• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kualitas Hubungan Pernikahan

20

dimiliki lansia dan keyakinan yang matang tentang kematian; 7) Tingkat pengaturan dan kendali pada individu lansia dalam hal ketergantungan pada orang lain; 8) Tingginya kualitas hubungan, adanya dukungan sosial dan persahabatan yang dirasa menyenangkan oleh lansia.

Pada masa lanjut usia, individu cenderung akan hanya tinggal berdua dirumah karena anak-anak mereka telah hidup masing-masing dan hal itu menyebabkan hubungan pernikahan pada lansia dianggap penting (Hurlock, 2003). Hal terserbut menunjukkan bahwa kualitas hubungan pernikahan lansia akan berdampak besar bagi lansia, salah satunya terhadap successful aging-nya.

B. Kualitas Hubungan Pernikahan

1. Pengertian Kualitas Hubungan Pernikahan

Kualitas hubungan Pernikahan merupakan penilaian dan evaluasi secara subjektif yang dilakukan oleh pasangan yang menikah terhadap perkawinannya mulai dari kepuasan pernikahan, interaksi, serta kebahagiaan yang terefleksi sepanjang rentang perkawinannya, Spanier (Ridder, 1997). Sejalan dengan pemikiran tersebut, Johnson (1992) menyimpulkan bahwa kualitas perkawinan sebagai cara seseorang merasakan kondisi perkawinannya, terkait dengan kepuasan mereka terhadap kondisi tersebut. Menurut keduanya, kualitas hubungan pernikahan dapat dilihat dari

21

bagaimana persepsi subjektif lansia terhadap pernikahan yang dimilikinya.

John,Seme dkk. (2016) mengatakan bahwa kualitas hubungan perkawinan dipandang sebagai hal yang multi dimensional yang mengukur karakteristik obyektif dari hubungan pernikahan seperti tingkat persahabatan, tingkat komunikasi, kasih sayang, kepercayaan dan konflik, bersama dengan aspek subjektif seperti kebahagiaan dan kepuasan pernikahan. Mendukung hal itu, Brubaker (Ridder, 1997) menyebutkan bahwa hubungan persahabatan diantara pasangan menjadi hal utama karena dalam hal tersebut pasangan menjalankan peran "memberi dan menerima" dan saling berbagi dalam hubungan mereka. Hubungan persahabatan yang dimiliki diantara suami dan istri adalah faktor yang sangat memperngaruhi kualitas hubungan pernikahan,

Menurut penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas hubungan pernikahan adalah penilaian sepasang suami dan istri memberikan penilaian dan pandangan pada kehidupan pernikahan mereka terkait dengan kepuasan dan berbagai macam aspek lainnya dalam menjalani pernikahan.

2. Aspek-aspek Kualitas Hubungan Pernikahan

(Wahyuningsih, 2013) mengungkapkan adanya aspek-aspek dari kualitas hubungan pernikahan yang dijabarkan sebagai berikut:

22

a. Persahabatan

Adanya hubungan persahabatan yang harmonis diantara kedua pihak antara suami dan istri memperkuat kualitas hubungan pernikahan mereka. Keharmonisan tersebut memiliki 2 macam indikator yaitu melakukan aktivitas bersama-sama atau masing-masing dari pasangan melakukan hal-hal yang sudah disepakati guna saling membantu menjalankan pernikahan

b. Keharmonisan

Kualitas hubungan pernikahan dapat dilihat dari tingkat konflik yang rendah dan adanya suasana tentram dalam menjalani rumah tangga. Tingkat konflik yang rendah akan tercermin dari jarang timbulnya pertengkaran, Tingkat konflik yang rendah ini menyebabkan pasangan suami istri merasakan ketenangan dan keharmonisan dalam rumah tangga, sepasang suami istri akan senantiasa merasakan ketentraman dan merasa nyaman satu sama lainnya.

c. Kepuasan Terhadap Anak

Kualitas perkawinan yang tinggi dapat dilihat dari perasaan kepuasan bagi suami dan istri terhadap anak yang mereka rawat dan mereka besarkan, baik dari hal prestasi atau saat anak memiliki kepribadian yang dinilai baik, rajin beribadah dan patuh pada ajaran Agama.

23

3. Faktor-faktor Kualitas Hubungan Pernikahan

Allendorf dan Ghimire (2013) menemukan adanya 4 faktor yang paling berpengaruh pada kualitas pernikahan yakni sebagai berikut :

a. Jenis Kelamin

Perempuan pada umumnya berada di bawah suami mereka dalam hirarki keluarga dan diharapkan untuk mengabdikan diri mereka untuk merawat suami mereka dan seluruh keluarga. Dalam hal ini, perempuan menyatakan bahwa mereka merasa kurang puas dengan pernikahan mereka dibandingkan laki-laki, yang tidak membawa tanggung jawab yang sama terhadap istri mereka.

b. Memilih Sendiri Pasangan yang Dinikahi

Dalam kejadian perjodohan, biasanya pasangan dipilih oleh anggota keluarga atas dasar kasta, status ekonomi keluarga pasangan untuk reputasi mereka mereka. Pasangan tersebut biasanya tidak saling kenal sebelum mereka bertunangan dan hanya bertemu beberapa kali saja sebelum mereka menikah. Sebaliknya, ketika seseorang memilih pasangannya sendiri, pilihannya sering didasarkan pada kasih sayang. Dalam pernikahan di mana seseorang memilih pasangan mereka sendiri menunjukkan bahwa mereka yang berpartisipasi dalam pilihan pasangan mereka

24

sendiri akan memiliki kualitas pernikahan yang lebih besar daripada mereka yang pasangannya dipilih oleh keluarga mereka.

c. Pendidikan

Pendidikan memiliki hubungan yang kuat dan konsisten dengan kualitas hubungan pernikahan. Semakin besar pendidikan seseorang, maka semakin besar kualitas perkawinan yang dijalaninya. Pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dan positif dengan cara pandang dan komunikasi

d. Usia Pernikahan

Diantara yang lainnya, usia pernikahan memiliki pengaruh yang paling kuat pada kualitas hubungan pernikahan. Mereka yang telah menikah lebih lama menikah memiliki kepuasan yang lebih besar dan memiliki lebih sedikit masalah dan ketidaksetujuan pada hubungan mereka karena sudah dapat beradaptasi dengan pernikahannya.

Dalam hal ini dapat diketahui bahwa usia pernikahan adalah faktor yang paling kuat dalam kualitas hubungan pernikahan karena semakin lama usia suatu pernikahan, maka semakin banyak hal-hal yang sudah dapat mereka atasi bersama.

Adapula menurut Spanier (Chmielewska, 2012) ada empat faktor utama dari keberhasilan perkawinan yang

25

menghasilkan pernikahan yang berkualitas yakni : 1) peran masing-masing pasangan suami istri pada pernikahan dalam bermusyawarah dan mengambil keputusan; 2) partisipasi keduanya dalam kehidupan berkeluarga; 3) kepuasan pernikahan dan perasan butuh untuk tetap berada dalam hubungan; 4) ekspresi emosional dari pasangan.

Peran satu sama lain dianggap sangat berpengaruh terhadap kualitas hubungan pernikahan, baik dalam pengambilan keputusan, saling berpartisipasi dalam pernikahan, bagaimana pasangan saling merasa membutuhkan dan emosional pasangan satu sama lain.

4. Pendekatan Kualitas Hubungan Pernikahan

Reynold dkk (2014). Menyebutkan adanya dua macam pendekatan utama yang dapat digunakan untuk memahami kualitas hubungan pernikahan:

a. Pendekatan Interpersonal

Pendekatan ini adalah bagaimana pasangan saling berinteraksi dan bagaimana pola komunikasi diantara keduanya, bagaimana mereka mengatasi suatu konflik yang dialami, dan bagaimana pasangan menghabiskan waktu bersama satu sama lain. Pendekatan ini berpusat pada tipe hubungan yang dimiliki oleh pasangan suami istri.

26

b. Pendekatan Intrapersonal

Pendekatan intrapersonal adalah pendekatan melibatkan evaluasi subjektif pasangan terhadap hubungannya. Pendekatan yang mengacu pada seberapa bahagia dan seberapa puas seseorang dalam hubungan pernikahan mereka. Pendekatan ini kembali pada persepsi dari lansia terhadap hubungan pernikahannya.

Dokumen terkait