• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.4 Kualitas Pembelajaran

2.1.4.1 Pengertian kuaalitas pembelajaran

Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan. Secara definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya (Etzioni,1964).

Efektivitas ini sesunguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Dengan demikian efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya. Di samping itu, efektivitas juga dapat dilihat dari bagaimana tingkat kepuasan yang dicapai oleh orang (Robbins, 1997). Selain itu, kualitas pembelajaran secara operasional

diartikan sebagai intensitas sistemik dan sinergis antara guru, siswa, kurikulum, bahan belajar, media, fasilitas, sistem pembelajaran agar proses maupun hasil belajar tercapai secara optimal sesuai tuntutan kurikuler. Adapun indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku guru, dampak bagi siswa, iklim, materi, media dan sistem pembelajaran (Depdiknas, 2004:7).

1. Perilaku pembelajaran pendidik dapat dilihat dari kinerjanya sebagai berikut.

a. Membangun persepsi dan sikap positif siswa terhadap belajar dan profesi pendidik.

b. Mengusai displin ilmu

c. Dapat memberikan layanan pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan siswa

d. Menguasai pengelolaan pembelajaran

e. Mengembangkan kepribadian dan keprofesionalan

2. Perilaku dan dampak belajar siswa dapat dilihat dari kompetensinya sebagai berikut.

a. Memiliki persepsi dan sikap positif terhadap belajar

b. Mau dan mampu mendapatkan dan mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta membangun sikapnya

c. Mau dan mampu memperluas serta memperdalam pengetahuan dan keterampilan serta memantapkan sikapnya

d. Mau dan mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya secara bermakna

e. Mau dan mampu membangun kebiasaan berpikir, bersikap, dan bekerja produktif

f. Mampu menguasai materi ajar mata pelajaran dalam kurikulum sekolah/satuan pendidikan sesuai dengan bidang studinya

3. Iklim pembelajaran dapat mendukung proses pembelajaran apabila memenuhi hal-hal seperti berikut.

a. Suasana kelas yang kondusif.

b. Perwujudan nilai dan semangat ketauladanan, prakarsa, dan kreatifitas pendidik

4. Materi pembelajaran yang berkualitas dapat dilihat dari komponen-komponen berikut.

a. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dikuasai siswa.

b. Ada keseimbangan antara keluasan dan kedalaman materi dengan waktu yang tersedia.

c. Materi pembelajaran sistematis dan kontektual.

d. Dapat mengakomodasikan partisipasi aktif siswa dalam belajar semaksimal mungkin.

e. Dapat menarik manfaat yang optimal dari perkembangan dan kemajuan bidang ilmu, teknologi, dan seni.

f. Materi pembelajaran memenuhi kriteria filosofis, professional, psiko-pedagogis, dan praktis.

5. Kualitas media pembelajaran dapat menunjang proses pembelajaran apabila memenuhi indikator seperti berikut.

a. Dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna.

b. Mampu memfasilitasi proses interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, serta siswa dengan ahli bidang ilmu yang relevan.

c. Media pembelajaran dapat memperkaya pengalaman belajar siswa. d. Melalui media pembelajaran, mampu mengubah suasana belajar

dari siswa pasif dan guru sebagai sumber ilmu satu – satunya, menjadi siswa aktif berdiskusi dan mencari informasi melalui berbagai sumber belajar yang ada.

6. Sistem pembelajaran dapat menunjang keberhasilan pembelajaran apabila memenuhi komponen-komponen sebagai berikut.

a. Dapat menonjolkan ciri khas keunggulannya. b. Memiliki perencanaan yang matang

Sementara itu belajar dapat pula dikatakan sebagai komunikasi terencana yang menghasilkan perubahan atas sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khusus yang berkaitan dengan pola berperilaku yang diperlukan individu untuk mewujudkan secara lengkap tugas atau pekerjaan tertentu (Bramley,1996).

Berdasarkan pengertian di atas kualitas pembelajaran dapat di sebut sebagai efektifitas pembelajaran. Efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran,termasuk dalam pembelajaran seni. Pencapaian tujuan

tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.

Kualitas sering kali di sebut juga dengan mutu atau keefektifan sedangkan untuk meningkatkan keefektifan siswa seorang guru dituntut untuk memiliki ketrampilan dalam mengajar.

2.1.4.1.1 Keterampilan guru

Seorang guru professional telah mengikuti beberapa pelatihan yang berkaitan dengan keterampilan dasar mengajar. Menurut Turney (1973) mengemukakan ada 8 keterampilan yang dapat digunakan guru selama proses belajar mengajar yaitu:

a. keterampilan bertanya

b. keterampilan memberikan penguatan c. keterampilan mengadakan variasi d. keterampilan menjelaskan

e. keterampilan membuka dan menutup pelajaran f. keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil g. keterampilan mengelola kelas

h. keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan. a. Keterampilan Bertanya

Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”. Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif

yang mendorong kemampuan berpikir. Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif. Pertanyaan yang baik di bagi manjadi dua jenis, yaitu pertanyaan menurut maksudnya dan pertanyaan menurut taksonomo Bloom. Pertanyaan menurut maksudnya terdiri dari : Pertanyaan permintaan (compliance question), pertanyaan retoris (rhetorical question), pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question) dan pertanyaan menggali (probing question). Sedangkan pertanyaan menurut taksonomi Bloom, yaitu: pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowlagde question), pemahaman (conprehention question), pertanyaan penerapan (application question), pertanyaan sintetis ( synthesis question) dan pertanyaan evaluasi (evaluation question).

Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Dan harus menghindari kebiasaan seperti : menjawab pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, mengulang pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak, menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya dan mengajukan pertanyaan ganda. Dalam proses belajar mengajar setiap pertanyaan, baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntut respons siswa sehingga dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, di masukkan dalam golongan pertanyaan. Ketrampilan bertanya di bedakan atas ketrampilan bertanya dasar dan ketrampilan bertanya lanjut.

Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen-komponen yang di maksud adalah : Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singakat, Pemberian acuan, pemusatan, Pemindah giliran, Penyebaran, Pemberian waktu berpikir dan pemberian tuntunan.

Sedangkan keterampilan bertanya lanjut merupakan lanjutan dari keterampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar pertisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatif sendiri. Keterampilan bertanya lanjut di bentuk di atas landasan penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah : Pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, Pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi

b. Keterampilan Memberikan Penguatan

Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.

Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang produktif. Ketrampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh mahasiswa calon guru agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis.

Komponen-komponen itu adalah : Penguatan verbal, diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Dan penguatan non-verbal, terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan badan, penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan tak penuh. Penggunaan penguatan secara evektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan evektifitas, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif.

c. Keterampilan Mengadakan Variasi

Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang di tujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu :

1. Variasi dalam cara mengajar guru, meliputi : penggunaan variasi suara (teacher voice), Pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), gerakan badan mimik: variasi dalam ekspresi wajah guru, dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru (teachers movement).

2. Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut : variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau bahan yang dapat didengart (auditif aids), variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik), dan variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids).

Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya. Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.

d. Keterampilan Menjelaskan

Yang dimaksud dengan ketrampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Secara garis besar komponen-komponen ketrampilan menjelaskan terbagi dua, yaitu : Merencanakan, hal ini mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan

yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. Dan penyajian suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan.

e. Keterampilan Membuka dan Menutup pelajaran

Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.

Komponen ketrampilan membuka pelajaran meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari. Komponen ketrampilan menutup pelajaran meliputi: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, dan mengevaluasi.

f. Ketrampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.

Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.

g. Keterampilan Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam melaksanakan ketrampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat prefentip) berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran, dan bersifat represif ketrampilan yang berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

h. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan

Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3- 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa.

Komponen ketrampilan yang digunakan adalah: ketrampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, ketrampilan mengorganisasi, ketrampilan membimbing dan memudahkan belajar dan ketrampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. ( http://edukasi.kompasiana.com/2009/10/19/delapan-kompetensi-dasar-mengajar/)

Pada saat proses kegiatan belajar mengajar seorang guru dapat menggunakan beberapa ketrampilan sesuai dengan materi dan mata pelajaran yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar.

2.1.4.1.2 Aktivitas siswa dalam pembelajaran

Aktivitas menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan -kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas. Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya (dalam Depdiknas 2005 : 31), belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.

Diendrich yang dikutip oleh Sardiman (2011:101) menggolongkan aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Visual activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan.

b. Oral activities, misalnya: bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat dan diskusi.

c. Listening activities, misalnya: mendengarkan uraian, diskusi percakapan d. Writing activities, misalnya: menulis laporan, menyalin.

e. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, diagram. f. Motor activities, misalnya: melakukan percobaan, bermain, berkebun g. Mental activities, misalnya: mengingat, menganalisis, mengambil

keputusan, memecahkan soal

h. Emotional activities, misalnya: gembira, berani, bergairah.

Berdasarkan penggolongan aktivitas belajar diatas peneliti lebih memilih untuk mengatasi visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, mental activities dan emotional activities karena :

a. Sesuai dengan masalah yang ada di kelas yaitu nilai pada mata pelajaran matematika belum mencapai KKM.

b. Siswa masih belum bisa menganalisis persoalan dengan baik sehingga diperlukan pendekatan yang tepat.

c. Siswa sudah mampu memecahkan soal namun jawaban masih kurang tepat. Pada umumnya tujuan pembelajaran mengikuti pengklasifikasian hasil belajar yang dilakukan oleh Bloom pada tahun 1956 yaitu cognitive, affektive, dan

psychomotor. Kognitif (cognitive) adalah ranah yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual. Ranah afektif (affective) berkaitan dengan sikap dan nilai. Sedangkan psikomotor (psychomotor) adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan motorik. Ada lima tingkatan dalam ranah afektif yaitu:1) menerima/memperhatikan (receiving), 2) menjawab (responding); 3) menilai (valuing); 4) mengatur/mengorganisasi (organization), 5) karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai (poerwanti, 2008:1.22-1.29).

Adanya aktivitas siswa akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

2.1.4.1.3 Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.

Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.Perinciannya adalah sebagai berikut:

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan.

b. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai

c. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang.

Dalam pendidikan matematika diperlukan pengajaran yang berulang-ulang untuk menanamkan konsep pelajaran matematika itu sendiri.

Dokumen terkait