2.4.1 Definisi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu tentang posisinya dalam kehidupan dalam konteks budaya dan nilai sistem di mana dia tinggal dan dalam kaitannya dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatiannya. Ca memengaruhi kualitas hidup pasien di tingkat yang berbeda-beda. Masalah utama yang mempengaruhi kualitas hidup pasien adalah dampak mental dan emosional dari penyakit, tindakan diagnostik dan terapeutik, stres, nyeri, depresi, dan konsekuensi penyakit pada keluarga, perkawinan, dan hubungan sosial, serta beban ekonomi yang diinduksi, masalah gizi , dan komplikasi perawatan. Penentuan kualitas hidup pasien kanker dapat memberikan staf medis dengan solusi baru dalam membantu mereka menjadi mandiri dalam melakukan urusan kehidupan di bawah situasi kritis dan non-kritis. Peningkatan kualitas hidup pasien kanker adalah tujuan utama perawatan medis dan terapeutik.
Pengenalan konsep kualitas hidup sebagai tolak ukur hasil dalam perawatan kesehatan, pada 1970-an dalam konteks kemajuan medis. Kualitas hidup dianggap membawa kemajuan hingga peningkatan dalam harapan hidup, sejak penyakit akut yang sebelumnya mematikan (mis. infeksi) menjadi dapat disembuhkan, dan penyakit kronis (mis. diabetes) bisa juga dikendalikan oleh perawatan yang efisien. Sehingga, menjadi sangat penting untuk mengukur bagaimana orang menjalani 'tahun-tahun tambahan' ini.
Di faktanya, Fallowfield (1990) mendefinisikan Quality of Life sebagai ‘yang hilang mengukur kesehatan ' (Panzini, 2017).
2.4.2 Aspek – Aspek Hidup
Kualitas hidup penderita Ca berhubungan dengan tingkat kemandirian penderita namun kemandirian tersebut melum tentu dimiliki oleh tiap penderita karena Ca mempengaruhi kesejahteraan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual individu.
1. Aspek Kesehatan Fisik
Pasien Ca yang menjalani pengobatan kemoterapi menerima efek berupa osteoporosis, gagal jantung kongestif, dibetes, amenore pada wanita, kemandulan, maslah motilitas gastrointestinal, fungsi hati yang abnormal, fungsi imunitas yang terganggu, parestesia, kehilangan pendengaran, dan masalah dengan pemikiran dan ingatan. Terapi Ca sendiri sering menimbulkan rasa nyeri dan neuropati. Keluhan penderita Ca yang sering ditemui ialah rasa lelah akibat Ca (cancer related fatigur, CFR) dan gangguan tidur. Oleh karena adanya kerusakan jaringan irreversible, kondisi tertentu akan terus berjalan dalam waktu yang tidak terbatas. Penurunan fungsi fisik dilaporkan terjadi setelah terapi primer terlaksana, terutama pada mereka yang menjalani masektomi atau kemoterapi (Ganz et al., 2014).
2. Aspek Psikologis
Tekanan psikologis mungkin didapatkan oleh penderita Ca Mammae dikarenakan oleh efek samping terapi dan efek fisik yang mungkin mengakibatkan perubahan citra tubuh. Tekanan psikologis yang di jelaskan disini merupakan tekanan yng bersifat negatif
dan bersifat multifaktorial. Hal ini mengganggu kemampuan melawan penyakit, dengan terapinya (Wilkes, 2013). Perasaan penderita juga dapat berupa kesedihan sampai depresi. Rasa lelah dan gangguan tidur jangka panjang merupakan contoh akibat dari kegelisahan dan depresi pada penderita.
Masalah psikologis lainnya yang dialami penderita yakni post traumatic syndrome disorder (PTSD) dimana penderita memiliki ciri adanya respon emosional akut terhadap kejadian traumatik. Penderita mengalami gejala PTSD (kesedihan, mimpi buruk, serangan panic, rasa takut) sebanyak 4 -19% sebagai akibat diagnosis, terapi atau episode traumatik masa lalu. Risiko PTSD meningkat jika klien tersebut seorang wanita, berusia muda, berpendidikan, dan berpenghasilan rendah, serta memiliki dukungan dan emosional yang minimal (Seng, 2012).
Efek dari Ca Mammae berpengaruh kepada keluarga, performa peran, performa diri, dan kerja serta mengisolasi penderita dari kegiatan sosial. Tak hanya itu C Mammae mengubah citra tubuh, penderita depresi, kegelisahan, dan gangguan pada hubungan interpersonal serta pada fungsi seksual. (IOM, 2016).
3. Aspek Hubungan Sosial
Ca member dampak pada seluruh kelompok usia. Efek perkembangan Ca dapat dilihat jelas pada akibat sosialnya yang terjadi pada seluruh masa kehidupan. Bagi para remaja maupun dewasa muda, kanker sangat mempengaruhi keterampilan sosial, perkembangan seksual, citra tubuh, dan kemampuan merencanakan masa depan. Ca akan mengganggu kehidupan sehingga mereka merasa tertinggal dari kelompoknya dan menganggap minat sebagai hal yang superfisial (Blum, 2016). Selain itu, Ca menyebabkan
mereka merasa berbeda dan memiliki maslah dalam membina hubungan karena adanya ketakutan dan penolakan. Perjalanan Ca ataupun terapinya sering menyebabkan seorang dewasa muda untuk menunda proses meninggalkan kedua orang tuanya. Hal ini menyebabkan karier lama sehingga mereka merasa tidak dibekali dengan cukup untuk hidup di dunia nyata.
Para dewasa (usia 30 sampai 59) yang mengalami Ca akan mnejalani perubahan dalam keluarganya. Dengan adanya diagnosis Ca , setiap peran, rencana dan kemampuan anggota keluarga akan berubah (Blum, 2016). Pasangan yang sehat akan memiliki tanggung jawab tambahan berupa mencari penghasilan tambahan bagi keluarga. Seorang pasangan, saudara kandung, kakek/ nenek, sering memperoleh tanggung jawab pengasuhan bagi penderita Ca. Penderita yang mengalami perubahan seksualitas, rasa intim, dan kesuburan akan menghadapi perubahan pada pernikahannya, serta dapat berakibat pada perceraian. Tak hanya itu Ca juga memperngaruhi kesempata kerja, beban ekonomi, dan kesejahteraan spiritual.
2.4.3 Pengukuran Kualitas Hidup
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu tentang posisinya dalam kehidupan dalam konteks budaya dan nilai sistem di mana dia tinggal dan dalam kaitannya dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatiannya. Ada empat dimensi pada kualitas hidup ini “
1. Dimesi yang berhubungan terhadap penilaian individu terhadap dirinya yaitu Dimesi Kesejahteraan Psikologis.
2. Dimensi yang berhubungan terhadap fisiknya seperti rasa sakit, tidak nyaman dan lainnya yakni Dimensi Kesehatan Fisik.
3. Dimensi yang berhubungan terhadap hubungannya dengan orang lain yakni Dimensi Sosial.
4. Dimensi yang berhubungan terhadap penilaian lingkungan tempat tinggal, sarana prasarana yang dimiliki yakni Dimensi Lingkungan.
Pengkajian ini menanyakan mengenai apa yang dirasakan berkaitan dengan kualitas hidup, kesehatan, atau hal lain dari hidup dan diharapkan responden menjawab semua pertanyaan. Jika responden tidak yakin tentang tanggapan apa yang diberikan pada suatu pertanyaan, harap pilih satu yang paling sesuai. Responden diharapkan untuk mempertimbangkan standar, harapan, kesenangan dan kekhawatiran yang dirasakan dan untuk memikirkan tentang kehidupan responden dalam dua minggu terakhir (Nanda, 2017).