• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS KUALITAS DAN EFEKTIVITAS E-GOVERMENT

A. Kualitas dan Efektivitas Website Pemda DIY

a. Selayang Pandang

Website Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang

beralamatkan www.jogjaprov.go.id di tangani oleh DISHUBKOMINFO. Website tersebut sudah Online sejak 7 Oktober 2002, dengan mengalami beberapa kali perubahan, dari konten, dan alamat server yang dulunya www.jogja.go.id kini beralih menjadi

www.jogjaprov.go.id. Peralihan ini juga membawa beberapa inovasi

yang dihadirkan dari pihak pemerintah setelah delapan tahun website

tersebut Online di tengah-tengah masyarakat.

Selayang pandang merupakan gambaran atau profil secara singkat tentang keberadaan dari pemerintah daerah yang bersangkutan (DIY). Aspek-aspek yang ada dalam selayang pandang meliputi : sejarah singkat daerah, motto daerah, lambang dan arti lambang daerah, visi dan misi daerah, dan lokasi daerah bersangkutan.

63 Pada website Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta yang terbaru mengadopsi sistem tampilan yang simpel namun tetap memberikan kesan elegan. Dibuktikan dengan menggolongkan pelayanan berdasarkan tipe pengakses, beranda, warga, pembisnis, pemerintahan. Masing-masing menu menyajikan pelayanan pemerintah berdasarkan penggolongan di atas. Berikut wawancara dengan Kabid Manajemen Informatika:

“...Penempatan tata letak selayang pandang sengaja di kategorikan dalam menu pemerintahan, hal ini dikarenakan kebutuhan masyarakat pada era ini lebih mementingkan update berita dan informasi kepemerintahan yang bersifat administratif...”

(Zaenuri, 2016)

Menurut pihak pengelola kabid manajemen informatika, penempatan selayang pandang sengaja tidak diletakan pada halaman awal, dikarenakan pada data internal mereka, masyarakat lebih merujuk informasi pemerintah dan pelayanan publik. Akan tetapi hal ini tentu saja menyulitkan bagi masyarakat atau pengunjung yang ingin mengenal informasi Daerah istimewa Yogyakarta secara resmi.

Pembaharuan selayang pandang berdasarkan pada penelitian yang bersangkutan pada tahun 2012, sekarang ini mengalami pembenahan dan peningkatan kualitas. Sesuai pedoman yang diterbitkan USDRP aspek selayang pandang dipisahkan dengan pemerintah daerah. Di mana

64 halaman utama di isi dengan berita terbaru tentang Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penyajian profil pemerintah langsung menguraikan pilihan informasi pemerintahan secara umum untuk memperkenalkan kepada publik. Ada lima menu pilihan yang terdapat pada profil pemerintah, diantaranya :

1) Kelembagaan DIY. Berisi tentang informasi kelembagaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Mencangkup biro pemerintahan, dinas, inspektorat dan badan-badan kepemerintahan.

2) Rencana strategis. Memaparkan rencana kepemerintahan, dari rencana pembangunan jangka pendek dan panjang, rencana pembangunan daerah, laporan pertanggungjawaban, dan profil Daerah Istimewa Yogyakarta.

3) Visi misi tujuan dan sarana. Menjelaskan dasar dari pembangunan dan tujuan ke depan Daerah Istimewa Yogyakarta.

4) Lambang daerah. Menerangkan secara detail arti lambang daerah, pemaparan di jabarkan dengan memasukan sejarah dari terbentuknya Daerah Istimewa Yogyakarta.

5) Sejarah. Mengulas kembali terbentuknya Daerah Istimewa Yogyakarta secara terperinci mulai sebelum kolonial hingga terbentuk dan menjadi kesatuan dengan Indonesia.

65 Selayang pandang yang disajikan website Daerah Istimewa Yogyakarta cukup lengkap dan cukup jelas. Walaupun penempatan selayang pandang pemerintah sudah dipisahkan dengan profil daerah, akan tetapi penempatanya yang cukup sulit untuk di cari cukup membuat pengakses susah menemukanya.

Mengacu pada wawancara dengan pihak kabid informasi dan komunikasi, dimana kebutuhan umum masyarakat sekarang ini telah berubah. Masyarakat mengutamakan pelayanan e-goverment yang padu. Tetapi melihat komposisi selayang pandang yang disajikan cukup padu, dan menjadi nilai tambah tersendiri.

Berikut jika kita bandingkan tampilan selayang pandang website

Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Pemerintah Bandung. Dimana pada situs resmi pemerintahan Bandung kita tidak dapat menemukan selayang pandang profil daerah. Hal yang cukup aneh jika kita lihat Bandung merupakan kota yang sedang pesat-pesatnya mengalami pertumbuhan teknologi dan informasi.

66 Gambar 3.1 selayang pandang pada website DIY

Gamba diatas adalah contoh sub menu pada bagian selayang pandang Daerah Istimewa Yogyakarta yang akan kita bandingkan dengan gambar selayang pandang website Pemda Bandung.

67 Pada gambar di atas (3.1) dan (3.2) adalah contoh selayang pandang dari masing-masing Pemda. Perbedaan mendasar pada gambar diatas adalah :

1) Pada gambar 3.1 : website Daerah Istimewa Yogyakarta menyediakan selayang pandang Profil Pemerintahan walau di letakan pada menu Pemerintahan, di mana dapat lima pilihan menu di antaranya kelembagaan, rencana strategis, visi misi tujuan dan sarana, lambang daerah, sejarah. Kemudahan akses juga menjadi prioritas utama dengan tetap memberikan menu utama pada artikel yang kita buka sehingga untuk mengakses menu lainya cukup mudah,

2) Pada gambar 3.2 : berbeda dengan halnya website Pemda Bandung, di sini kita tidak akan menemukan profil pemerintahan, hanya disediakan tentang pengelola website dan info pemerintahan. Bahkan data yang disediakan tidak di isi dengan lengkap, sehingga dapat kita katakan website ini tidak memiliki profil pemerintahan yang memadai.

Dari perbandingan di atas, dapat kita simpulkan pembenahan tata letak website Daerah Istimewa Yogyakarta berjalan dengan baik, jika kita tinjau dari website Pemerintah Bandung dan pada penelitian yang dilakukan pada tahun 2012. Hal ini menunjukan kesiapan pemerintah dalam mengimplementasikan E-goverment.

68 Sedikit pembenahan yang perlu dilakukan oleh pengelola website untuk melakukan pembaharuan yang terjatwal sehingga pembaharuan informasi pada menu profil pemerintah terbarui dengan keadaan yang sedang terjadi.

b. Pemerintah Daerah

Seperti yang telah di terangkan di atas, pada website tahun 2015 profil pemerintah telah dipisah dengan profil pemerintah daerah. Mempermudah masyarakat dalam membedakan profil daerah dan pemerintahan. Di mana Daerah Istimewa Yogyakarta di bagi menjadi lima kabupaten kota, yaitu Jogja kota, Bantul, Sleman, Kulonprogo, Gunungkidul. Data yang tersaji dalam pilihan menu profil Pemerintah Daerah di kategorikan kedalam enam pilihan menu yang masing-masing menyajikan data daerah dengan keragamanya.

“...sejak tahun 2014 kita berbenah secara internal untuk melakukan pembenahan secara internal. Yang mengutamakan setiap cabang kantor dinas di Yogyakarta untuk online dan saling terhubung dengan setiap institusi, sehingga mempermudah dalam melakukan pekerjaan antar institusi dengan media e-goverment...” (Zaenuri, S.kom., 2016)

Dari hasil wawancara dengan ketua Kabid Manajemen Informatika dapat di katakan pemerintah Yogyakarta melakukan inovasi dalam bidang e-goverment, yang terfokus pada kelengkapan data website

Pemerintah Daerah. Demi melakukan pemerataan pembangunan daerah, sehingga pemisahan profil daerah di manfaatkan dengan data kedaerahan yang cukup lengkap.

69 Akan tetapi hal yang cukup aneh, dalam profil daerah tidak terdapat data tentang profil pejabat daerah. Hal ini cukup disayangkan karena data pemimpin sangat berpengaruh untuk menjadikan ikon dari daerah yang di pimpinya. Berikut wawancara dengan Kabid Manajemen Informatika:

“...mengenai profil pejabat daerah yang tidak di lampirkan kedalam profil daerah dikarenakan profil daerah menjelaskan secara spesifik daerah tersebut tanpa mencampurkan profil pemerintahan daerah tersebut. Dengan demikian pengakses dapat mengetahui profil pejabat daerah dengan mengunjungi website daerah tersebut, sehingga dapat sekaligus mempromosikan website daerah...” (Zaenuri, S.kom., 2016)

Sebagai sarana mempromosikan website daerah, pengguna website

yang ingin mengenal pejabat daerah harus mengunjungi website resmi daerah. Hal ini merupakan strategi Kominfo dalam mempromosikan daerah.

“...karena pada kenyataanya website Pemerintahan Yogyakarta

yang beralamatkan di www.Jogjaprov.go.id merupakan induk inang

dari masing-masing UPTD, kelembagaan, dinas, dari setiap kabupaten yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta...” (Adam, 2016)

Tentu saja penjelasan di atas cukup dapat diterima demi pemerataan pembangunan daerah. Dalam penyajian data profil daerah dibagi menjadi enam pilihan informasi, di antaranya :

70 1) Kondisi geografis. Menyajikan keadaan Yogyakarta menurut pemetaanya. Hal yang disanyangkan tanpa tampilan yang memadai tentang peta Daerah Istimewa Yogyakarta.

2) Profil sektoral Pertanian. Hal baru yang dihadirkan dalam profil daerah semakin memperlengkap pengenalan mendalam daerah Yogyakarta. menyajikan informasi pertanian seputar pangan pokok. 3) Jogja never ending Asia. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mengambil branding tersebut dengan beralaskan tiga faktor utama, yaitu krisis ekonomi yang berlanjut membuat wisatawan, investor, trader merasa tidak aman untuk berkunjung ke Yogyakarta, sehingga pemerintah daerah berusaha meyakinkan mereka bahwasanya Yogyakarta tetap memiliki iklim yang positif. Yang kedua globalisasi, benar-benar dimanfaatkan pemerintah sebagai sarana untuk menarik peminat wisatawan. Dan yang terakhir Pemerintah daerah menyadari kedua hal di atas dapat menyokong pertumbuhan ekonomi.

4) Jumlah penduduk. Menampilkan data statistik kependudukan Daerah Istimewa Yogyakarta. Data kependudukan ditampilkan dalam bentuk tabel dan terdapat penyebaran penduduk masing-masing daerah dalam bentuk diagram. Berikut tabel kependudukan yang tersaji cukup jelas dalam website :

71 Tabel 3.1 jumlah penduduk DIY, sensus penduduk tahun 2010 Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah Sex

ratio Kota Yogyakarta 189.137 199.49 388.627 94,81 Bantul 454.491 457.012 911.503 99,45 Kulon Progo 190.694 198.175 388.869 96,23 Gunung Kidul 326.703 348.679 675.382 93,70 Sleman 547.885 545.225 1.093.110 100,49 DIY 1.708.910 1.748.581 3.457.491 97,73 Sumber : (DIY, 2013)

Selain memuat data kependudukan per daerah di atas dalam website

juga di sertakan estimasi penyebaran jumlah penduduk dalam diagram

Gambar 3.3 Diagram penyebaran penduduk DIY

72 Data di atas disajikan cukup runtut dan jelas. Hal ini merupakan inovasi pemerintah dalam menyediakan kelengkapan data dalam profil daerah. Pengapresiasian ini cukup membanggakan dalam perkembangan e-goverment.

5) Indeks pembangunan manusia. IPM menurut Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012 menunjukan bahwa kota Yogyakarta menduduki peringkat ke-1 dengan angka 80,24 di ikuti dengan Sleman pada angka 79,31. sementara ketiga kabupaten lainya masih dengan IPM relatif rendah, Bantul 75,58 dan Kulon Progo 75,33 serta Gunung Kidul 71,11. Serta berikut gambar indek pembangunan manusia seka nasional dan Yogyakarta :

Gambar 3.4 IPM Yogyakarta dan Nasional

Sumber : (Indonesia, 2012)

6) Topografi. Penyajian informasi topografi dalam profil daerah merupakan hal baru dalam website Pemerintahan. Pada tampilan

73 memberikan gambaran Daerah Istimewa Yogyakarta secara cukup detail, mulai dari tata letak, ketinggian, keadaan laut, keadaan tanah yang di miliki.

Dapat kita lihat seberapa lengkap dan keragaman informasi yang di sediakan pemerintah di dalam website Jogjaprov.gi.id. jika kita meninjau ke belakang pada tahun 2012 desain dan penyajian data belum selengkap pada saat ini. Tentu saja hal tersebut menunjukan keseriusan pemerintah dalam pengembangan e-goverment. Berikut wawancara dengan Sekertaris Plaza Informasi:

“...seperti yang telah disampaikan Kabid Manajemen Informatika, bahwa kami selaku pengelola website melakukan pemerataan informasi, sehingga pembangunan daerah di harapkan akan merata kedepanya. Hal ini kami tunjukan melalui kelengkapan dan keseimbangan informasi pada Profil Pemerintahan dan Profil Daerah...”(Bp.Baryo, 2015)

Sesuai fakta yang di sajikan dalam website pemeritah pembaharuan dan inovasi yang di lakukan cukup baik, dalam kelengkapan informasi dan desain tata letak. Hal ini berbanding lurus dengan hasil wawancara bersama Bp. Baryo selaku Kabid Informasi dan Komunikasi Publik. Memang jika kita tinjau dari penempatan profil pemerintah dan profil daerah yang di letakan cukup tersembunyi dapat menyulitkan pembaca. Akan tetapi jika berorientasikan pada tujuan pemerintah untuk mengutamakan informasi publik dan pelayanan e-goverment, makan langkah tersebut cukup tepat.

74 c. Geografi

Sesuai standar isi website menurut Depkominfo, salah satu poin yang harus ada adalah Geografi. Pada website sekarang ini pilihan menu geografi sudah tidak dipisah sendiri lagi, berbeda pada tahun sebelumnya akses geografi masih di utamakan dengan menjadikanya menu pada pilihan utama. Mengacu pada tujuan pemerintah untuk mengutamakan pelayanan e-goverment, memang wajar jika mengkesampingkan menu geografi dan di lebur kedalam profil daerah. Berikut wawancara dengan Sekertaris Plaza Informasi:

“...menurut kami, masyarakat yang mengakses dan membutuhkan tentang data goegrafi sebuah daerah sekarang ini lebih memilih untuk mendapatkanya melalui sumber lain yang lebih spesifik. Oleh karena ini peleburan menu geografi ke dalam profil daerah merupakan langkah yang tepat. Serta menurut kami data geografi yang kami sediakan cukup lengkap jika di tinjau secara umum...” (Bp.Baryo, 2015)

Benar adanya menu geografi sekarang dikategorikan ke dalam pilihan profil Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang terpapar menurut penulis cukup dapat di terima. Data tersebut Yogyakarta secara kondisi geografis, iklim, geologi, gomorfologi, jenis tanah, dan hidrogen daerah. Penggambaran keadaan geografis dilakukan secara baik melalui tulisan. Pada pemaparan keadaan geografis, pemerintah berorientasikan pada potensi iklim yang mendukung untuk area wisata dengan tujuan dapat menunjang perekonomian masyarakat.

Menurut data yang tersaji, pengembangan suatu potensi sumberdaya alam harus memperhatikan sifat dari sumbernya yang akan

75 dikembangkan, yaitu apakah sumberdaya alam tersebut merupakan cadangan (tak terbaharui) atau sebagai sumber alam yang terbaharui.

Kondisi geografis wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta di jabarkan cukup simpel dan jelas, seperti batas wilayah, dan cangkupan Daerah Istimewa Yogyakarta. Diterangkan bahwa luas wilayah memiliki area 3.185,80 km dengan di bagi menjadi empat kabupaten dan kota. Setiap kabupaten atau kota memiliki kondisi fisik yang berbeda sehingga potensi alam yang tersedia juga tidak sama. Kondisi ini membuat penentuan pengembangan daerah menjadi tanggung jawab masing-masing kabupaten atau kota.

Mengacu pada otonomi daerah dan server induk website, membuat pemerintah hanya menyajikan informasi geografis secara umum dan sederhana. Hal ini dikarenakan masing-masing daerah memiliki potensi yang berbeda dengan daerah lainya, dan hak daerah untuk mengembangkan daerahnya masing-masing sesuai dengan hukum yang berlalu. Di sisi lain prioritas website pemerintah yang berguna sebagai induk inang dari website kabupaten atau kota pada Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga membuat pengelola website hanya menampilkan informasi geografis daerah secara umum.

Untuk mendapatkan informasi geografi secara spesifik, memaksa pengunjung untuk mengakses website masing-masing kabupaten/kota yang diperlukan. Guna tujuan awal pemerintah sebagai pemerataan

76 informasi dan pembangunan. Di sini penulis mengapresiasi pihak pengelola website dalam melakukan strategi pembangunan e-goverment

secara merata.

Kualitas penyajian informasi geografi dalan website ini memang belum dapat dikatakan baik, tetapi jika kita bandingan dengan website pemerintahan kota Bandung yang dikatakan sebagai kota cyber saat ini, ternyata website Daerah Istimewa Yogyakarta masih dapat dikatakan lebih baik, berikut gambaran website kedua kota :

Gambar 3.5 tampilan menu geografi website DIY

Sumber : Jogjaprov.go.id

Ditijau dari segi tampilan dan tata letak memang baik dan simpel, sehingga mempermudah pengunjung. Yang sangat disayangkan pada menu geografi ini informasi Daerah Istimewa Yogyakarta sangat minim.

77 Tetapi setidaknya pemerintah tidak menghilangkan menu geografi ini di tengah-tengah terjadinya kepentingan e-goverment.

Gambar 3.6 Tampilan menu Geografi Kota Bandung

Sumber : Bandung.go.id

Sangat disayangkan dimana pemerintahan sekaliber Bandung tidak menyertakan informasi Geografis, bahkan profil pemerintah juga tidak lengkap. seperti pada gambar diatas yang terdapat lingkaran merah. Dari perbandingan kedua gambar di atas, dapat disimpulkan pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta masih memiliki kualitas dan kelengkapan

website yang lebih baik. Walau mengacu pada perkembangan

e-goverment, pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tidak

78 Setiap pemerintahan memiliki sistematika dalam penyelenggaraan

e-goverment. Akan tetapi ketentuan standar dalam pembuatan website

pemerintah haruslah tetap terpenuhi sebagai mana pada semestinya yang telah di tetapkan oleh DEPKOMINFO. Walau terjadi pergeseran fungsi dalam pengaplikasian website pada era sekarang mengacu ke pelayanan

goverment to Public. Hal ini menjadi nilai positif terhadap kelengkapan informasi pada pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa menghilangkan tujuan utama sebagai website pelayanan masyarakat.

d. Peta Wilayah dan Sumberdaya

Peta wilayah merupakan gambaran kongkrit suatu daerah yang menyajikan batas administrasi wilayah daerah yang bersangkutan dalam bentuk peta. Sedangkan peta sumberdaya menampilkan sumberdaya suatu darah pemerintahan dalam bentuk peta beserta informasi sumberdaya daerah tersebut, bertujuan untuk mempermudah keperluan para audience dalam hal bisnis maupun kepentingan pembangunan.

Penyajian informasi peta suatu daerah sangat sensitif mengingat pengguna layanan website dapat mengetahui tata letak dan posisi secara signifikan daerah yang akan dipelajari. Mengingat hal itu pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tidak lupa untuk menampilkan peta wilayah dalam setiap halaman website.

Pada website pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta hampir pada setiap tampilan menu website menampilkan peta wilayah/lokasi

79 Yogyakarta. Bertujuan untuk audience yang belum mengenal Yogyakarta dapat dengan mudah mengenal keadaan jalan dan batas-batas kota. Berikut wawancara dengan Kabid pengembangan LTI:

“...setiap tampilan pada menu kami menyisipkan peta Daerah Istimewa Yogyakarta. Di sisi lain kami juga memberikan informasi peta untuk pengunjung pembisnis...” (Wahyudi, 2016)

Seharusnya menurut penulis, informasi peta wilayah dibagi menjadi tiga bagian, peta halaman warga, peta halaman pembisnis, peta halaman pengunjung. Tetapi di sini hanya tersedia dua pilihan informasi peta wilayah, pada setiap halaman website di lampirkan informasi peta wilayah, dan pada halaman pembisnis di sisipkan pilihan menu peta digital sentra IKM, dan peta lokasi balai bisnis.

Gambar 3.7 peta wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

80 Hampir pada setiap tampilan website di setiap pilihan menu di sisipkan tampilan peta wilayah seperti di atas. Memang informasi itu sangat bermanfaat bagi pengunjung yang belum cukup paham keadaan lokasi Yogyakarta. Namun, bila kita bandingkan untuk pemerintah sekaliber Daerah Istimewa Yogyakarta hanya menampilkan peta yang mengambil/copas dari google-maps tentu saja sangat tidak relevan dan berkesan kurang profesional. Seharusnya untuk pemerintahan sekaliber Yogyakarta mampu untuk mencari tenaga ahli dalam pemetaan daerah yang lebih spesifik, mengingat Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai sumberdaya yang cukup mumpuni.

Tata letak penempatan informasi peta wilayah juga tergolong kurang baik, penulis mengasumsi penempatan peta hanya di sajikan sebagai pelengkap tanpa mempertimbangkan aspek penting lainya. Peta wilayah di sematkan di bawah pilihan-pilihan menu dan berita utama website, sehingga sulit untuk di lihat.

Sementara itu sejauh penulis melakukan penelusuran mengenai tampilan peta yang memadai, disini penulis tidak menemukan website pemerintahan daerah yang mampu menghadirkanya, kecuali DKI Jakarta yang mengusung konsep Jakarta Smart City.

Beralih ke peta sumberdaya, di sini penulis tidak menemukan satupun peta sumberdaya baik dalam bentuk peta ataupun pemaparan. Sangat disayangkan memang untuk pemerintah sekaliber Yogyakarta

81 tidak memiliki profesionalitas dalam menyajikan data peta daerah. Sehingga pemerintah hanya menampilkan peta wilayah tanpa keterangan apapun, jelas terlihat ke-tidak siapan dalam pengelolaan

website dalam bidang pemetaan daerah.

Menunjang kelengkapan peta wilayah dan sumberdaya, pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta turut menghadirkan adanya peta khusus bagi audience pembisnis. Seperti yang sudah di paparkan, peta pembisnis di golongkan kedalam dua klarifikasi, peta digital sentra IKM, dan peta lokasi balai bisnis. Dengan pengklarifikasian peta pembisnis, diharapkan dapat mempermudah penggolongan kepentingan bisnis.

Peta pembisnis merupakan langkah kongkrit pemerintah dalam menjaring investor, dan mempermudah pelaku bisnis dalam mencari, dan menentukan fokus bisnis di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam peta bisnis ini juga di tampilkan informasi tender terbaru dari pemerintah. tidak lupa pengembang website menyertakan informasi dan trafik transportasi baik darat dan udara.

Melihat kelengkapan menu pilihan pada peta pembisnis ini membuat

audience memiliki ekspetasi yang baik, tetapi fakta yang sebenarnya ketika penulis mengaksesnya, setiap menu pilihan pada peta pembisnis masih kosong. Berikut wawancara dengan Kabid Penyiapan Informasi:

82 “...sebenarnya website pemerintah masih dalam tahap penyempurnaan dan pengembangan, dikarenakan per-tanggal satu Januari 2016 website mengalami pergantian server, tentun saja semua data dan informasi haus kami bangun ulang dari awal...” (Harimurti, 2016)

Sebenarnya kesiapan pemerintah dalam menyediakan informasi peta wilayah dan sumberdaya dapat meniru dari kesiapan pemerintah DKI Jakarta, dimana informasi Peta wilayah dan sumberdaya serta peta pembisnis di rangkum kedalam satu tampilan kompleks peta. Berikut contohnya :

Gambar 3.8 peta wilayah dan sumberdaya DKI Jakarta

Sumber : Jakarta.go.id

Tampilan peta wilayah sumberdaya dan pembisnis DKI Jakarta sangat simpel, disajikan dalam satu halaman dan pengunjung hanya memilih informasi yang di butuhkan antara wilayah, sumberdaya, dan

83 pembisnis. Bahkan lokasi bangunan dan nama jalan di sajikan dalam bentuk interaktif.

Sebagai acuan dalam memperbaiki komposisi website pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, perlu di garis bawahi bahwasanya tampilan peta suatu daerah sangat mempermudah audience dan juga sebagai sarana promosi dan pengenalan keadaan geografis.

Lengkapnya konten dalam suatu website menandakan kesiapan pemerintah dalam mengadakan pelayanan e-goverment secara prima. Untuk menyajikan kelengkapan peta seperti pemerintahan DKI Jakarta memang cukup membutuhkan waktu.

e. Peraturan Atau Kebijakan Daerah

Setiap daerah pemerintahan memiliki produk hukum peraturan daerah ataupun kebijakan daerahnya masing-masing sesuai peraturan pemerintah. Di mana kebijakan ini bentuk nyata dari adanya kebijakan otonomi daerah. Masing-masing darah di beri hak, wewenang dalam mengurus dan mengatur urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Peraturan atau kebijakan daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama kepala daerah (Gubernur atau Bupati/Wali Kota). Pengertian peraturan Daerah Provinsi ditemukan dalam pasal 1 angka 7 Nomor 12 Tahun 2011.

84 Peraturan atau kebijakan daerah memuat tentang berbagai macam peraturan daerah (perda) yang telah dibuat dan di terbitkan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Dengan adanya website

pemerintahan, diharapkan dapat membantu pemerintah dalam

Dokumen terkait