• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.3. Kualitas Pembelajaran

2.1.3.1. Pengertian Kualitas Pembelajaran

Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektifan. Menurut Etzioni (dalam Hamdani 2011: 194), secara definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasaran. Dengan demikian, efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasaran atau tingkat pencapaian tujuan-tujuan. Efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran, pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.

Menurut Depdiknas (2004: 4) indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku pembelajaran guru, perilaku dan dampak belajar siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari perilaku pendidik, perilaku dan dampak belajar peserta didik, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, kualitas media pembelajaran, dan sistem pembelajaran. Berdasarkan indikator kualitas pembelajaran tersebut, peneliti akan mengkaji tiga indikator kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar.

2.1.3.2. Keterampilan Guru dalam Pembelajaran

Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Keterampilan dasar mengajar pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan professional (Rusman 2012: 80).

Berikut Indikator keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai guru menurut Hasibuan dan Moedjiono (2010: 58).

2.1.3.2.1. Keterampilan memberi penguatan

Memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali. Beberapa komponen keterampilan memberi penguatan

antara lain: (a) penguatan verbal; (b) penguatan gestural; (c) penguatan dengan cara mendekati; (d) penguatan dengan sentuhan; (e) penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan; dan (f) penguatan berupa tanda atau benda.

2.1.3.2.2. Keterampilan bertanya

Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respons dari seseorang yang dikenai. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan ha-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Adapun komponen keterampilan dasar bertanya meliputi: (1) pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat; (2) pemberian acuan supaya siswa dapat menjawab dengan tepat; (3) pemusatan ke arah jawaban yang diminta; (4) pemindahan giliran menjawab agar tidak didominasi oleh beberapa orang siswa saja; (5) penyebaran pertanyaan, pertanyaan diberikan ke kelas terlebih dahulu setelah itu pertanyaan disebar untuk memberikan kesempatan pada semua siswa; (6) pemberian waktu berpikir; dan (7) pemberian tuntunan bagi siswa yang mengalami kesukaran dalam menjawab pertanyaan.

2.1.3.2.3. Keterampilan menggunakan variasi

Komponen keterampilan menggunakan variasi meliputi: (a) variasi dalam gaya mengajar guru; (b) variasi penggunaan media dan bahan-bahan pengajaran; dan (c) variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Penerapan keterampilan mengadakan variasi harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, materi dan latar belakang sosial budaya serta kemampuan siswa, berlangsung secara berkesinambungan, serta dilakukan secara wajar dan terencana.

2.1.3.2.4. Keterampilan menjelaskan

Menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah penalaran siswa. Dalam garis besarnya komponen keterampilan menjelaskan meliputi: (1) merencanakan penjelasan; (2) menyajikan penjelasan.

2.1.3.2.5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada apa yang akan dipelajari. Menutup pelajaran adalah kegiatan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Komponen keterampilan adalah sebagai berikut: (1) membuka pelajaran (menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan, dan membuat kaitan); (2) menutup pelajaran (meninjau kembali dengan cara merangkum inti pelajaran dan mengevaluasi dengan berbagai bentuk evaluasi)

2.1.3.2.6. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

Keterampilan mengajar kelompok kecil diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang hanya melayani 3 – 8 siswa untuk kelompok kecil dan hanya seorang untuk perorangan. Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan terdiri dari: (1) keterampilan mengadakan pendekatan pribadi; (2) keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran; (3) keterampilan membimbing dan memberi kemudahan belajar; dan (4) keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.

2.1.3.2.7. Keterampilan mengelola kelas

Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial. Komponen-komponen dalam mengelola kelas adalah: (1) keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, seperti menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur dan memberi penguatan; (2) keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, seperti modifikasi tingkah laku, pengelolaan kelompok, menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.

2.1.3.2.8. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah. Komponen-komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil meliputi: (1) pemusatan perhatian; (2) memperjelas permasalahan; (3) menganalisa pandangan siswa; (4) meningkatkan urunan pikiran siswa; (5) menyebarkan kesempatan berpartisipasi; dan (6) menutup diskusi.

Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam

melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, indikator untuk mengetahui keterampilan guru dalam menggunakan model Problem Based Instruction dalam materi aksara Jawa dengan media flashcard adalah (1) melaksanakan kegiatan pra pembelajaran; (2) membuka pelajaran dengan apersepsi; (3) menyampaikan tujuan pembelajaran; (4) menjelaskan materi pembelajaran yang akan dipelajari memanfaatkan media flashcard; (5) menyampaikan permasalahan autentik yang menjadi bahan kajian; (6) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (7) membimbing kegiatan diskusi dan presentasi; (8) memberikan penguatan kepada siswa; (9) memberikan kesimpulan pembelajaran; dan (10) memberikan evaluasi dan tindak lanjut.

2.1.3.3.Aktivitas Belajar Siswa

Sardiman (2011: 95) berpendapat bahwa aktivitas diperlukan dalam belajar sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, itu sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar.

Sanjaya (2009: 101) aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas nonfisik seperti mental, intelektual, dan emosional. Belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.

Diedrich (dalam Hamalik 2010: 172) menggolongkan 8 aktivitas siswa dalam pembelajaran sebagai berikut:

a. Visual activities, yaitu membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain

b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi

c. Listening activities, yaitu mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato

d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin e. Drawing activities, yaitu menggambar, membuat grafik, peta, diagram

f. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model reparasi, bermain, berkebun, beternak

g. Mental activities, yaitu menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan

h. Emotion activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa adalah rangkaian kegiatan siswa yang terdiri dari aktivitas fisik dan non fisik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa.

Indikator aktivitas siswa dalam keterampilan menulis aksara Jawa melalui model Problem Based Instruction dengan media flashcard siswa kelas IV SDN Patemon 01 Semarang adalah (1) mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran; (2) memperhatikan penjelasan guru; (3) mengamati media pembelajaran berupa flashcard yang ditunjukkan guru; (4) aktif bertanya dan

menjawab pertanyaan; (5) siswa berkelompok; (6) berfikir, tanya jawab dan berdiskusi tentang masalah autentik yang disampaikan guru serta membuat hasil karya/laporan hasil diskusi; (7) mempertanggungjawabkan (mempresentasikan) hasil karya/laporan hasil diskusi; (8) merangkum materi/kesimpulan hasil pembelajaran; (9) mengerjakan soal evaluasi.

2.1.3.4. Hasil Belajar

Menurut Suprijono (2011: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar dapat berupa: (a) informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tertuis; (b) keterampilan intelektual yaitu pengetahuan mempresentasikan konsep dan lambang; (c) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri; (d) keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi; (e) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa’i dan Anni 2009: 85). Oleh karena itu, apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.

Bloom (dalam Poerwanti, 2008: 1.23) mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar ke dalam tiga kategori/ranah, yaitu (a) ranah proses berfikir (ranah

kognitif), yang berkaitan dengan kognisi atau penalaran/pemikiran meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, dan berkreasi; (b) ranah nilai atau sikap (ranah afektif) yang berkaitan dengan afeksi atau rasa meliputi penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup; (c) ranah keterampilan (ranah psikomotorik) yang berkaitan dengan gerakan reflex, gerakan dasar, gerakan persepsi, gerakan kemampuan fisik, gerakan terampil, gerakan indah dan kreatif.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah proses pembelajaran. Hasil belajar yang ingin dicapai berupa ketiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

Indikator hasil belajar siswa dalam memahami pembelajaran aksara jawa dengan menggunakan model Problem Based Instruction meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Indikator keberhasilan siswa pada ranah kognitif yaitu kemampuan siswa dalam menulis aksara Jawa. Pada ranah afektif yaitu dengan penilaian perfomansi saat pelaksanaan diskusi dan presentasi seperti kerjasama dan partisipasi. Sedangkan psikomotorik dinilai melalui penulisan aksara Jawa yang meliputi ketepatan tulisan, kerapian tulisan, dan kejelasan tulisan.

Dokumen terkait