• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN Optimasi Metode Ekstraksi BIS

V. KUALITAS KIMIA DAN BIOLOGI KONSENTRAT

PROTEIN BUNGKIL INTI SAWIT

PENDAHULUAN Latar Belakang

Sumber protein nabati untuk unggas sangat terbatas dan masih mengandalkan bungkil kedelai. Impor bungkil kedelai dari tahun ke tahun mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya populasi unggas di Indonesia. Laporan sebelumnya menjelaskan bahwa protein bungkil inti sawit dapat ditingkatkan dari 16.84% menjadi 45.56% menggunakan ekstraksi dengan

metode kombinasi fisik dan kimiawi. Selanjutnya Ramli et al. (2008) melaporkan

bahwa konsentrat protein bungkil inti sawit hasil ekstraksi fisik dan kimiawi yang diendapkan menggunakan etanol 80% mempunyai sifat fisik dan energi metabolis yang lebih baik dari bungkil inti sawit awal, namun belum menghasilkan rendemen secara optimal, sehingga pada penelitian ini dilakukan ekstraksi menggunakan pelarut NaOH 1N dan bahan pengendap yang berbeda.

Berbeda dengan produk konsentrat protein yang dihasilkan Ramli et al.

( 2008) pada konsentrat protein yang dihasilkan dalam kajian ini dibuat dengan tetap mengkombinasikan metode fisik dan kimiawi, namun menerapkan beberapa bahan pelarut seperti asetat dan NaOH serta menggunakan HCl 0.1N sebagai satu-satunya bahan pengendap.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengevaluasi nilai Indeks Asam Amino Esensial (IAAE) konsentrat protein BIS, dan (2) mengetahui retensi protein dan energi metabolis konsentrat protein BIS pada puyuh. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai informasi tentang kualitas konsentrat protein BIS sebelum digunakan untuk uji lapang pada ternak puyuh.

MATERI DAN METODE

Bahan yang digunakan adalah bungkil inti sawit (BIS) yang diperoleh dari

NaOH dan pecahan kaca. HCL 0.1N digunakan sebagai bahan pengendap protein. Alat yang digunakan untuk mengekstrak BIS adalah mortal grinder (Retsch KMI). Pengukuran retensi protein dan energi metabolis konsentrat protein BIS pada puyuh menggunakan kandang metabolis.

Evaluasi kualitas kimia konsentrat protein BIS

Kualitas kimiawi konsentrat protein BIS dievaluasi dengan cara menghitung Indeks Asam Amino Esensial/IAAE (FAO 1970) dan rasio beberapa asam amino esensial yang sering kekurangan pada unggas (metionina, treonina, arginina dan lisisna) dibandingkan dengan asam amino tersebut pada telur. Sebanyak empat perlakuan ekstraksi yang diterapkan yaitu; E1 (200 gr BIS + 800 ml akuades + 100 gr kaca, padatan ditambah 800 ml NaOH teknis 1N); E2 (200 gr BIS + 800 ml akuades + 100 gr kaca, padatan ditambah 800 ml NaOH pa 1N); E3 (200 gr BIS + 800 ml asam asetat 0.05 N + 100 gr kaca , padatan ditambah 800 ml NaOH teknis 1N) dan E4 (200 gr BIS + 800 ml asam asetat 0.05 N + 100 gr kaca

, padatan ditambah 800 ml NaOH pa 1N). Data yang diperoleh dianalisis

secara deskriptif. Perlakuan yang terbaik dipakai untuk pengukuran retensi protein dan energi metabolis.

Evaluasi kualitas biologi konsentrat protein BIS

Dua puluh ekor puyuh jantan umur 20 hari digunakan untuk mengukur retensi protein dan energi metabolis konsentrat protein BIS. Sebanyak 15 ekor diberi ransum perlakuan dan 5 ekor digunakan untuk pengukuran protein dan energi endogenous. Bahan yang digunakan terdiri dari pakan uji (BIS, konsentrat protein BIS/KPBIS, bungkil kedelai), tepung tapioka, minyak sawit (CPO),

CaCO3, DCP, selulosa dan premiks. Tabel 22 menyajikan komposisi bahan dan

Tabel 22 Komposisi bahan dan kandungan nutrisi ransum perlakuan Bahan R1 R2 R3 Tepung Tapioka (%) 65 44.9 66.5 Minyak (%) 10 6.9 7.5 DCP (%) 1 1.5 2.1 CaCO3 (%) 1.2 1.2 1.6 Selulosa (%) 2.3 -0 2.1 Premix (%) 0.5 0.5 0.5 KPBIS (%) 20 - -

Bungkil Inti Sawit (BIS) (%) - 45 -

Bungkil Kedelai (BKD) (%) - - 19.7

Jumlah (%) 100 100 100

Bahan Kering (%) 85.80 85.22 87.69

Energi Bruto (Kkal/Kg) 3 670.00 3 649.60 3 777.78

Energi Metabolis (Kkal/Kg)* 2 888.65 2 803.21 2 899.10

Protein Kasar (%) 9.89 8.17 9.97

Serat Kasar (%) 4.49 10.93 4.98

Sumber : Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan (2006) * berdasarkan estimasi ME=72.5%GE (NRC 1994)

Ransum perlakuan adalah; R1 (Ransum Konsentrat protein BIS; 9% PK dari KPBIS); R2 (Ransum BIS, 9% PK dari BIS) dan R3 (Ransum bungkil kedelai, 9% PK dari bungkil kedelai). Kandang yang digunakan adalah kandang metabolis sebanyak 25 buah (ukuran 20x20x30 cm) dan masing-masing kandang diisi 1 ekor puyuh. Kandang dilengkapi tempat pakan dan minum serta plastik penampung ekskreta. Metode pengukuran retensi protein dan energi metabolisme

pakan uji dilakukan dengan menggunakan Metode Farrel (1978). Pakan

diberikan sebanyak 60% dari kebutuhan, sedangkan air minum diberikan ad

libitum.

Metode koleksi ekskreta

Proses pengumpulan ekskreta dilakukan selama 5 hari. Pengambilan ekskreta dilakukan sekali sehari, yaitu pada pagi hari pukul 6.00 WIB sebelum puyuh diberi pakan. Selama pengumpulan ekskreta, setiap ± 2 jam ekskreta

disemprot dengan larutan H2SO4 encer (0,01N) dengan tujuan agar nitrogen yang

ada pada ekskreta tersebut tidak menguap (dalam bentuk N-amonia), sehingga akan mempermudah penghitungan nitrogen pada feses. Ekskreta yang terkumpul

disimpan dalam freezer.

Ekskreta yang tersimpan dalam freezer dikeluarkan, kemudian dikondisikan

dan dikeringkan dalam oven 60°C selama 24 jam. Sebelum dilakukan sampling untuk analisis laboratorium terlebih dahulu dipisahkan kemungkinan adanya bulu yang terikut dalam feses. Setelah diyakinkan bahwa ekskreta terbebas dari benda asing yang tidak dikehendaki (termasuk didalamnya bulu) maka dilakukan analisis kandungan bahan kering dan protein kasarnya dan gross energi.

Peubah yang diamati untuk pengukuran retensi protein adalah konsumsi pakan, konsumsi protein, ekskresi protein dan retensi protein.

1. Konsumsi pakan dihitung dengan cara mengurangi jumlah ransum yang

diberikan dengan sisa ransum selama penelitian (gram/ekor/4 hari)

2. Konsumsi protein diperoleh dengan mengalikan jumlah konsumsi pakan

dengan persentase protein yang terkandung dalam pakan (gram/ekor/4 hari) Konsumsi Protein = Konsumsi pakan (gram) x Kandungan protein pakan

(%)

3. Ekskresi Protein diperoleh dengan mengalikan berat ekskreta setelah dikeringkan dalam oven pada suhu 60ºC dengan kandungan proteinnya (gram/ekor/4 hari)

Ekskresi Protein = Bobot Ekskreta (gram) x Kandungan Protein Ekskreta (%)

3. Retensi Protein adalah selisih antara konsumsi protein dan ekskresi protein

yang dikoreksi dengan protein endogenous. (%)

Retensi Protein (%) = Konsumsi Protein – (Eks Protein – Protein Endo.) x 100% Konsumsi Protein

Peubah yang diamati untuk energi metabolis antara lain konsumsi energi, ekskresi energi, energi metabolis murni, energi metabolis semu, energi metabolis murni dan energi metabolis semu terkoreksi N.

1. Konsumsi Energi (kkal)

Konsumsi energi diperoleh dengan mengalikan jumlah pakan yang dikonsumsi dengan kandungan energinya

2. Ekskresi Energi (kkal)

Ekskresi energi diperoleh dengan mengalikan berat ekskreta setelah dikeringkan dengan oven 60°C dengan kandungan energinya

3. Energi Metabolis (kkal/kg)

Energi metabolis adalah selisih antara kandungan energi bruto pakan perlakuan dengan energi bruto yang hilang melalui ekskreta. Energi metabolis dinyatakan dengan 4 peubah (Sibbald & Wolynetz 1985) yaitu :

a. Energi Metabolis Semu (EMS) (kkal/kg) :

EMS = (EB x X) – (Ebe x Y) x 1000

X

b. Energi Metabolis Murni (EMM) (kkal/kg)

EMM = (EB x X) -[Ebe x Y) – (Ebk x Z)] x 1000

X

c. Energi Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen (EMSn) (kkal/kg)

EMSn = (EB x X) - [(Ebe x )Y) + (8.22 x RN)] x 1000

X

d. Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn (kkal/kg)

EMMn = (EB x X) – [(Ebe x Y) – (Ebk x Z) + (8.22 x RN)] x 1000

X Keterangan :

EB : Energi bruto bahan pakan (kkal/kg) Ebe : Energi bruto ekskreta (kkal/kg) Ebk : Energi bruto endogenous (kkal/kg) X : Konsumsi ransum (gram)

Y : Berat ekskreta ayam yang diberi ransum perlakuan (gram) Z : Berat ekskreta ayam yang dipuasakan (gram)

RN : Retensi nitrogen (gram)

8,22 : Nilai yang terkoreksi sebagai asam urat (kkal/kg) (Sibbald 1980)

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan (Steel & Torrie 1993). Data yang diperoleh dianalisis ragam dan dilanjutkan Uji Kontras Orthogonal. Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + τi + εij

Keterangan :

Yij = Nilai respon dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = Pengaruh umum atau rataan umum

τi = Pengaruh dari perlakuan ke-i

εij = Galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

i = Perlakuan

Dokumen terkait