• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

B. Saran

c. Memunculkan rasa semangat pada mahasiswa untuk mencari ilmu dan pengetahuan yang berguna sebagai bekal masa depan di dunia industri.

d. Terjalinnya relasi yang baik dengan pihak Dirmawan Hatta ataupun dengan pihak-pihak lainnya.

2. Bagi Program Studi Televisi dan Film

a. Membantu lembaga pendidikan dalam menjalin relasi dengan pihak Dirmawan Hatta.

b. Sebagai salah satu evaluasi pencapaian kompetensi lulusan dan materi ajar bagi instansi.

c. Diperolehnya informasi dari industri atau perusahaan tentang kompetensi dan kualifikasi SDM yang dibutuhkan.

3. Bagi Dunia Industri

a. Sebagai sarana informasi pemantauan generasi yang siap kerja pada bidangnya.

b. Mendapatkan tenaga berkompetensi di bidangnya untuk turut memajukan perusahaan dan industri kreatif.

D. Waktu Pelaksanaan

Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) selama dua puluh lima hari terhitung sejak 2 Oktober 2020 hingga 6 November 2020. Pertemuan pertama pada 2 Oktober 2020 dilakukan tatap muka secara langsung. Penulis bersama dua teman anggota kelompok KKP lainnya mengunjungi basecamp Tumbuh Sinema Rakyat di Salaman, Magelang menemui mentor kami yaitu Bapak Dirmawan Hatta. Selanjutnya pemilihan ide cerita dan riset dibahas melalui daring dikarenakan adanya pandemi Covid-19. Pertemuan daring dilaksanakan setidaknya seminggu sekali, sekitar pukul 19.00 atau 20.00 WIB hingga selesai.

E. Lokasi Pelaksanaan

Pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa adalah dengan keterangan sebagai berikut:

Nama Instansi : Tumbuh Sinema Rakyat Bagian : Pengolahan Ide Kreatif

Alamat : Jl. Kyai H. Ilyas, RT.01/RW.12, Kauman, Kec. Salaman, Magelang, Jawa Tengah 56162

Email : tumbuh.id@gmail.com

Website : https://sinemarakyat.business.site/ No. Telepon : (0293) 3194655

Gambar 1. Tumbuh Sinema Rakyat

BAB II

MATERI DAN METODE KULIAH KERJA PROFESI

A. Materi Kuliah Kerja Profesi 1. Materi Umum

Menurut Buku Panduan Akademik ISI Surakarta (2016), mata kuliah Kuliah Kerja Profesi (KKP) merupakan mata kuliah wajib tempuh bagi mahasiswa Program Studi Film dan Televisi, Jurusan Seni Media Rekam, Fakultas Seni Rupa dan Desain. Melalui kegiatan KKP mahasiswa diharapkan dapat menyalurkan penguasaan kompetensi keahlian berupa

hard skill dan soft skill yang telah didapatkan selama perkuliahan dan

mengaplikasikannya dalam dunia industri sesungguhnya. Kepala Program Studi Film dan Televisi pada kegiatan sosialisasi KKP melalui Zoom

Meeting telah menetapkan bahwa mahasiswa disarankan melaksanakan

program KKP melalui daring dikarenakan adanya pandemi Covid-19, tetapi tetap linier dengan bidang film dan televisi. Oleh karena itu, dibukalah program Kuliah Kerja Profesi (KKP) bersama praktisi profesional oleh kampus.

Program Kuliah Kerja Profesi (KKP) bersama praktisi profesional ini dilaksanakan secara daring dengan beberapa daftar nama mentor yang sudah memiliki jam terbang yang tidak perlu diragukan lagi di bidang film atau televisi. Salah satu yang kemudian dipilih oleh penulis adalah Dirmawan Hatta.

Dirmawan Hatta lahir 19 Januari 1975, awalnya aktif di teater dan menulis beberapa buku. Ia memulai karirnya dengan membuat beberapa film dokumenter dan menjadi penulis skenario beberapa film panjang, diantaranya May dan The Mirror Never Lies. Tahun 2012 Dirmawan membuat film panjang berjudul Toilet Blues yang kemudian masuk di sesi kompetisi New Current Busan International Film Festival 2013. Tahun 2013 film panjangnya yang berjudul Optatissimus rilis di bioskop dan mendapat respon yang bagus dari beberapa kritikus film. Gagasannya mendorong pembuatan film oleh warga Indonesia di daerah pinggiran atau terpencil

membuatnya kemudian mendirikan organisasi bernama Tumbuh Sinema Rakyat.

Tumbuh Sinema Rakyat merupakan organisasi yang aktif melakukan workshop dan pelatihan penulisan skenario, perancangan produksi film, serta penyebaran jaringan pemutaran di berbagai wilayah Indonesia. Organisasi ini juga bekerja bersama komunitas, organisasi non profit, produser industrial, peminat seni dan pengembangan masyarakat serta akademisi dan aktivis sosial untuk pengembangan, produksi, dan penyebarluasan film dalam berbagai koridor kepentingan.

Organisasi ini fokus pada perancangan ide serta pengembangant cerita fiksi menggunakan pendekatan dokumenter. Dengan mengangkat ide yang berdasarkan kehidupan realita, Tumbuh Sinema Rakyat memiliki visi sebagai wadah untuk menciptakan sinema rakyat yang bisa dinikmati oleh berbagai kalangan.

2. Materi Khusus

Selama kegiatan KKP, penulis mendapatkan materi khusus mengenai pengolahan ide kreatif dalam penulisan naskah. Proses pengembangan cerita yang diterapkan di Tumbuh Sinema Rakyat cukup unik yaitu menggunakan metode pendekatan dokumenter. Jika dibandingkan dengan proses pengembangan cerita fiksi umumnya, metode ini cukup memakan waktu karena perlu proses riset lapangan terlebih dahulu. Pendekatan secara dokumenter ini memungkinkan pembuat film untuk menampilkan realita kehidupan seorang subjek secara lebih menarik dan mendalam dibungkus dalam alur cerita fiksi. Berikut alur kerja yang diperoleh penulis dengan cara kerja Tumbuh Sinema Rakyat:

Gambar 2. Flowchart proses kerja pengolahan ide kreatif hingga penulisan naskah di

Tumbuh Sinema Rakyat (Pengolah: Anita Devi, 2020, disetujui oleh Dirmawan Hatta pada 28 November 2020)

Secara umum tugas dan alur kerja penulisan naskah di Tumbuh Sinema Rakyat untuk setiap film tidak jauh berbeda.

B. Metode Kerja Profesi

Selama pelaksanaan KKP di Tumbuh Sinema Rakyat, penulis telah menggunakan beberapa metode untuk mendapatkan data dan materi. Metode yang digunakan terbagi menjadi dua, yaitu pengumpulan data primer dan sekunder. Berikut adalah pengumpulan data primer dan sekunder yang digunakan penulis:

1. Pengumpulan Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian (Bunging, 2005). Oleh karena itu, data primer diperoleh oleh penulis saat pelaksanaan KKP berlangsung. Adapun metode yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data primer yaitu melalui observasi, wawancara, dan partisipasi.

a. Observasi

Metode observasi adalah teknik pengumpulan yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan (Mamik, 2015). Awalnya penulis diberi materi

tentang metode produksi film yang diterapkan di Tumbuh Sinema Rakyat, yaitu melalui riset yang kemudian datanya digunakan sebagai sumber penciptaan film. Cerita yang dipilih adalah berdasarkan realita yang kemudian diadaptasi menjadi sebuah cerita fiksi. Hal ini merupakan metode baru bagi penulis dan cukup menarik karena berbeda dari metode penulisan naskah fiksi pada umumnya. Selanjutnya penulis turun langsung ke lapangan melakukan observasi di beberapa tempat seperti pasar, tempat bisnis prostitusi, dan lain-lain. Hal ini dilakukan untuk menemukan ide cerita yang menarik dan bisa diangkat menjadi film fiksi.

b. Wawancara

Menurut Moleong (1988:148) wawancara adalah kegiatan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara dan yang diwawancarai (Mamik, 2015). Wawancara yang dilakukan penulis bersifat non formal berupa obrolan santai dengan narasumber. Hal ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan, informasi, dan menjalin keakraban dengan narasumber. Penulis bersama dua anggota kelompok KKP lainnya telah melakukan wawancara secara non-formal kepada Mbak Nia, seorang mantan PSK di Ngebong, Yogyakarta dan Mas Iwan, aktivis kawasan Pasar Kembang dan Ngebong, Yogyakarta. Pertanyaan yang disampaikan ke narasumber, baik seputar kehidupan di Ngebong maupun kehidupan pribadi narasumber. c. Partisipasi

Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya (Hermawan, 2019). Penulis dituntut untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses kerja, terutama pada saat brainstorming ide dengan anggota kelompok KKP dan mentor. Penulis ikut menyumbangkan ide-ide kreatif selama pengolahan ide, penyusunan cerita, hingga akhirnya siap untuk ditulis dalam bentuk naskah film fiksi.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sebelum peneliti memasuki lapangan sudah tersedia, baik itu dalam bentuk kepustakaan, dokumen-dokumen, foto-foto, maupun berdasarkan obrolan orang atau dari manapun yang hal tersebut berhubungan dengan penelitian yang dilakukan (Setiawan, 2018). Data yang dikumpulkan penulis berupa dokumentasi dan data-data penting lainnya yang digunakan sebagai studi pustaka. Data berupa dokumen yang digunakan untuk menulis laporan ini di antaranya adalah catatan atau data-data yang berupa profil dan sejarah berdirinya Tumbuh Sinema Rakyat, biografi Dirmawan Hatta, dan data tertulis lainnya. Analisis dokumen inilah yang memperkuat laporan KKP. Kemudian, penulis juga menggunakan dokumentasi berupa foto yang dipotret penulis ketika melakukan kegiatan KKP di Tumbuh Sinema Rakyat.

BAB III

PELAKSANAAN KERJA PROFESI

A. Tinjauan Umum Yayasan Rumah Produksi 1. Sejarah Umum Yayasan Rumah Produksi

Tumbuh Sinema Rakyat didirikan oleh empat orang sahabat, yang terdiri dari pembuat sinema, periset media serta peminat gerakan dan filantropi sosial, dengan dilatar belakangi oleh keinginan untuk menjelajah gagasan penciptaan media yang lebih berkeadilan sosial serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Tumbuh Sinema Rakyat didirikan di Salaman – sebuah kecamatan di Kabupaten Magelang – dengan kesadaran untuk memulai pencarian itu tidak dari ‘pusat’, melainkan dari ‘pinggiran’, dalam kaitannya dengan relasi-relasi pusat dan daerah, urban dan rural, populer dan populis, struktural dan kultural, maupun komersial dan komunal.

Didirikan di Salaman, Kabupaten Magelang, dengan Akta Notaris Nomor 03 Notaris Elva Kurnia Dewi S.H., M.KN., tanggal 5 Maret 2018, sesungguhnya Tumbuh Sinema Rakyat telah memulai kegiatan sejak setahun sebelumnya, dalam sebuah eksperimentasi producership sebuah proyek sinema berjudul “Siluman Tikus dan Putri Persia”.

Proyek sinema tersebut mengolah isu mengenai delusi politik identitas, untuk kemudian meneruskan temuan-temuan di proyek tersebut ke dalam sebuah wadah organisasi dengan berbagai macam aktivitas turunannya, dalam sebuah misi yang diidentifikasi sebagai “menumbuhkan tontonan rakyat beserta jaringan-jaringannya.”

Aktivitas yang sudah ditempuh selama 12 bulan terakhir adalah aktivitas yang pada dasarnya merupakan workshop penciptaan sinema bagi warga masyarakat di berbagai macam ‘koridor’ seperti koridor pesantren, masyarakat adat terpencil dan wilayah multi etnis.

Workshop-workshop tersebut telah berlangsung di Magelang, Jember, Tulungagung, Sigi dan Singkawang. Dari aktivitas tersebut telah dilaksanakan

produksi partisipatif tidak kurang dari 8 sinema pendek dan 2 sinema panjang dalam berbagai macam tahap penyelesaian.

2. Visi dan Misi

Sesuai dengan visinya, Tumbuh Sinema Rakyat “bekerja untuk tujuan penciptaan tontonan dan sinema rakyat beserta jaringan penontonnya” yayasan Tumbuh Sinema Rakyat memiliki misi menginisiasi dan mengembangkan sinema rakyat beserta jaringan audiensinya, dengan menjalankan prinsip-prinsip independen dan organik, untuk menumbuh kembangkan dan mempartisipasi nilai – nilai kemandirian rakyat dan keadilan sosial, dan mendayagunakan karakteristik, potensi dan kaidah-kaidah sinema sebagai produk budaya yang popular, media berkesenian yang mulitkultural dan sarana komunikasi yang mudah diterima segala lapisan masyarakat, agar dapat memberikan nilai manfaat dan kemaslahatan yang berkesinambungan dalam aspek-aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Logo Tumbuh Sinema Rakyat

Gambar 3. Logo Tumbuh Sinema Rakyat

(Sumber: Tumbuh Sinema Rakyat, 2020)

Logo Tumbuh Sinema Rakyat terdiri dari lambang pohon dan tulisan Tumbuh Sinema Rakyat. Lambang pohon tersebut merupakan pohon kalpataru atau biasa disebut pohon bodhi oleh masyarakat Indonesia, dimaknai sebagai pohon kehidupan pengharapan, kebijakan, dan pengetahuan (Wihdi Luthfi, 2019) dalam tumbuh kembang rumah produksi tidak hanya menciptakan karya film namun juga dapat berbagi ilmu dan melibatkan masyarakat untuk bersama-sama membangun Tumbuh Sinema Rakyat menumbuhkan harapan bersama dan

memperoleh pengetahuan. Logo dibuat tampak simpel dan mudah dibaca, sehingga diharapkan tidak akan diubah bentuknya.

4. Struktur Organisasi

Tumbuh Sinema Rakyat tentu saja memiliki struktur organisasi. Berikut struktur organisasi di Tumbuh Sinema Rakyat:

Gambar 4. Struktur organisasi Tumbuh Sinema Rakyat

(Sumber: Dokumen Tumbuh Sinema Rakyat, 2018)

Gambar 5. Nama Pengurus dalam Bagan Struktur Organisasi

5. Layanan Tumbuh Sinema Rakyat

Kegiatan dan usaha-usaha yang dijalankan oleh yayasan Tumbuh Sinema Rakyat adalah meliputi bidang-bidang kegiatan sebagai berikut :

a. Bidang Pendidikan dan Pelatihan, meliputi penyelenggaraan lembaga pendidikan non formal dan atau pelatihan-pelatihan berbasis potensi, ketrampilan dan kepedulian.

b. Bidang Sosial Kemasyarakatan, meliputi inisiasi pembentukan komunitas, pendampingan komunitas, dan pengorganisasian jejaring komunitas- komunitas masyarakat berbasis potensi, ketrampilan dan kepedulian. c. Bidang Kemitraan Keproduseran, meliputi penyelenggaraan atau

pendampingan kegiatan produksi media berbasis potensi, ketrampilan dan kepedulian dengan melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat atau komunitas-komunitas yang menjadi mitra dampingan Yayasan.

d. Bidang Kemitraan Distribusi, meliputi inisiasi jaringan distribusi dan kegiatan pendistribusian produk-produk media berbasis potensi, ketrampilan dan kepedulian yang dihasilkan oleh masyarakat atau komunitas-komunitas yang menjadi mitra dampingan Yayasan.

e. Bidang Riset Media, meliputi kegiatan-kegiatan yang menghasilkan pengetahuan-pengetahuan baru atau terbarukan mengenai sumber daya media beserta potensinya, untuk dielaborasi dalam rangka pengembangan jejaring media yang dimiliki, dikelola dan didayagunakan sesuai dengan kebutuhan dan kebermanfaatan bagi masyarakat itu sendiri.

f. Bidang Humas dan Publikasi, meliputi kegiatan-kegiatan inventarisasi, olah data, pengumpulan, pengarsipandan segala perihal mengenai kegiatan Yayasan dan hasil-hasilnya untuk dipublikasikan dan dijadikan bahan referensi baik internal maupun eksternal Yayasan.

g. Bidang Pendanaan dan Badan Usaha, meliputi kegiatan-kegiatan penggalangan donasi (fund-raising), inisiasi dan atau pengelolaan badan usaha milik yayasan, dan usaha-usaha kemitraan dengan pihak lain dalam rangka mendapatkan pemasukan dan penerimaan bagi Yayasan dengan ketentuan-ketentuan sebagaimana telah diatur dalam Anggaran Dasar.

B. Pelaksanaan Kegiatan 1. Rencana Pelaksanaan KKP

Pelaksanaan program Kuliah Kerja Profesi (KKP) diawali dengan pengajuan proposal dan Curriculum Vitae (CV) ke pihak program studi Film dan Televisi, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Pengajuan proposal serta CV digunakan sebagai persyaratan seleksi mahasiswa sesuai dengan mentor praktisi yang diinginkan. Pengadaan program magang bersama praktisi ini merupakan salah satu alternatif yang disediakan oleh Kepala Program Studi (Kaprodi) Film dan Televisi selama masa pandemi Covid-19. Tujuannya agar mahasiswa tetap dapat melaksanakan KKP tetapi melalui daring sehingga mengurangi dampak penyebaran virus Corona.

Setelah mengajukan proposal dan CV pada tanggal 21 September 2020, besoknya yaitu tanggal 22 September 2020 Kepala Program Studi Film dan Televisi mengumumkan daftar nama mahasiswa yang diterima KKP bersama Mentor Praktisi Profesional Dirmawan Hatta, Founder Tumbuh Sinema Rakyat. Penulis merupakan salah satunya, bersama dengan dua teman lain yang kemudian berada dalam satu kelompok KKP. KKP sebenarnya sudah bisa dimulai secara online pada 28 September 2020, tetapi Bapak Dirmawan Hatta menginginkan pertemuan pertama dilakukan secara offline terlebih dahulu sebagai pembekalan. Oleh karena penulis sedang berada di luar kota, dibutuhkan waktu beberapa hari untuk koordinasi hingga akhirnya penulis bersama dua teman anggota kelompok KKP mengunjungi basecamp Tumbuh Sinema Rakyat pada tanggal 2 Oktober 2020. Selanjutnya diskusi dilakukan secara online melalui Google Meeting.

2. Realisasi Kegiatan

a. Adaptasi Lingkungan Kerja

Hari pertama pada tanggal 2 Oktober 2020 melaksanakan Kegiatan Kerja Profesi (KKP), penulis dan teman-teman kelompok KKP berkunjung ke basecamp Tumbuh Sinema Rakyat yang berlokasi di Salaman, Magelang untuk menemui Bapak Dirmawan Hatta. Kami memperkenalkan diri masing-masing dan berkenalan dengan tim Tumbuh

Sinema Rakyat. Setelah jamuan makan siang, kami melakukan sharing dan diskusi bersama Bapak Dirmawan Hatta. Beliau menceritakan alur kerja pembuatan film yang dilakukan oleh Tumbuh Sinema Rakyat terutama pada tahap pengembangan naskah yaitu mulai pencarian ide hingga penulisan kreatifnya. Penulis mencoba memahami dan melaksanakan cara kerja yang dijelaskan oleh Bapak Dirmawan Hatta.

b. Penugasan yang Diberikan oleh Mentor

Penugasan yang diberikan kepada penulis dan teman-teman kelompok KKP cukup beragam diantaranya memilih ide cerita, melakukan riset, penyusunan cerita, hingga pengembangan cerita. Berikut detail tugas yang dikerjakan:

1) Pemilihan Ide

Kami satu kelompok KKP mula-mula mencari ide cerita menarik yang bisa ditemukan di lingkungan sekitar. Ide-ide cerita yang sudah kami temukan ini kemudian kami diskusikan bersama antar anggota kelompok hingga akhirnya diputuskan empat ide dasar yang akan diajukan ke mentor. Sebelumnya mengirim dokumen ke mentor, kami bersama-sama menuangkan ide kreatif kami dalam mengolah ide dasar tersebut menjadi suatu rangkaian cerita yang nantinya kami seleksi bersama. Keempat ide dasar beserta alur cerita yang sudah kami diskusikan ini baru kemudian kami ajukan ke mentor untuk didiskusikan kembali dan dipilih bersama. Berikut gambar dokumen rangkaian ide yang diolah oleh penulis:

Gambar 6. Ide Konsep Dasar

(Sumber: Dokumen Anita Devi, 2020)

2) Melakukan Riset

Dari empat ide dasar yang telah kelompok KKP kami ajukan ke mentor, ide yang terpilih adalah tentang kehidupan anak dari Pekerja Seks Komersial (PSK). Berangkat dari ide tersebut maka penulis bersama kelompok KKP melakukan riset ke tempat-tempat yang menurut kami berhubungan dengan cerita. Awalnya kami membagi tugas, penulis melakukan observasi lokalisasi di Solo yaitu daerah Kestalan gang samping RRI Solo. Sementara itu dua anggota KKP lainnya melakukan riset di daerah Pasar Kembang dan Ngebong, Yogyakarta.

Selain melakukan riset lapangan, penulis juga melalukan riset media. Penulis membaca banyak artikel di internet mengenai bisnis prostitusi di daerah Solo dan Yogyakarta, seperti Kestalan, Pasar Kembang, dan Ngebong. Selain itu, berhubung penulis ingin mempelajari penerapan semiotika dalam memproduksi film, maka penulis juga menonton beberapa film dengan topik bisnis prostitusi sebagai referensi, seperti Lovely Man (2011), Hot Girls Wanted (2015),

Bangkok Girl (2005), dan masih banyak lagi. Dengan menonton

memasukkan tanda-tanda sebagai penunjuk identitas tokoh, yang dapat penulis jadikan referensi untuk dimasukkan dalam cerita nantinya.

Sementara itu untuk riset lapangan sendiri telah dilakukan sebanyak lima kali dalam kurun waktu satu bulan. Penulis dan kelompok KKP akhirnya menemukan satu narasumber yang potensial kisah hidupnya untuk diangkat ke dalam medium film. Narasumber tersebut berasal dari Yogyakarta dan merupakan mantan PSK di daerah Ngebong bernama Mbak Nia. Hasil riset kami kumpulkan menjadi satu sebelum akhirnya dikirim ke mentor. Untuk riset terakhir kami laporkan secara langsung kepada mentor sehingga tidak ada rekap dokumennya. Berikut merupakan rekap dokumen hasil riset yang sudah dilakukan:

Gambar 7. Hasil Riset I

(Sumber:Dokumen Kelompok KKP Tumbuh Sinema Rakyat, 2020)

Gambar 8. Hasil Riset II

Gambar 9. Hasil Riset III

(Sumber: Dokumen Kelompok KKP Tumbuh Sinema Rakyat, 2020)

Gambar 10. Hasil Riset IV

(Sumber: Dokumen Kelompok Tumbuh Sinema Rakyat, 2020)

3) Menyusun Hasil Riset

Hasil riset lapangan yang telah penulis dan kelompok KKP lakukan kemudian disusun menjadi poin-poin cerita yang terbagi menjadi karakterisasi, visualisasi, dan premis/ gagasan. Karakterisasi berhubungan dengan poin cerita yang berpotensi dimasukkan dalam tiga dimensi karakter. Visualisasi merupakan poin cerita yang dapat dimasukkan menjadi scene atau adegan dalam cerita. Sementara premis/ gagasan adalah poin cerita yang menjadi topik mendasar dari cerita tersebut. Poin-poin cerita tersebut dipilah untuk mempermudah

dalam penyusunan alur cerita. Berikut gambar dokumen dalam pengelompokkan hasil riset:

Gambar 11. Pengelompokkan Hasil Riset

(Sumber: Dokumen Kelompok KKP Tumbuh Sinema Rakyat, 2020)

4) Mengembangkan Cerita

Setelah hasil riset disusun dan dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu karakterisasi, visualisasi, dan premis/ gagasan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan poin-poin tersebut menjadi sebuah cerita utuh. Penulis, tim, dan mentor berdiskusi menyusun alur cerita dengan tetap memperhatikan unsur tangga dramatik. Beberapa poin cerita yang dirasa kurang menarik terpaksa diabaikan untuk menghasilkan cerita yang sederhana. Setelah beberapa kali melakukan perubahan, akhirnya di draft kelima kami baru mencapai kesepakatan. Berikut gambar dokumen alur cerita yang terbagi menjadi tujuh sekuens:

Gambar 12. Rangkaian Cerita

(Sumber: Dokumen Kelompok Tumbuh Sinema Rakyat, 2020)

3. Kegiatan Harian

Hari/ Tanggal Deskripsi Kegiatan

Jum’at,

2 Oktober 2020

- Mengunjungi basecamp Tumbuh Sinema Rakyat - Mengetahui profil Tumbuh Sinema Rakyat - Menonton film hasil bimbingan Tumbuh Sinema

Rakyat Senin,

5 Oktober 2020

- Pemberian tugas mencari ide cerita fiksi menarik - Riset Media

Selasa,

6 Oktober 2020

- Riset Media

- Menonton beberapa judul film sebagai referensi Rabu,

7 Oktober 2020

- Pengumpulan ide cerita dan sharing.

- Diskusi ide cerita secara daring dengan kelompok KKP melalui video call.

Kamis,

8 Oktober 2020

- Diskusi ide cerita dengan anggota kelompok KKP secara offline di Kopatas.

Jum’at,

9 Oktober 2020

- Mengirim hasil tulisan ke mentor.

- Diskusi pemilihan ide cerita secara daring melalui

Google Meet.

Senin,

12 Oktober 2020

- Observasi kegiatan di Pasar Gede - Riset media mengenai Pasar Gede Selasa,

13 Oktober 2020

- Riset media mengenai kehidupan pasar. Rabu,

14 Oktober 2020

- Sharing hasil riset antar anggota kelompok KKP secara online melalui WhatsApp.

Kamis,

15 Oktober 2020

- Riset media mengenai bisnis prostitusi di Indonesia.

- Menonton film sebagai referensi dengan topik bisnis prostitusi.

Jum’at,

16 Oktober 2020

- Riset media mengenai bisnis prostitusi di Indonesia.

- Menonton film sebagai referensi dengan topik bisnis prostitusi.

Senin,

19 Oktober 2020

- Diskusi hasil riset secara daring dengan mentor dan kelompok KKP melalui Google Meet. Selasa,

20 Oktober 2020

- Menonton film sebagai referensi dengan topik hubungan ibu dan anak.

Rabu,

21 Oktober 2020

- Menonton film sebagai referensi dengan topik hubungan ibu dan anak.

Kamis,

22 Oktober 2020

- Berkunjung ke Pasar Kembang menemui

narasumber sambil mengamati situasi kondisi di wilayah perkampungan Pasar Kembang.

Jum’at,

23 Oktober 2020

- Riset media.

- Mengumpulkan hasil riset, mengamati wilayah sekitar Pasar Kembang.

Senin,

26 Oktober 2020

- Riset media.

- Menonton film sebagai referensi dengan topik hubungan ibu dan anak.

Selasa,

27 Oktober 2020

- Diskusi perkembangan hasil riset secara daring dengan mentor dan kelompok KKP melalui

Google Meet.

Rabu,

28 Oktober 2020

- Kembali ke Pasar Kembang menghadiri acara perkumpulan pekerja seksual Bunga Seroja. Kamis,

29 Oktober 2020

- Diskusi bersama anggota kelompok KKP secara

Dokumen terkait