• Tidak ada hasil yang ditemukan

KROMATOGRAFI GAS 1. Prinsip Kromatografi Gas

Dalam dokumen KCKT dan KG serta penggunaanya (Halaman 23-46)

Kromatografi gas (KG) merupakan metode pemisahan dan deteksi senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa gas anorganik dalam suatu campuran.Kromatografi gas dapat diotomatisasi untuk analisis sampel-sampel padat, cair, dan gas.Prinsip kromatografi gas yaitu teknik pemisahan dimana pembawa yang mudah menguap dan stabil terhadap suhu tinggi  bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam.

Ada dua jenis kromatografi gas : 1. Kromatografi Gas Cair (KGC)

KGC menggunakan fase diam berupa cairan dengan mekanisme  sorpsi-nya yaitu partisi.

2. Kromatografi Gas Padat (KGP)

KGP menggunakan fase diam padatan dengan mekanisme  sorpsi-nya yaitu adsorpsi permukaan.

Pemisahan pada kromatografi gas didasari pada titik didih suatu senyawa yang juga dipengaruhi oleh interaksi yang mungkin terjadi antara

 pembawa dan fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi  pembawa dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke detektor.

Gambar.Skema Kerja Kromatografi Gas

Berdasarkan gambar diatas, garis horizontal menggambarkan kolom dimana setiap garisnya merupakan penggambaran elusi kromatografi pada waktu yang berbeda.Komponen A memiliki distribusi yang lebih besar pada fase gerak sehingga lebih cepat terbawa melewati kolom, sedangkan komponen B tertahan terlebih dahulu pada fase diam karena distribusinya yang lebih besar pada fase tersebut.Pemisahan kedua komponen ini terjadi selama komponen campuran yang injeksikan melewati kolom, kemudian keluar dari kolom dan terdeteksi oleh detektor.Dari hasil kromatogram detektor, masing-masing komponen memiliki puncaknya masing-masing  berdasarkan lama waktu suatu komponen melewati kolom yang dipengaruhi

oleh konstanta distribusinya masing-masing pada fase gerak atau fas e diam. Kelebihan Kromatografi Gas :

1. Waktu analisis lebih cepat, umumnya dalam satuan menit 2. Lebih efisien dengan resolusi yang tinggi

3. Sensitivitas yang baik, dapat terdeteksi dengan konsentrasi sampel dalam satuan ppm atau ppb

4. Tidak destruktif, dapat digunakan bersamaan dengan spectrometer masa 5. Analisisi kuantitatif dengan akurasi yang tinggi dengan RSD 1-5%

7. Sederhana dan terpercaya 8. Relatif tidak mahal

Kekurangan Kromatografi Gas : 1. Terbatas untuk sampel mudah menguap 2. Tidak digunakan untuk sampel termolabil

3. Tidak efisien digunakan untuk sampel dalam jumlah besar atau preparative sampel

4. Umumnya membutuhkan spectrometer masa untuk mengkonfirmasi indentitas dari puncak

A. Instrumentasi

Gambar. Instrumentasi Kromatografi Gas

Bagian-bagian utama dari sebuah kromatografi gas, yaitu : gas  pembawa, pengatur kecepatan alir, ruang suntik sampel dan sampling, kolom yang diletakkan dalam oven yang dikontrol secara termostatik, sistem deteksi

dan pencatat ( detektordan  recorder ), serta komputer yang dilengkapi  perangkat pengolah data.

Secara singkat, suatu gas pembawa inert mengalir terus-menerus dari sebuah tabung gas besar melalui lubang injeksi, kolom, dan detector.Kecepatan alir dari gas pembawa secara hati-hati dikontrol untuk memastikan hasil waktu retensi dan meminimalisasi penyimpangan atau gangguan pada detektor. Sampel diinjeksikan, umumnya menggunakan microsyringe, melalui lubang injeksi yang dipanaskan, kemudian sampel akan menguap dan terbawa kedalam kolom. Sampel tersebut akan terpisahkan menjadi komponen-komponen tunggal berdasarkan konstanta distribusinya dalam fase diam dan fase gerak. Setelah berhasil melalui kolom, gas pembawa dan sampel akan diteruskan ke detektor. Alat ini akan mengukur kuantitas sampel dan mengirimkan signal data menuju sistem data atau integrator yang kemudian menghasilkan suatu kromatogram, catatan tertulis hasil analisis kromatografi, mengintegrasi area puncak, waktu retensi, dan kalkulasi hasil kuantitatif.

1. Gas Pembawa

Fase gerak pada KG disebut dengan gas pembawa karena tujuannya adalah untuk membawa solut ke kolom sehingga gas  pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas.Tujuan kedua dari fase

gerak ialah untuk menghasilkan suatu matriks yang sesuai bagi detektor untuk menganalisis komponen sampel.

Syarat dari gas pembawa, antara lain tidak reaktif; murni/kering; dan dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi. Kecepatan linier dari carrier gas menentukan efisiensi kolom. Gas yang biasa digunakan, yaitu nitrogen, helium, argon, dan hidrogen.

2. Kecepatan Alir

Pengatur kecepatan alir penting untuk efisiensi kolom dan  pengukuran analisis kualitatif.Efisiensi kolom bergantung dari

kesesuaian linieritas kecepatan alir gas yang ditentukan oleh perubahan kecepatan alir hingga tercapainya plate number (N) maksimum.Untuk

retensi yang dihasilkan pada kromatogram. Waktu retensi tersebut yang kemudian akan digunakan untuk mengidentifikasi komponen-komponen dari sampel. Sehingga, laju alir yang baik juga menentukan hasil identifikasi senyawa yang spesifik.

3. Ruang suntik sampel

Fungsi dari ruang suntik sampel adalah untuk menghantarkan sampel ke dalam aliran gas pembawa.Ruang suntik sampel atau lubang injeksi harus mampu menangani berbagai bentuk sampel, baik gas, cairan, maupun padatan, dan dengan segera dan kuantitatif diteruskan ke aliran gas pembawa. Untuk sampel dalam bentuk gas, umumnya interaksi antara sampel gas dan cairan pada fase diam akan menimbulkan masalah, sehingga umumnya campuran tersebut dipanaskan hingga terbentuk gas atau diberikan tekanan hingga terbentuk cairan. Untuk sampel dalam bentuk cairan, sebaiknya menggunakan konsentrasi rendah dengan volume yang lebih kecil, seperti 1, 5, atau 10μL. Sedangkan, untuk sampel dalam bentuk  padatan, preparasi sampel akan lebih mudah karena hanya melarutkan

sampel tersebut dalam pelarut sesuai yang mudah menguap.

Ruang suntik ini harus dipanaskan tersendiri (terpisah dari kolom) dan biasanya 10-15oC lebih tinggi daripada suhu kolom maksimum. Jadi, seluruh sampel akan menguap segera setelah sampel disuntikkan. 4. Kolom

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya terdapat fase diam. Ada dua jenis kolom pada KG, yaitu kolom kemas (packing column) dan kolom kapiler  (capillary column). Kolom kemas terdiri atas fase cair yang tersebar pada permukaan  penyangga yang inert  yang terdapat dalam tabung yang relative besar ( diameter 1-3 mm). Kolom kapiler jauh lebih kecil ( 0,02  –   0.2 mm) dan dinding kapiler bertindak sebagai penyangga lembam untuk fase diam cair. Fase diam melekat mengelilingi dinding dalam kolom. Ada empat jenis lapisan pada kolom kapiler : WCOT ( Wall Coated Open

Tube), SCOT ( Support Coated Open Tube), PLOT (  Porous Layer Open Tube), dan FSOT ( Fused Silica Open Tube)

Ketika menggambarkan suatu kolom, seseorang biasanya menyatakan panjang kolom (dalam meter), diameter kolom ( dalam millimeter), ketebalan lapisan fase diam ( dalam micrometer, dan jenis fase diam. Banyak bahan kimia yang dapat dipakai sebagai fase diam, antara lain : squalen, DEGS, OV-17, dll. Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat non polar, polar, atau semi polar.Jenis fase diam menentukan urutan elusi komponen-komponen dalam cairan.

Fase Diam Polaritas Golongan Sampel Suhu Maksimum

Squalen Non polar Hidrokarbon 125oC Apiezon L Non polar Hidrokarbon, ester, eter 300 oC Metal silicon Non polar Steroid, pestisida,

alkaloid, ester

300 oC

Dionil ptalat Semi polar Semua jenis 170 oC Dietilenglikolsuksinat Polar Ester 200 oC Carbowax 20M Polar Alkohol,amina,

aromatic, keton

250 oC

Tabel. Jenis Fase Diam dan Penggunaannya

Pemisahan dengan KG didasarkan pada dua sifat senyawa yang dipisahkan, yaitu kelarutan senyawa dalam cairan tertentu dan tekanan uap atau keatsiriannya.Karena tekanan uap berbanding langsung dengan suhu, maka suhu merupakan faktor yang utama pada KG.Pemisahan pada KG dapat dilakukan pada suhu tetap yang biasanya disebut dengan pemisahan isothermal dan dapat dilakukan menggunakan suhu yang berubah secara terkendali yang disebut dengan pemisahan suhu terprogram.

Setelah kolom dipakai dalam jangka waktu sekian lama, kemungkinan yang sering terjadi adalah penyumbatan kolom, sehingga mengakibatkan kinerja kolom akan menurun. Jika hal ini terjadi, maka  perlu dilakukan regenerasi untuk mengembalikan kinerja kolom. Ada tiga

a. Pemotongan kolom

Biasanya dilakukan jika terjadi penyumbatan pada ujung depan kolom.

 b. Pengkondisian

Bersifat untuk memelihara kolom agar waktu hidupnya cukup lama.

c. Pencucian kolom

Untuk kolom fase terikat sebaiknya dilakukan pencucian menggunakan tangki (tabung) pencuci yang dilakukan di luar oven.Laritan pencuci terbaik yaitu pentana.

5. Oven (Temperatur)

Suhu kromatografi sebaiknya termostatik sehingga terjadi  pemisahan yang baik dalam waktu sesingkat mungkin dengan rentang suhu yang cukup luas. Pengaturan suhu merupakan salah satu cara yang efektif untuk memeperbaiki pemisahan komponen dalam campuran.

Ruang injeksi haruslah cukup panas sehingga dapat menguapkan sampel sesegera mungkin setelah diinjeksikan supaya hasil injeksi sampel lebih kuantitatif dan efisien.Namun, temperatur lubang injeksi haruslah serendah mungkin dan temperatur kolom termostatik.Termperatur dari detektor bergantung dari jenis detektor yang digunakan.Secara umum, temperatur detektor harus cukup tinggi untuk mencegah kondensasi sampel atau cairan dalam fase diam.

Apabila waktu retensi, area puncak, dan bentuk kromatogram  berubah-ubah kemungkinan terjadi dekomposisi atau modifikasi kimia  bahan sampel akibat termperatur terlalu tinggi.Sedangkan, apabila

efisiensi kolom berubah kemungkinan temperature terlalu rendah. 6. Detektor

Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak yang membawa komponen hasil  pemisahan.Detektor ini berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik, dimana sinyal

elektronik ini berguna untuk analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fase diam dan fase gerak dalam bntuk suatu kromatogram.

Jenis detektor Jenis Sampel Batas deteksi

Kecepatan Alir (ml/menit) Gas

pembawa H2  Udara

Hantar panas Senyawa Umum 5-100 ng 15-30 -

-Ionisasi nyala Hidrokarbon 10 -100 pg 20-60 30-40 200-500 Penangkap

elektron

Halogen organic,  pestisida

0,05-1 pg 30-60 -

- Nitrogen-fosfor Senyawa nitrogen organik dan fosfat organic 0,1-10 g 20-40 1-5 70-100 Fotometri nyala (393 nm) Senyawa-senyawa sulfur 10-100 pg 20-40 50-70 60-80 Fotometri nyala (526 nm) Senyawa-senyawa fosfor 1-10pg 20-40 120-170 100-150 Fotoionisasi Senyawa-senyawa yang terionisasi dengan UV 2 pg 30-40 - -Konduktivitas elektrolitik Halogen, N, S 0,5 pg Cl, 2 pg S, 4 pg N 20-40 80 -Fourier transform-infra red (FT-IR) Senyawa-senyawa organic 1000 pg 3-10 -

-Selektif masa Sesuai untuk senyawa apapun

10 pg – 10 ng 0,5-30 -

-Emisi atom Sesuai untuk elemen apapun

0,1 – 20 pg 60-70 -

-Tabel. Jenis-Jenis Detektor, Batas Deteksi, Jenis Sampel-Sampelnya, dan Kecepatan Aliran Gas Pembawa

Komputer pada sistem KG berperan sebagai suatu alat pengolah data. Informasi yang diperoleh dapat dimanfaatkan dalam analisis kualitatif, biasanya dengan membandingkan waktu retensi sampel dalam kondisi analisis yang sama. Sedangkan, untuk analisi kuantitatif  biasanya dilakukan dengan perhitungan relative tinggi atau luas  puncak kromatogram sampel melalui metode baku luar (external  standar ) atau baku dalam (internal standar ).

B. Konsep Dasar Analisis 1. Konstanta Distribusi

Konstanta distribusi (K c) merupakan salah satu parameter yang menentukan seberapa cepat suatu komponen untuk bergerak melewati kolom KG. Hal tersebut dinyatakan dalam persamaan (1)

c=

[]

[]

Dimana,

[A]s adalah distribusi komponen A dalam fase diam dan [A]m adalah distribusi komponen A dalam fase gerak

2. Faktor retensi

Faktor retensi (k) adalah rasio antara jumlah suatu komponen dalam fase dias, dengan jumlah komponen yang sama dalam fase gerak. Hal tersebut dinyatakan dalam persamaan (2)

k=

[]

[]

Dimana,

[Wa]s adalah jumlah komponen a dalam fase diam dan [Wa]m adalah jumlah komponen a dalam fase gerak

Semakin besar faktor retensi, semakin besar jumlah suatu komponen dalam fase diam sehingga semakin panjang waktu komponen tersebut tertahan dalam kolom. Faktor retensi menyatakan

komponen manakan yang akan terdeteksi terlebih dahulu dan komponen manakah yang akan terdeteksi belakangan. Persamaan ini dengan mudah dievaluasi berdasarkan hasil kromatogram

3. Faktor retardasi

Cara lain untuk menggambarkan retensi dari komponen sampel adalah dengan membandingkan kecepatan komponen melalui kolom dengan kecepatan rata-rata dari fase gerak. Hal tersebut dinyatakan dalam persamaan (3)

R=

atau R=



Dimana,

R adalah faktor retardasi, μ adalah kecepatan alir komponen, dan ū adalah kecepatan alir gas

 Nilai faktor retardasi dinyatakan sebagai 0≤R≤1

Faktor retardasi berbanding terbalik dengan faktor retensi, dimana faktor retardasi menyatakan komponen manakah yang tertahan pada kolom.Selain itu, faktor retardasi juga menggambarkan bagaimana kerja dari kolom itu sendiri, khususnya on-coloumn injection.

4. Bentuk peak

Peak yang tidak simetris kemungkinan dihasilkan akibat adanya interaksi selama proses kromatografi. Peak yang melebar kemungkinan disebabkan oleh perpindahan masa komponen yang terlalu lambat. Sedangkan, doublet peak kemungkinan diakibatkan oleh pemisahan yang tidak sempurna, kesalahan saat injeksi, sampel berlebih, atau kolom yang telah terdegradasi.

Gambar. Bentuk kromatogram yang ideal

5. Plate Number

 Plate number (N) menyatakan efisiensi kolom. Hal tersebut dinyatakan dalam persamaan (4)

 N=

(



)

=

(





)

Dimana,

 N adalah  Plate Number,tadalah waktu retensi, dan σ lebar kromatogram

Semakin besar nilai N, maka semakin efisien kolom kromatografi tersebut. Semakin besar nilai N, maka bentuk  peak   yang dihasilkan akan lebih bagus (lebih ramping). Kromatogram dengan banyak  puncak akan menghasilkan nilai N masing-masing peak yang beragam  bergantung dari akurasi kalkulasi kromatogram.

6. Plate Height (HETP)

Selain dengan menghitung nilai N, efisiensi kolom kromatografi  juga dapat digambarkan berdasarkan nilai HETP.Kolom kromatografi

yang baik memiliki nilai N yang besar dan nilai HETP yang kecil.Hal tersebut dinyatakan dalam persamaan (5)

HETP=

7. Resolusi

Parameter lainnya yang dapat menggambarkan efisienasi kolom adalah resolusi (R s).Selain itu, nilai R juga dapat menggambarkan seberapa jauh peak antar komponen pada sampel terpisah dalam kromatogram.

s =





Resolusi dengan nilai R s ≥  1,5 menyatakan efisiensi kolom dan  pemisahan yang baik

C. Faktor yang Mempengaruhi Resolusi Kromatografi Gas

Resolusi merupakan ukuran apakah suatu senyawa terpisah secara baik atau tidak dengan senyawa lain. Resolusi pada kromatografi gas ditentukan oleh dua faktor, yaitu efisiensi kolom dan efisiensi pelarut.Effisiensi kolom menentukan pelebaran puncak kromatogram dan efisiensi pelarut menentukan  posisi puncak kromatogram. (Harmita, 2006)

Efisiensi kolom diukur dari jumlah theoretical plate atau harga HETP, dimana HETP adalah panjang kolom yang dibutuhkan untuk tercapainya keseimbangan dari komponen sampel antara fase gerak dan fase diam. Berdasarkan Rate theory dari Van Deemter, factor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi kolom, antara lain :

Gunakan partikel support yang kecil berukuran serba sama 2. Flow rate

Penggunaan flow rate sedikit lebih tinggi akan menghemat waktu analisis. 3. Gas pembawa

Untuk mendapatkan efisiensi tinggi, gunakan carrier gas dengan BM tinggi,seperti argon atau nitrogen. Jika yang dipentingkan adalah waktu analisis, gunakan das yang lebih ringan, seperti helium atau hidrogen

4. Tipe fase diam

Komponen-komponen sampel harus mempunyai kelarutan yang berbeda- beda pada fase diam tersebut.

5. Jumlah/konsentrasi fase diam

Konsentrasi rendah akan mempercepat waktu analisis dan memungkinkan operasi dengan suhu rendah.

6. Tekanan

Efisiensi kolom semakin tinggi jika perbandingan tekanan masuk dan keluar dari kolom makin rendah.

7. Temperatur

Resolusi dapat diperbaikii dengan penurunan suhu kolom, tetapi  penurunan suhu mengakibatkan waktu analisis lebih lama dan adsorpsi  bertambah.

8. Diameter kolom

Efisiensi kolom dipertinggi dengan memperkecil diameter dalam kolom. Sementara itu, efisiensi pelarut dipengaruhi oleh interaksi dan koefisien partisi.Ada empat daya interaksi yang membantu pemisahan ada KG, yaitu daya orientasi, daya dipole terinduksi, daya dispersi atau daya non  polar (London force), dan daya interaksi spesifik. Kekuatan interaksi ini menentukan kelarutan sampel dalam fase diam. Distribusi dari sampel pada fase diam dan fase gerak dapat dinyatakan dengan koefisien partisi, K. Bila harga K tinggi, berarti bahwa sampel tersebut bergerak lambat sepanjang kolom dan hanya sebagian kecil yang berada pada carrier gas. Pemisahan dua komponen terjadi bila koefisien partisinya berbeda,makin besar bedanya

maka pemisahan makin sempurna dan berarti bahwa kolom yang digunakan dapat lebih pendek. (Harmita, 2006)

D. Derivatisasi pada Kromatografi Gas

Derivatisasi merupakan proses kimiawi untuk mengubah suatu senyawa menjadi senyawa lain yang mempunyai sifat-sifat yang sesuasi untuk dilakukan analisis menggunakan kromatografi gas. Alasan dilakukannya derivatisasi :

1. Volatilitas dan stabilitas senyawa yang tidak memungkinkan untuk dianalisis secara KG.

2. Meningkatkan batas deteksi dan bentuk kromatogram.

3. Meningkatkan volatilitas senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap/ 4. Meningkatkan deteksi, missal : senyawa steroid dan kolesterol

5. Meningkatkan stabilitas.

6. Meningkatkan batas deteksi pada penggunaan detector tangkap electron (ECD).

Beberapa cara derivatisasi yang dilakukan pada kromatografi gas : 1. Esterifikasi

Digunakan untuk membuat derivate gugus karboksilat. Contoh obat yang mengandung gugus ini: prostaglandin, obat analgesik, dan anti-inflamasi. Pengubahan gugus karboksil menjadi esternya akan meningkatkan volatilitas karena menurunkan ikatan hidrogen. Derivatisasi dengan esterifikasi dapat dilakukan dengan esterifikasi Fisher biasa dalam asam kuat. Reaksi yang terjadi:

R-OH + R’-COOH R’-COOR

2. Asilasi

Biasanya digunakan pada sampel yang mengandung fenol, alkohol, atau amin primer atau sekunder. Derivatisasi dengan cara ini dilakukan menggunakan asam asetat anhidrat dan katalis (misalkan asam asetat,

H+atau BF3

ke kromatografi gas (  pre column derivatization) atau dilakukan  penyuntikan di dalam kolom (on column derivatization). Asilasi umumnya

memberikan kromatogram yang baik. 3. Alkilasi

Digunakan untuk menderivatisasi alcohol, fenol, amina (primer dan sekunder), imida, dan sulfhidril.Derivate dapat dilakukan dengan sintesis Wiliamson, yakni alcohol atau fenol ditambah alkil atau benzil halida dengan adanya basa. Jenis agen penderivat yang saat ini digunakan hanya α-bromo-2,3,4,5,6-pentafluorotoluen.

4. Siliasi

Derivat silil digunakan untuk menggantikan eter alkil untuk analisis sampel yang bersifat polar yang tidak mudah menguap.Derivate yang  paling sering dibuat adalah trimetilsilil. Keuntungan derivatisasi dengan

cara siliasi : eter silil mudah dibuat untuk banyak gugus fungsi, dapat dilakukan dalam vial kaca dengan tutu bersekrup yang dilapisi teflon,  pereaksi siliasi sering kali mampu melarutkan sampel, sering terjadi pada suhu kamar. Laju reaksi derivatisasi dapat ditingkatkan dengan  penambahan katalis asam seperti trimetilklorosilan atau katalis basa s eperti  piridin.

5. Kondensasi

Untuk analisis sampel yang mengandung gugus aldehid atau keton dengan tujuan mencegah terjadinya enolisasi karena ikatan hidrogen, meningkatkan resolusi karena adanya zat penganggu, dan meningkatkan sensitifitas deteksi.

6. Siklisasi

Penutupan gugus polar melalui siklisasi dilakukan pada senyawa yang mengandung dua gugus fungsi yang kira-kira sangat mudah dibuat heterosiklis beratom 5 atau 6. Beberapa jenis heterosiklis yang terbentuk : ketal, boronat, triazin, dan fosfit. Tujuannya biasanya untuk membuat suatu senyawa menjadi lebih volatil (mudah menguap).

II.2.2. Aplikasi Kromatografi Gas dalam Analisa Sediaan Farmasi

A. Analisa Sediaan Tablet Isoniazid Menggunakan Kromatografi Gas INH atau Isonicotinoylhydrazine merupakan obat tuberculosis yang  paling selektif dan paling poten, sedangkan  Hydrazine (HZ) merupakan senyawa toksik pada tablet INH berupa senyawa hasil dekomposisi.INH  berkerja dengan cara menginhibisi pertumbuhan Tubercele bacillus,  obat ini juga digunakan untukterapi profilaksis bagi orang yang sering  berhubungnan dengan pasien TB. INH terdistribusi ke dalan seluruh organ tubuh termasuk cairan serebrospinal. Ketika digunakan sebagai terapi tunggal, sama aktivitasnya dengan streptomisin.

 Isonicotinoylhydrazine(INH) dan  Hydrazine  (HZ) diidentifikasi menggunakan metode kromatografi gas setelah mengalami  precolumn derivatization  menggunakan trifluoroacetylacetone (FAA). INH dan HZ dapat terkonjugisasi dengan mudah pada FAA menghasilkan trifluoroaetylacetone- isonicotinyl hydrazone dan bis (triflouroacetylacetone). Adanya gugus triflourometyl pada FAA dapat meningkatkan volatilitas dan stabilitas dari konjugat. Oleh karena itu, dipilihlas FAA sebagai reagen penderivatisasi untuk determinasi INH dan HZ secara kromatografi gas dengan detektor FID.

Sifat Fisikokimia Isoniazid

Rumus molekul : C6H7 N3O Rumus Bangun :

Pemerian :Hablur putih atau tidak berwarna atau serbuk hablur putih,tidak berbau, perlahan lahan dipengaruhi oleh udara dan cahaya Titik Lebur : 170°C - 173°C

Kelarutan :Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol,sukar larut dalam kloroform dan dalam eter.

Tablet INH dapat dianalisa menggunakan metode Kromtografi Gas.Langkah pertama yaitu menyiapkan larutan sampel. Sepuluh tablet INH (Unexo Lab. Ltd, Lahore) digerus hingga menjadi serbuk (51,0 mg) lalu dilarutkan dalam methanol: air (1:1 v/v). Larutan kemudian disaring dan volume detector dicukupkan hingga 100 ml. Selanjutnya, 1ml larutan diambil lalu dimasukkan ke dalam vial dan ditambahkan 1ml dapar  potassium klorida-asam klorida pH 2.Kemudian 1 ml trifluoroacetylacetone  (FAA) (1% v/v) ditambahkan lalu dipanaskan selama 15 menit pada suhu 75⁰C. Larutan kemudian didinginkan pada suhu ruang lalu ditambahkan chloroform 1ml. Larutan dikocok hingga homogen lalu dibiarkan hingga terbentuk lapisan-lapisan yang jelas. Sebanyak 0,5 ml dari lapisan kloroform diambil lalu dipindahkan ke dalam vial. Pelarut diuapkan menggunakan gas nitrogen dan sisanya dilarutkan kembali dalam 0.2 ml methanol. Selanjutnya, 1 µL larutan diinjeksi ke dalam kolom kapiler KG HP-5 denga suhu kolom 100

C dengan laju  pemanasa 30

C –  280

C. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan sampel yaitu 7 menit dan laju alir gas Nitrogen yaitu 1mL/menit. Split ratio yaitu 20:1, suhu injection port 200

C dan suhu detector 300

C. Laju alir Hidrogen dan Nitrogen yaitu 40 dan 50 ml/menit untuk deteksi menggunakan flame ionization detection(FID).

Gambar.Kromatogram pemisahan secara GC (1) pelarut & FAA (2) HZ (3) PHZ (4) INH sebagai derivate FAA.

Tabel 1. Determinasi INH dari sediaan farmasi menggunakan FAAsebagai agen pernderivatisasi

Dalam tablet INH yang dianalisa, didapatkan data sebagai berikut: Tabel 2. Determinasi kadar HZ dari tablet INH menggunakan FAA sebagai derivating agent.

Dari hasil analisa, didapatkan jumlah kadar INH dalam 1000mg tablet sebanyak 454,5 mg dan jumlah HZ dalam tablet INH yaitu sebesar 5 µg HZ/ 18,8 mg tablet INH atau dengan kata lain, didapatkan RDS sebesar 2,5%.

Data yang diperoleh akan sebagai berikut (namun dalam jurnal yang  penulis dapatkan, tidak dicantumkan data hasil percobaan secara rinci)

Dari data tersebut dapat ditentukan data lainnya yaitu:

 No Parameter Rumus

1 Linearitas Dilihat dari Koefisien korelasi, koefisien fungsi regresi, kepekaananalisis, dan jumlah kuadrat sisa masing-masing titik temu.

2 Persamaan regresi Y= a + bx

3 Resolusi

4 Jumlah plat teoritis

5 Faktor resolusi Konsentrasi Y= a + bx Waktu Reterensi (menit) RDS (%)

6 Tailing factor

7 LOD (µg/ml)

   

 

8 LOQ (µg/ml)

   



B. Analisa Atropin Sulfat dalam Sediaan Tetes Mata Menggunakan

Dalam dokumen KCKT dan KG serta penggunaanya (Halaman 23-46)

Dokumen terkait