• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kunci Jawaban

Dalam dokumen Modul PKB SMP 2017 Seni Tari KK D (Halaman 42-156)

1. Penjelasan mengenai kompetensi akademik guru profesional dapat Anda temukan dalam uraian materi poin 1. alinea kedua.

2. Penjelasan mengenai langkah-langkah yang harus ditempuh guru dalam mempersiapkan penerapan metode diskusi dapat Anda temukan dalam uraian materi poin 1. alinea keenam.

3. Penjelasan mengenai prinsip perancangan pembelajaran dapat Anda temukan dalam uraian materi poin 2.a.

Seni Budaya Seni Tari SMP KK D

35

Kegiatan Pembelajaran 2

Peragaan Tari Tradisi

A. Tujuan

Setelah mempelajari modul ini anda dapat memperagakan ragam gerak tari tradisi dari berbagai wilayah di Indonesia sesuai dengan prinsip-prinsip komposisi dan artistik dengan mengintegrasikan nilai nilai kejujuran, kemandirian, gotong royong dan tanggung jawab.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator pencapaian kompetensi yang ditargetkan pada kegiatan pembelajaran ini adalah

1. Mampu menjelaskan pengetahuan tari tradisi mengembangkan nilai nilai pendidikan karakter apresiasi budaya bangsa sendiri.

2. Mampu menyebutkan contoh contoh tari tradisi dari berbagai wilayah di Indonesia mengembangkan nilai nilai pendidikan karakter menjaga kekayaan budaya bangsa

3. Mampu memperagakan salah satu contoh ragam gerak tari tradisi dari Yogyakarta tari golek asmorodana bawaraga dari Yogyakarta mengembangkan nilai nilai pendidikan karakter menghormati keragaman budaya.

C. Uraian Materi

1. Pengetahuan Tari Tradisi

Tradisi adalah suatu kebiasaan yang sifatnya turun temurun, berulang-ulang dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam kurun waktu yang panjang. Didalam suatu tradisi terkandung nilai-nilai dan norma-norma yang mengikat bagi masyrakatnya. Bertitik tolak dari pandangan umum maka tari tradisional adalah

Kegiatan Pembelajaran 2

36

tarian yang tumbuh dan berkembang dalam suatu wilayah atau suatu komunitas, sehingga kemudian menciptakan suatu identitas budaya dari masyarakat yang bersangkutan.

Tari tradisional adalah tari yang mengalami perjalanan panjang dan menurut sejarahnya tari tersebut bertahan dengan pola-pola tradisi yang ada. Tari tradisi hidup dan tumbuh di tengah-tengah masyarakat pendukungnya. Menurut Soedarsono (1981: 28) menjelaskan tari tradisional ialah tari yang telah mengalami perjalanan panjang dalam sejarahnya, yang selalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang telah ada.

Secara bentuk, tari tradisional ini mempunyai bentuk gerak sangat sederhana, geraknya belum begitu digarap secara koreografis, iringan musiknya juga sederhana, serta kostum dan riasnya juga masih dalam bentuk sederhana. Menurut Salmurgianto, Tari yang bersifat tradisional bisa digolongkan pada tari primitive (tari sederhana) dengan bentuk geraknya sangat sederhana, yang masih belum tergarap secara koregrafis, kalau dilihat music pengiringnya juga sangat sederhana, pada waktu itu hanya memakai suara manusia dan alat pukulan gendang, pakaian dan riasnya juga sangat sederhana.

Sudarsono menjelaskan tarian sederhana yang dimaksudkan adalah bentuk geraknya sangat sederhana hanya terdiri dari depakan-depakan kaki, langkah-langkah kaki yang sederhana, ayunan tubuh, serta gerakan-gerakan kepala dengan tekanan tertentu. Tarian ini lebih merupakan ungkapan kehendak atau, semua gerak dimaksudkan untuk tujuan tertentu. Tari tradisional kalau dilihat bentuk penyajiannya, disajikan dengan bentuk-bentuk gerak yang sangat sederhana, geraknya hanya lebih dominan depakan-depakan kaki yang diiringi dengan tekanan-tekanan pada bagian tangan dan kepala. Semua gerakan yang dilakukan juga punya maksud tertentu dengan alasan yang berkaitan dengan kehendak masyarakat.

Tari tradisional dapat digolongkan pada tari primitive (sederhana) yang lebih merupakan ungkapan kehendak atau keyakinan, semua gerak yang dimaksudkan untuk tujuan tertentu seperti misalnya untuk upacara adat (upacara batagak penghulu). Pada awalnya tarian tersebut sering dilaksanakan

Seni Budaya Seni Tari SMP KK D

37

atas permintaan masyarakatnya, kehendak masyarakat, sesuai dengan keyakinan masyarakatnya.

Soedarsono menambahkan Secara garis besar seni pertunjukan ritual memiliki cirri-ciri khas yaitu: (1) diperlukan tempat pertunjukan yang dipilih, yang biasanya dianggap sakral; (2) diperlukan pemilihan hari serta saat yang terpilih yang biasanya juga dianggap sakral; (3) diperlukan pemain yang terpilih, biasanya mereka yang dianggap suci, atau yang telah membersihkan diri secara spiritual; (4) diperlukan seperangkat sesaji, yang kadang-kadang sangat banyak jenis dan macammnya; (5) tujuan lebih dipentingkan dari pada penampilannya secara estetis; dan (6) diperlukan busana yang khas. Kalau diperhatikan secara detail bentuk pertunjukan tari tradisional tersebut lebih banyak kepada kajian isi dan maksudnya, lengkap dengan seperangkat tatanan yang telah ditetapkan oleh masyarakat daerah sebelumnya.

Tari tradisional yang berkembang di lingkungan rakyat atau daerah juga berhubungan dengan kepercayaan-kepercayaan animistik prasejarah dan ritual. Pertunjukan diadakan pada masa-masa tenggang yang tak tetap dan untuk kejadian-kejadian khas. Para pemain adalah orang-orang desa setempat yang berperan atau menari sebagai hobi atau untuk mendapatkan prestise; mereka bukan pemain professional. Siapa saja boleh hadir dengan Cuma-Cuma. Bentuk-bentuk pertunjukan cendrung relative sederhana dan tingkat artistik dari pertunjukan bisa rendah.

Peranan tari di tengah-tengah masyarakat bukan saja sebagai sarana kepuasan estetis saja, tetapi lebih dalam lagi sebagai sarana dalam upacara agama dan adat. Salmurgianto menambahkan secara luas tari berfungsi sebagai sarana upacara adat, sebagai sarana untuk mengungkapkan kegembiraan atau pergaulan, dan juga berfungsi sebagai seni tontonan.

Tari tradisional disajikan untuk kepentingan masyarakat daerah dimana lahirnya tari tersebut dan berfungsi untuk upacara adat daerah. Artinya tari tradisi daerah merupakan milik masyarakat daerah, dan mengungkapkan tata kehidupan masyarakat daerah yang bersangkutan. Tari tradisional pada umumnya berfungsi

Kegiatan Pembelajaran 2

38

sebagai sarana upacara adat yang sifatnya menghibur masyarakat, atas kehendak masyarakat yang diungkapkan tentang tata kehidupan masyarakatnya. Di Indonesia menurut fungsinya tarian dibagi menjadi tiga kelompok, yakni tari upacara, tari hiburan dan tari tontonan. Tari hiburan sering di sebut orang dengan tari sosial. Karena tari hiburan tersebut lahir dilingkungan sosial daerah setempat di mana keberadaan tari itu hidup. Kalau diperhatikan keberadaan tari tradisional yang berkembang di daerah setempat, hidup dan masih bertahan sampai saat ini walaupun kehidupannya sangat memprihatinkan, kehadiranya di tengah-tengah masyarakat masih dinantikan oleh masyarakatnya. Sifatnya juga menghibur masyarakat, penanpilannya sering di lakukan pada saat upacara-upacara adat berlangsung. Tarian tersebut juga dapat dikatakan tarian sosial, karena tari itu lahir dilingkungan sosial dimana tari itu hidup dan ditampilkan.

Tari yang berkembang di Indonesia berfungsi sebagai sarana upacara, sarana hiburan/pergaulan dan sebagai sarana tontonan/pertunjukan. Pada umumnya tarian tradisional berfungsi sebagai sarana hiburan di dalam upacara adat (upacara batagak penghulu), artinya kehadiran tari trdisional tersebut dalam upacara adat (upacara batagak penghulu) memang untuk menghibur masyarakat yang menonton dan menyaksikan upacara tersebut. Iyus Rusliana menambahkan, Tarian hiburan hanya menitikberatkan untuk kepuasan pelakunya sendiri atau semata-mata bukanlah menitikberatkan pada segi artistiknya. Pada dasarnya tarian hiburan ini tidaklah bertujuan untuk ditonton walau terkadang banyak kekayaan tari hiburan ini yang relative bernilai. Namun karena pada umumnya tari hiburan/pergaulan ini lebih mementingkan kepuasan individual pelakunya. Otomatis pula sifat spontanitas dan improvisasi akan menonjol sekali. Bagi penonton yang melihatnya juga terhibur dan tidak merasa dibebani setelah melihatnya, hanya sebagai penghibur saja.

Tari tradisional yang lahir dan dilahirkan oleh masyarakat setempat mempunyai pandangan tersendiri bagi masyarakatnya. Tari itu hadir dan dilahirkan oleh masyarakat, yang merupakan kehendak masyarakat. Jadi berarti tari itu hadir dengan maksud tertentu dan tujuan yang jelas. Oleh karena tari adalah ekspresi jiwa manusia yang disampaikan lewat simbol-simbol gerak tari, maka jelas tari

Seni Budaya Seni Tari SMP KK D

39

tersebut juga mempunyai maksud tertentu yang orientasinya dari masyarakat dan kembali untuk masyarakat.

Tari tradisional yang hidup secara turun temurun di daerah. Dapat dikatakan bahwa tari daerah adalah tarian yang bentuk tariannya sudah merupakan tarian yang hidup dengan subur di daerah Nusantara. Oleh karena itu tarian, iringan tari, tata busana, rias ataupun latar belakang cerita yang digarapnya, pada umumnya merupakan hasil ramuan atau paduan dari materi tari yang berpijak pada tradisi yang ada di wilayah Nusantara.

Tari tradisional dibagi menjadi 2 yaitu : a. Tari Klasik

Tari Klasik adalah tari yang telah mengalami kristalisasi artistic yang tinggi yang ada semenjak jaman feudal. Tari klasik pasti mempunyai nilai-nilai tradisional, sedang tarian-tarian tradisional belum tentu mempunyai nilai klasik, karena tari klasik selain berciri tradisional juga memiliki nilai yang tinggi. Terminologi klasik berasal dari kata latin classic yang berarti golongan masyarakat yang tinggi pada jaman Romawi kuna. Pasa jaman romawi tullius membagi masyarakat menjadi 6 golongan berdasarkan atas kekayaannya. Golongan yang terendah disebut klasproletari dan yang tertinggi disebut klas classici. Oleh Aulus geullius istilah classici ini dipakai untuk menyebut hasil-hasil karangan pengarang-pengarang bangsa Romwi yang berprestasi atau bermutu tinggi. Kemudian pengarangnya disebut sciptor classicus. Bertolak dari pengutaraan mengenai arti klasik dari jaman Romawi itu dapat dikatakan salah satu daripada cirri khas klasik adalah mengandung nilai keindahan yang tinggi.

Tari tradisional klasik adalah tari tradisional yang lahir dan berkembang di lingkungan keraton, tarian ini hidup dan berkembang sejak zaman feodal dan secara turun temurun diturunkan di kalangan masyarakat bangsawan keraton. Ciri-ciri tari klasik adalah tarian ini berpedoman pada aturan yang sudah baku, memiliki nilai estetis yang tinggi, memiliki makna dan filosofi yang dalam, menggunakan rias dan kostum yang serba mewah.

Kegiatan Pembelajaran 2

40

Tari klasik gaya Yogyakarta yang disebut juga Joged Mataram merupakan warisan dari kesenian tari zaman Mataram. Joged mataram ini dikembangkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwana I semenjak perjanjian Giyanti tahun 1755. Sejak diciptakan sampai sekarang banyak sekali tari tradisi gaya Yogyakarta yang berkembang dan dapat kita pelajari, salah satunya adalah tari Golek Asmarandhana Bawaraga.

Dua hal penting dan perlu dipahami secara sungguh-sungguh agar dapat membawakan tari klasik gaya Yogyakarta secara sempurna, yaitu memahami landasan filosofis serta karakternya dan menyempurnakan ketrampilan teknik tarinya. Landasan sikap dan gerak sebagai landasan filosofis tari klasik gaya Yogyakarta atau yang sering disebut Joged Mataram ini adalah sawiji, greget, sengguh, dan ora mingkuh, atau menyatu, berkemauan yang kuat, berani dan ulet serta setia secara atau menyatu, berkemauan yang kuat, berani dan ulet serta setia secara bertanggung jawab (Suryobrongto, 1976:14)

b. Tari Rakyat

Tari tarian rakyat di Indonesia sebenarnya masih bertumpu pada unsur primitive, seperti Sang Hyang dari Bali, kuda kepang Jawa, dan sebagainya. Tari kerakyatan sering berfungsi sebagai tari upacara atau kelengakapan sosial dan juga hiburan dalam kehidupan masyarakat. Ada sebagian tari rakyat yang penyajiannya langsung terkait dengan upacara ritual. Dalam hal ini tempat dan waktu upacaranya ditentukan, begitu pula dengan para penarinya. Biasanya tarian yang bersifat supranatural. Misalnya adanya saji-sajian khusus yang diperuntukkan roh-roh halus yang diyakini oleh mereka memiliki kehidupan, kekuasaan dan kekuatan yang berpengaruh pada kehidupan sosial masyarakatnya.

Pada perkembangan berikutnya tari rakyat bisa pula dilakukan untuk dua kepentingan. Pertama sebagai hiburan pada acara pesta atau upacara-upacara sosial kemasyarakatan. Ke dua tarian kerakyatan yang dikemas secara khusus untuk kepentingan-kepentingan tertentu, misalnya festival, lomba atau kepentingan lainya yang secara khusus diadakan untuk upaya menumbuh kembangkan serta meningkatkan frekuensi pementasan.

Seni Budaya Seni Tari SMP KK D

41

Tradisional kerakyatan adalah tari tradisional yang lahir dan berkembang dari kebudayaan masyarakat lokal Tarian ini hidup dan berkembang sejak zaman primitif dan diturunkan secara turun temurun pada masyarakat rakyat biasa. Ciri-ciri tradisional kerakyatan adalah memiliki nuansa sosial yang sangat kental, merujuk pada adat dan kebiasaan masyarakat sekitar serta memiliki gerak, rias dan kostum yang sederhana, biasanya penuh dengan nilai-nilai magis.

2. Contoh-contoh Tari Tradisi yang Ada di Indonesia

Indonesia terkenal sebagai negara yang sangat kaya akan tari tradisi. Tari tradisi yang ada di Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman bangsa Indonesia. Di setiap daerah di Indonesia memiliki tari tradisi. Hal ini sesuai dengan nilai nilai pendidikan karakter menjaga kekayaan budaya bangsa, menghormati keragaman budaya.

Adapun contoh contoh tari tradisi adalah sebagai berikut: a. Tari Srikandhi-Surodewati tari tradisi dari Yogyakarta

Kegiatan Pembelajaran 2

42

b. Tari Bedhaya tari tradisi dari daerah Yogyakarta

Bedhaya adalah tarian putri yang dibawakan oleh sembilan penari orang penari wanita dengan mengenakan busana yang sama, walaupun tari ini mengisahkan sebuah cerita. Tari bedhaya dahulu merupakan kelengkapan kebesaran sebuah keraton, baik keraton Surakarta maupun keraton Yogyakarta. Bedhaya yang merupakan pelengkap kebesaran seorang raja ini ada satu yang dianggap sakral oleh keraton Surakarta yaitu bedhaya Ketawang, sedangkan Yogyakarta bedhaya Semang.

Ke sembilan penari bedhaya yang berbusana sama serta menari dengan teknik yang sama yaitu tari putri halus yang lembut, masing-masing penari memiliki nama sendiri-sendiri menurut fungsinya di dalam komposisi tari bedhaya yang terdiri dari endel pajeg, batak, jangga, dhadha, apit ngajeng, apit wingking, endel wedalan wingking, buntil.

Gambar 5. Tari Bedaya Gaya Yogyakarta

http://mastri.staff.ugm.ac.id/wisatapedia/index.php/telusur/yogyakarta-dan-solo/event-wisata/bedhaya-semang

Seni Budaya Seni Tari SMP KK D

43

Gambar 6. Tari Bedhaya Bedhah Madiun

c. Tari Srimpi tari tradisi dari Yogyakarta

Srimpi merupakan tari putri yang dibawakan oleh empat orang penari wanita yang mengenakan busana sama, ke empat penari dengan teknik tari putri yang halus. Walaupun bentuk koreografi tari ini merupakan tari kelompok, tetapi lebih merupakan tari duet atau berpasangan tetapi yang disusun secara ganda. Tema yang ditampilkan adalah perang tanding yang diambil dari berbagai wiracarita. Misalnya perang antara permadi melawan Suryatmaja, antara srikandi melawan larasati, srikandi melawan suradewati.

Gambar 7. Tari Srimpi gaya Yogyakarta

Kegiatan Pembelajaran 2

44

d. Tari Golek tari tradisi dari Yogyakarta

Tari Golek adalah tari yang ditarikan oleh remaja putri. Pengertian remaja putri adalah seorang wanita yang belum pernah menikah, berumur antara 12 tahun sampai 21 tahun. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak kanak menginjak dewasa. Pada saat ini remaja putri mengalami masa transisi/peralihan dari kanak kanak ke remaja, sehingga seorang remaja ingin memperlihatkan pribadinya. Dalam masa perkembangan kepribadian seseorang, masa remaja mempunyai arti yang khusus. Dalam rangkaian proses perkembangan, masa ini seseorang tidak mempunyai kedudukan yang jelas. Masa remaja menunjukkan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa inilah remaja mulai mencari-cari atau mulai berfikir tentang potensi pribadi yang akan dipakai sebagai landasan selanjutnya.

Untuk memperlihatkan potensi pribadinya dapat dilihat pada gerak muryani busana, seperti ragam tasikan, miwir rikmo, atrap sumping, atrap jamang. Dari gerakan tersebut memberi penjelasan bahwa muryani busana merupakan gerak yang mempunyai makna orang berhias dan berbusana, dari memakai pakaian sampai mengenakan asesoris. Jika dilihat dari struktur geraknya, tari ini didominir oleh gerak muryani busana. Dari pengkajian yang lebih dalam, ternyata ekspresi gerak ini sangat sesuai dan juga mempunyai makna sebagai penggambaran dunia penarinya (remaja Putri). Pada masa ini perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya. Diri mereka sendiri merupakan salah satu penilai yang penting terhadap badannya sendiri. Jadi sangat tepat jika esensi tari golek ini terletak pada gerak muryani busana atau dengan kata lain gerak ini merupakan gerak yang paling representative.

Penggambaran gerak berbusana di dalam tari golek tidak sekedar meniru orang yang sedang mengenakan pakaian, tetapi di dalamnya mempunyai makna yaitu gerakan mematut diri. Jadi pada hakekatnya, berpakaian atau berdandan dipandang bukan sekedar sebagai penutup tubuh, tetapi di sini lebih ditonjolkan unsur estetiknya. Ketika unsur fungsi dan keindahan disatukan pada gilirannya akan memberi kesan sempurna pada penampilan.

Seni Budaya Seni Tari SMP KK D

45

Dengan sempurnanya suatu penampilan akan muncul kepercayaan diri, yang pada akhirnya akan muncul kesadaran tentang pribadi dengan segala potensinya. Dengan proses yang panjang dari waktu ke waktua khirnya akan terbentuk suatu kepribadian. Dengan kata lain kepribadian akan terbentuk seiring dengan berjalannya waktu. Pada masa ini terjadi proses pemantapan secara lambat dan teratur. Masa ini merupakan kunci dari perkembangan anak. Pada periode ini anak gadis banyak melakukan instropeksi dan mencari sesuatu ke dalam diri sendiri. Yang pada akhirnya ia akan menemukan ”akunya” dalam diri sendiri dengan sikap keluar pada dunia obyektif.

Dengan diketahuinya makna yang lebih dalam dari tari Golek, dapat diambil kesimpulan bahwa tari golek bukan sekedar sebuah tari yang menggambarkan seorang remaja putri yang sedang berhias diri. Disini tari golek yang dimaknai sebagai tari tunggal putri yang menggambarkan seorang gadis remaja yang sedang berada dalam liminalitas. Dalam upayanya untuk menemukan jati dirinya ia berusaha menumbuhkan rasa percaya diri yang diekspresikan dengan gerakan yang menggambarkan berhias diri. Pencarian jati diri pada hakekatnya adalah kerja pribadi. Hal ini sejalan dengan tari golek sebagai tari tunggal. Sebagai tari tunggal (yang mulanya adalah satu-satunya pada tari putri), jelas mempunyai keistimewaan bila dibandingkan dengan bentuk tari yang lain.

Kegiatan Pembelajaran 2

46

Gambar 8. Tari Golek Asmaradana Bawaraga

e. Tari Lengger tari tradisi dari daerah Banyumas

Gambar 9. Tari Lengger (Sumber: Danipicture.wordpress.com)

Seni Budaya Seni Tari SMP KK D

47

f. Tari Remo tari tradisi dari daerah Jawa Timur

Tari ngremo berasal dari tari upacara untuk menghormati tamu agung atau tamu penting dalam suatu pesta. Tarian ini biasa ditarikan oleh seorang penari pria, dalam perkembangannya lebih lanjut tari ngemo dapat ditarikan oleh beberapa penari pria atupun penari gadis remaja.

Gambar 10. Tari Remo

(Sumber: Nusantara-cultures.blogspot.com)

Kegiatan Pembelajaran 2

48

g. Tari Pendet tari tradisi dari daerah Bali

Tari Pendet merupakan tari yang berfungsi sebagai penjemput para dewa yang datang ke Marcapada dalam upacara odalan. Di Bali tari ini merupakan tari penyambutan para tamu.. Pintu keluar masuk panggung berbentuk seperti gapura lengkung, yang lantainya dibelakang lebih rendah. bunyi gamelan yang diharapkan bisa memberikan suasana riang dan lembut. Tari Pendet diiringi dengan seperangkat gambelan Gong atau Gong kebyar Kesan yang ditimbulkan oleh pintu keluar masuk yang demikian ini seolah-olah para penari tampil menuju panggung dari sebuah gua, demikian pula apabila mereka keluar meninggalkan pentas, seolah-olah mereka masuk ke dalam gua yang gelap. Tari Pendet dibawakan oleh empat penari gadis berbusana adat dengan sebuah bokor berisi bunga pada masing-masing tangan kanan penari. Gerak mata yang disebut sledet membutuhkan bantuan tekanan

Gambar 12. Tari Pendet

Seni Budaya Seni Tari SMP KK D

49

h. Tari Blantek tari tradisi dari daerah Betawi

Tari blantek adalah salah satu tarian adat masyarakat betawi di Jakarta yang menggunakan iringan musik betawi sebagai ciri khasnya. Tarian ini merupakan perpaduan antara seni tari, musik, dan nyanyian. Tari Blantek ditarikan oleh penari wanita biasanya menggunakan kain panjang dan pakaian kebaya yang di lengkapi dengan selendang. Bagian kepala memakai mahkota dengan memakai asesoris bunga warna warni.

Gambar 13. Tari Blantek (Sumber:Maryamzunar14.blogspot.com)

i. Tari Pajoge tari tradisi dari Sulawesi Selatan

Tari Pajoge merupakan tari istana Gowa yang ditarikan oleh dua belas penari wanita yang berumur sekitar 15 tahun. Busana penari memakai kain sarung tenunan bugis, dan baju rawang dan slendang pada bahu sebelah kanan atas dan memakai kipas. Biasanya tarian ini dipentaskan di istana istana di Sulawesi Selatan pada upacara-upacara tradisionil seperti pada upacara permaisuri raja untuk pertama kalinya atau upacara potong gigi.

Kegiatan Pembelajaran 2

50

Gambar 14. Tari pajoge tari istana dari kerajaan Gowa Sulawesi selatan

j. Tari Pakarena tari tradisi dari Sulawesi Selatan

Semula tarian ini hanya diadakan pada waktu upacara musim panen, tetapi perkembangan selanjutnya juga dipentaskan untuk menyambut tamu ataupun pesta-pesta lain. Jumlah penari 12 orang yang berumur sekitar 9 sampai 14 tahun. Tarian ini memakai sarung dan baju rawang yang masing-masing penari membawa sebuah kipas di tangannya. Tarian ini berasal dan berkembang dari rumpun daerah Gowa yang meliputi pula daerah Bansaeng, Jeneponto, Makasar, Takalar dan Selayar.

Seni Budaya Seni Tari SMP KK D

51

Gambar 15. Tari Pakarena dari Sulawesi Selatan

k. Tari Pattudu tari tradisi dari Sulawesi selatan

Tari Pattudu ditarikan oleh 10 sampai 16 orang wanita. Penari wanita memakai baju semerawang. Semua penari memakai kipas dan selendang panjang yang indah. Tarian ini dipentaskan pada upacara-upacara penting istana saja seperti upacara perkawinan, potong gigi, upacara menaruh anak ditempat timangan (tempat berayun) dan sebagainya. Instrumen pengiringnya terdiri dari dua buah gendangapa, sebuah gong dan sebuah

Dalam dokumen Modul PKB SMP 2017 Seni Tari KK D (Halaman 42-156)

Dokumen terkait