• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Kreativitas Mendesain Busana

Kreativitas adalah Hasil interaksi antara individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah ada atau dikenalsebelumnya, yaitu semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan masyarakat (Munandar 2009:12). Ada dua cara dalam menggunakan istilah kreativitas. Pertama, kreativitas yang mengacu pada jenis tertentu berpikir atau fungsi mental, jenis ini sering disebut berpikir devergen. Kedua, kreativitas dipandang sebagai pembuatan produk-produk yang di anggap kreatif sebagai karya seni, arsitektur, atau musik. Jadi kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sebuah karya dibidang tertentu untuk mengasilkan suatu produk-produk yang menarik dan dianggap sebagai nilai seni(Susanto, 2013:100).

Kreativitas dapat didefinisikan ke dalam empat jenis dimensi sebagai konsep kreativitas dengan pendekatan empat P (Four P‟s Creativity), yang meliputi dimensi person, process, press dan product dimana kreativitas dalam dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut dengan kreatif, kreativitas dalam dimensi process merupakan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif, kreativitas dalam dimensi press

merupakan kreativitas yang menekankan pada faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial

dan psikologis. Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. kreativitas dalam dimensi product adalah merupakan upaya kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif dan kreativitas yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas (Munandar, 2009:20).

Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. dapat berupa imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya rangkuman. Dan juga mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya (Hurlock, 2004:4).ada lima sifat yang menjadi ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif, yaitu kelancaran (fluency),keluwesan (flexibility), keaslian (originality), penguraian (elaboration), dan perumusan kembali (redefinition). Kelancaran adalah kemampuan untuk mencetuskan banyak gagasan. Keluwesan adalah kemampuan mengembangkan bermacam pemecahan atau pendekatan masalah. Keaslian adalah kemampuan mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli tidak klise. Penguraian adalah kemampuan menguraikan sesuatu secara terinci. Perumusan kembali adalah kemampuan meninjau suatu persoalan berdasarkan persprektif yanng berbeda dengan apa yang sudah diketahui banyak orang (Murniati, 2012: 11).

Selain itu Guilford(dalam Fadlillah & khorida, 2013:123) juga Mengemukan bahwa 5 faktor terpenting yang merupakan indikator dari kemampuan berfikir kreatif yaitu:

a. Kelancaran berfikir (fluency)adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.

b. Keluwesan (flexibility) adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahandan pendekatan terhadap masalah.

a. Keaslian(originality) adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli.

b. Penguraian (elaboration)adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu dengan rinci.

c. Perumusan kembali (redefinition) adalah kemampuan untuk meninjau suatu

persoalan berdasarkan pendapat yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui banyak orang.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dari hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya selain itu kreativitas juga merupakan kemampuan untuk menciptakan ide atau gagasan baru yang inovatif, dan berkreasi untuk memecahkan masalah atau mengatasi permasalahan secara spontanitas.

Sedangkandesain sendiri berasal dari Bahasa Inggris (design) yang berarti “rancangan, rencana atau reka rupa”. Dari kata design muncullah kata desain yang berarti mencipta, memikir atau merancang. Dilihat dari kata benda, “desain” dapat diartikan sebagai rancangan yang merupakan susunan dari garis, bentuk, ukuran, warna, tekstur dan value dari suatu benda yang dibuat berdasarkan prinsip-prinsip desain. Selanjutnya dilihat dari kata kerja, mendesain dapat diartikan sebagai proses perencanaan bentuk dengan tujuan supaya benda yang dirancang mempunyai fungsi atau berguna serta mempunyai nilai keindahan. (Karmila, 2010:2), selain itu kata desain juga seringkali disamakan dengan berbagai istilah, yaitu:

1. Kata benda : rekabentuk, rekarupa, tatarupa, perupaan, anggitan, rancangan, gagas rekayasa, perencanaan, karya kerajinan, kriya, kerangka, sketsa ide, gambar, busana, penggayaan, layout, ruang (interior), susunan rupa, tatabentuk, tatawarna, ukiran, motif, ornamen, grafis, dekorasi.

2. Kata Kerja : menata, mengkomposisi, merancang, merencana, menghias, menyusun, mencipta, berkreasi, menggambar, melukiskan, menyajikan karya, dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan merancang dalam arti luas.

Desain kemudian mengalami perubahan makna yang sangat signifikan, apabila dulu desain adalah gambar atau rancangan sebagai pemandu membuat benda yang diangan-angankan (imagined objects), sekarang yang disebut desain bukan hanya obyek, tetapi mengambil ungkapan Heskett „design is to design a

design to produce a design”(Heskett dalam Buchori,2006). Ada empat kata desain dalam ungkapan tersebut, dan bila diurai maka kata “desain” yang disebut paling awal merujuk desain sebagai disiplin “ilmu” yang berimplikasi pada epistemologi. Kata desain kedua merujuk pada kegiatan (action) yang berimplikasi pada proses mendesain dan metodologi, kata desain ketiga adalah produknya (benda atau objek) yang berimplikasi pada keputusan dan interpretasi nilai (values) oleh si pendesain; dan kata desain yang terahir merujuk pada munculnya suatu wacana akibat kehadiran obyek “baru” tersebut.

mendesain adalah suatu rancangan atau gambaran suatu objek atau benda yang dibuat berdasarkan susunan dari garis, bentuk, warna, dan tekstur (Widarwati, 2000: 2). Selain itu mendesain adalah suatu rancang gambar yang nantinya akan dilaksanakan dengan tujuan tertentu, yang berupa susunan garis, bentuk, warna dan tekstur (Widjiningsih, 1982: 1). sedangkan Arifah (2003) menyatakan bahwa mendesain merupakan rancangan sesuatu yang dapat diwujudkan pada benda nyata atau perilaku manusia yang dapat dirasakan, dilihat, didengar dan diraba.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan mendesain adalah rancangan yang disusun dari warna, bentuk, ukuran, tekstur dan garis menjadi satu kesatuan yang menarik antara bagian satu dengan bagian yang lain. Sedangkan dalam bidang busana, desain busana adalah rancangan busana yang disusun dari warna, bentuk, ukuran, tekstur dan garis yang disebut unsur-unsur desain, serta keselarasan, perbandingan, keseimbangan, pusat perhatian yang disebut prinsip desain dalam satu kesatuan yang menarik. Desain busana erat hubungannya dengan mode atau fashion.

Mendesain busana harus dapat menutupi kekurangan dan menonjolkan suatu keindahan.Suatu desain akan tercipta dengan baik apabila unsur-unsurnya

disusun atau dikomposisikan secara baik (Widarwati, 2000: 7). Adapun unsur desain adalah:

a. Garis

Garis merupakan unsur tertua yang digunakan untuk mengungkapkan emosi dan perasaan seseorang (Widarwati, 2000: 7-8). Sedangkan garis merupakan himpunan atau kumpulan titik-titik yang ditarik dari satu titik ke titik yang lain sesuai arah tujuan. Garis adalahhasil gerak satu titik ke titik yang lain sesuai dengan arah dan tujuan (Enny, 1998: 3).

1) Membatasi bentuk strukturnya, yang disebut siluet.

2) Membagi bentuk struktur menjadi bagian-bagian yang merupakan hiasan dan menentukan model pada pakaian.

3) Menentukan periode suatu busana

4) Memberi arah gerak dan pergerakan model untuk menutupi kekurangan pada bentuk tubuh.

b. Arah

Arah adalah wujud benda yang dapat dirasakan adanya arah tertentu dan mampu menggerakkan rasa (Atisah dan sumadi, 1991). Selain itu Arah desain busana dapat terlihat dari unsur garis desain busana tersebut, misalnya motif garis, hiasan payet yang dibentuk sesuai garis desain, garis hias busana, dan sebagainya.

c. Bentuk

Bentuk adalah suatu bidang yang terjadi apabila kita menarik suatu garis itu menghubungi sendiri permulaannya, dan apabila bidang itu tersususun dalam suatu ruang maka terjadilah bentuk dimensional. (Widjiningsih, 1982: 4) Menurut Arifah (2003) bentuk dibedakan menjadi lima, yaitu : 1) Bentuk segi empat dan segi panjang

2) Bentuk segitiga dan kerucut

3) Bentuk lingkaran dan setengah lingkaran 4) Bentuk yang mempunyai isi dan ruang 5) Bentuk sebagai hiasan.

Ukuran adalah unsur dalam disain busana yang menentukan keseimbangan dan kesatuan dalam disain busana. Untuk itu, apabila menginginkan tercapainya keseimbangan dalam busana diperlukan penerapan ukuran yang pas baik itu ukuran rok, blus, celana dan sebagainya. (Widjiningsih, 1982: 5). e. Nilai Gelap Terang/ Value

Nilai gelap terang adalah suatu sifat warna yang menunjukkan apakah warna mengandung hitam dan putih (Widarwati, 2000: 10). nilai gelap terang berhububungan dengan warna yaitu dari warna tergelap hingga warna.

f. Warna

Warna dapat digunakan untuk memperbaiki bentuk badan seseorang, karena warna dapat membuat suatu kelihatan menjadi kecil atau besar (Widarwati, 2000: 14)

g. Tekstur

Tekstur adalah sifat permukaan dari garis, bidang maupun bentuk. Dalam suatu desain busana, tekstur tidak boleh dilupakan karena merupakan salah satu penentu desain itu baikatau tidaknya bila diwujudkan dalam bentuk busana. Menurut Arifah (2003: 47) tekstur terdiri dari:

1) Tekstur kaku, tekstur yang kaku dapat menyembunyikan atau menutupi bentuk badan seseorang tetapi akan menampakkan seseorang terlihat gemuk.

2) Tekstur kasar dan halus, kain bertekstur kasar memberi tekanan kepada si pemakai kelihatan lebih gemuk. Sedangkan bahan yang halus tidak akan mempengaruhi kesan ukuran badan, asalkan tidak mengkilap.

3) Tekstur lemas, kain dengan tekstur yang lembut dan lemas akan memberi efek yang luwes, sesuai untuk model-model busana dengan kerut dan draperi.

4) Tekstur tembus pandang, kain yang tembus pandang kurang bisa menutupi bentuk badan yang dirasa kurang sempurna, misalnya terlalu gemuk atau terlalu kurus dan kelihatan langsing.

5) Tekstur mengkilap dan kusam, kain yang mempunyai tekstur mengkilap membuat si pemakai kelihatan lebih gemuk,sedangkan tekstur yang kusam dapat memberi kesan lebih kecil.

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa medesain busana adalah susunan dari garis, bentuk, warna dan tekstur dari suatu benda yang akan dibuat menjadi suatu rancangan atau gambaran dari benda tersebut untuk dapat menciptakan suatu busana. Sebuah desain busana harus dapat menutupi kekurangan dan menonjolkan suatu keindahan yang dapat membuat orang lain tertarik yang unsur-unsurnya disusun atau dikomposisikan secara baik dan hal tersebut tentunya membutuhkan sebuah kreativitas dari para peserta pelatihan dalam menciptakan sebuah desain busana yang indah agar diminati oleh orang lain. Begitu pula dengan desain-desain yang diterapkan di lembaga pelatihan menjahit, desain busana merupakan hal yang sangat penting untuk difahami, hal tersebut tentunya menjadi kebutuhan setiap peserta pelatihan, dengan bekal kreativitas yang memadai, seorang peserta kursus atau pelatihan menjahit, akan memberikan kemudahan para peserta pelatihan untuk diserap di dunia kerja, dengan modal kreativitas dalam mendesain busana yang telah diberikan selama mengikuti pelatihan, peserta pelatihan juga akan dengan mudah untuk mendirikan usaha mendiri.dengan demikian kreativitas desain busana akan menjadikan seseorang lebih kreatif untuk berkembang sehingga dapat menghasilkan sebuah karya baru dan dapat memberikan perubahan yang bertahap sehingga mampu memperbaiki karya-karya sebelumnya. Dan berdasarkan indikator kreativitas desain busana di atas maka akan di jelaskan lebih lanjut sebagai berikut.

2.2.1 Keaslian(originality)

Keaslian (originality) merupakan kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli, apabila ada gagasan atau hasil karya yang belum ada sebelumnya maka gagasan atau karya tersebut dapat dipandang sebagai sesuatu yang orisinal atau asli (Nashori dan Diana, 2002:43). Keaslian (originality) merupakan jenis kreativitas yang berkaitan

dengan membuat koneksi yang tidak biasa, gagasan-gagasan yang terasingkan, yang sebelumnya tidak saling terhubung (Beetlestone, 2012:4).

Ciri-ciri dari keaslian (orisionalitas)menurut Munandar (1999:89) adalah: a. Memberikan gagasan yang baru dalam menyelesaikan masalah atau

jawaban-jawaban lain dari yang sudah biasa dalam menjawab suatu pertanyaan.

b. Membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

Selain itu, Oktafiani (2015),juga menyebutkan ciri-ciri keaslian (originality)

diantaranya adalah mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan diri, mampu membuat kondisi yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kondisi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Kemampuan ini ditunjukkan dengan perilaku peserta pelatihan seperti:

a. Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terfikirkan oleh orang lain.

b. Mempertanyakan cara-cara lama dan berusaha memikirkan cara-cara baru. c. Memilih asimetris dalam mengambar dan membuat desain

d. Memilih cara berfikir yang lain dari pada yang lain. e. Mencari pendapat yang baru.

f. Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan mereka berusaha untuk menemukan penyelesaian yang baru terhadap masalah yang di alami

g. Lebih senang mensintesis dari pada menganalisis situasi.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Keaslian (originality)

merupakan kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau gagasan asli, apabila ada gagasan atau hasil karya yang belum ada sebelumnya maka gagasan atau karya tersebut dapat dipandang sebagai sesuatu yang orisinal. Keaslian (originality)juga bisa dikatakansuatu gagasan atau produk yang dihasilkan seseorang, dimana gagasan atau produk tersebut bukanlah hasil jiplakan dari karya orang lain, sehingga dapat dikatakan orisinal apabila karya tersebut benar-benar karyanya sendiri dan juga berbeda dengan karya-karya sebelumnya. demikian halnya dengan keaslian (originality) yang dimahsudkan dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan keaslian kreativitas mendesain

busana yang dihasilkan peserta pelatihan yang berbentuk karya atau busana yang dihasilkan peserta pelatihan itu sendiri bukan hasil menjiplak dari orang lain.

2.2.2 Penguraian (elaboration)

penguraian (elaboration) adalah kemampuan seseorang dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci secara detail dari suatu subjek, gagasan, atau situasi sehingga terlihat menjadi lebih menarik. Dalam kehidupan sehari-hari elaborasi dapat bersifat kognitif dapat diketahui ketika seseorang menjelaskan sesuatu pada orang lain menjadi lebih terinci, lebih mudah difahami dan lebih menarik (Nashori dan Diana, 2002:43). Selain itu, penguraian (elaboration) merupakan kemampuan menguraikan sebuah objek tertentu, atau dapat dikatakan bahwa elaborationmerupakan “jembatan” yang harus dilewati seseorang untuk mengkomunikasikan ide kreatifnya kepada masyarakat. Faktor inilah yang menentukan nilai dari ide apapun yang diberikan kepada orang lain di luar dirinya (Filsaime, 2008:21).

Ciri-ciri dari penguraian menurut Oktafiani (2015), adalah:

a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.

b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.

c. Mencoba atau menguji detail-detail untuk melihat arah yang akan ditempuh. d. Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan

yang kosong atau sederhana.

e. Menambah garis-garis atau mengkolaborasikan warna yang bagus agar pakaian terlihat menarik.

Selanjutnya Munandar (1999:90), menyebutkan ciri-ciri dari penguraian

(elaboration) antara lain:

a. Mampu memperkaya atau mengembangkan gagasan atau produk.

b. Menambah atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penguraian

atau produk sehingga lebih bervariasi. dengan kata lain dapat di simpulkan bahwa penguraian (elaboration) adalah kemampuan seseorang dalam menguraikan apa yang sudah didapatkan dalam mengikuti pelatihan. Dengan adanya penguraian

(elaboration) peserta akan akan dapat mengembangkan gagasan atau pendapatnya dengan sebaik-baiknya. penguraian (elaboration) merupakan hal yang sangat erat hubungannya dengan kreativitas mendesain busana. Karena seorang yang kreatif tentunya akan mudah untuk menguraikan kembali apa yang sebelumnya diperolehsaat mengikuti pelatihan. Seperti halnya dengan penguraian yang akan diteliti di sebuah lembaga pelatihan, penguraian yang dimahsudkan dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan diharapkan mampu untuk menguraikan materi yang telah dipelajari selama mengikuti pelatihan dan penguraian tersebut biasaanya dilakukan pada saat peserta pelatihan mengikuti uji kopetensi ketika kegiatan pelatihan akan berakhir, jika peserta pelatihan tersebut mampu untuk menguraikan apa yang telah dipelajari maka peserta pelatihan akan dengan mudah menghasilkan sebuah kreativitas dalam mendesain busana yang kreatif dan inovatif karena peserta pelatihan sudah menguasai matari yang telah dipelajari selama mengikuti kegiatan pelatihan.

2.2.3 Perumusan Kembali(redefinition)

Perumusan kembali(redefinition) merupakan kemampuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan melalui cara dan persepektif yang berbeda dengan yang sudah ada. Selain itu perumusan kembali juga harus mampu menentukan apakah suatu pertanyaan sudah benar, suatu tindakan sudah bijaksana, dan memutuskan segala sesuatu secara terbuka serta tidak hanya mencetuskan gagasan tertapi juga melaksanakannya (Susanto, 2011:117-118)sedangkan Guilford (dalam Nashori dan Diana, 2002:43) menyatakan bahwa Perumusan kembali (redefinition) yaitukemampuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan melalui cara dan persepektif yang berbeda dengan yang sudah ada.

Sedangkan secara lebih sistematis David Campbell (dalam Nashori dan Diana, 2002:52) menyatakan, bahwa tahapan-tahapan perumusan kembali dalam kreativitas meliputi :

a. Tahap persiapan, pada periode ini individu meletakan dasar pemikiran, menyatakan masalah dan mengumpulkan materi-materi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. individu juga mempelajari mengenai latar belakang masalah seluk-beluknya.

b. Tahap konsentrasi, perhatian dan pikiran individu terpusat pada hal-hal yang mereka kerjakan. Tahap konsentrasi merupakan waktu pemusatan, waktu untuk menimbang-nimbang, waktu menguji waktu awal untuk mencoba dan mengalami kegagalan.

c. Tahap inkubasi, Individu seolah-olah melepaskan diri untuk sementara dari masalah yang dihadapi atau tidak memikirkan secara sadar, tapi menyimpannya dalam alam pra sadar. Artinya individu mencari mencari kegiatan-kegiatan yang melepaskan diri dari kesibukan pikiran terhadap masalah yang dihadapi, namun untuk sementara waktu

d. Tahap penerangan, Hasil kreatif baru muncul pada periode ini, individu mengalami insight, ide untuk pemecahan masalah muncul secara tiba-tiba dan diikuti rasa senang.

e. Tahap pembuktian, Pada tahap pembuktian individu mengekspresikan ide-idenya dalam bentuk nyata. Dalam menentukan apakah penyelesaian masalah Nampak dalam fakta-fakta yang benar, individu mengevaluasi hasil penyelesaian masalah.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perumusan kembali

(redefinition) merupakan kemampuan seseorang dalam mengkaji permasalahan dengan persepektif yang berbeda. perumusan kembali juga merupakan salah satu cara peserta pelatihan untuk mengigat kembali materi yang telah disampaikan oleh tutor. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk membuka wawasan para peserta pelatihan agar mereka dapat mempraktekan secara langsung apa yang telah dipelajari, dan dapat menghasilkan sebuah kreativitas mendesain busana yang unik dan kreatif dan nantinya dapat dijadikan sebagai bekat di masa yang akan datang.

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreatifitas

Munandar Dalam Penelitiannya menunjukkan bahwa bukan hanya faktor-faktor non kognitif seperti sifat, sikap, minat dan temperamen yang turut menentukan produksi lintas kreatif.Selain itu latihan dan pengembangan aspek non-kognitif seperti sikap berani mencoba sesuatu yang baru, berani mengambil resiko, berusaha meningkatkan minat dan motivasi berkreasi, pandai memanfaatkan waktu luang serta kepercayaan diri dan harga diri akan sangat menentukan kreativitas (Munandar, 2009:52).

Faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya:

a. Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik), setiap individu pada dasarnya memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi,mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Rogers (dalam Munandar, 2012:50). Selain itu lebih lanjut Munandar (2009:122) menyatakan bahwa Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari atau terdapat pada diri individu yang bersangkutan. Faktor ini meliputi:

1) Keterbukaan locus of control yang internal

2) Kemampuan untuk bermain atau bereksplorasi dengan unsur-unsur,bentuk-bentuk, konsep-konsep, serta membentuk kombinasi-kombinasi baru berdasarkan hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

b. Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik), dorongan ini merupakan sebuah dorongan yang muncul dari kondisi atau keadaan lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi kreativitas individu, hal tersebut dapat berupa lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar tempat tinggal Roger (dalam Munandar 2009: 120). Selain itu lebih lanjut Munandar (2009:122) menyatakan, bahwa Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu yang bersangkutan. Faktor-faktor ini antara lain meliputi: 1) Keamanan dan kebebasan psikologis

2) Sarana atau fasilitas terhadap pandangan dan minat yang berbeda 3) Adanya penghargaan bagi orang yang kreatif

4) Adanya waktu bebas yang cukup dan kesempatan untuk menyendiri

5) Dorongan untuk melakukan berbagai eksperimen dan kegiatan-kegiatan kreatif

6) Dorongan untuk mengembangkan fantasi kognisi dan inisiatif serta penerimaan dan penghargaan terhadap individu.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendorong kreatifadalah sebuah dorongan yang bisa berupa dorongan internal yaitu maupun eksternal yang dapat mendorong seseorang untuk menjadi kreatif. hal tersebut juga sangat di butuhkan para peserta pelatihan yang ada dilembaga pendidikan tata busana floren jember, selain kreativitas yang dimilikinya mereka juga harus memiliki kemauan yang tinggi dalam menigikuti kursus tersebut dan selain itu para peserta pelatihan juga membutuhkan dorongan dari luar seperti keluarga, teman, pelatih, dll.

2.3 Hubungan Antara Pendekatan Learning By Doing Dengan Kreativitas

Dokumen terkait