• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

B. Kelekatan

2. Kualitas Kelekatan

Istilah “kualitas” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) diartikan sebagai tingkat baik buruknya sesuatu, derajat, taraf, atau mutu. Berdasar pada pengertian tersebut, maka kualitas kelekatan mengacu pada tingkat mutu atau kebaikan perilaku-perilaku lekat yang dimunculkan seorang individu.

Ainsworth (dalam Feeney & Noller, 1990) menyatakan bahwa kualitas kelekatan berbeda-beda dan menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda pula. Pendapat ini dikemukakan sebagai hasil dari observasinya mengenai respon dari sejumlah besar anak terhadap episode situasi asing. Variasi kualitas kelekatan dibedakan berdasarkan beberapa tipe kelekatan yang digolongkan dari variasi respon anak terhadap situasi asing tersebut. Menurut Ainsworth (dalam Santrock, 1999; Feeney dan Noller, 1990; Mikulincer, Florian, dan Tolmacz, 1990; dan Hazan dan Shaver, 1987), pada dasarnya tipe kelekatan terbagi dalam dua kategori: tipe kelekatan aman dan tipe kelekatan tidak aman. Lalu tipe kelekatan tidak aman terbagi lagi menjadi dua dengan kekhasan tertentu, yaitu tipe kelekatan cemas dan menghindar.

Mengingat bahwa model mental yang dibentuk oleh seorang individu akan mempengaruhi dirinya, maka tipe kelekatan individu kemudian akan turut mempengaruhi kemampuannya dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Selain itu, perbedaan individual dalam tipe kelekatan adalah cerminan dari

internalisasi bayi tehadap pengalamannya. Berikut ini dijelaskan dengan lebih rinci kekhasan yang terdapat pada ketiga tipe kelekatan:

a. Kelekatan Tipe Aman (secure attachment)

Bayi menggunakan pengasuhnya, biasanya ibunya, sebagai dasar yang dianggapnya aman untuk mengeksplorasi lingkungan. Ketika dewasa, individu dengan tipe kelekatan aman cenderung mengembangkan model mental dengan memandang orang lain sebagai orang yang bersahabat, dapat dipercaya, responsif, dan penuh kasih sayang; dan memandang diri sendiri sebagai orang yang berharga. Individu dengan tipe kelekatan aman juga relatif mudah untuk berdekatan dengan orang lain dan tidak khawatir ditinggalkan. Menurut Kobak dan Hazan (1991), individu tipe ini lebih terbuka dalam mengeksplorasi lingkungan sosialnya, aktif menyerap informasi-informasi sosial, dan peka terhadap informasi yang didapatnya.

b. Kelekatan Tipe Cemas (anxious/ ambivalent attachment)

Bayi dengan tipe kelekatan cemas menunjukkan perasaan tidak aman dengan bersikap melawan ibunya. Model mental yang dikembangkan oleh individu tipe ini ketika dewasa memandang diri sendiri sebagai orang yang gampang curiga dan skeptis; memandang orang lain sebagai orang yang mudah berubah-ubah pendiriannya. Hal ini membuat individu tersebut akan merasa kurang puas dalam menjalin hubungan dengan orang lain, sukar membuka diri, tidak dapat dengan mudah menyandarkan diri begitu saja pada orang lain, dan merasa cemas bila ada orang lain yang berusaha dekat dengannya.

c. Kelekatan Tipe Menghindar (avoidant attachment)

Bayi dengan tipe ini menunjukkan kecemasan dengan bersikap menghindari kontak dengan ibunya. Ketika dewasa, individu dengan tipe kelekatan ini mengembangkan model mental yang memandang diri sendiri sebagai orang yang kurang pengertian, kurang percaya diri, kurang berharga, takut ditinggalkan atau tidak dicintai oleh orang lain; memandang orang lain sebagai orang yang mudah berubah, punya komitmen yang rendah dalam berhubungan; dan cenderung salah dalam menginterpretasikan tanda-tanda yang diberikan oleh orang lain.

Tipe-tipe kelekatan tersebut terbentuk dari bagaimana tingkat sensitivitas dan responsivitas pengasuh terhadap tanda-tanda yang diberikan bayi. Misalnya, bayi dengan tipe kelekatan aman biasanya memiliki ibu yang lebih sensitif, lebih memberikan penerimaan dan lebih ekspresif menunjukkan perasaan. Ibu dari bayi-bayi dengan tipe kelekatan menghindar biasanya lebih sedikit melakukan kontak fisik dengan bayinya, lebih sering menunjukkan kemarahan dan wajah tidak senang daripada mengekspresikan kasih sayangnya. Lain halnya dengan ibu dari bayi dengan tipe kelekatan cemas. Ibu dengan bayi tipe ini tidak banyak menunjukkan perasaan sayangnya namun juga tidak menunjukkan perilaku menolak pada bayinya (Ainsworth, dalam Santrock, 1999).

Uraian mengenai karakteristik tipe kelekatan tersebut menunjukkan bahwa tingkat sensitivitas dan responsivitas ibu kepada bayinya merupakan faktor yang menentukan kualitas kelekatan di antara bayi dengan ibunya. Kualitas kelekatan

dan sensitivitas yang ditunjukkan oleh figur lekat. Sebaliknya, kurangnya responsivitas dan sensitivitas figur lekat akan menimbulkan ketidakpercayaan (mistrust) individu terhadapa figur lekatnya, sehingga akan terbentuk kualitas kelekatan yang tidak aman. Kualitas kelekatan tersebut kemudian akan tercermin dalam perilaku-perilaku lekat yang ditampakkan individu terhadap figur lekatnya.

Alan Sroufe (dalam Santrock, 1999) juga melakukan penelitian dengan hasil yang menunjukkan bahwa kualitas kelekatan berpengaruh terhadap perilaku sosial anak dalam berhubungan di masa mendatang. Lebih spesifik, Sroufe menjelaskan bahwa anak-anak dengan kelekatan tipe aman mempunyai lebih sedikit masalah, lebih mampu menikmati masa remajanya dan sukses dalam menjalin hubungan akrab dengan sebayanya. Walaupun anak-anak dengan tipe kelekatan tidak aman memiliki resiko lebih besar untuk mendapat lebih banyak masalah di masa mendatang, namun anak-anak dengan kelekatan tipe inipun dapat merasa lebih tenang pada masa remajanya jika ibu kemudian mampu mengadakan hubungan yang penuh kasih sayang dan meredakan gejala-gejala depresi pada anaknya (Ostoja, dkk., dalam Santrock, 1999).

Berdasarkan uraian di muka, dapat disimpulkan bahwa kualitas kelekatan merupakan tingkat mutu atau kebaikan kelekatan yang tercermin dalam perilaku- perilaku lekat yang dimunculkan individu terhadap figur lekatnya. Kualitas kelekatan berbeda-beda dan menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda pula. Variasi kualitas kelekatan dapat dibedakan berdasarkan beberapa tipe kelekatan yang digolongkan dari variasi respon individu terhadap situasi yang dihadapi pada saat berdekatan atau sedang tidak berdekatan dengan figur lekat. Pada penelitian

ini, tingkat kualitas kelekatan tidak diketahui melalui penggolongan subjek ke dalam tipe-tipe kelekatan tertentu, melainkan melalui perilaku-perilaku lekat yang dimunculkan individu terhadap figur lekatnya.

Dokumen terkait