains. Siswa dalam proses pembelajaran kooperatif akan dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang untuk saling bekerjasama menyelesaikan tugas. Dari pengertian dari beberapa ahli diatas, peneliti menyimpulkan pembelajaran kooperatif adalah suatu model mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok kecil untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Pengertian Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa secara berpasangan untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik melalui tiga tahap, yakni : think (berpikir), pair (berpasangan), share (berbagi). Sedangkan menurut Arends think-pair-share atau berpikir-berpasangan-berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa (Trianto, 2009: 81). Salah satu

(32)

19 keutamaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share yaitu dapat menumbuhkan dan keikutsertaan siswa dengan memberikan kesempatan terbuka pada siswa untuk berbicara dan mengutarakan gagasannya sendiri dan memotivasi siswa untuk terlibat percakapan antar siswa dalam kelas (Marlina, 2014:87). Menurut para ahli diatas peneliti penyimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share adalah suatu model dimana siswa secara berpasangan menyelesaikan tugas melalui 3 tahap yakni berpikir-berpasangan- berbagi.

3. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Sintaks model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) menurut Ibrahim (2005: 78) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Sintaks pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS)

Tahap Aktivitas Guru

Tahap 1 :

Menyiapkan tujuan dan motivasi siswa.

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan motivasi siswa belajar.

Tahap 2 :

Think (berpikir individu)

Guru memberikan umpan siswa dengan pertanyaan dan membimbing mereka untuk berpikir secara mandiri.

Tahap 3 :

Pair (berpasangan)

Guru membentuk kelompok belajar dengan memasangkan siswa dengan yang lain serta membimbing mereka untuk berdiskusi.

Tahap 4 :

Share (berbagi/presentasi)

Guru membimbing kelompok belajar yang berpasangan untuk presentasi di depan kelas.

Tahap 5 : Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari.

Tahap 6 :

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

(33)

20 Sedangkan menurut Trianto (2009: 127-128) tahap- tahapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share adalah:

1) Berpikir, guru mengajukan pertanyaan/permasalahan dan memberi kesempatan berpikir sebelum siswa menjawab permasalahan yang diajukan.

2) Berpasangan, guru meminta siswa berpasangan untuk menjawab permasalahan.

3) Berbagi, guru meminta siswa secara berpasangan menyampaikan jawaban permasalahan yang lain.

Berdasarkan pendapat ahli diatas, peneliti memilih tahap model pembelajaran kooperatif tipe think pair share menurut Trianto (2009: 127-128), yakni:

1) Berpikir, guru mengajukan pertanyaan/permasalahan dan memberikan kesempatan berpikir sebelum siswa menjawab permasalahan yang diajukan.

2) Berpasangan, guru meminta siswa berpasangan untuk menjawab permasalahan.

3) Berbagi, guru meminta siswa secara berpasangan menyampaikan jawaban permasalahan yang lain.

D. Materi Macam-macam Gaya dalam Mata pelajaran IPA SD Kelas IV 1. Pengertian gaya dan macam-macam gaya

Gaya adalah dorongan atau tarikan yang dapat menyebabkan benda bergerak atau berubah bentuk. Gaya mempunyai banyak jenis sesuai dengan sumber yang melakukan gaya. Macam-macam gaya antara lain: gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesek yang akan dibahas dibawah ini

a. Gaya Otot

Gaya otot adalah gaya yang dilakukan oleh otot-otot tubuh kita. Aktivitas bertukar buku merupakan salah satu contoh pemanfaatan gaya otot. Dengan memanfaatkan gaya otot, kita

(34)

21 dapat memindahkan benda-benda ringan dengan mudah. Gaya otot sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh kegiatan yang menggunakan gaya otot yakni:

1) Permainan tarik tambang.

2) Menggendong adik.

3) Mengambil botol.

4) Melempar bola.

b. Gaya Listrik

Gaya listrik dalah gaya yang dialami oleh obyek bermuatan yang berada dalam medan listrik. Gaya listrik terbagi menjadi dua, yakni listrik statis dan dinamis. Listrik statis adalah gaya yang dihasilkan oleh benda bermuatan listrik sehingga benda bermuatan listrik tersebut dapat menarik benda-benda yang ada di sekitarnya.

Contoh gaya listrik statis dalam kehidupan sehari-hari yaitu ketika kita menggosokkan penggaris plastik ke rambut kita kemudian mendekatkan penggaris plastik tersebut ke kertas yang telah disobek kecil-kecil maka sobekan kertas tersebut akan bergerak- gerak. Penggaris dapat menarik sobekan kertas tersebut karena adanya listrik statis. Sedangkan listrik dinamis adalah listrik yang dapat bergerak atau mengalir dalam rangkaian listrik. Arus listriknya merupakan aliran muatan listrik yang umumnya melewati kawat penghantar tiap satuan waktu. Contoh dari peristiwa listrik dinamis salah satunya jika kita memiliki mainan mobil-mobilan yang menggunakan batu baterai atau rangkaian lampu listrik.

c. Gaya Magnet

Gaya magnet adalah gaya yang diakibatkan oleh magnet.

Misalnya ketika kita mendekatkan magnet batang pada paku besi, paku besi tersebut akan tertarik dan menempel pada magnet batang.

Gaya magnet bersifat menarik benda-benda yang terbuat dari besi.

Referensi

Dokumen terkait

Kecepatan Pengadukan Terhadap Kemampuan Adsorpsi 23 Gambar 4.1 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 26 Gambar 4.2 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 27 Gambar 4.3

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Wahyu Purnama 2014 Universitas

Formulir BOS 04 (Tertanggal Hari Senin, 4 Januari 2016) Beserta Fotokopi buku rekening BOS satu lembar.. Demi lancarnya proses pencairan mohon hadir tepat waktu dan

Eksperimen Metode Asistensi Untuk Meningkatkan Kualitas Gambar Mata Diklat Mengatur Tata Letak Gambar Manual Dan Layout Di Smk Negeri 6 Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst) terhadap pemberian media penahan air yaitu spons. Penelitian ini menggunakan

Dengan keamanan data tersebut, maka dalam pembuatan laporan rekapitulasi gaji guru, pengontrolan dan keakuratan data akan lebih terjamin, sehingga gaji akan diterima oleh guru

Biyantu, (2007) MANAJEMEN PEMBELAJARAN (Studi tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Iklim Kerja Guru, Penghasilan Guru dan Mutu pembelajaran terhadap Kinerja