• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP BAHASA MASYARAKAT INDONESIA TERHADAP BAHASA INDONESIA (SUATU TINJAUAN KEPUSTAKAAN)

KARYA EKO SULISTIANTO Budi Agung Sudarmanto

4. Hasil dan Pembahasan

4.2 Krisis Moral dan Ekonomi

4.2.2 Krisis Ekonomi

Krisis ekonomi adalah kemerosotan dalam kegiatan ekonomi yang dapat menimbulkan depresi, sebagai akibat konjungtor ekonomi bebas. Dalam kaitannya dengan analisis ini, krisis ekonomi yang dimaksudkan di sini bukanlah krisis ekonomi dalam artian global yang melibatkan banyak kepentingan, apalagi yang melibatkan hubungan antarbangsa negara atau antarorganisasi ekonomi dan keuangan lainnya. Krisis di dalam teks karya sastra yang sedang kita bicarakan ini terbatas pada keluarga Sumari dan mek-nya setelah proses perpisan mek Sumari dengan aba-nya. Krisis ekonomi ini tidak terjadi pada aba Sumari. Hal ini terjadi karena justru setelah perceraiannya dengan mek Sumari, usaha atau bisnis aba justru semakin maju dengan luar biasa. Perusahaannya maju pesat dan menjadikan pemasukannya semakin lancar. Padahal, setelah mengusir aba dari rumah –yang lebih memilih Sita untuk menjadi istrinya– perekonomian mek justru semakin terpuruk.

... Hari-hari setelah surat cerai terbit dilalui mek saya dalam balon kecil yang hampa udara.

88

Beberapa bulan kemudian, setelah bisnis kain songket dan kain tajung milik mek saya hancur-total akibat kios mek saya di Pasar 16 Ilir yang tidak diasuransikan itu terbakar, kami hanya mengandalkan uang tabungan mek saya. Kepada saya, mek saya mengatakan bahwa ia tidak mau merintis ama ini lagi bisnis itu dengan dalih orangorang tak lagi berminat memakai kain songket yang berbahan benang-emas, dan kain tajung yang berbahan benang-sutra itu, tetapi saya tahu bahwa mek mulai kehilangan semangat hidup. Mek saya kemudian juga menjual satu set bed-room Tiffany buatan Ligna yang dulu lama menjadi saksi tentang malam-malamnya bersama aba saya dengan dalih akan menggantinya dengan ranjang dengan ukiran dan motif khas-Palembang agar lebih cocok dengan suasana di dalam rumah limas ini, tetapi saya tahu bahwa sebenarnya selama ini mek saya tersiksa oleh kenangan tentang aba yang nyatanya tak bisa dihapusnya. (HBdRL: 42—43).

Krisis di ranah ekonomi ini juga yang menyebabkan Sumari terpaksa harus segera mendapatkan pekerjaan. Bila tidak, keadaan ekonomi dirinya dan mek-nya akan semakin semrawut. Bagaimana pun Sumari sebenarnya merindukan saat-saat berbahagia ketika masih bersama aba-nya dulu. Sumari tidak mengalami kesulitan dalam bidang ekonomi. Keuangan Sumari selalu tercukupi dengan baik. Untuk itu ia rajin berusaha untuk mencari pekerjaan yang bisa dipakai untuk mencukupi kebutuhan dirinya sendiri dan menopang kehidupan mek-nya.

Saya berpikir bahwa saya harus berusaha keras memperoleh pekerjaan; bukan agar saya dapat menikmati lagi kue brownies kopi jeruk seperti ketika saya masih mendapat uang saku yang lumayan besar dari aba saya dulu, bukan juga karena saya ingin mengganti kacamata-minus saya yang frame-nya mulai pudar dan ukuran lensanyasudah tidak cocok lagi, melainkan agar mek saya tidak perlu risau lagi tentang belanja-dapur sebelum akhirnya semangat hidupnya bangkit lagi dan memulai bisnis baru lagi (HBdRL: 43).

Namun apa daya, pekerjaan yang didambakannya tidak kunjung datang menghampiri. Telah berpuluh-puluh surat lamaran dikirimkan. Beberapa kali tanggapan dari surat lamaran itu berupa panggilan untuk melakukan wawancara dan beberapa tahapan lainnya sudah dijalaninya. Sayangnya, belum ada nasib yang berjodoh dengan Sumari.

Setelah berpuluh-puluh surat lamaran pekerjaan saya tak mendapat balasan, dan beberapa belas kali saya gagal dalam tes penerimaan pegawai baru pada tahap seleksi

89

awal, saya hampir bisa mewujudkan prinsip mek saya: hidup tetap berlanjut tanpa belas kasihan aba saya (HBdRL: 43).

Bisa jadi juga, permasalahan ekonomi inilah yang banyak mempengaruhi pikiran Sumari. Di dalam kegundahannya, disadari atau tidak, menjadikannya akhirnya Sumari terperangkap dalam pelukan Om Abu. Pergaulan mereka berdua yang saling membutuhkan menjadikan adanya ketidakwajaran di antara keduanya. Sumari ada permasalahan ekonomi dan psikis yang sedang di dalam tekanan, sementara Om Abu seolah mendapatkan dunia baru yang diidamkannya di seputaran usia pubertas keduanya. Maka terjadilah hubungan terlarang di antara dua makhluk berbeda latar belakang, kepetingan, jenis kelamin yang berakibat fatal bagi keduanya, terutama bagi Sumari. Kejadian ini menghancurleburkan harapan, impian, dan keinginan-keinginan mulia dari Sumari.

5. Simpulan

Karya sastra bisa menggambarkan situasi dan kondisi suatu masyarakat. Goldmann mengistilahkannya dengan homologi, untuk membedakannya dengan refleksi kehidupan sosial kemasyarakatan. Di antara beberapa sisi pandangan yang bisa diteropong di dalam cerita pendek berjudul “Hari-hari Berpaku di Rumah Limas” karya Eko Sulistianto ini adalah permasalahan krisis. Beberapa sudut pandangan telaah masih sangat terbuka untuk dilakukan pendalaman penelitian lebih lanjut.

Krisis yang terjadi di dalam cerita pendek tersebut, setidaknya berdasarkan kajian atau analisis yang sudah dilakukan di atas, menunjukkan adanya dua krisis besar yang ada. Kedua krisis adalah krisis moral dan krisis ekonomi. Krisis moral terjadi karena adanya unsur perselingkuhan dan perzinaan yang dilakukan oleh aba dan juga Sumari. Khusus teruntuk aba, dia terlibat perilaku yang lebih parah lagi. Aba juga terlibat meminum minuman keras, yang menyebabkan terjadinya perzinaan dengan Sita. Sedangkan Sumari di dalam kemelut krisis moralnya, Sumari tidak terlibat dalam permasalahan minum minuman keras.

Krisis ekonomi hanya terjadi pada mek dan Sumari setelah ditinggal oleh aba yang akhirnya menikahi selingkuhannya, yaitu Sita. Hanya mek dan Sumari yang mengalaminya karena setelah prahara tersebut justru perekonomian aba mengalami kemajuan yang luar biasa. Perusahaannya berkembang pesat dan menjadikannya

90

semakin kuat di bidang perekonomian. Sebaliknya, mek dan Sumari semakin terpuruk tatkala kios kain songketnya terkena musibah kebakaran.

Daftar Pustaka

Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Faruk. 2012. Pengantar Sosiologi Sastra: dari Strukturalisme Genetik sampai Post-modernisme. Edisi Revisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1988. Beberapa Gagasan dalam Bidang Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Lukman.

Primahendra, Reza. 2016. “Krisis Soial: Sebuah Pengantar” dalam Brief Note Edisi 24. Jakarta: Amerta Social Consulting & Resourcing.

Sulistianto, Eko. 2015. “Hari-hari Berpaku di Rumah Limas” dalam Mabul Kabung. Palembang: Komunitas Aura Suci Mageti.

Wellek, Rene dan Warren, Austin. 2014. Teori Kesusastraan. Diterjemahkan oleh Melani Budianta. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

91

HUMANISASI MELALUI PANTUN NASIHAT MASYARAKAT ENIM

Dokumen terkait