• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara umum hasil model menunjukkan pola sebaran suhu akibat buangan air pendingin PT Badak NGL relatif sama untuk skenario musim kemarau (Agustus 2009) dengan skenario musim hujan (Maret 2010). Perbedaan pola sebaran suhu terlihat untuk empat kondisi cuplik (menuju pasang, pasang maksimum, menuju surut dan surut maksimum) pada saat pasut purnama. Demikian pula untuk empat kondisi cuplik (menuju pasang, pasang maksimum, menuju surut dan surut maksimum) pada saat pasut perbani menunjukkan pola sebaran suhu yang berbeda untuk keempat kondisi cuplik tersebut, meskipun tidak sebesar pada saat pasut purnama. Penjelasan tentang hal ini diuraikan lebih lanjut pada bagian berikut.

4.3.1 Profil Suhu pada Musim Kemarau untuk Kondisi Pasut Perbani 4.3.1.1 Struktur Vertikal Suhu

Hasil simulasi sebaran suhu dengan menggunakan model POM 3-Dimensi menunjukkan adanya perbedaan suhu permukaan dengan suhu di lapisan bawah, dimana suhu pada lapisan permukaan relatif lebih besar dan pada lapisan bawah relatif lebih kecil. Hasil simulasi tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kolluru et al. 2003. Besarnya perbedaan suhu secara vertikal ini bervariasi menurut jarak dari sumber buangan air pendingin. Gambar 25 di bawah menjelaskan bahwa untuk titik cuplik 1 dan 2 menunjukkan lapisan homogen dengan suhu sebesar 44oC, untuk titik cuplik 3 sampai 7 menunjukkan adanya variasi suhu vertikal yang kecil yakni 0.04-0.09o

Perbedaan suhu secara vertikal di muara kanal (titik cuplik 10) menunjukkan adanya variasi suhu yang cukup besar yakni sekitar 0.5

C, dan titik cuplik 8 dan 9 menunjukkan adanya lapisan homogen secara vertikal.

o

C dimana suhu permukaan adalah 41.54oC dan pada lapisan bawah 41.07oC. Perbedaan suhu yang lebih besar ditunjukkan pada titik cuplik 11, 12 dan 13 dengan variasi suhu secara vertikal bervariasi antara 1.29-2.54oC, dengan suhu permukaan bervariasi antara 35.16- 37.95oC dan suhu lapisan bawah bervariasi antara 33.87-35.41oC. Sementara untuk titik cuplik selanjutnya menunjukkan lapisan yang cenderung homogen dengan suhu

permukaan bervariasi antara 34.22-32.23oC dan suhu lapisan bawah bervariasi antara 33.61-32.22oC.

Keterangan : Titik Cuplik (TC) menunjukkan jarak suatu titik dari outfall 1 TC 1 = 30 m TC 2 = 420 m TC 3 = 750 m TC 4 = 930 m TC 5 = 1 050 m TC 6 = 1 170 m TC 7 = 1 350 m TC 8 = 1 620 m TC 9 = 1 800 m TC 10= 2 160 m TC 11 = 2 310 m TC 12 = 2 520 m TC 13 = 2 580 m TC 14 = 2 700 m TC 15= 2 880 m TC 16= 3 000 m TC 17= 3 180 m TC 18= 3 300 m TC 19= 3 450 m TC 20= 3 540 m Gambar 25 Struktur vertikal suhu (o

Dengan demikian struktur vertikal suhu dari buangan air pendingin ke laut lepas dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yakni lapisan homogen dan lapisan terstratifikasi, dimana lapisan homogen ditemukan mulai dari outfall buangan air pendingin sampai ke muara kanal dan dari bagian tengah laut lepas sampai ke Pulau Sieca. Adapun lapisan terstratifikasi ditemukan di muara kanal sampai ke bagian tengah laut lepas, dengan daerah permukaan relatif lebih luas.

C) hasil simulasi pada musim kemarau untuk kondisi pasut perbani.

Lapisan homogen yang terjadi pada kolam pendingin sampai di muara kanal pendingin terjadi karena perairan ini cukup dangkal sehingga dengan proses difusi dan gaya turbulensi yang ditimbulkan oleh arus pasang surut menyebabkan air dapat bercampur secara homogen. Sementara lapisan homogen yang terbentuk pada bagian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 0 -2 -4 -6 -8 -10 titik cuplik ke dal am an (m) Dasar Perairan Dasar Perairan ( oC )

tengah laut lepas sampai ke Pulau Sieca disebabkan massa air panas dari buangan air pendingin telah mengalami proses pendinginan baik oleh proses difusi maupun oleh besarnya gaya turbulensi yang ditimbulkan oleh pasut begitu keluar dari muara kanal pendingin, sehingga suhu ketika sampai di lokasi tersebut telah mendekati suhu alami perairan dan cenderung bersifat homogen.

Adapun struktur vetikal suhu dari muara kanal pendingin sampai bagian tengah perairan menunjukkan terjadinya lapisan terstratifikasi disebabkan tiga faktor utama, yakni : pertama, dalam kaitan dengan suhu, air memiliki sifat dimana massa air dengan suhu lebih tinggi akan cenderung berada di lapisan bagian atas massa air yang bersuhu lebih rendah. Kedua, proses percampuran antara massa air panas dan air dingin oleh gaya turbulensi tidak cukup kuat, sementara proses difusi tidak efektif untuk kondisi yang dinamis dimana pergantian massa air terjadi cukup cepat. Ketiga,

adanya perubahan kedalaman dari muara kanal pendingin ke laut, menyebabkan massa air panas dari muara kanal pendingin ketika masuk ke laut hanya berada pada lapisan atas tidak sampai ke dasar perairan.

4.3.1.2 Pola Sebaran Suhu Permukaan

Secara umum pola sebaran suhu untuk pasut perbani menunjukkan pola dan besaran yang relatif sama untuk keempat kondisi cuplik (menuju pasang, pasang maksimum, menuju surut dan surut maksimum). Hal ini disebabkan oleh perubahan elevasi muka laut yang cenderung kecil pada pasut perbani untuk keempat kondisi tersebut.

Selisih elevasi muka laut untuk kondisi pasang maksimum dan surut maksimum terbesar yang tercatat dari hasil pengamatan adalah 0.72 m. Kondisi ini menyebabkan gaya turbulensi yang ditimbulkan oleh pasang surut relatif sama sehingga pola sebaran suhu relatif sama. Penjelasan tentang hal ini diuraikan berdasarkan hasil simulasi untuk empat kondisi cuplik sebagai berikut.

4.3.1.2.1 Kondisi Menuju Pasang

Pola sebaran suhu pada saat air menuju pasang dapat dilihat pada Gambar 26, dimana suhu dari outfall 1 buangan air pendingin hingga muara outfall 1 adalah

sebesar 44oC. Hal ini dapat diketahui dari pola garis isoterm yang menunjukkan suhu yang sama sepanjang garis tersebut. Sementara untuk Sekambing Baltim (kolam pendingin) suhu bervariasi antara 38-43oC, dimana suhu 38oC ditemukan di daerah aliran Sungai Sekambing, suhu 39oC ditemukan di muara Sungai Sekambing, dan radius 30 m dari muara sungai suhu menjadi 40oC. Suhu di muara Sungai Sekambing relatif lebih dingin karena adanya limpasan air sungai dengan massa air yang lebih dingin.

Gambar 26 Pola sebaran suhu (o

Suhu perairan dalam kanal hingga ujung kanal pendingin bervariasi antara 41- C) hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim kemarau untuk kondisi pasut perbani yang dicuplik pada saat air menuju pasang.

42oC. Selanjutnya setelah keluar ke muara kanal pendingin suhu mengalami penurunan secara gradual hingga mencapai suhu alami perairan. Berdasarkan garis isoterm pada bagian tengah perairan diketahui bahwa buangan air pendingin setelah keluar dari muara kanal pendingin cenderung terdispersi ke arah selatan daerah

30

Lintang Utara (derajat)

Bujur Timur (derajat)

30 31 32 33 34 35 40 30 31 32 33 42 40 43 42 ( oC )

model. Hal ini disebabkan adanya limpasan air dari laut lepas yang memasuki perairan ini pada saat air menuju pasang.

4.3.1.2.2 Kondisi Pasang Maksimum

Pola sebaran suhu pada saat air pasang maksimum dapat dilihat pada Gambar 27. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pola sebaran suhu pada saar air pasang maksimum sama dengan pola pada saat air menuju pasang, dimana garis isoterm menunjukkan pola yang sama. Meskipun demikian dari hasil simulasi diketahui bahwa untuk titik cuplik yang sama di sekitar muara Sungai Sekambing, suhu pada saat air menuju pasang relatif lebih besar dibanding pada saat air pasang maksimum. Hal ini disebabkan pada kondisi air pasang maksimum massa air dari Sungai Sekambing yang lebih dingin lebih sedikit yang sampai ke muara sungai dibanding pada saat air menuju pasang.

Gambar 27 Pola sebaran suhu (oC) hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim kemarau untuk kondisi pasut perbani yang dicuplik pada saat air pasang maksimum.

30 31 32 33 34 35 40 30 31 32 33 40 30 42 43 42 ( oC )

Lintang Utara (derajat)

Pola isotherm yang sama antara kondisi air menuju pasang dengan pasang maksimum juga ditemukan di muara kanal pendingin, meskipun menunjukkan fenomena yang sebaliknya. Adapun hasil simulasi untuk titik cuplik yang sama di muara kanal pendingin menunjukkan nilai suhu yang tinggi pada saat air pasang maksimum dibanding dengan saat air menuju pasang. Hal ini disebabkan massa air yang lebih dingin dari laut yang sampai ke muara kanal pendingin pada saat pasang maksimum lebih besar dibanding pada saat air menuju pasang.

Suhu di kanal pendingin bervariasi antara 41-42oC, dimana suhu 41oC ditemukan di muara kanal pendingin. Dari muara kanal pendingin kelihatan bahwa panas kemudian terdispersi ke arah utara, selatan dan timur perairan. Suhu dari di luar kanal pendingin pada kondisi ini bervariasi antara 41o

Gambar di atas juga menunjukkan bahwa garis isoterm pada bagian tengah perairan untuk kondisi pasang maksimum memiliki pola yang sama dengan kondisi menuju pasang, dimana buangan air pendingin setelah keluar dari muara kanal pendingin cenderung terdispersi ke arah selatan daerah model. Hal ini juga disebabkan adanya limpasan air dari laut lepas yang memasuki perairan ini pada saat air menuju pasang.

C sampai suhu alami perairan. Pada kondisi pasang maksimum panas lebih terdispersi ke bagian selatan perairan mengikuti pola arus permukaan.

4.3.1.2.3 Kondisi Menuju Surut

Pola sebaran suhu pada kondisi pasut menuju surut dapat dilihat pada Gambar 28. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pola sebaran suhu pada saar air menuju surut hampir sama dengan pola pada kondisi air menuju pasang. Meskipun demikian dari hasil simulasi diketahui bahwa untuk titik cuplik yang sama di sekitar muara Sungai Sekambing, suhu pada saat air menuju surut relatif lebih kecil dibanding pada saat air pasang maksimum. Hal ini disebabkan pada kondisi air menuju surut massa air dari Sungai Sekambing lebih dominan di daerah ini, sementara massa air dari kolam pendingin cenderung tidak sebesar pada saat pasang maksimum.

Suhu dari outfall 1 buangan air pendingin hingga muara outfall 1 bersifat homogen dengan suhu sebesar 44oC. Sementara untuk Sekambing Baltim (kolam

pendingin) suhu bervariasi antara 39-43oC, dimana suhu 39oC ditemukan di daerah aliran Sungai Sekambing, suhu 39oC ditemukan di muara Sungai Sekambing, dan radius 30 m dari muara sungai suhu menjadi 40o

Suhu di kanal pendingin bervariasi antara 41-42 C.

o

C, dimana suhu 41oC ditemukan di muara kanal pendingin. Dari muara kanal pendingin kelihatan bahwa panas kemudian terdispersi ke arah utara, selatan dan timur perairan. Suhu di luar kanal pendingin pada kondisi ini bervariasi antara 41oC sampai suhu alami perairan. Pada kondisi menuju surut, panas lebih terdispersi ke bagian selatan perairan mengikuti pola arus permukaan.

Gambar 28 Pola sebaran suhu (o

Garis isotherm pada bagian tengah perairan untuk kondisi menuju surut memiliki pola yang sama dengan kondisi pasang maksimum, dimana buangan air pendingin setelah keluar dari muara kanal pendingin cenderung terdispersi ke arah C) hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim kemarau untuk kondisi pasut perbani yang dicuplik pada saat air menuju surut.

30 32 34 35 41 31 32 33 40 43 42 31 30 33 42 ( oC )

Lintang Utara (derajat)

selatan daerah model. Hal ini juga disebabkan adanya limpasan air dari laut lepas yang memasuki perairan ini pada saat air menuju pasang.

4.3.1.2.4 Kondisi surut maksimum

Pola sebaran suhu pada kondisi surut maksimum menunjukkan pola yang sama dengan kondisi pasut menuju surut (Gambar 29), dimana suhu dari outfall 1 limbah air pendingin hingga muara outfall 1 bersifat homogen dengan suhu sebesar 44oC. Sementara untuk Sekambing Baltim (kolam pendingin) suhu bervariasi antara 39-43oC, dimana suhu 39oC ditemukan di daerah aliran Sungai Sekambing, suhu 39oC ditemukan di muara Sungai Sekambing, dan radius 30 m dari muara sungai suhu menjadi 40oC.

Gambar 29 Pola sebaran suhu (o

Suhu di kanal pendingin bervariasi antara 41-42

C) hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim kemarau untuk kondisi pasut perbani yang dicuplik pada saat air surut maksimum.

o

C, dimana suhu 41oC ditemukan di muara kanal pendingin. Dari muara kanal pendingin kelihatan bahwa

30 32 34 35 41 31 32 33 40 43 42 30 30 42 33 31 ( oC )

Lintang Utara (derajat)

panas kemudian terdispersi ke arah utara, selatan dan timur perairan. Suhu di luar kanal pendingin pada kondisi ini bervariasi antara 41o

Pada kondisi surut maksimum, panas terdispersi dengan luasan lebih kecil di wilayah perairan dibanding dengan kondisi menuju surut. Hal ini dapat dilihat pada isoterm di belakang Pulau Sieca, dimana isoterm dengan suhu 30

C sampai suhu alami perairan.

o

4.3.2 Profil Suhu pada Musim Kemarau untuk Kondisi Pasut Purnama

C untuk kondisi pasut menuju surut menunjukkan cakupan yang lebih luas daripada kondisi surut maksimum.

4.3.2.1 Struktur Vertikal Suhu

Struktur vertikal suhu dengan kondisi cuplik yang sama (surut menuju pasang), menunjukkan adanya kesamaan pola untuk kondisi perbani dan kondisi purnama namum mempunyai besaran yang berbeda. Perbedaan suhu dengan stasiun cuplik yang sama untuk kedua kondisi pasut ini bervariasi antara 0.01-0.60o

Sama dengan kondisi perbani, besarnya perbedaan suhu secara vertikal bervariasi menurut jarak dari sumber limbah air pendingin. Gambar 30 di bawah menjelaskan bahwa untuk titik cuplik 1 dan 2 menunjukkan lapisan homogen dengan suhu sebesar 44

C, dimana suhu pada kondisi pasut purnama relatif lebih besar untuk stasiun cuplik dari kolam pendingin sampai hulu kanal pendingin. Selanjutnya di laut lepas, sebaran suhu baik horizontal maupun vertikal untuk kondisi pasut perbani lebih besar dibanding kondisi pasut purnama untuk stasiun cuplik yang sama.

o

C (=pasut perbani), untuk titik cuplik 3 sampai 7 menunjukkan adanya variasi suhu yang kecil yakni 0.04-0.09oC (=pasut perbani) dan titik cuplik 8 dan 9 menunjukkan adanya lapisan homogen secara vertikal (=pasut perbani). Meskipun variasi suhu antara pasut perbani sama dengan pasut purnama, namun nilai suhu pada saat purnama lebih besar dibanding saat pasut perbani. Hal ini disebabkan karena hasil simulasi untuk pasut perbani dicuplik pada saat air pasang sedangkan untuk pasut purnama dicuplik pada saat air surut, sehingga massa air laut dari muara kanal lebih banyak yang masuk sampai ke titik cuplik ini pada pasut perbani dibandingkan pasut purnama.

Perbedaan suhu secara vertikal di muara kanal (titik cuplik 10) menunjukkan adanya variasi suhu yang cukup besar yakni sekitar 0.4oC (<pasut perbani) dimana suhu permukaan adalah 41.6oC (>pasut perbani) dan pada lapisan bawah 41.2oC (>pasut perbani). Variasi suhu lebih besar pada saat perbani menunjukkan adanya fenomena pasang surut yang berbeda antara waktu cuplik saat purnama dengan saat perbani. Sementara nilai suhu pada saat purnama lebih besar disebabkan karena hasil simulasi untuk pasut perbani dicuplik pada saat air pasang sedangkan untuk pasut purnama dicuplik pada saat air surut.

Keterangan : titik cuplik (TC) menunjukkan jarak suatu titik dari outfall 1 TC 1 = 30 m TC 2 = 420 m TC 3 = 750 m TC 4 = 930 m TC 5 = 1 050 m TC 6 = 1 170 m TC 7 = 1 350 m TC 8 = 1 620 m TC 9 = 1 800 m TC 10= 2 160 m TC 11 = 2 310 m TC 12 = 2 520 m TC 13 = 2 580 m TC 14 = 2 700 m TC 15= 2 880 m TC 16= 3 000 m TC 17= 3 180 m TC 18= 3 300 m TC 19= 3 450 m TC 20= 3 540 m Gambar 30 Struktur vertikal suhu (o

Perbedaan suhu yang lebih besar ditunjukkan pada titik cuplik 11, 12 dan 13 dengan variasi suhu secara vertikal bervariasi antara 1.52-2.57

C) hasil simulasi pada musim kemarau untuk kondisi pasut purnama.

o

C (>pasut perbani),

dasar perairan

dasar perairan

Outfall 1 Muara Kanal P. Sieca

Dasar Perairan

Dasar Perairan

dengan suhu permukaan bervariasi antara 35.09-37.89oC (<pasut perbani) dan suhu lapisan bawah bervariasi antara 33.57-35.24o

Sementara untuk titik cuplik selanjutnya menunjukkan lapisan yang cenderung homogen dengan suhu permukaan bervariasi antara 34.6-31.97

C (<pasut perbani). Variasi suhu arah vertikal pada saat purnama lebih besar dibanding saat perbani pada titik cuplik ini juga disebabkan oleh perbedaan waktu cuplik kedua kondisi pasut tersebut. Sementara suhu permukaan pada saat purnama lebih kecil dibanding saat perbani disebabkan limpasan air dari laut ke titik cuplik ini pada saat purnama lebih besar.

o

C dan suhu lapisan bawah bervariasi antara 33.5-31.9o

Dengan demikian struktur vertikal suhu dari sumber buangan air pendingin ke laut lepas untuk waktu cuplik pasut purnama juga dikelompokkan menjadi 2 bagian yakni lapisan homogen dan lapisan terstratifikasi. Lapisan homogen ditemukan mulai dari outfall buangan limbah air pendingin sampai ke muara kanal dan dari bagian tengah laut lepas sampai ke Pulau Sieca. Adapun lapisan terstratifikasi ditemukan di muara kanal sampai ke bagian tengah laut lepas.

C. Kondisi ini menunjukkan bahwa dinamika pola dispersi thermal di Perairan Bontang sangat ditentukan oleh pasut.

4.3.2.2 Pola Sebaran Suhu Permukaan

Secara umum pola sebaran suhu untuk pasut purnama menunjukkan pola dan besaran yang relatif berbeda untuk keempat kondisi cuplik (menuju pasang, pasang maksimum, menuju surut dan surut maksimum). Hal ini disebabkan oleh perubahan elevasi muka laut yang cenderung besar pada pasut purnama untuk keempat kondisi tersebut. Selisih elevasi muka laut untuk kondisi pasang maksimum dan surut maksimum terbesar yang tercatat dari hasil pengamatan adalah 2.37 m. Kondisi ini menyebabkan gaya turbulensi yang ditimbulkan oleh pasang surut relatif berbeda untuk keempat kondisi cuplik tersebut sehingga pola sebaran suhu juga relatif berbeda. Penjelasan tentang hal ini diuraikan berdasarkan hasil simulasi untuk empat kondisi cuplik sebagai berikut.

4.3.2.2.1 Kondisi Menuju Pasang

Pola sebaran suhu pada kondisi menuju pasang menunjukkan adanya perbedaan suhu dibeberapa lokasi dalam kolam pendingin (lihat Gambar 31). Dimana

suhu di muara Sungai Sekambing Baltim (Sekambing Baltim I) mencapai 39oC, selanjutnya radius 30 meter dari muara sungai suhu berkisar antara 39-40oC dan suhu 40-41oC ditemukan dalam radius 30–60 meter dari muara sungai. Adapun suhu di Sekambing Baltim II (60-120 m dari muara sungai) suhu berada dalam kisaran 40- 42oC dan selanjutnya kisaran suhu 41-43oC ditemukan di Sekambing Baltim III.

Gambar 31 Pola sebaran suhu (oC) hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim kemarau untuk kondisi pasut purnama yang dicuplik pada saat air menuju pasang.

Suhu di Sekambing Bulu I pada kondisi pasut menuju pasang berada dalam kisaran 41-42oC, sementara di Sekambing Bulu II suhu berkisar antara 42-43oC. Adapun suhu di kanal pendingin bervariasi antara 38-41oC, dimana suhu 38oC ditemukan di muara kanal pendingin dan suhu 41oC ditemukan di hulu kanal pendingin. Dari muara kanal pendingin kelihatan bahwa panas kemudian lebih banyak terdispersi ke arah selatan menuju Selat Nyerakat.

30 32 34 35 38 31 32 40 43 42 30 42 33 31 ( oC )

Lintang Utara (derajat)

Di depan muara kanal hingga radius 30 meter suhu tercatat mengalami penurunan menjadi 37oC termasuk di sebagian Sekambing Muara I yang sebagian lagi menunjukkan suhu antara 32-37oC. Adapun Sekambing Muara II mempunyai kisaran suhu antara 34-35oC, dan dari Sekambing Muara II hingga bagian dalam Teluk Sekangat suhu terus mengalami penurunan yang bervariasi antara 30-34oC. Sementara itu di depan Pulau Sieca suhu bervariasi antara 31-32oC, dan di belakang Pulau ini suhu berada pada kondisi alami yakni berkisar antara 29-30o

4.3.2.2.2 Kondisi Pasang Maksimum

C.

Pola sebaran suhu pada kondisi pasang maksimum menunjukkan pola yang sama dengan kondisi menuju pasang terutama suhu dalam kolam pendingin, namun demikian suhu pada kondisi pasang maksimum menunjukkan nilai yang relatif lebih rendah pada stasiun yang sama (Gambar 32).

Gambar 32 Pola sebaran suhu (oC) hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim kemarau untuk kondisi pasut purnama yang dicuplik pada saat air pasang maksimum.

30 32 34 35 41 31 32 40 43 42 30 42 33 31 41 ( oC )

Lintang Utara (derajat)

Pada kondisi pasang maksimum, suhu di muara Sungai Sekambing mencapai 38oC, selanjutnya radius 30 meter dari muara sungai suhu berkisar antara 39-40oC dan suhu 40-41oC ditemukan dalam radius 30-60 meter dari muara sungai. Adapun suhu di Sekambing Baltim II (60-120 m dari muara sungai) suhu berada dalam kisaran 40-42oC dan selanjutnya kisaran suhu 41-43o

Suhu di Sekambing Bulu I pada kondisi pasut menuju pasang berada dalam kisaran 41-42

C ditemukan di Sekambing Baltim III.

o

C, sementara di Sekambing Bulu II suhu berkisar antara 42-43oC. Adapun suhu di kanal pendingin bervariasi antara 35-41 oC, suhu 35oC ditemukan di muara kanal pendingin dan suhu 41o

Dari muara kanal pendingin kelihatan bahwa panas kemudian lebih banyak terdispersi ke arah selatan menuju Selat Nyerakat. Di depan muara kanal hingga radius 30 meter suhu tercatat mengalami penurunan menjadi 34

C ditemukan di hulu kanal pendingin.

o

C termasuk di sebagian Sekambing Muara I yang sebagian lagi menunjukkan suhu antara 30-35oC. Adapun Sekambing Muara II mempunyai kisaran suhu antara 33-34oC, dan dari Sekambing Muara II hingga bagian dalam Teluk Sekangat suhu terus mengalami penurunan yang bervariasi antara 30-33o

4.3.2.2.3 Kondisi Menuju Surut

C.

Pada kondisi menuju surut massa buangan air pendingin lebih jauh terdorong dari outfal, yang ditandai oleh naiknya suhu di dalam kolam pendingin dan di muara kanal pendingin (Gambar 33). Hal ini diakibatkan oleh pergerakan massa air menuju laut lepas pada kondisi pasut menuju surut.

Namun demikian suhu di hulu Sungai Sekambing justru menunjukkan adanya penurunan suhu mencapai 36oC, hal ini disebabkan oleh limpasan air sungai dengan suhu lebih rendah lebih terdorong masuk ke kolam pendingin. Adapun suhu di Sekambing Baltim II (60-120 m dari muara sungai) suhu berada dalam kisaran 40- 42oC dan selanjutnya kisaran suhu 41-42oC ditemukan di Sekambing Baltim III. Sementara suhu di Sekambing Bulu I pada kondisi pasut menuju surut berada dalam kisaran 41-42oC, sementara di Sekambing Bulu II suhu berkisar antara 42-43oC.

Adapun suhu di kanal pendingin bervariasi antara 41-42oC, suhu 41oC ditemukan di muara kanal pendingin dan suhu 42oC ditemukan di hulu kanal pendingin.

Gambar 33 Pola sebaran suhu (oC) hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim kemarau untuk kondisi pasut purnama yang dicuplik pada saat air menuju surut.

Dari muara kanal pendingin kelihatan bahwa panas kemudian lebih banyak terdispersi ke arah timur menuju Pulau Sieca yang menyebabkan suhu di depan pulau ini bervariasi antara 32-33oC, sementara suhu di belakang pulau tercatat bervariasi antara 29-30oC. Adapun suhu di Sekambing Muara I bervariasi antara 36-40oC, Sekambing Muara II mempunyai kisaran suhu antara 33-34oC, dan dari Sekambing Muara II hingga bagian dalam Teluk Sekangat suhu terus mengalami penurunan yang bervariasi antara 30-33o

4.3.2.2.4 Kondisi Surut Maksimum

Dokumen terkait