• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Kualitas Spermatozoa

Secara keseluruhan kualitas spermatozoa mencit jantan dewasa meliputi motilitas, viabilitas dan morfologi spermatozoa mencit adalah sebagai berikut:

4.2.1 Motilitas Spermatozoa

Hasil persentase motilitas spermatozoa mencit antara kelompok kontrol dan perlakuan menunjukkan perbedaan nyata, diantara kedua kelompok tersebut. Persentase motilitas spermatozoa mencit kontrol tertinggi berada pada minggu ke-24 yaitu 87,00 dan terendah pada minggu ke-30 yaitu 81,83 sedangkan pada persentase motilitas spermatozoa mencit pemberian vitamin E setelah perlakuan ekstrak air biji pepaya dan

TU rata-rata tertinggi berada pada minggu ke-36 yaitu 52,00 dan terendah pada minggu ke-24 yaitu 11,17.

Berdasarkan hasil uji statistik terhadap konsentrasi motilitas spermatozoa mencit yang dilakukan diperoleh data yang dapat dilihat pada (Lampiran B). Hasil pengamatan konsentrasi motilitas spermatozoa mencit diketahui terbagi kedalam 2 kategori. Kategori a (spermatozoa bergerak) dan kategori b (spermatozoa tidak bergerak). Hubungan antara konsentrasi motilitas spermatozoa mencit dengan lama waktu pemberian vitamin E setelah perlakuan kombinasi ekstrak air biji pepaya dan TU dapat dilihat pada Gambar 4.7

Keterangan: Huruf yang sama pada diagram berbeda adalah tidak berbeda nyata pada taraf 5%. (tn= p> 0,05; *= p<0,05).

E0 = Pemberian vitamin E pada minggu ke-0 E6 = Pemberian vitamin E pada minggu ke-6 E12= Pemberian vitamin E pada minggu ke-12

Gambar 4.7 Konsentrasi motilitas spermatozoa mencit antara kontrol dan perlakuan di setiap minggu perlakuan.

Pada gambar 4.7 terlihat bahwa pemberian vitamin E pada mencit yang sebelumnya telah mendapat perlakuan kombinasi ekstrak air biji pepaya dan TU mampu meningkatkan konsentrasi motilitas spermatozoa mencit pada setiap perlakuan. Konsentrasi motilitas spermatozoa mencit di minggu ke-24 (P4) setelah perlakuan menunjukkan perbedaan nyata terhadap konsentrasi motilitas spermatozoa mencit perlakuan minggu ke-36 (P6).

Lama waktu pemberian vitamin E setelah pemberian perlakuan kombinasi ekstrak air biji pepaya dan TU berpengaruh terhadap konsentrasi motilitas spermatozoa mencit. Hasil uji T test antara kelompok kontrol dan perlakuan menunjukkan bahwa konsentrasi motilitas spermatozoa mencit kontrol minggu ke 24 (K4), berbeda nyata bila dibandingkan dengan mencit perlakuan minggu ke-24 (P4). Konsentrasi motilitas spermatozoa mencit kontrol minggu ke-30 (K5), berbeda nyata dibandingkan dengan mencit perlakuan minggu ke-30 (P5). Konsentrasi motilitas spermatozoa mencit kontrol minggu ke- 36 (K6), berbeda nyata bila dibandingkan dengan mencit perlakuan minggu ke-36 (P6).

Pemberian kombinasi ekstrak air biji pepaya dan TU secara terus menerus dapat menyebabkan penurunan terhadap motilitas spermatozoa mencit, kemudian setelah diberikan vitamin E maka konsentrasi motilitas spermatozoa mengalami peningkatan, disebabkan karena adanya faktor pemulihan. Motilitas spermatozoa yang turun karena adanya kerusakan membran spermatozoa yang kaya lemak tak jenuh oleh ROS. ROS yang berasal dari senyawa aktif pada biji pepaya (Lampiran Hasil uji skrining fitokimia) meningkatkan jumlah lipid peroksidase yang akan menyebabkan hilangnya ATP intraseluler. Anggraini (2006), menyatakan hilangnya ATP ini mengakibatkan kerusakan aksonema (tubulus sentral tidak ada, mikrotubulus luar berkurang atau tidak ada sama sekali), menurunkan viabilitas, dan meningkatkan morfologi abnormal spermatozoa sehingga menurunkan kapasitasi, reaksi akrosom, dan menghambat motilitas. Hal ini menyebabkan kerusakan membran sel dan mengganggu proses metabolisme sel spermatozoa akibat rusaknya membran sel spermatozoa, yang meningkatkan proses peroksidasi lipida sehingga motilitas spermatozoa menurun (Astuti et al., 2009).

Penurunan konsentrasi motilitas spermatozoa juga dapat disebabkan oleh senyawa radikal yang diduga dapat mengganggu enzim ATP-ase pada membran sel spermatozoa. Menurut Sikka (2004), menyatakan ATP-ase berfungsi sebagai pompa ion yang dapat mempertahankan konsentrasi nutrisi dan ion yang sangat tergantung pada membran. Demikian pula Ganong (2002), menyatakan jika enzim ATP-ase

tergangggu maka homeostatis juga akan terganggu, karena enzim ini berfungsi mempertahankan homeostatis internal untuk ion natrium dan kalium. Terdapatnya radikal bebas pada jaringan yang memproduksi spermatozoa ditandai dengan meningkatnya pembentukan senyawa spesies oksigen reaktif (ROS) sehingga menyebabkan kerusakan membran spermatozoa (Sikka, 2004).

Motilitas spermatozoa sangat tergantung pada suplai energi berupa ATP hasil metabolisme. Spermatozoa membutuhkan energi untuk memperoleh kemampuan gerak, yang diperoleh dari proses respirasi dalam mitokondria (Astuti et al., 2009). Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2006) dengan pemberian vitamin E 0,2 cc pada dosis 0,02 mg/g BB setelah dipaparkan asap rokok dapat mempertahankan motilitas sperma. Hal ini membuktikan bahwa vitamin E memberikan efek proteksi terhadap stress oksidatif. Dalam beberapa studi sebelumnya disebutkan bahwa vitamin E merupakan antioksidan pemutus rantai yang utama dalam membran sperma. Haryatmi (2004) juga melaporkan, vitamin E sebagai antioksidan berupa zat yang dapat menetralkan radikal bebas.

4.2.2 Viabilitas Spermatozoa

Hasil persentase viabilitas spermatozoa mencit antara kelompok kontrol dan perlakuan menunjukkan perbedaan nyata, diantara kedua kelompok tersebut. Persentase viabilitas spermatozoa mencit kontrol tertinggi berada pada minggu ke-30 yaitu 69,00 dan terendah pada minggu ke-36 yaitu 59,40 sedangkan pada persentase viabilitas spermatozoa mencit pemberian vitamin E setelah perlakuan ekstrak air biji pepaya dan TU rata-rata tertinggi berada pada minggu ke-36 yaitu 47,67 dan terendah pada minggu ke-24 yaitu 24,33.

Berdasarkan hasil uji statistik terhadap konsentrasi viabilitas spermatozoa mencit yang dilakukan diperoleh data yang dapat dilihat pada (Lampiran C). Hubungan antara konsentrasi viabilitas spermatozoa mencit dengan lama waktu pemberian vitamin E setelah perlakuan kombinasi ekstrak air biji pepaya dan TU dapat dilihat pada Gambar 4.8

Keterangan: tn = p> 0,05; * = p<0,05

E0 = Pemberian vitamin E pada minggu ke-0 E6 = Pemberian vitamin E pada minggu ke-6 E12= Pemberian vitamin E pada minggu ke-12

Gambar 4.8 Konsentrasi viabilitas spermatozoa mencit antara kontrol dan perlakuan di setiap minggu perlakuan

Pada gambar 4.8 terlihat bahwa pemberian vitamin E pada mencit yang sebelumnya telah mendapat perlakuan kombinasi ekstrak air biji pepaya dan TU mampu meningkatkan konsentrasi viabilitas spermatozoa mencit pada setiap perlakuan.

Lama waktu pemberian vitamin E setelah pemberian perlakuan kombinasi ekstrak air biji pepaya dan TU berpengaruh terhadap konsentrasi viabilitas spermatozoa mencit. Hasil uji T test antara kelompok kontrol dan perlakuan menunjukkan bahwa konsentrasi viabilitas spermatozoa mencit kontrol minggu ke 24 (K4), berbeda nyata bila dibandingkan dengan mencit perlakuan minggu ke-24 (P4). Konsentrasi viabilitas spermatozoa mencit kontrol minggu ke-30 (K5), berbeda nyata dibandingkan dengan mencit perlakuan minggu ke-30 (P5). Konsentrasi viabilitas spermatozoa mencit kontrol minggu ke- 36 (K6), tidak berbeda nyata dengan mencit perlakuan minggu ke-36 (P6).

tn * * * * * tn 12 6 0 18 24 30 36

Pemberian kombinasi ekstrak air biji pepaya dan TU secara terus menerus dapat menyebabkan penurunan terhadap motilitas spermatozoa mencit. Kemungkinan menurunnya viabilitas sperma karena adanya hambatan dalam epididimis sebagai tempat pematangan spermatozoa. Di dalam epididimis ini disekresi zat yang penting dalam menunjang proses pematangan spermatozoa seperti ion (Ca, Na, K, Cl), substrat (protein, asam sialat, glikogen, asam laktat, fosfolipid) dan enzim (Riar et al., 1973 dalam Rusmiati, 2007). Seperti diketahui permeabilitas membran berkaitan erat dengan transportasi nutrisi, yang sangat berperan dalam metabolisme sel. Dengan mengurangi kecepatan rusaknya permeabilitas membran spermatozoa, maka kebutuhan akan nutrisi tidak terhambat dan sel spermatozoa tersebut dapat bertahan lama. Menurut Sikka (2004), menyatakan bahwa sebagai antioksidan, vitamin E berperan dalam memperlambat berlangsungnya reaksi peroksidasi lipid karena mampu menangkap radikal bebas dan memutus berantai proses peroksidasi lipid di dalam membran sel.

Pemberian vitamin E secara oral pada penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan terhadap konsentrasi viabilitas spermatozoa. Hal ini disebabkan vitamin E dapat memperlambat tahap propagasi pada lipid. Menurut Iswara (2009), vitamin E memiliki kemampuan untuk menghentikan lipid peroksida. Oleh karena membran sel mitokondria kaya akan lipid yang peka tehadap serangan radikal bebas, menunjukkan vitamin E bisa menangkal radikal bebas sehingga mampu meningkatkan viabilitas spermatozoa. Dalam hal ini, permeabilitas membran erat kaitannya dengan transportasi nutrisi yang diperlukan pada metabolisme sel dalam menghasilkan energi (Robertis, 1979 dalam Hidayaturrahmah, 2007). Sebagai antioksidan, vitamin E berperan dalam memperlambat berlangsungnya reaksi peroksidasi lipid karena mampu menangkap radikal bebas dan memutus berantai proses peroksidasi lipid di dalam membran sel. Aksi vitamin E adalah dengan menyumbangkan satu atom hidrogen dari gugus OH pada cincinnya ke radikal bebas yang dibutuhkan untuk menstabilkan sebuah elektron yang tidak berpasangan akibat pembentukan radikal bebas. Hal ini menyebabkan terbentuknya radikal vitamin E yang stabil dan tidak merusak, serta menghentikan reaksi rantai propagasi yang bersifat merusak pada proses peroksidasi lipida (Almatsier, 2002 dalam Astuti 2009).

4.2.3 Morfologi Spermatozoa

Hasil persentase morfologi normal spermatozoa mencit antara kelompok kontrol dan perlakuan menunjukkan perbedaan nyata, diantara kedua kelompok tersebut. Persentase morfologi normal spermatozoa mencit kontrol tertinggi berada pada minggu ke-30 yaitu 93,83 dan terendah pada minggu ke-36 yaitu 92,50 sedangkan pada persentase morfologi normal spermatozoa mencit pemberian vitamin E setelah perlakuan ekstrak air biji pepaya dan TU rata-rata tertinggi berada pada minggu ke-36 yaitu 73,83 dan terendah pada minggu ke-24 yaitu 67,33.

Berdasarkan hasil uji statistik terhadap konsentrasi morfologi spermatozoa mencit yang dilakukan diperoleh data yang dapat dilihat pada (Lampiran D). Hubungan antara konsentrasi morfologi spermatozoa mencit dengan lama waktu pemberian vitamin E setelah perlakuan kombinasi ekstrak air biji pepaya dan TU dapat dilihat pada Gambar 4.9

Keterangan: Huruf yang sama pada diagram berbeda adalah tidak berbeda nyata pada taraf 5%. (tn= p> 0,05; *= p<0,05).

E0 = Pemberian vitamin E pada minggu ke-0 E6 = Pemberian vitamin E pada minggu ke-6

E12= Pemberian vitamin E pada minggu ke-12

Gambar 4.9 Konsentrasi morfologi normal spermatozoa mencit antara kontrol dan perlakuan di setiap minggu perlakuan

Pada Gambar 4.9 terlihat bahwa pemberian vitamin E pada mencit yang sebelumnya telah mendapat perlakuan kombinasi ekstrak air biji pepaya dan TU mampu meningkatkan konsentrasi spermatozoa morfologi normal mencit pada setiap perlakuan. Konsentrasi morfologi normal spermatozoa mencit di minggu ke-24 setelah perlakuan menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata terhadap konsentrasi morfologi normal spermatozoa mencit di minggu ke-30 (P5) dan minggu ke-36 (P6).

Lama waktu pemberian vitamin E setelah pemberian perlakuan kombinasi ekstrak air biji pepaya dan TU berpengaruh terhadap konsentrasi morfologi normal spermatozoa mencit. Hasil uji T test antara mencit kontrol dan perlakuan menunjukkan bahwa konsentrasi morfologi normal spermatozoa mencit kontrol minggu ke 24 (K4), berbeda nyata dibandingkan dengan mencit perlakuan minggu ke- 24 (P4). Konsentrasi morfologi normal spermatozoa mencit kontrol minggu ke-30 (K5), berbeda nyata dibandingkan dengan mencit perlakuan minggu ke-30 (P5). Konsentrasi viabilitas spermatozoa mencit kontrol minggu ke- 36 (K6), berbeda nyata dengan mencit perlakuan minggu ke-36 (P6).

Pemberian kombinasi ekstrak air biji pepaya dan TU secara terus-menerus menyebabkan penurunan konsentrasi morfologi spermatozoa mencit. Hal ini disebabkan zat aktif yang terkandung dalam biji pepaya dapat meningkatkan aktivitas radikal bebas sehingga terjadi penurunan fertilitas pria. Oleh karena itu dengan pemberian vitamin E dapat memperbaiki fertilitasnya dan menurunkan kadar radikal bebas. Mekanisme terjadinya kelainan pada morfologi adalah meningkatnya jumlah

Reactive Oxygen Spesies (ROS) yang disebabkan oleh adanya gangguan epididimis. Menurut Quratul ‘aini (2006), menyatakan bahwa terjadinya kelainan pada morfologi spermatozoa adalah dikarenakan adanya gangguan pada sel-sel Sertoli yang menyebabkan adanya kelainan pada proses maturasi dari sel sperma yang terjadi pada epididimis. Stres oksidatif yang berkepanjangan berdampak pada proses penuaan epididimis dan kerusakan yang semakin meluas (Dhiyaulhaq et al., 2010). Stres oksidatif mengakibatkan penurunan kualitas sperma melalui pembentukan lipid peroksida (LPO). LPO adalah oksidan utama dalam semen yang sangat reaktif

(Subekti, 2006). Jumlah reaktif oksidatif stress yang meningkat juga dapat menyebabkan ganguan pada proses spermatogenesis sehingga dapat menyebabkan adanya kelainan terhadap morfologi dari sel spermatozoa.

Menurut Anggraini (2006), menyatakan bahwa vitamin E, terutama tokoferol bekerja sebagai antioksidan pemutus rantai yang mencegah terjadinya tahap propagasi pada aktivitas radikal dengan cara kelompok hidroksil pada cincin kromanol bereaksi dengan radikal peroksil yang membentuk hidroperoksid dan tokoferoksil.

Reaksinya adalah sebagai berikut:

ROO. + AH ROOH + A

Keterangan:

ROO. : Radikal peroksil AH : antioksidan ROOH : hidroksiperoksid A : tokoferoksil

Terbentuknya radikal peroksi lipid dapat dihentikan oleh antioksidan yang mempunyai kemampuan memutus reaksi berantai yaitu vitamin E (Astuti, 2009). Vitamin E diketahui sebagai antioksidan alami yang mampu menekan peroksidasi lipid pada membran sel sehingga akan melindungi membran dari kerusakan (Yudi dan Parakkasi, 2005). Vitamin E mengendalikan peroksida lemak dengan menyumbangkan hidrogen kedalam reaksi, menyekat aktivitas tambahan yang dilakukan oleh peroksida, sehingga memutus reaksi berantai dan bersifat membatasi kerusakan (Haryatmi, 2004). Pada penelitian ini, morfologi abnormal spermatozoa tidak kembali pulih seutuhnya, namun dengan pemberian dosis 0,2ml/hari mampu meningkatkan morfologi spermatozoa normal. Spermatozoa yang mengalami kelainan morfologi (abnormalitas) kurang dari 20% masih dianggap normal (Astuti, 2009).

BAB 5

Dokumen terkait