• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kriteria ekonomi

Dalam dokumen 5 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 45-50)

Kriteria teknis memiliki dua sub kriteria yaitu sub kriteria perubahan aktivitas ekonomi dan sub kriteria tingkat pendapatan masyarakat. Hasil analisis kedua sub kriteria tersebut disajikan pada Tabel 39. Berdasarkan Tabel 39, dapat diketahui bahwa nilai bobot prioritas antar kedua kriteria memiliki bobot yang sama yaitu 0,500 yang berarti bahwa untuk bobot seluruh kriteria ekonomi dinilai memiliki taraf kepentingan yang sama sehingga antara satu sub kriteria dengan sub kriteria yang lain tidak saling mendominasi.

112

Tabel 39 Hasil perhitungan prioritas kriteria teknis

No. Sub Kriteria Bobot

1. Perubahan aktivitas ekonomi 0,5000

2. Tingkat pendapatan masyarakat 0,5000

1) Sub kriteria perubahan aktivitas ekonomi

Hasil analisis sub kriteria perubahan aktivitas ekonomi disajikan pada Tabel 40. Kompensasi bidang ekonomi memiliki bobot yang paling tinggi dibandingkan yang lain. Sementara itu kompensasi bidang relokasi memiliki bobot yang paling rendah. Hal ini terkait dengan aktivitas ekonomi yang sebenarnya secara alamiah dapat dilakukan oleh masyarakat di Teluk Jakarta. Tabel 40 Bobot alternatif sub kriteria perubahan aktivitas ekonomi

No. Alternatif Bobot

1. Kompensasi bidang pendidikan (beasiswa)

0,284229 2. Kompensasi bidang kimpraswil (sarana prasarana)

0,188760 3. Kompensasi bidang ekonomi (sumber pendapatan)

0,374979 4. Kompensasi relokasi

0,152032 2) Sub kriteria tingkat pendapatan masyarakat

Hasil analisis sub kriteria tingkat pendapatan masyarakat disajikan pada Tabel 41. Kompensasi bidang relokasi memiliki bobot yang paling tinggi dibandingkan yang lain. Sementara itu, kompensasi bidang kimpraswil memiliki bobot yang palingg rendah dibandingkan yang lain.

Tabel 41 Bobot alternatif sub kriteria tingkat pendapatan masyarakat

No. Alternatif Bobot

1. Kompensasi bidang pendidikan (beasiswa)

0,219494 2. Kompensasi bidang kimpraswil (sarana prasarana)

0,187841 3. Kompensasi bidang ekonomi (sumber pendapatan)

0,286152 4. Kompensasi relokasi

0,306513

5.6.3 Analisis perbandingan menyeluruh

Hasil perbandingan menyeluruh menunjukkan bahwa kompensasi yang memiliki bobot tertinggi adalah bidang pendidikan melalui pemberian beasiswa

113 seperti disajikan pada Tabel 42. Hal ini dapat dilakukan kepada anak-anak nelayan yang masih berada alam usia sekolah. Hal ini harusnya diperhatikan oleh pemerintah DKI sehingga adanya Reklamasi akan memberikan manfaat yang lebih tinggi.

Tabel 42 Bobot prioritas alternatif kebijakan pemerintah untuk dampak reklamasi

No. Alternatif Bobot

1. Kompensasi bidang pendidikan (beasiswa)

0,475062 2. Kompensasi bidang kimpraswil (sarana prasarana)

0,167803 3. Kompensasi bidang ekonomi (sumber pendapatan)

0,279693 4. Kompensasi relokasi

0,077441 Kompensasi relokasi memiliki bobot yang paling rendah. Artinya pilihan untuk melakukan relokasi nelayan harus ditempatkan pada pilihan yang terakhir. Kebijakan ini akan menimbulkan konsekuensi logis terhadap besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Oleh karena itu sebaiknya tidak dilakukan relokasi nelayan di wilayah yang terkena dampak reklamasi.

Pemberian kompensasi di bidang ekonomi dapat dilakukan melalui pengembangan mata pencaharian alternatif untuk nelayan yang terdampak langsung dari kegiatan reklamasi. Melalui pengembangan dan introduksi sumber pendapatan baru diharapkan masyarakat nelayan akan tetap mampu mempertahankan kehidupan ekonomi keluarga seperi sedia kala.

Untuk dapat menentukan arah kebijakan dalam upaya meminimumkan dampak reklamasi, maka pemerintah sebagai pengendali kegiatan reklamasi harus mempertimbangkan berbagai faktor terkait dalam jangka panjang. Sa’ad et

al. (2010) mengemukanan bahwa untuk dapat menentukan arah kebijakan dan

perencanaan reklamsi yang ideal maka pemerintah harus memperhatikan perubahan kondisi biofisik, hidrologis dan kebijakan di masa mendatang terkait dengan tata ruang dan peruntukan wilayah reklamasi.

Untuk dapat melakukan implementasi dari hasil analisis AHP maka keterlibatan berbagai pihak mutlak diperlukan. Secara umum ada 3 komponen utama yang akan terlibat yaitu pemerintah, swasta pemegang konsesi dan masyarakat. Pemerintah dan swasta pemegang konsesi merupakan pihak yang harus bertanggungjawab terhadap dampak reklamasi yang mungkin terjadi di Teluk Jakarta sehingga sudah selayaknya melakukan langkah-langkah antisipatif meluasnya dampak yang ditimbulkan pada sektor perikanan.

114

Masyarakat sebagai pihak yang akan menerima manfaat sekaligus penerima dampak memiliki posisi tawar yang lemah. Meskipun demikian, aspirasi masyarakat terhadap pelaksaan reklamasi terutama yang berkaitan dengan upaya meminimumkan dampak patut diperhatikan. Pemerintah sebagai instansi pembuat kebijakan harus mampu menyusun aturan main pelaksanaan reklamasi sehingga masyarakat/nelayan terdampak dapat menerima program reklamasi dengan berbagai dampak yang akan ditimbulkan. Selain itu, dukungan masyarakat terhadap program reklamasi juga diharapkan akan mampu memberikan keamanan dan kenyamanan sehingga program reklamasi tidak hanya memberikan keuntungan bagi swasta pemegang konsesi namun juga mamberikan manfaat baik bagi masyarakat maupun lingkungan.

5.8 Rekomendasi Kebijakan

Reklamasi Teluk Jakarta dipilih sebagai alternatif terhadap pemenuhan kebutuhan lahan yang semakin tinggi. Perencanaan dan pelaksanaan yang baik diharapkan akan menghasilkan manfaat yang lebih besar. Tentunya semua pihak tidak mengharapkan adanya dampak negatif yang berlebihan dengan selesainya reklamasi seperti yang terjadi di Semarang. Reklamasi di Kota Semarang dituding telah menyebabkan penurunan tanah sehingga menyebabkan banjir di Kota Semarang sulit diatasi (Suwitri 2008).

Berdasarkan hasil analisis AHP maka diperoleh 4 alternatif kebijakan yang dapat dilakukan untuk meminimumkan dampak reklamasi terhadap aktivitas perikanan yang berlangsung di Teluk Jakarta. Urutan prioritas kebijakan yang dapat dilakukan adalah :

1) Kompensasi bidang pendidikan

Kompensasi bidang pendidikan sangat dibutuhkan oleh anak-anak usia sekolah, terutama bagi anak-anak dari keluarga nelayan (masyarakat pesisir). Jenis kompensasi ini dapat diwujudkan melalui pemberian beasiswa kepada masyarakat pesisir yang terdampak langsung dari kegiatan reklamasi. Kebijakan kompensasi ini akan lebih memberikan manfaat dibandingkan dengan kompensasi dalam bentuk uang tunai. 2) Kompensasi bidang kimpraswil (sarana dan prasarana)

Pembangunan atau pengadaan sarana dan prasarana kebutuhan primer dan sekunder sebagai wujud dari pelaksanaan reklamasi akan lebih

115 bermanfaat bagi masyarakat terdampak. Nelayan/masyarakat pesisir di Teluk Jakarta terutama yang memiliki tempat tinggal di sepanjang bantaran sungai atau pantai belum memiliki perumahan dan sarana air bersih serta MCK yang memadai. Melalui pelaksanaan kompensasi dalam pembangunan sarana dan prasarana diharapkan dapat memperbaiki kualitas hidup masyarakat.

3) Kompensasi bidang ekonomi

Pengembangan mata pencaharian alternatif sebagai salah satu kebijakan yang dapat dilakukan dalam upaya meminimumkan dampak reklamasi di Teluk Jakarta. Dampak terhadap hilangnya daerah penangkapan ikan serta penurunan sumberdaya ikan dapat diantisipasi melalui pengembangan mata pencaharian alternatif. Selain itu, pemberdaan perempuan nelayan juga dapat ditempuh untuk tetap mempertahan kehidupan ekonomi keluarga nelayan pasca reklamasi.

4) Kompensasi relokasi

Prioritas kebijakan yang menempati ranking terakhir adalah kompensasi relokasi nelayan yang terdampak langsung dari kegiatan reklamasi. Relokasi mejadi alternatif terakhir yang dapat dilakukan mengingat kompleksitas dampak yang akan ditimbulkan dari proses relokasi. Biaya sosial yang akan tinggi serta kerawanan konflik menjadi alasan penempatan akternatif ini pada ranking terendah. Meskipun demikian, hal ini menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan program reklamasi di Teluk Jakarta.

Pemerintah dan swasta pemegang konsesi sebagai aktor yang memiliki peran dan tanggungjwab terhadap pelaksanaan reklamasi harus melakukan langkah-langkah nyata untuk meminimumkan dampak yang mungkin terjadi baik pada sektor lingkungan maupun sosial. Pada aspek lingkungan dan sumberdaya ikan, pelaksanaan reklmasi harus dilakukan dengan memperhatikan hasil studi kelayakan dan analisis dampak lingkungan. Swasta pemegang konsesi bersama dengan pemerintah harus melakukan pengawasan yang terpadu sehingga dampak terhadap lingkungan dan sumberdaya ikan dapat diminimumkan.

Aspek sosial juga wajib menjadi perhatian karena dapat memicu konflik terhadap proyek reklamasi. Masyarakat yang terkenan dampak langsung dari

116

reklamasi harus diberikan kompensasi yang berimbang. Kompensasi tidak selamanya dalam bentuk uang tunai, namun dapat dilakukan kompensasi melalui penyediaan fasilitas pendidikan, sarana-prasarana atau pengembangan lapangan kerja baru. Hal ini diharapkan dapat meminimumkan konflik yang umumnya terjadi saat terjadi reklamasi. Nilai ganti rugi lahan yang tidak sesuai umumnya memicu konflik antara masyarakat dengan pemegang konsesi sehingga seminimal mungkin dihindari adanya relokasi masyarakat di wilayah reklamasi.

Untuk dapat menerapkan kebijakan penggantian insentif pada sektor perikanan maka diperlukan sebuah inventarisasi terhadap kagiatan perikanan terdampak reklamasi dari mulai tahap awal reklamasi, proses dan pasca reklamasi. Hal ini tentunya untuk menentukan besaran insentif yang tepat sehingga menghindarkan terjadinya konflik yang mungkin terjadi.

Dalam dokumen 5 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 45-50)

Dokumen terkait