• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Komoditas Unggulan

1. Kriteria Penentuan Sektor Unggulan

Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, dimama daerah memiliki kesempatan serta kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah. Adapun kriteria sektor unggulan menurut Sambodo dalam Usya (2006) yaitu: pertama sektor unggulan memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kedua sektor unggulan memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar, ketiga sektor unggulan memiliki keterkaitan antara sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang, dan keempat sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.

Menurut Rachbini (2001) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi sektor prioritas, yaitu :

1. Sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang cukup besar sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek permintaan tersebut.

2. Karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas.

3. Harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil-hasil produksi sektor yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah.

4. Sektor tersebut harus berkembang sehingga mampu memberi pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya

Menurut Ambardi dan Socia (2002), kriteria komoditas unggulan suatu daerah, diantaranya:

1. Komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan perekonomian. Artinya, komoditas unggulan dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan, maupun pengeluaran.

2. Komoditas unggulan mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang kuat, baik sesama komoditas unggulan maupun komoditas lainnya.

3. Komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi, kualitas pelayanan, maupun aspek-aspek lainnya.

4. Komoditas unggulan daerah memiliki keterkaitan dengan daerah lain, baik dalam hal pasar (konsumen) maupun pemasokan bahan baku (jika bahan baku di daerah sendiri tidak mencukupi atau tidak tersedia sama sekali).

5. Komoditas unggulan memiliki status teknologi yang terus meningkat, terutama melalui inovasi teknologi.

6. Komoditas unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksinya

7. Komoditas unggulan bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai dari fase kelahiran, pertumbuhan, puncak hingga penurunan. Di saat komoditas unggulan yang

satu memasuki tahap penurunan, maka komoditas unggulan lainnya harus mampu menggantikannya.

8. Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal.

9. Pengembangan komoditas unggulan harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan. Misalnya, dukungan keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentif/disinsentif, dan lain-lain.

10. Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian sumber daya dan lingkungan.

. Komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan perekonomian. Artinya komoditas unggulan dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan, maupun pengeluaran. komoditas unggulan mempunya keterkaitan ke depan (fordward linkage) dan keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang kuat, baik sesamakomoditas maupun komoditas lainnya. Komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi, kualitas pelayanan, maupun aspekaspek lainnya. Selain itu, komoditas unggulan daerah memiliki keterkaitan dengan daerah lain, baik dalam hal pasar (konsumen) maupun pemasokan bahan baku (jika bahan baku di daerah sendiri tidak mencukupi atau tidak tersedia sama sekali). Komoditas unggulan memiliki status teknologi yang terus meningkat, terutama melalui

inovasi teknologi. Komoditas unggulan bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai dari fase kelahiran, pertumbuhan, puncak hingga penurunan. Begitu komoditas yang satu memasuki tahap penurunan, maka komoditas unggulan lainnya harus menggantikannya. Komoditas unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksinya. Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal. Pengembangan komoditas unggulan harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan, misalkan dukungan keamanan, social, budaya, informasi dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentif/disintensif dan lain-lain. Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian sumber daya dan lingkungan.

Penetapan komoditas unggulan di suatu daerah menjadi suatu keharusan dengan pertimbangan komoditas tersebut mampu bersaing secara berkelanjutan dengan komoditas-komoditas yang sama yang dihasilkan oleh daerah lain, diusahakan secara efisien dari sisi teknologi dan sosial ekonomi serta memilki keunggulan komparatif dan kompetitif. Selain itu, kemampuan suatu daerah untuk memproduksi dan memasarkan semua komoditas yang sesuai dengan kondisi lahan dan iklim daerah tertentu juga sangat terbatas. Komoditas unggulan ditetapkan melalui pendekatan metode deskriptif dengan mengidentifikasi secara menyeluruh potensi dan kendala dalam pengembangan masing-masing komoditas disetiap daerah (Natawidjaja, R.S.T. Karyani, dan T.I. Noor, identifikasi sentra pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan di Jawa Barat, Jurnal Agrikultura

13, 2002). Data potensi, peluang, trend produksi dan luas tanam, analisis ekonomi masing-masing komoditas, daya tarik dan daya saing masing-masing komoditas dan kendala pengembangan masing-masing komoditas tersebut diperoleh melalui data sekunder dari Pemerintah Daerah dan berbagi dinas pertanian terkait selama 5-10 tahun terakhir, baik di propinsi maupun kabupaten, serta dari berbagai studi dan penelitian sebelumnya. Faktor daya tarik agribisnis terdari dari aspek :

1. Ukuran pasar: Besarnya permintaan pasar (dalam negiri dan ekspor) terhadap komoditas unggulan

2. Pertumbuhan pasar: Trend besarnya perubahan permintaan pasar setiap tahun, baik domestik maupun ekspor.

3. Marjin laba: Besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha komoditas unggulan

4. Tingkat kompetisi: Tingkat persaingan pasar yang dilihat dari jumlah pelaku dan jumlah daerah yang mengusahakan komoditas unggulan, baik regional, nasional, maupun internasional.

5. Pengaruh inflansi: pengaruh perubahan inflansi dan kurs uang terhadap keberlangsungan usaha komoditas unggulan.

6. Kondisi Sosial, Politik, dan Hukum: Pengaruh adanya perubahan sosial, politik, dan hokum pada tingkat nasional dan internasional yang mempengaruhi kelangsungan usaha komoditas unggulan.

7. Kebutuhan modal: Besarnya kebutuhan modal yang diperlukan untuk melaksanakan usaha komoditas unggulam. Sedangkan factor daya saing

agribisnis propinsi di tatanan nasional dan internasional, meliputi aspek (Natawidjaja, R.S.T. Karyani, dan T.I. Noor, identifikasi sentra pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan di Jawa Barat, Jurnal Agrikultura 13, 2002): a. Pangsa pasar: Besarnya permintaan pasar (dalam negeri dan ekspor)

terhadap komoditas unggulan.

b. Pertumbuhan pangsa pasar: Pertumbuhan periodik permintaan pasar setiap tahun, baik domestik maupun ekspor, yang dapat dipenuhi propinsi.

c. Kualitas komoditas unggulan: kualitas komoditas unggulan yang dihasilkan d. Citra komoditas unggulan: Persepsi konsumen terhadap komoditas unggulan e. Jaringan pemasaran: jangkauan pasar komoditas unggulan

f. Efektifitas Promosi: Adana tau tidak adanya promosi dan tingkat efektifitas promosi (bila ada) komoditas unggulan.

g. Kondisi harga: Mekanisme penetapan harga komoditas unggulan h. Efisiensi Biaya: Biaya produksi komoditas unggulan.

Penentuan komoditas unggulan nasional dan daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan mengembangakan komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran komoditas unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhan pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani disuatu wilayah. Sedangkan dari sisi permintaan, komoditas

unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar baik pasar domestik maupun internasional. Kondisi sosial ekonomi yang dimaksud mencakup penguasan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur misalnya pasar dan kebiasaan petani setempat.

2. Pengembangan Sektor Unggulan Sebagai Strategi Pembangunan Daerah.