BAB II : TINJAUAN TEORITIS…………………………………….. 13-43
D. Kualitas Akrual
Umumnya kualitas akrual menunjukkan kinerja perusahaan saat ini dan masa
depan. Kualitas akrual dapat digunakan sebagai salah satu atribut kualitas informasi
keuangan atau kualitas laba. Kualitas akrual mengukur keakuratan dalam
memprediksi arus kas mas depan (Dechow dan Dichev, 2002). Kualitas akrual yang
tinggi pada dasarnya dapat membantu untuk memprediksi return saham masa depan
(Salehi dan Sepehri, 2014). Dechow et al (2010) berargumen bahwa semakin tinggi
kualiitas laba akrual menunjukkan ketersediaan informasi mengenai kinerja
perusahaan di masa mendatang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan yang relevan. Kualitas akrual dikatakan tinggi atau baik apabila nilai
kualitas akrual rendah, dimana distorsi (penyimpangan) antara laba yang dihasilkan
dari akuntansi akrual makin kecil dibandingkan dengan akuntansi arus kasnnya akan
mengakibatkan laba yang dihasilkan kurang berkualitas (Fanani, 2010).
Earnings yang disusun secara akrual sebenarnya dapat lebih menunjukkan implikasi ekonomi dari transaksi dan kejadian yang ada. Akan tetapi, dalam
penyusunannya, earnings pada akuntansi berbasis akrual tidak terlepas dari estimasi,
asumsi, pilihan kebijakan akuntansi yang ditentukan oleh pertimbangan manajemen
terdapat trade-off antara relevansi dan realibilitas pada laba (earnings) yang disusun
secara akrual. Akuntansi berbasis akrual dianggap akan menaikkan relevansi
informasi pada laporan keuangan namun menyebabkan reliabilitasnya menurun
(William dan Syarif, 2015).
Keleluasaan yang dimiliki manejemen dalam pemilihan akrual dapat
menyebabkan distorsi pada kegunaan dan kualitas dari earnings. Pihak manajemen
perusahaan dalam penentuan akrualnya bisa saja melakukan kesalahan (error)
perhitungan dan pemilihan estimasi, asumsi, dan kebijakan akuntansi karena
memiliki keterbatasan tertentu. Fleksibilitas yang dimilki manajemen ini juga
ditakutkan secara sengaja dimanfaatkan oleh manajemen unuk melakukan manipulasi
terhadap earnings (earnings management) karena adanya motif dan insentif tertentu
dari manajemen tersebut. Menurut Hidayati dan Zulaikha (2003) dalam
Wahyuningsih (2007) konsep akrual memungkinkan dilakukannya rekayasa laba atau
earning management oleh manajer untuk menaikkan atau menurunkan angka akrual dalam laporan laba rugi. Perekayasaan laba juga dapat dilakukan dengan mendistorsi
laba dengan cara menggeser periode pengakuan biaya dan pendapatan (Fisher dan
Rozenzweing, 1995).
Francis et al (2005) menyatakan bahwa komponen kualitas akrual dapat
dibedakan menjadi dua faktor, yaitu kualitas akrual innate dan kualias akrual
discretionary. Innate accruals quality merupakan akrual yang dipengaruhi atau diakibatkan kondisi perekonomian, operasional perusahaan, dan merefleksikan
subjek kewenangan atau keleluasaan dari pilihan manajemen (managerial discretion)
dan merefleksikan dasar dari kebijakan akuntansi dalam praktik akuntansi
perusahaan. Discretionary accruals adalah bagian dari kebijakan yang diatur oleh
manajemen sedangkan nondiscretionary accrual adalah bagian akrual yang wajar dan
tidak dapat diubah hanya mengikuti perubahan aktivitas perusahaan Veronika dan
Bachtiar, 2003). Hasil penelitian Subramanyam (1995) menunjukkan bahwa
komponen laba berupa akrual diskresioner dan akrual nondiskresioner tersebut akan
direspon oleh pasar saham.
Akrual yang terjadi karena ada managerial discretion memiliki dua implikasi.
Pertama, melalui keleluasaan yang dimilikinya tersebut manajemen bisa
meningkatkan keinformatifan dari earnings dengan cara membuka informasi private
perusahaan sehingga earnings dapat merefleksikan performa perusahaan yang dapat
diandalkan dan memiliki ketepatan waktu (Guay et al, 1996) sehingga akan menjadi
sarana signaling dari nilai perusahaan kepada investor. Kedua, adanya keleluasaan ini
menyebabkan manajer yang memiliki motivasi dan insentif tertentu memanfaatkan
akrual secara opurtunistik sehingga menyebabkan distorsi pada pelaporan earnings.
Adapun tujuan dari model akrual adalah untuk memisah-misahkan akrual
menjadi komponen yang dapat mengukur earnings berbasis akrual yang
terasosiasikan dengan proses eranings fundamental perusahaan ataukah dengan akrual “abnormal” (akrual yang berasal dari discretionary atau error). Berikut beberapa model yang umum dipakai untuk mengukur kualitas akrual:
1. Model Healy
Healy (1985) menguji manajemen laba dengan membandingkan rata-rata total akrual (diskala dengan log total asset) antara variabel yang merupakan bagian manajemen laba.
Model Healy dirumuskan sebagai berikut:
NDAτ = ∑
dimana :
NDA = estimasi nondiscretionary accrual
TA = total akrual yang diskala dengan lag total asset
t = 1,2,… t merupakan tahun subscript untuk tahun-tahun yang termasuk dalam periode estimasi
τ = tahun subscript yang menunjukkan suatu tahun dalam periode berjalan
2. Model De Angelo
De Angelo (1986) menguji manajemen laba dengan memperhitungkan
perbedaan pertama dalam total akrual, serta mengasumsikan bahwa perbedaan
pertama mempunyai suatu nilai ekspektasi nol di bawah hipotesis nol yaitu tidak
adanya manajemen laba.
Nondiscretionary accrual berdasarkan model De Angelo dirumuskan sebagai berikut :
3. Model Jones
Model Jones (1991) berusaha untuk mengontrol dampak perubahan ekonomi perusahaan terhadap nondiscretionary accrual dirumuskan sebagai berikut :
NDAt = α1(1/At-1) + α2(∆REVt) + α3(PPEt) dimana :
∆REVt = pendapatan tahun t dikurangi pendapatan tahun t-1 yang diskala oleh total aset pada tahun t-1
PPEt = peralatan dan property pabrik tahun t yang diskala dengan total aset pada tahun t-1
At-1 = total aset pada t-1
α1, α2, α3 = parameter spesifik perusahaan 4. Model Industri
Model Industri berasumsi bahwa variasi-variasi yang terdapat dalam faktor-faktor penentu nondiscretionary accrual biasa terjadi pada perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama. Model industri untuk nondiscretionary accrual dirumuskan sebagai berikut:
NDAt = γ1 + γ2 median t (TAt) dimana :
median t (TAt) = nilai median dari total akrual yang diskala dengan lag aset untuk semua perusahaan non sample, yang sama dengan 2 digit kode SIC.
5. Model Jones yang Dimodifikasi
Model Jones yang dimodifikasi oleh Dechow, Sloan, dan Sweeney (1995)
dirancang untuk mengurangi kecenderungan terjadinya kesalahan model Jones, ketika
discretionary diterapkan pada pendapatan. Perubahan pendapatan disesuaikan dengan perubahan piutang, karena dalam pendapatan atas penjualan sudah tentu ada yang
berasal dari penjualan secara kredit. Pengurangan terhadap nilai piutang untuk
menunjukkan bahwa pendapatan yang diterima benar-benar merupakan pendapatan
bersih (Dechow et al, 1995).
Seperti yang dilakukan Jones (1991), perhitungan dilakukan dengan
menghitung total laba akrual, kemudian memisahkan nondiscretionary accrual
(tingkat laba akrual yang wajar ) dan discretionary accrual (tingkat laba akrual yang
tidak normal).
Total akrual merupakan selisih antara net income dengan cash flow operation
yang dirumuskan sebagai berikut (Sook, 1998):
TAit = NIit - CFOit
dimana :
TAit = total akrual perusahaan I pada tahun t
NIit = laba bersih (net income) perusahaan i pada tahun t
CFOit = kas dari operasi (cash flow operation) perusahaan pada tahun t
Total akrual (TAit) sendiri juga merupakan penjumlahan dari nondiscretionary accrual dengan discretionary accrual dengan persamaan sebagai berikut:
dimana :
TAit = total akrual perusahaan I pada tahun t
NDAit = nondiscretionary accrual perusahaan i pada tahun t DAit = discretionary accrual perusahaan i pada tahun t
Total akrual kemudian dirumuskan oleh Jones (1991) yang dimodifikasi oleh Dechow et al (1995) sebagai berikut :
TAit/Ait-1 = α1 (1/Ait-1)+β1(∆REVit / Ait-1- ∆RECit /Ait-1+ β2(PPEit / Ait-1) +εit dimana :
TAit = total akrual perusahaan i pada tahun t
∆REVit = pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi pendapatan tahun t-1
∆RECit = piutang perusahaan i pada tahun t dikurangi piutang tahun t-1 PPEit = aktiva tetap perusahaan i pada tahun t
Ait-1 = total aktiva perusahaan i pada tahun t-1
εit error term perusahaan i pada tahun t
Perhitungan untuk nondiscretionary accrual menurut model Jones yang dimodifikasi kemudian dirumuskan sebagai berikut :
NDAit = α1(1/ Ait-1) + β1(∆REVit / Ait-1-∆RECit / Ait-1) + β2(PPEit / Ait-1).