• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jika ๐’™๐‘– merupakan suatu observasi dari ๐‘ ๐,๐šบ untuk ๐‘› โ‰ค ๐‘, maka ๐’™ dan ๐’ disebut cukup untuk ๐ dan ๐šบ. Jika diberikan ๐, ๐’™๐‘› ๐‘–โˆ’ ๐ ๐’™๐‘– โˆ’ ๐ โ€ฒ

๐‘–=1 sebagai syarat cukup

untuk ๐šบ. Sebaliknya, Jika diberikan ๐šบ, maka ๐’™ merupakan syarat cukup untuk ๐. Bukti:

Berdasarkan bentuk pemfaktoran fungsi densitas pada (2.16), densitas dari ๐’™1,๐’™2,โ€ฆ,๐’™๐‘

dapat difaktorkan sebagai:

๐‘› ๐’™๐‘– ๐,๐šบ ๐‘ ๐‘–=1 = 2๐œ‹ โˆ’12๐‘๐‘ ๐šบ โˆ’12๐‘ ๐‘’๐‘ฅ๐‘ โˆ’1 2๐‘ก๐‘Ÿ๐šบโˆ’1 ๐’™๐‘๐‘–=1 ๐‘– โˆ’ ๐ ๐’™๐‘– โˆ’ ๐ โ€ฒ = 2๐œ‹ โˆ’12๐‘๐‘ ๐šบ โˆ’12๐‘ ๐‘’๐‘ฅ๐‘ โˆ’1 2 ๐‘ ๐’™๐‘– โˆ’ ๐ โ€ฒ๐šบโˆ’1 ๐’™๐‘–โˆ’ ๐ + ๐‘ โˆ’1 ๐‘ก๐‘Ÿ๐šบโˆ’1๐’ (2.17) Pandang ruas kanan dari (2.17) dan kaitkan dengan bentuk dari (2.16) yang direpresentasikan oleh statistik ๐’™ ,๐’,๐ dan ๐šบ. Perhatikan bagian ๐‘” ๐‘ก;๐œƒ pada (2.16), statistik ๐šบ direpresentasikan oleh ๐’™๐‘๐‘–=1 ๐‘– โˆ’ ๐ ๐’™๐‘–โˆ’ ๐ โ€ฒ untuk setiap kasus

๐‘˜ ๐’™1,๐’™2,โ€ฆ,๐’™๐‘› = 1. Sementara itu, statistik ๐’™ dan ๐ direpresentasikan oleh

๐‘˜ ๐’™1,๐’™2,โ€ฆ,๐’™๐‘› = ๐‘’๐‘ฅ๐‘ โˆ’12 ๐‘ โˆ’1 ๐‘ก๐‘Ÿ๐šบโˆ’1๐’ .

Dalam hal ini, jika ๐€= ๐’™ โˆ’ ๐’™ ๐’™ โˆ’ ๐’™ ๐‘› โ€ฒ

๐‘–=1 dengan ๐’=๐‘›1๐€ sebagai parameter dan hasil estimasi untuk observasi ke ๐‘› masing-masing bersifat tak bias terhadap

๐ dan ๐šบ, maka yang dibutuhkan hanya ๐’™ dan ๐€ sebagai fungsi sampel atas ๐’™ ,๐’

sedemikian hingga memenuhi sifat kecukupan untuk ๐ dan ๐šบ (pada keluarga distribusi normal multivariat, untuk ๐ โˆˆ โ„๐‘). Jadi, disimpulkan bahwa penentuan MLE dari ๐’™ ,๐’

sebagai statistik ๐ dan ๐šบ dapat memaksimalkan fungsi likelihood dari (2.17) dan dinyatakan kembali sebagai:

21

2๐œ‹ โˆ’๐‘›๐‘ 2๐‘‘๐‘’๐‘ก ๐šบ โˆ’๐‘› 2๐‘’๐‘ฅ๐‘ ๐‘ก๐‘Ÿ โˆ’1

2๐šบโˆ’1 ๐€+๐‘› ๐’™ โˆ’ ๐ ๐’™ โˆ’ ๐ โ€ฒ . (2.18) Justifikasi terkait bukti dari (2.18) terhadap penaksir parameter ini diuraikan melalui Teorema 1 pada Lampiran A2. Lebih dari itu, dibawah asumsi yang lebih umum, jika S

sebagai matriks kovarians sampel yang dibentuk dari n vektor acak ๐’™๐‘– yang bersifat i.i.d atau non-i.i.d (tidak harus normal) berukuran ๐‘›ร—๐‘ dengan ๐‘› >๐‘, maka S bersifat positif definit dengan peluang satu. Sifat ini berlaku jika dan hanya jika ๐‘ƒ ๐’™๐‘– โˆˆ ๐น๐‘  = 0,

โˆ€๐‘  โˆ’flat padaโ„๐‘ dengan 0โ‰ค ๐‘  โ‰ค ๐‘ sebagai syarat dalam proses penormalan. Proses

ini merupakan suatu proses translasi ๐น๐‘  = ๐’™๐‘– +๐น๐‘  0 dari ๐’™๐‘– yang terletak pada suatu sub ruang linier berdimensi s atau sub ruang s pada ๐น๐‘  0 diโ„๐‘ (Muirhead, 2005).

Salah satu sifat penting terkait distribusi Wishart adalah jika S ternyata bersifat bias terhadap ๐šบ, maka pertama-tama harus diperiksa sifat-sifat positif definit dari ๐šบ. Melalui Teorema 2.2 berikut, akan ditunjukkan ๐šบ> 0 dan syarat alternatifnya dari suatu vektor acak, serta konsekuensinya terkait dimensi (rank) pada fungsi likelihoodnya.

Teorema 2.2 Syarat Positif Definit Suatu Matriks ๐€(Muirhead, 2005)

Matriks A bersifat positif definit dengan peluang satu jika dan hanya jika ๐‘› โ‰ฅ ๐‘. Bukti:

Misal, ๐€=๐™โ€ฒ๐™ dengan ๐™ sebagai matriks berukuran ๐‘›ร—๐‘ dan ๐™~๐‘ ๐ŸŽ,๐ˆ๐‘› โŠ— ๐šบ . Karena ๐™โ€ฒ๐™ bersifat non-negatif definit (Definisi 3.1.3, Muirhead, 2005), sehingga cukup ditunjukkan bahwa dengan peluang satu, ๐™โ€ฒ๐™ adalah non-singular jika dan hanya jika

๐‘› โ‰ฅ ๐‘.

Pertama, untuk kasus ๐‘› =๐‘, vektor-vektor kolom ๐’›1,โ€ฆ,๐’›๐‘ pada ๐™โ€ฒ merupakan vektor-vektor acak yang berdistribusi bebas ๐‘๐‘ ๐ŸŽ,๐šบ dan dapat dinyatakan sebagai๐‘ƒ ๐’›1,โ€ฆ,๐’›๐‘

yang bersifat tak bebas secara linier.

๐‘ƒ ๐’›1,โ€ฆ,๐’›๐‘ โ‰ค ๐‘ƒ ๐’›๐‘–๐‘=1 ๐‘– sebagai suatu kombinasi linier dari๐’›1,โ€ฆ,๐’›๐‘–โˆ’1,๐’›๐‘–+1,โ€ฆ,๐’›๐‘ ,

=๐‘๐‘ƒ ๐’›1sebagai suatu kombinasi linier dari๐’›2,โ€ฆ,๐’›๐‘ ,

=๐‘๐ธ ๐‘ƒ ๐’›1sebagai suatu kombinasi linier dari๐’›2,โ€ฆ,๐’›๐‘ ๐’›2,โ€ฆ,๐’›๐‘ ,

=๐‘๐ธ 0 = 0. (2.19)

Dalam hal ini, fakta bahwa ๐’›1 terletak dalam suatu ruang berdimensi kurang dari p dengan peluang nol karena ๐šบ > 0. Sehingga yang perlu ditunjukkan selanjutnya dalam kasus ๐‘› = ๐‘, rank dari Z adalah p (dengan peluang satu). Kedua, untuk kasus ๐‘›> ๐‘, rank dari Z adalah p (dengan peluang satu), karena penambahan baris pada Z tidak dapat

22

mengurangi rank dari Z, dan untuk kasus ๐‘› < ๐‘, ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘›๐‘˜ ๐™ < ๐‘. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Z memiliki ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘›๐‘˜=๐‘ (dengan peluang satu) jika dan hanya jika

๐‘› โ‰ฅ ๐‘ dan akibatnya ๐€=๐™๐™โ€ฒ memiliki ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘›๐‘˜=๐‘ (dengan peluang satu) jika dan hanya jika ๐‘› โ‰ฅ ๐‘. Jadi, ๐™โ€ฒ๐™ bersifat non-singular jika dan hanya jika ๐‘› โ‰ฅ ๐‘.

2.2.2 Analisis Matriks Generalized ๐€ (Horn dan Johnson, 1985)

Dalam merekonstruksi matriks generalized ๐€ yang juga mengambil bentuk kuadratis (matriks simetris) dari bentuk (2.10) yang diberikan juga melalui (2.6) dan (2.7). Proses rekonstruksi diawali melalui pengaitan dengan matriks normal dan dinyatakan dalam bentuk matrik partisi

๐€= ๐‘ โ‹ฎ ๐€๐‘– , (2.20)

dengan ๐€๐‘– โˆˆ ๐€ โˆˆ ๐Œ๐‘›,2 โ„œ dipandang sebagai matriks normal dan R sebagai matriks koefisien yang dipartisi sebagai berikut:

Pertama, bentuk R matriks koefisien dimana entri blok diagonal sebagai

๐‘=

๐– โ‹ฏ ๐– ๐ˆ๐‘šโˆ’ ๐– ๐‘— โ‰ ๐‘–

โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ

๐ŸŽ โ‹ฏ ๐– ๐ˆ๐‘š โˆ’ ๐– ๐‘—=1 , (2.21)

dengan ๐‘๐‘Ÿ1 = ๐–, ๐‘๐‘Ÿ2 =๐– ๐ˆ๐‘โˆ’ ๐– ,โ€ฆ,๐‘๐‘Ÿ๐‘š =๐– ๐ˆ๐‘ โˆ’ ๐– ๐‘— untuk ๐‘—= 0,1,2,โ€ฆ,๐‘š dan

๐‘š< ๐‘› . Kedua, bentuk blok matriks partisi ๐€๐‘– yang dipandang sebagai ๐€๐‘– = ๐€0:๐€๐‘˜ โ€ฒ ๐€๐‘– โˆˆ ๐Œ๐‘›,2 โ„œ untuk ๐‘–= 0,1,2,โ€ฆ,๐‘˜ dan ๐‘˜ <๐‘š <๐‘› sehingga dapat dibentuk suatu matriks partisi yang terdiri atas entri matriks blok diagonal pada suatu matriks segitiga atas ๐€ sebagai berikut,

๐€= ๐‘ โ‹ฎ ๐€0 โ‹ฏ โ‹ฎ โ‹ฏ ๐ŸŽ โ‹ฎ ๐€๐‘˜ , (2.22) dengan ๐‘= ๐‘๐‘Ÿ1 โ‹ฏ ๐‘๐‘Ÿ๐‘—โ‰ ๐‘š โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ ๐ŸŽ โ‹ฏ ๐‘๐‘Ÿ๐‘š โˆˆ ๐Œ๐‘˜,1 โ„œ , (2.23) ๐€0 = A01 A02 โ‹ฏ A0๐‘˜ โˆˆ ๐Œ๐‘˜,2 โ„œ , (2.24) ๐€๐‘˜ = A11 A12 โ‹ฏ A1๐‘˜ 0 A22 โ‹ฏ โ‹ฑ A2โ‹ฎ๐‘˜ A๐‘˜๐‘˜ . (2.25)

23 Tulis, ๐€= ๐‘ โ‹ฎ A01 A02 โ‹ฏ A0๐‘˜ โ‹ฏ โ‹ฏ โ‹ฏ โ‹ฏ โ‹ฎ โ‹ฏ โ‹ฏ โ‹ฏ โ‹ฏ โ‹ฏ โ‹ฏ โ‹ฏ โ‹ฏ โ‹ฏ ๐ŸŽ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ A11 A12 โ‹ฏ A1๐‘˜ 0 A22 โ‹ฏ โ‹ฑ A2โ‹ฎ๐‘˜ A๐‘˜๐‘˜ โˆˆ ๐Œ๐‘› โ„œ , (2.26)

untuk 1โ‰ค ๐‘˜+๐‘š โ‰ค ๐‘›. Dalam hal ini, ๐€ merupakan suatu matriks partisi yang terdiri atas entri matriks blok diagonal pada segitiga atas, dengan R sebagai matriks blok diagonal pertama pada segitiga kiri atas. Selanjutnya, ๐€ dipandang sebagai suatu matriks dari klas matriks normal, yang dapat dikaitkan dengan Teorema 6 pada Timm (2002) dan Teorema 2.5.8 pada Horn dan Johnson (1985), dan dijelaskan sebagai berikut.

Misal ๐€ โˆˆ ๐Œ๐‘› โ„œ , A disebut matriks normal jika dan hanya jika terdapat suatu matriks orthogonal ๐ bernilai riil atau ๐ โˆˆ ๐Œ๐‘› โ„œ sedemikian hingga

๐โ€ฒ๐€๐ = ๐€1 ๐ŸŽ ๐€2 0 โ‹ฑ ๐€โ‹ฎ ๐‘˜ โˆˆ ๐Œ๐‘› โ„œ untuk 1โ‰ค ๐‘˜ โ‰ค ๐‘›, (2.27) dengan ๐€ yang juga memuat suatu matriks riil berukuran 1 ร— 1 atau 2 ร— 2 dan ditulis dalam bentuk

๐€๐‘— = ๐›ผ๐‘— ๐›ฝ๐‘—

โˆ’๐›ฝ๐‘— ๐›ผ๐‘— . (2.28)

Dalam hal ini, matriks ๐€ yang diberikan pada (2.26) disebut sebagai matriks normal dengan akar-akar laten ฮป๐‘Ÿ1 โ‰ฅ โ‹ฏ โ‰ฅ ฮป๐‘Ÿ๐‘–

๐‘ =

๐‘๐‘Ÿ๐‘–1 โ‹ฏ ๐‘๐‘Ÿ๐‘–๐‘š โ‰ ๐‘—๐‘š

โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ

๐ŸŽ โ‹ฏ ๐‘๐‘Ÿ๐‘–๐‘š โˆˆ ๐Œ๐‘š โ„œ ,

Sedangkan, ๐€01 ๐€02 โ‹ฏ ๐€0๐‘˜ โˆˆ ๐Œ๐‘š,2 โ„œ , dan ๐€๐‘–๐‘— โˆˆ ๐Œ2 โ„œ untuk ๐‘–,๐‘— = 1,2,โ€ฆ,๐‘˜

dan ๐‘— >๐‘–. Berdasarkan pengaitan ini, pertama akan ditunjukkan bahwa R adalah matriks diagonal dan ๐€๐‘–๐‘— = ๐ŸŽ untuk semua ๐‘— >๐‘–.

Pertama, entri dari blok matriks diagonal utama yang pertama dengan ukuran

๐‘ร—๐‘ disamakan ke bentuk identitas ๐€โ€ฒ๐€=๐€๐€โ€ฒ dan berkorespondensi dengan blok matriks R pada (2.21), dalam hal ini

๐‘โ€ฒ๐‘= ๐‘๐‘โ€ฒ +๐€01๐€โ€ฒ01 +โ‹ฏ+๐€0๐‘˜๐€โ€ฒ0๐‘˜, (2.29) Berdasarkan sifat matriks Hermitian yang diberikan pada Horn dan Johnson (1985), (2.29) dapat dinyatakan sebagai

24

๐‘ก๐‘Ÿ ๐‘โ€ฒ๐‘ =๐‘ก๐‘Ÿ ๐‘๐‘โ€ฒ , atau

๐‘ก๐‘Ÿ ๐‘โ€ฒ๐‘ =๐‘ก๐‘Ÿ ๐‘๐‘โ€ฒ +๐‘ก๐‘Ÿ ๐€01๐€โ€ฒ01 +โ‹ฏ+๐‘ก๐‘Ÿ ๐€0๐‘˜๐€โ€ฒ0๐‘˜ ,

Dari Lemma 2.5.7 pada Horn dan Johnson (1985), ditunjukkan bahwa ๐‘ก๐‘Ÿ ๐‘โ€ฒ๐‘ โ‰ฅ0, atau

0 =๐‘ก๐‘Ÿ ๐‘๐‘โ€ฒ +๐‘ก๐‘Ÿ ๐€01๐€โ€ฒ01 +โ‹ฏ+๐‘ก๐‘Ÿ ๐€0๐‘˜๐€โ€ฒ0๐‘˜ ,

Selanjutnya, dimisalkan ๐= ๐€โ€ฒ0๐‘—๐€0๐‘— = ๐€0๐‘—๐€โ€ฒ0๐‘— = 0 untuk ๐‘— = 1,โ€ฆ,๐‘˜ dimana entri diagonal utama ke-i dari ๐€0๐‘—๐€โ€ฒ0๐‘— sebagai kuadrat jumlahan dari elemen-elemen bernilai riil pada baris ke-i dari ๐€0๐‘—. Sehingga elemen-elemen tersebut bernilai nol, atau semua

๐€0๐‘— = 0,๐‘—= 1,2,โ€ฆ,๐‘˜ dan (2.27) direduksi ke bentuk ๐‘โ€ฒ๐‘=๐‘๐‘โ€ฒ.

Bukti yang diberikan pada Teorema 2.5.4 pada Horn dan Johnson (1985), ditunjukkan bahwa segitiga atas dari suatu matriks normal merupakan matriks diagonal terurut dengan ๐‘ =๐‘‘๐‘–๐‘Ž๐‘” ๐‘๐‘Ÿ1,โ€ฆ,๐‘๐‘Ÿ๐‘š . Dengan demikian diperoleh bahwa entri blok diagonal utama yang berukuran 2 ร— 2 juga dapat ditulis dalam bentuk identitas, atau

๐€โ€ฒ๐€= ๐€๐€โ€ฒ dan berkorespondensi dengan ๐€11 pada (2.26) dan semua ๐€0๐‘— = 0, ๐‘— = 1,2,โ€ฆ,๐‘˜. atau

๐€โ€ฒ11๐€11 = ๐€11๐€โ€ฒ11 +๐€12๐€12โ€ฒ +โ‹ฏ+๐€1๐‘˜๐€โ€ฒ1๐‘˜, (2.30) Tetapi, ๐‘ก๐‘Ÿ ๐€11โ€ฒ ๐€11 =๐‘ก๐‘Ÿ ๐€11๐€โ€ฒ11 , sehingga

๐‘ก๐‘Ÿ ๐€12๐€โ€ฒ12 +โ‹ฏ+๐‘ก๐‘Ÿ ๐€1๐‘˜๐€โ€ฒ1๐‘˜ = 0; ๐‘ก๐‘Ÿ ๐€1๐‘—๐€โ€ฒ1๐‘— โ‰ฅ0; ๐‘ก๐‘Ÿ ๐€1๐‘—๐€โ€ฒ1๐‘— = 0; ๐€1๐‘—๐€โ€ฒ1๐‘— = 0, dan ๐€1๐‘— = 0. Selanjutnya untuk ๐‘—= 2,3,โ€ฆ,๐‘˜ dapat memanfaatkan Lemma 2.5.7 pada Horn dan Johnson (1985) yang ditulis kembali sebagai Lemma 2.1 berikut ini.

Lemma 2.1

Jika ๐€ โˆˆM๐‘› sebagai matriks Hermitian dan ๐’™โˆ—๐‘จ๐’™ โ‰ฅ 0 โˆ€๐’™ โˆˆ โ„‚๐‘›, maka semua nilai Eigen dari ๐€ adalah non negatif. Dalam hal ini, jika ๐‘ก๐‘Ÿ ๐€ = 0 maka ๐€= 0.

Bukti:

Tulis, ๐€ =๐’–๐šฒ๐’–โˆ— dengan ๐’–= ๐’–1๐’–2โ€ฆ ๐’–๐‘› sebagai matriks unitary dan ๐šฒ= ๐‘‘๐‘–๐‘Ž๐‘” ๐‘๐‘Ÿ1,โ€ฆ,๐‘๐‘Ÿ๐‘› . Maka ๐šฒ=๐’–โˆ—๐€๐’– sehingga ๐‘๐‘Ÿ๐‘˜ = ๐’–๐‘˜โˆ—๐€๐’–๐‘˜ โ‰ฅ 0. Akibatnya semua

๐‘๐‘Ÿ๐‘˜ โ‰ฅ0 (sesuai dengan hipotesa). Dengan demikian, ๐‘ก๐‘Ÿ ๐€ = ๐‘ก๐‘Ÿ ๐’–๐šฒ๐’–โˆ— =๐‘ก๐‘Ÿ ๐’–โˆ—๐€๐’– = ๐‘ก๐‘Ÿ ๐šฒ =๐‘๐‘Ÿ1+โ‹ฏ+๐‘๐‘Ÿ๐‘›.

Jadi, jika ๐‘ก๐‘Ÿ ๐€ = 0 dan semua ๐‘๐‘Ÿ๐‘˜ โ‰ฅ 0, dapat disimpulkan bahwa ๐‘๐‘Ÿ๐‘˜ = 0,๐šฒ= 0 dan

๐€= ๐’–๐šฒ๐’–โˆ— =๐’–0๐’–โˆ— = 0.

25

๐€โ€ฒ22๐€22 =๐€22๐€โ€ฒ22+๐€12๐€โ€ฒ12+โ‹ฏ+๐€2๐‘˜๐€โ€ฒ2๐‘˜, (2.31) dengan ๐‘ก๐‘Ÿ ๐€โ€ฒ22๐€22 = ๐‘ก๐‘Ÿ ๐€22๐€โ€ฒ22 , sedemikian hingga๐‘ก๐‘Ÿ ๐€2๐‘˜๐€โ€ฒ2๐‘˜ โ‰ฅ0; ๐‘ก๐‘Ÿ ๐€2๐‘—๐€โ€ฒ2๐‘— = 0; ๐€2๐‘—๐€โ€ฒ2 = 0, dan ๐€2๐‘— = 0 dan akhirnya ๐‘ก๐‘Ÿ ๐€๐‘˜๐‘˜๐€โ€ฒ๐‘˜๐‘˜ = 0; ๐€๐‘˜๐‘˜๐€โ€ฒ๐‘˜๐‘˜ = 0; dan ๐€๐‘˜๐‘˜ = 0. Perhatikan bahwa, (2.31) direduksi ke ๐€โ€ฒ11๐€11 = ๐€11๐€โ€ฒ11 sebagai matriks normal ๐€11 dengan blok diagonal berukuran 2 ร— 2 . Secara berurutan, penentuan entri blok diagonal utama dari identitas ๐€โ€ฒ๐€= ๐€๐€โ€ฒ yang berkorespondensi dengan blok ๐€๐‘–๐‘– pada (2.26) untuk ๐‘–= 1,2,3,โ€ฆ,๐‘˜ โˆ’1 yaitu:

๐€โ€ฒ22๐€22 =๐€22๐€โ€ฒ22,โ€ฆ,๐€โ€ฒ๐‘˜๐‘˜๐€๐‘˜๐‘˜ = ๐€๐‘˜๐‘˜๐€โ€ฒ๐‘˜๐‘˜, (2.32) Sedemikian hingga semua entri blok di luar blok diagonal utama ๐‘– โ‰  ๐‘— bernilai nol (terurut) dan semua blok diagonal ๐€๐‘–๐‘– merupakan matriks normal. Jadi, suatu matriks orthogonal bernilai riil dapat direduksi menjadi matriks normal. โˆŽ

Terkait dengan matriks normal ๐€๐‘— yang diberikan pada (2.28), misal ๐€๐‘—

dinyatakan sebagai blok matriks berukuran 2 ร— 2 dan misal ditulis sebagai

๐€๐‘—๐‘— = ๐‘Ž ๐‘๐‘ ๐‘‘ โˆˆ ๐Œ2 โ„œ ,

sehingga dengan menyamakan kedua blok tersebut, yaitu entri blok 1,1 dan blok 1,2 ke bentuk identitas ๐€๐‘—๐‘—โ€ฒ ๐€๐‘—๐‘— =๐€๐‘—๐‘—๐€๐‘—๐‘—โ€ฒ . Dalam hal ini, bentuk identitasnya diberikan dengan hubungan ๐‘2 =๐‘2, sehingga ๐‘ = ยฑ๐‘, dan ๐‘Ž๐‘+๐‘๐‘‘ =๐‘Ž๐‘+๐‘๐‘‘, atau 2๐‘ ๐‘Ž โˆ’ ๐‘‘ = 0 jika๐‘ =โˆ’๐‘; Untuk kasus ๐‘ = +๐‘dan๐‘= 0 dapat dikeluarkan, karena ๐€๐‘—๐‘— simetrik sehingga yang digunakan kemudian hanyalah entri blok yang bernilai riil pada matriks

๐€๐‘—๐‘—. Sementara entri blok yang memberikan nilai Eigen non-riil berupa pasangan nilai konjugat dari hubungan ๐‘ = โˆ’๐‘,๐‘Ž= ๐‘‘ tidak dibahas disini. Sebagai konsekuensi dari Teorema 5.8.1 pada Horn dan Johnson (1985) yang diaplikasikan hanya pada kasus matriks normal bernilai riil. Akibat dari konsekuensi ini terhadap bentuk kanonik matriks riil normal A adalah:

(i) A simetrik,

(ii) A skew-simetrik, dan (iii) A orthogonal.

Akibat dari ketiga bentuk ini (i), (ii), dan (iii) masing-masing diberikan melalui Corollary 2.1 berikut.

Corollary 2.1 (Horn dan Johnson, 1985)

Dokumen terkait