• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk menguatkan hipotesis bahwa suhu memiliki peranan yang paling dominan terhadap keberadaan biota laut di perairan sekitar PT. Badak NGL, maka dilakukan pengukuran berbagai parameter kualitas air dengan memilih stasiun pengukuran di dalam lokasi penelitian dan di sekitar lokasi penelitian yang tidak terkena dampak oleh limbah tersebut. Dalam hal ini pengukuran kualitas air dilakukan di Muara Kanal Pendingin (MKP) untuk mewakili wilayah yang kena dampak secara langsung, Cooling Water Intake (CWI) untuk mewakili wilayah yang relatif kena dampak dan Berbas Barat Pantai (BBP) untuk mewakili wilayah yang tidak kena dampak. Hasil pengukuran berbagai parameter kualitas air sepanjang tahun pada musim hujan di lokasi penelitian menunjukkan bahwa secara umum wilayah ini masih berada dalam Baku Mutu Lingkungan yang telah ditetapkan berdasarkan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 Lampiran I, baik pasang maupun surut.

Tabel 9 Hasil pemantauan kualitas buangan air pendingin PT. Badak NGL Bulan Maret dan September 2009

No Parameter Satuan Kode Sampel BML

A/B C/D E/F G/H MKP

Bulan Maret 2009 Kondisi Air Laut Pasang

1 Suhu oC 42.5 43.6 43.0 40.0 39.0 45

2 Salinitas ‰ 31.6 31.9 31.8 31.4 31.6 alami

3 pH 8.18 8.29 8.25 8.15 8.17 6-9

4 Klorin (Cl2) mg/l ttd ttd ttd ttd 0.01 2

5 Minyak/Lemak mg/l 2 2 2 1 2 25

Kondisi Air Laut Surut

1 Suhu oC 41.5 42.8 43.3 42.9 38.4 45 2 Salinitas ‰ 31.1 31.2 31.4 31.2 30.2 alami 3 pH 8.20 8.05 8.15 8.15 8.30 6-9 4 Klorin (Cl2) mg/l ttd ttd ttd ttd ttd 2 5 Minyak/Lemak mg/l 2 1 3 1 2 25 Bulan Agustus 2009 Kondisi Air Laut Pasang

1 Suhu oC 42.5 42.9 44.4 43.2 39.0 45

2 Salinitas ‰ 31.0 31.0 31.0 31.0 31.0 alami

3 pH mg/l 7.97 8.01 8.00 8.00 8.07 6-9

4 Klorin (Cl2) mg/l ttd ttd ttd ttd 0.01 2

5 Minyak/Lemak mg/l 2 2 2 1 2 25

Kondisi Air Laut Surut

1 Suhu oC 41.6 42.8 43.2 42.2 38.58 45 2 Salinitas ‰ 31.5 31.2 31.2 32.5 32 alami 3 pH 8.12 8.10 8.20 8.00 8.11 6-9 4 Klorin (Cl2) mg/l ttd ttd ttd ttd ttd 2 5 Minyak/Lemak mg/l 1 2 2 2 1 25 Sumber : PT. Badak NGL 2009 Keterangan : Ttd = tidak terdeteksi

BML=Baku Mutu Lingkungan (SK Gubernur Kalimantan Timur No. 26 Tahun 2002 Lampiran I) A/B = Outfall train A & B; C/D = Outfall train C & D; E/F = Outfall train E & F;

G/H = Outfall train G & H; MKP = Muara Kanal Pendingin (Letak masing-masing stasiun dapat dilihat pada Gambar 4)

Perbandingan antara parameter kualitas air dalam daerah model dengan parameter kualitas air di sekitar daerah model menunjukkan nilai yang relatif sama kecuali parameter suhu yang berbeda secara ekstrim. Kondisi ini dapat dilihat dalam Tabel 10untuk Maret 2009 dan dalam Lampiran 7untuk kondisi air laut Maret 2008.

Tabel 10 Hasil Pengukuran Kualitas Air Laut di sekitar PT. Badak NGL Bulan Maret 2009

No Parameter Satuan

Sampel

BML

Air Laut Pasang Air Laut Surut

MKP BBP CWI MKP BBP CWI

Fisika

1 Suhu o C 34.0 31.6 31.0 39.8 31.5 30.2 alami

2 Bau tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak

3 Sampah nihil nihil nihil nihil nihil nihil nihil

4 Lapisan minyak nihil nihil nihil nihil nihil nihil nihil

5 Salinitas o/oo 31.7 30.5 32.5 30.7 27.9 31.8 alami 6 Kecerahan m 5.00 2.75 4.00 3.30 2.00 3.40 Kimia 7 pH 8.26 8.29 8.30 8.19 7.95 8.27 6 – 9 8 H2S mg/l 0.02 0.02 0.03 0.02 0.03 0.03 0.03 9 NH3N mg/l 0.01 0.02 0.02 0.06 0.06 0.05 1 10 DO mg/l 7.24 6.67 6.95 6.94 6.16 6.94 >4 11 BOD5 mg/l 8.60 8.45 7.25 7.18 7.80 7.14 45 12 COD mg/l 54.22 52.10 48.45 50.76 58.45 60.12 80 13 PO4-P mg/l 0.02 0.04 0.03 0.01 0.04 0.02 - 14 Lemak mg/l 1 1 1 2 2 ttd 5 15 Total Phenol mg/l 0.38 0.39 0.42 0.35 0.36 0.40 - 16 Hidrokarbon mg/l ttd ttd ttd ttd ttd ttd - 17 PCB mg/l ttd ttd ttd ttd ttd ttd -

18 Tri Butil Tin µg/l ttd ttd ttd ttd ttd ttd -

19 Raksa (Hg) mg/l 0.9 0.8 1.1 1.0 1.0 ttd 3

20 Seng (Zn) mg/l 0.027 0.027 0.032 0.019 0.028 0.022 0.1

Sumber : PT. Badak NGL 2009 Keterangan :

Ttd = tidak terdeteksi = sangat kecil

BML=Baku Mutu Lingkungan (KepMen LH No. 51 Tahun 2004 Lampiran I) MKP = Muara Kanal Pendingin, BBP = Berbas Barat Pantai

CWI = Cooling Water Intake

(Letak masing-masing stasiun dapat dilihat pada Gambar 4)

Kondisi yang sama ditunjukkan pada musim kemarau, dimana parameter kualitas air relatif masih berada dalam kriteria Baku Mutu Lingkungan kecuali suhu.

Kondisi ini dapat dilihat dalam Tabel 11 untuk bulan Agustus 2009 dan pada Lampiran 8untuk kondisi September 2008.

Tabel 11 Hasil Pengukuran Kualitas Air Laut di PT Badak NGL (Agustus 2009)

No Parameter Satuan

Sampel

BML

Air Laut Pasang Air Laut Surut

MKP BBP CWI MKP BBP CWI

Fisika

1 Suhu o C 37.5 30.9 30.1 38.5 30.3 29.7 alami

2 Bau tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak

3 Sampah nihil nihil nihil nihil nihil nihil nihil

4 Lapisan minyak nihil nihil nihil nihil nihil nihil nihil

5 Salinitas o/oo 32.5 31.0 32.0 31.2 31.2 30 alami 6 Kecerahan m 3.15 2.0 5.5 3.75 1.5 5.2 - Kimia 7 pH 8.12 7.93 8.22 7.72 7.67 5.58 6-9 8 H2S mg/l 0.2 0.12 0.16 0.02 0.24 0.08 0.03 9 NH3N mg/l 0.06 0.07 0.08 0.06 0.09 0.08 1 10 DO mg/l 7.15 7.16 8.24 6.61 6.18 7.85 >4 11 BOD5 mg/l 8.60 9.45 7.34 8.23 7.90 6.80 45 12 COD mg/l 54.64 58.45 49.90 54.31 54.35 56.64 80 13 PO4-P mg/l 0.02 0.04 0.01 0.04 0.04 0.03 - 14 Lemak mg/l 2.50 1.50 2.50 4.50 4.00 4.50 5 15 Total Phenol mg/l 0.03 0.03 0.02 0.02 0.03 0.02 - 16 Deterjen mg/l ttd 0.01 ttd ttd ttd ttd 1 17 Hidrokarbon mg/l ttd ttd ttd ttd ttd ttd - 18 PCB mg/l ttd ttd ttd ttd ttd ttd -

19 Tri Butil Tin mg/l ttd ttd ttd ttd ttd ttd -

20 Raksa (Hg) µg/l 2.5 ttd ttd ttd ttd ttd 3

21 Seng (Zn) mg/l 0.032 0.031 0.031 0.029 0.032 0.028 0.1

Sumber : PT. Badak NGL 2009 Keterangan :

Ttd = tidak terdeteksi = sangat kecil

BML=Baku Mutu Lingkungan (KepMen LH No. 51 Tahun 2004 Lampiran I) MKP = Muara Kanal Pendingin, BBP = Berbas Barat Pantai

CWI = Cooling Water Intake

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa parameter kualitas air yang paling dominan mempengaruhi kualitas lingkungan perairan akibat adanya buangan air pendingin dari PT. Badak NGL ke laut adalah parameter suhu.

4.6 Struktur Vertikal Suhu dan Kondisi Fitoplankton di Stasiun Pengambilan Sampel Fitoplankton

Untuk mengetahui dampak kenaikan suhu terhadap fitoplankton dengan menggunakan model dispersi thermal, maka waktu dan titik cuplik simulasi untuk struktur vertikal suhu dan pola arus disesuaikan dengan waktu dan titik pengambilan sampel fitoplankton. Dalam hal ini periode cuplik hasil simulasi dilakukan untuk 2 musim yakni bulan Agustus 2009 (musim kemarau) dan Maret 2010 (musim hujan) dengan memperhatikan kondisi pasut purnama atau perbani.

Pola arus hasil simulasi dalam penelitian ini dicuplik untuk setiap kondisi pengambilan sampel fitoplankton. Namun demikian, dalam disertasi ini gambar pola arus dari hasil cuplik tersebut tidak ditampilkan kecuali pada Stasiun A.

4.6.1 Stasiun A

4.6.1.1 Musim Kemarau

4.6.1.1.1 Struktur Vertikal Suhu

Struktur vertikal suhu di Stasiun A pada bulan Agustus 2009 (musim kemarau) menunjukkan adanya lapisan terstratifikasi baik pada saat purnama maupun saat perbani, dimana suhu pada lapisan permukaan lebih besar daripada lapisan di bawahnya. Untuk menyesuaikan dengan waktu pengambilan sampel fitoplankton, maka hasil simulasi dicuplik pada langkah waktu internal (iint) = 347 040 atau tanggal 20 Agustus 2009 jam 10.00 (purnama) saat air pasang dan iint = 483 840 atau tanggal 28 Agustus 2009 jam 08.00 (perbani) saat air surut masing-masing untuk mewakili musim kemarau pada kondisi pasut purnama dan pasut perbani.

Ada perbedaan antara suhu hasil simulasi dengan suhu hasil pengukuran, dimana suhu permukaan hasil simulasi pada saat purnama adalah 42.29oC lebih besar dari suhu hasil pengukuran yakni 42.00oC. Demikian pula pada saat perbani terdapat perbedaan dimana suhu permukaan hasil simulasi adalah 42.08oC sedangkan hasil

pengukuran sebesar 42.01oC. Struktur vertikal suhu pada musim kemarau dapat dilihat pada Gambar 45 di bawah.

Gambar 45 Profil suhu vertikal (o

Sementara suhu rata-rata di Stasiun A hasil simulasi pada musim kemarau diberikan dalam Tabel 12 berikut. Suhu rata-rata ini diperoleh dari hasil cuplik empat kondisi pasut yakni pada saat air menuju pasang, pasang maksimum, menuju surut dan surut maksimum.

C) saat pengambilan sampel fitoplankton di Stasiun A pada musim kemarau (a) kondisi pasang purnama; (b) kondisi surut perbani.

Tabel 12 Suhu rata-rata (o

Stasiun A

C) hasil simulasi di Stasiun A pada musim kemarau untuk kondisi cuplik purnama (1) dan perbani (2)

Suhu pada masing-masing kondisi cuplik (o Suhu rata-rata ( C) o C) MP PM MS SM 1 42.29 41.69 41.55 42.44 41.99 2 41.89 42.18 42.03 42.12 42.06

Keterangan : MP=menuju pasang; PM=pasang maksimum; MS=menuju surut; SM=surut maksimum Hasil simulasi pola arus pada saat pengambilan sampel fitoplankton pada musim kemarau saat pasut purnama menunjukkan arus bergerak dari laut ke Muara Kanal dan masuk ke Kolam Pendingin yang berarti kondisi perairan sedang pasang,

20 Agustus 2009 jam 10.00 iint.eq. 347 040

28 Agustus 2009 jam 08.00 iint.eq. 483 840

sementara saat pasut perbani pola arus menunjukkan arah sebaliknya. Adapun pola arus hasil simulasi untuk kedua kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 46.

Gambar 46 Pola arus permukaan saat pengambilan sampel fitoplankton di Stasiun A (a) kondisi pasang purnama; (b) kondisi surut perbani.

4.6.1.1.2 Kondisi Fitoplankton

Jumlah jenis fitoplankton untuk kondisi cuplik purnama dengan suhu mencapai 42.08o

Sementara untuk kondisi cuplik perbani dengan suhu 42.29

C ditemukan sebanyak 4 jenis fitoplankton dengan kelimpahan 228 ind/liter yang terdiri dari Bacillariophyceae dan Cyanophyceae. Pada saat pengambilan sampel pola arus di stasiun ini bergerak dari arah Muara Kanal Pendingin ke Outfall1 dengan kecepatan berkisar antara 0.01-0.02 m/det.

o

C jumlah jenis yang ditemukan ada 2 dengan kelimpahan sebanyak 76 ind/liter yang terdiri dari Bacillariophyceae. Pola arus di Stasiun A pada saat pengambilan sampel menunjukkan arus cenderung berbalik arah dari Outfall 1 ke Muara Kanal Pendingin dengan kecepatan berkisar antara 0.02-0.04 m/det. Fitoplankton dengan jumlah jenis

> 0,10 – vmax m/s = 0,00 – 0.05 m/s > 0,05 – 0,10 m/s > 0,10 – vmax m/s = 0,00 – 0.05 m/s > 0,05 – 0,10 m/s Latitude (degree) Longitude (degree) Latitude (degree) Longitude (degree) (a) (b)

demikian sangat kecil bila dibandingkan dengan Stasiun Kontrol (Stasiun G) untuk kondisi cuplik yang sama (lihat Lampiran 9).

Di Stasiun A jumlah jenis yang ditemukan relatif sedikit mengingat terjadi kenaikan suhu yang sangat tinggi di stasiun ini yakni mencapai 14oC dari suhu

ambien (ΔT=14o

4.6.1.2 Musim Hujan

C). Sementara jumlah jenis dan kelimpahan pada waktu sampling purnama lebih besar dari waktu sampling perbani disebabkan karena pada waktu sampling purnama terjadi pasang sehingga kemungkinan ada perpindahan fitoplankton yang dibawah oleh arus dari arah Muara Kanal Pendingin ke stasiun ini.

4.6.1.2.1 Struktur Vertikal Suhu

Pada musim hujan hasil simulasi dicuplik pada langkah waktu internal (iint) sama dengan langkah waktu internal untuk musim kemarau yakni 347 040 atau tanggal 20 Maret 2010 jam 10.00 saat air pasang (purnama), sedangkan pada kondisi perbani dilakukan saat air surut dicuplik pada langkah waktu internal (iint) = 483 840 atau tanggal 28 Maret 2010 jam 08.00. Berbeda dengan musim kemarau, pada musim hujan suhu permukaan lebih kecil daripada suhu pada lapisan bawah, yakni 0.01oC saat purnama dan 0.04oC saat perbani. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 47.

Gambar 47 Profil suhu vertikal (oC) saat pengambilan sampel fitoplankton pada musim hujan di Stasiun A (a) kondisi purnama; (b) kondisi perbani.

20 Maret 2010 jam 10.00

iint.eq. 347 040 28 Maret 2010 jam 08.00 iint.eq. 483 840

Sementara suhu rata-rata di Stasiun A hasil simulasi pada musim hujan diberikan dalam Tabel 13 berikut.

Tabel 13 Suhu rata-rata (o

Stasiun A

C) hasil simulasi di Stasiun A pada musim hujan untuk kondisi cuplik purnama (1) dan perbani (2)

Suhu pada masing-masing kondisi cuplik (o Suhu rata-rata ( C) o C) MP PM MS SM 1 41.84 41.53 42.14 42.54 42.01 2 42.17 41.98 41.95 42.28 42.10

Keterangan : MP=menuju pasang; PM=pasang maksimum; MS=menuju surut; SM=surut maksimum Adapun pola arus hasil simulasi pada musim kemarau dapat dilihat pada Gambar 48 berikut.

(a) (b)

Gambar 48 Pola arus permukaan pada musim hujan saat pengambilan sampel fitoplankton di Stasiun A (a) kondisi purnama; (b) kondisi perbani.

4.6.1.2.2 Kondisi Fitoplankton

Jumlah jenis fitoplankton di Stasiun A pada bulan Maret 2010 (musim hujan) untuk kondisi cuplik purnama dengan suhu mencapai 41.84oC ditemukan sebanyak 4 jenis fitoplankton dengan kelimpahan 176 ind/liter yang terdiri dari Bacillariophyceae

> 0,10 – vmax m/s = 0,00 – 0.05 m/s > 0,05 – 0,10 m/s > 0,10 – vmax m/s = 0,00 – 0.05 m/s > 0,05 – 0,10 m/s

Longitude (degree) Longitude (degree)

dan Cyanophyceae (Lampiran 10). Pada saat pengambilan sampel, pola arus di stasiun ini cenderung bergerak dari arah Outfall 1 ke Muara Kanal Pendingin dengan kecepatan berkisar antara 0.01-0.02 m/det. Adapun kondisi cuplik perbani dengan suhu 42.32o

Sama dengan musim kemarau, pada musim hujan di stasiun ini juga mengalami kenaikan suhu yang sangat tinggi yakni ΔT=±14

C jumlah jenis yang ditemukan ada 3 dengan kelimpahan 114 ind/liter yang juga terdiri dari Bacillariophyceae dan Cyanophyceae. Pola arus di Stasiun A pada saat pengambilan sampel menunjukkan arus cenderung berbalik arah dari

Outfall 1 ke Muara Kanal Pendingin dengan kecepatan berkisar antara 0.02-0.04 m/det.

o

4.6.2 Stasiun B

C. Faktor inilah yang kemungkinan menyebabkan fitoplankton yang ditemukan di stasiun ini relatif kecil jika dibanding dengan Stasiun Kontrol.

4.6.2.1 Musim Kemarau

4.6.2.1.1 Struktur Vertikal Suhu

Untuk Stasiun B hasil simulasi dicuplik pada langkah waktu internal (iint) = 347 400 atau tanggal 20 Agustus 2009 jam 10.30 (purnama) saat air pasang dan iint = 484 200 atau tanggal 28 Agustus 2009 jam 08.30 (perbani) saat air surut masing- masing untuk mewakili musim kemarau pada kondisi pasut purnama dan pasut perbani. Struktur vertikal suhu di Stasiun B pada waktu cuplik menunjukkan adanya lapisan terstratifikasi baik pada saat purnama maupun saat perbani, dimana suhu pada lapisan permukaan lebih besar daripada lapisan di bawahnya, yakni 0.29oC saat purnama dan 0.24o

Tabel 14 Suhu rata-rata (

C saat perbani (Gambar 49). Sementara suhu rata-rata di Stasiun B hasil simulasi pada musim kemarau diberikan dalam Tabel 14 berikut.

o

Stasiun B

C) hasil simulasi di Stasiun B pada musim kemarau untuk kondisi cuplik purnama (1) dan perbani (2)

Suhu pada masing-masing kondisi cuplik (o Suhu rata-rata ( C) o C) MP PM MS SM 1 41.12 41.08 41.10 41.00 41.08 2 41.19 41.17 41.14 41.12 41.15

Gambar 49 Profil suhu vertikal (oC) saat pengambilan sampel fitoplankton pada musim kemarau di Stasiun B (a) kondisi purnama; (b) kondisi perbani

4.6.2.1.2 Kondisi Fitoplankton

Jumlah jenis fitoplankton untuk kondisi cuplik purnama dengan suhu mencapai 41.10o

Untuk kondisi cuplik perbani dengan suhu 41.19

C teridentifikasi sebanyak 3 jenis fitoplankton dengan kelimpahan 472 ind/liter yang terdiri dari Bacillariophyceae (Lampiran 11). Pada saat pengambilan sampel pola arus di stasiun ini cenderung bergerak ke arah sungai dengan kecepatan berkisar antara 0.0-0.01 m/det.

o

4.6.2.2 Musim Hujan

C jumlah jenis yang ditemukan ada 4 dengan kelimpahan 770 ind/liter dan hanya terdiri dari Bacillariophyceae. Pola arus di Stasiun ini pada saat pengambilan sampel menunjukkan arus cenderung bergerak kearah Kolam Pendingin dengan kecepatan berkisar antara 0.01-0.02 m/det. Fitoplankton dengan jumlah jenis demikian sangat kecil bila dibandingkan dengan Stasiun Kontrol (Stasiun G) untuk kondisi cuplik yang sama.

4.6.2.2.1 Struktur Vertikal Suhu

Di Stasiun B pada musim hujan, hasil simulasi dicuplik pada langkah waktu internal (iint) sama dengan langkah waktu internal untuk musim kemarau yakni

20 Agustus 2009 jam 10.30 iint.eq. 347 400

28 Agustus 2009 jam 08.30 iint.eq. 484 200

347 400 atau tanggal 20 Maret 2010 jam 10.30 (purnama) saat air pasang dan iint=484 200 atau tanggal 28 Maret 2010 jam 08.30 (perbani) saat air surut.

Hasil simulasi pada waktu cuplik menunjukkan adanya perbedaan suhu antara lapisan permukaan dengan lapisan bawah baik saat air pasang maupun saat air surut. Pada saat air pasang suhu permukaan mencapai 41.06oC dan pada lapisan bawah 40.96oC, sementara pada saat air surut suhu menjadi lebih rendah yakni 41.17oC dan lapisan bawah sebesar 41.04oC. Struktur verikal suhu pada saat air pasang dan saat air surut dapat dilihat pada Gambar 50.

Gambar 50 Profil suhu vertikal (oC) saat pengambilan sampel fitoplankton pada musim hujan di Stasiun B (a) kondisi purnama; (b) kondisi perbani. Gambar di atas menunjukkan suhu lapisan permukaan pada saat air pasang lebih tinggi daripada saat air surut. Hal ini disebabkan oleh adanya dorongan massa air dari kolam pendingin dengan suhu yang lebih tinggi ke arah muara sungai. Dengan kata lain pada saat air pasang suhu air di Stasiun B lebih dominan dipengaruhi oleh massa air yang keluar dari Outfall 1, sementara pada saat air surut suhu kemungkinan sedikit dipengaruhi oleh adanya limpasan air dari laut yang masuk melalui kanal pendingin dengan suhu yang relatif lebih dingin.

20 Maret 2010 jam 10.30 iint.eq. 347 400 28 Maret 2010 jam 08.30 iint.eq. 484 200 (b) (a)

Suhu rata-rata hasil simulasi di Stasiun B pada musim hujan untuk kondisi cuplik purnama (1) dan perbani (2) diberikan dalam Tabel 15 berikut.

Tabel 15 Suhu rata-rata (o

Stasiun B

C) hasil simulasi di Stasiun B pada musim hujan untuk kondisi cuplik purnama (1) dan perbani (2)

Suhu pada masing-masing kondisi cuplik (o Suhu rata-rata ( C) o C) MP PM MS SM 1 41.06 41.08 41.05 41.04 41.06 2 41.15 41.17 41.14 41.12 41.15

Keterangan : MP=menuju pasang; PM=pasang maksimum; MS=menuju surut; SM=surut maksimum

4.6.2.2.2 Kondisi Fitoplankton

Jumlah jenis fitoplankton di Stasiun B untuk kondisi cuplik purnama dengan suhu mencapai 41.06o

Untuk kondisi cuplik perbani dengan suhu 41.17

C ditemukan sebanyak 5 jenis fitoplankton dengan kelimpahan 728 ind/liter yang terdiri dari Bacillariophyceae dan Cyanophyceae (Lampiran 12). Pada saat pengambilan sampel, pola arus di stasiun ini cenderung bergerak ke arah sungai dengan kecepatan berkisar antara 0.00-0.01 m/det.

o

C jumlah jenis yang ditemukan ada 4 dengan kelimpahan 280 ind/liter yang juga terdiri dari Bacillariophyceae dan Cyanophyceae. Pola arus di Stasiun B pada saat pengambilan sampel menunjukkan arus bergerak ke arah kolam pendingin dengan kecepatan berkisar antara 0.01-0.02 m/det. Fitoplankton dengan jumlah jenis demikian sangat kecil bila dibandingkan dengan Stasiun Kontrol (Stasiun G) untuk kondisi cuplik yang sama. Di stasiun B pada waktu sampling fitoplankton menunjukkan kenaikan suhu yang cukup tinggi yakni ΔT=±13o

4.6.3 Stasiun C

C.

4.6.3.1 Musim Kemarau 4.6.3.1.1 Struktur Vertikal Suhu

Struktur vertikal suhu di Stasiun C pada musim kemarau dan musim hujan menunjukkan adanya lapisan terstratifikasi baik pada saat purnama maupun saat perbani (Gambar 50). Untuk Stasiun C pada musim kemarau hasil simulasi dicuplik

pada langkah waktu internal (iint) 347 760 atau tanggal 20 Agustus 2009 jam 11.00 (purnama) saat air pasang dan iint = 484 560 atau tanggal 28 Agustus 2009 jam 09.00 (perbani) saat air surut masing-masing untuk mewakili musim kemarau pada kondisi pasut purnama dan pasut perbani.

Hasil simulasi pada waktu cuplik pasut purnama menunjukkan adanya lapisan yang relatif homogen (mixed layer), dimana teradapat perbedaan suhu yang sangat kecil anatara lapisan atas dengan lapisan bawah (Gambar 51a). Sementara waktu cuplik pasut perbani menunjukkan adanya lapisan terstratifikasi (Gambar 51b).

Gambar 51 Profil suhu vertikal (o

Suhu rata-rata hasil simulasi di Stasiun C pada musim kemarau untuk kondisi cuplik purnama (1) dan perbani (2) diberikan dalam Tabel 16 berikut.

C) saat pengambilan sampel fitoplankton pada musim kemarau di Stasiun C (a) kondisi purnama; (b) kondisi perbani.

Tabel 16 Suhu rata-rata (o

Stasiun C

C) hasil simulasi di Stasiun C pada musim kemarau untuk kondisi cuplik purnama (1) dan perbani (2)

Suhu pada masing-masing kondisi cuplik (o Suhu rata-rata ( C) o C) MP PM MS SM 1 35.22 34.03 39.22 40.83 37.33 2 38.55 40.15 39.51 39.44 39.41

Keterangan : MP=menuju pasang; PM=pasang maksimum; MS=menuju surut; SM=surut maksimum

20 Agustus 2009 jam 11.00 iint.eq. 347 760

28 Agustus 2009 jam 09.00 iint.eq. 484 560

4.6.3.1.2 Kondisi Fitoplankton

Jumlah jenis dan kelimpahan fitoplankton untuk kondisi cuplik purnama dengan suhu mencapai 36.95o

Untuk kondisi cuplik perbani dengan suhu 37.91

C teridentifikasi sebanyak 7 jenis fitoplankton dengan kelimpahan 988 ind/liter yang terdiri dari Bacillariophyceae dan Cyanophyceae (Lampiran 13). Pada saat pengambilan sampel pola arus di stasiun ini bergerak ke arah Muara Kanal Pendingin dengan kecepatan berkisar antara 0.05-0.10 m/det.

o

C jumlah jenis yang ditemukan ada 5 dengan kelimpahan 608 ind/liter terdiri dari Bacillariophyceae dan Cyanophyceae. Pola arus di stasiun ini pada saat pengambilan sampel menunjukkan arus cenderung bergerak ke arah Pulau Sieca dengan kecepatan berkisar antara 0.01- 0.03 m/det. Kenaikan suhu di Stasiun C bervariasi cukup ekstrim yakni ΔT=±7oC pada waktu sampling purnama dan ΔT=±11o

4.6.3.2 Musim Hujan

C pada waktu sampling perbani.

4.6.3.2.1 Struktur Vertikal Suhu

Pada musim hujan, hasil simulasi dicuplik pada langkah waktu internal (iint) sama dengan langkah waktu internal untuk musim kemarau yakni 347 760 atau tanggal 20 Maret 2010 jam 11.00 (purnama) saat air pasang dan iint = 484 560 atau tanggal 28 Maret 2010 jam 09.00 (perbani) saat air surut.

Hasil simulasi menunjukkan terbentuknya lapisan homogen (mixed layer) untuk kondisi cuplik pasut purnama, dimana perbedaan suhu antara lapisan permukaan dan lapisan bawah relatif kecil. Fenomena suhu dilapisan permukaan tinggi, kemudian lebih rendah pada layer 2 dan 3 dan selanjutnya naik lagi mendekati suhu permukaan pada layer 4 (Gambar 52a) disebabkan oleh adanya pertemuan massa air yang berasal dari arah Outfall dengan massa air dari laut dengan kecepatan arus yang berbeda. Sementara pada kondisi cuplik pasut perbani, struktur vertikal suhu menunjukkan perbedaan suhu yang besar antara lapisan permukaan dan lapisan di bawahnya (Gambar 52b).

Gambar 52 Profil suhu vertikal (o

Adapun suhu rata-rata hasil simulasi di Stasiun C pada musim hujan untuk kondisi cuplik purnama (1) dan perbani (2) diberikan dalam Tabel 17 berikut.

C) saat pengambilan sampel fitoplankton pada musim hujan di Stasiun C (a) kondisi purnama; (b) kondisi perbani.

Tabel 17 Suhu rata-rata (o

Stasiun C

C) hasil simulasi di Stasiun C pada musim hujan untuk kondisi cuplik purnama (1) dan perbani (2)

Suhu pada masing-masing kondisi cuplik (o Suhu rata-rata ( C) o C) MP PM MS SM 1 34.9 34.02 40.78 40.9 37.65 2 39.4 38.63 38.72 40.36 39.28

Keterangan : MP=menuju pasang; PM=pasang maksimum; MS=menuju surut; SM=surut maksimum

4.6.3.2.2 Kondisi Fitoplankton

Jumlah jenis dan kelimpahan fitoplankton untuk kondisi cuplik purnama dengan suhu mencapai 34.09oC ditemukan sebanyak 5 jenis fitoplankton dengan kelimpahan 760 ind/liter yang terdiri dari Bacillariophyceae. Pada saat pengambilan sampel pola arus di stasiun ini bergerak ke arah Muara Kanal Pendingin dengan kecepatan berkisar antara 0.01-0.04 m/det (Lampiran 14).

20 Maret 2010 jam 11.00 iint.eq. 347 760

28 Maret 2010 jam 09.00 iint.eq. 484 560

Untuk kondisi cuplik perbani dengan suhu 40.14oC jumlah jenis yang ditemukan ada 3 jenis fitoplankton dengan kelimpahan 475 ind/liter dan terdiri dari Bacillariophyceae. Fitoplankton dengan jumlah jenis demikian juga masih tergolong kecil bila dibandingkan dengan Stasiun Kontrol (Stasiun G) untuk kondisi cuplik yang sama. Pola arus di stasiun ini pada saat pengambilan sampel menunjukkan arus cenderung bergerak ke arah Muara Kanal Pendingin dengan kecepatan berkisar antara 0.01-0.03 m/det. Kenaikan suhu di stasiun C pada musim hujan bervariasi cukup

ekstrim yakni ΔT=±6 oC pada waktu sampling purnama dan ΔT=±12 o

4.6.4 Stasiun D

C pada waktu sampling perbani.

4.6.4.1 Musim Kemarau

4.6.4.1.1 Struktur Vertikal Suhu

Struktur vertikal suhu di Stasiun D pada musim kemarau menunjukkan adanya lapisan terstratifikasi baik pada saat purnama maupun saat perbani (Gambar 53). Untuk Stasiun D pada musim kemarau hasil simulasi dicuplik pada langkah waktu internal (iint) 348 120 atau tanggal 20 Agustus 2009 jam 11.30 (purnama) saat air pasang dan iint = 484 920 atau tanggal 28 Agustus 2009 jam 09.30 (perbani) saat air surut masing-masing untuk mewakili musim kemarau pada kondisi pasut purnama dan pasut perbani.

Suhu rata-rata hasil simulasi di Stasiun D pada musim kemarau untuk kondisi cuplik purnama (1) dan perbani (2) diberikan dalam Tabel 18 berikut.

Tabel 18 Suhu rata-rata (o

Stasiun 4

C) hasil simulasi di Stasiun D pada musim kemarau untuk kondisi cuplik purnama (1) dan perbani (2)

Suhu pada masing-masing kondisi cuplik (o Suhu rata-rata ( C) o C) MP PM MS SM 1 35.62 34.9 34.13 33.99 34.66 2 35.18 34.75 34.76 35.46 35.04

Gambar 53 Profil suhu vertikal (oC) saat pengambilan sampel fitoplankton pada musim kemarau di Stasiun D (a) kondisi pasang purnama; (b) kondisi surut perbani.

4.6.4.1.2 Kondisi Fitoplankton

Jumlah jenis fitoplankton untuk kondisi cuplik purnama dengan suhu mencapai 35.38o

Untuk kondisi cuplik perbani dengan suhu 34.72

Dokumen terkait