• Tidak ada hasil yang ditemukan

K K1 : Kunjungan baru ibu hamil, yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kal

C Cabang Penyalur Alat Kesehatan :

K K1 : Kunjungan baru ibu hamil, yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kal

pada masa kehamilan. Cakupan K1 di bawah 70% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang rendah, yang mungkin disebabkan oleh pola pelayanan yang belum cukup aktif. Rendahnya K1 menunjukkan bahwa akses petugas kepada ibu masih perlu ditingkatkan.

K4 : Kontak minimal 4 kali selama masa kehamilan untuk mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal 1 kali kontak pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga. Cakupan K4 di bawah 60% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) menunjukkan kualitas pelayanan antenatal yang belum memadai . Rendahnya K4 menunjukkan rendahnya kesempatan untuk menjaring dan menangani risiko tinggi obstetri.

KADARZI = Keluarga Sadar Gizi:

Keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi anggota keluarganya dengan cara:

1. Memberikan hanya ASI saja kepada bayi, sejak lahir sampai usia 6 bulan

2. Memantau berat badan secara teratur 3. Makan beraneka ragam

4. Mengkonsumsi hanya garam beryodium

5. Mendapatkan dan memberikan suplementasi gizi bagi anggota keluarga yang membutuhkan.

(Sumber: Keluarga Sadar Gizi (KADARZI), Depkes, 2004)

Kangaroo Mother Care = KMC = Perawatan Bayi Melekat = PBM :

Kontak kulit di antara ibu dan bayi secara dini, terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif

Kalibrasi :

Kegiatan peneraan untuk menentukan kebenaran nilai penunjukkan alat ukur dan/atau bahan ukur

Kannabis/ganja :

Senyawa narkotika yang menimbulkan ketergantungan mental yang diikuti oleh kecanduan fisik dalam jangka waktu yang lama, mempengaruhi perasaan dan penglihatan serta pendengaran. Nama

lainnya adalah marijuana, gele, cimeng, hash, rumput atau grass, dan lain-lain.

Kawasan Kumuh Perkotaan:

Wilayah yang mempunyai kepadatan lebih dari 500 jiwa/hektar atau 10 KK/hektar, sebagian besar rumahnya semi permanen dan pada umumnya hanya memiliki sarana/prasarana umum yang bersifat darurat

(Sumber : Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas di Perkotaan, Depkes RI, Ditjen Bina Kesmas, tahun 2005)

Kawasan Perkotaan (UU No. 32 Tahun 2004):

Kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi

( Sumber : Pengantar Kesehatan Perkotaan, Depkes RI, Ditjen Bina Kesmas, tahun 2005)

Kawasan Sehat :

Kondisi wilayah tertentu yang aman, nyaman, bersih dan sehat bagi pekerja dan masyarakat di kawasan tersebut dengan mengoptimalkan potensi masyarakat dan pekerja melalui pemberdayaan pelaku pembangunan yang terkait, difasilitasi oleh sektor terkait dan selaras dengan perencanaan wilayah

( Sumber : Pengantar Kesehatan Perkotaan, Depkes RI, Ditjen Bina Kesmas, tahun 2005)

Kebugaran jasmani:

Kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Sumber: Pedoman Upaya Kesehatan Olahraga di Puskesmas. Departemen Kesehatan RI Ditjen Bina Kesmas tahun 2004)

Kedaruratan :

• Suatu keadaan yang mengancam nyawa individu dan kelompok masyarakat luas sehingga menyebabkan ketidakberdayaan yang memerlukan respon intervensi sesegera mungkin guna menghindari kematian dan atau kecacatan serta kerusakan lingkungan yang luas.

• Keadaan tiba-tiba yang memerlukan tindakan segera karena dapat menyebabkan epidemi, bencana alam atau teknologi, kerusuhan atau karena ulah manusia lainnya (sumber: WHO)

Kedaruratan Kesehatan :

Suatu keadaan atau situasi yang mengancam sekelompok masyarakat dan atau masyarakat luas yang memerlukan respon penanggulangan sesegera mungkin dan memadai diluar prosedur rutin, dan apabila tidak dilaksanakan menyebabkan gangguan pada kehidupan dan penghidupan.

Kedaruratan Kompleks :

Situasi dimana penyebab kedaruratan dan bantuan kepada para korban terkait dengan pertimbangan politik tingkat tinggi. Kedaruratan kompleks mempunyai ciri-ciri tingkat ketidak stabilan yang beragam dan bahkan menurunnya kewibawaan negara. Ini mengakibatkan hilangnya kontrol pemerintahan dan ketidakmampuan menyediakan pelayanan vital dan perlindungan terhadap penduduk sipil. Suatu ciri utama dari kedaruratan kompleks adalah kekerasan umum yang nyata atau potensial: terhadap manusia, lingkungan, infrastruktur dan harta benda. Kekerasan mempunyai dampak langsung berupa kematian, trauma fisik dan psikososial serta kecacatan. (sumber: WHO)

Kedokteran Keluarga:

Suatu upaya pelayanan kesehatan secara paripurna yang memusatkan layanannya kepada setiap individu dalam suatu keluarga binaan.

Kedokteran Gigi Keluarga :

Suatu upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara paripurna yang memusatkan layanannya kepada setiap individu dalam suatu keluarga binaan.

Kedokteran Komplementer :

Pelayanan kedokteran non konvensional yang sinergi dengan pelayanan kedokteran konvensional yang dilakukan oleh dokter di mana cara penyembuhannya menggunakan pengobatan famakologik dan biologi serta diet dan nutrisi, atau menggunakan cara lain yang sudah teruji keamanan dan manfaatnya. Jenis pelayanan kedokteran komplementer yaitu terapi ozonisasi darah (ozon), infus kelasi (EDTA), hemodilusi infuse L-organine/urikinase, pompa jantung EECP, iradiasi laser pembuluh darah (ILBI), SVATE 3, cuci cholesterol dengan mesin HELP, Akupunktur yang dilkukan oleh dokter, pengobatan herbal,

pengobatan oksigenasi hiperbarik (HIPERBARIK), pengobatan nutrisi dan diet, dll.

Kegagalan Kontrasepsi :

Kasus terjadinya kehamilan pada akseptor KB aktif yang terjadi akibat pemberian/pemasangan metode kontrasepsi.

KEK = Kurang Energi Kronis :

Keadaan kekurangan energi dalam waktu lama pada wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil yang ditandai dengan ukuran lingkar lengan atas (LiLA) 23,5 cm.

(Sumber : Gizi dalam Angka, Depkes 2003)

Kekebalan kelompok = Herd immunity :

Daya tahan kelompok atau kelompok masyarakat terhadap masuknya dan menyebarnya agen infeksi karena sebagian besar anggota kelompok tersebut memiliki daya tahan terhadap infeksi. Kekebalan kelompok diakibatkan dari menurunnya peluang penularan bibit penyakit dari penderita yang terinfeksi kepada orang sehat yang rentan bila sebagian besar anggota kelompok tersebut kebal terhadap penyakit itu.

Keluarga Pra Sejahtera:

Keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan.

Keluarga Sejahtera I :

Keluarga tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan yang sangat mendasar, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Indikator yang dipergunakan sebagai berikut:

1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut.

2. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.

3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.

4. Bagian terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.

5. Bila anak atau anggota keluarganya yang lain sakit dibawa ke sarana/ petugas kesehatan. Demikian halnya bila PUS ingin ber- KB dibawa ke sarana/petugas kesehatan dan diberi obat/cara KB

Keluarga Sejahtera II :

Keluarga yang selain dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dapat pula memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya.

Indikator yang dipergunakan terdiri dari lima indikator pada Keluarga Sejahtera I ditambah dengan sembilan indikator sebagai berikut:

6. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang dianut masing-masing.

7. Sekurang-kurangnya sekali seminggu keluarga menyediakan daging atau ikan atau telur sebagai lauk pauk.

8. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru setahun terakhir.

9. Luas lantai rumah paling kurang 8,0 m2 untuk tiap penghuni rumah. 10. Seluruh anggota keluarga dalam tiga bulan terakhir berada dalam

keadaan sehat sehingga dapat melaksanakan tugas/fungsi masing- masing.

11. Paling kurang satu orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap.

12. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin.

13. Seluruh anak berusia 6-15 tahun saat ini (waktu pendataan) bersekolah.

14. Bila anak hidup dua orang atau lebih pada keluarga yang masih PUS, saat ini mereka memakai kontrasepsi (kecuali bila sedang hamil).

Keluarga Sejahtera III :

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum dan kebutuhan sosial psikologisnya serta sekaligus dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya, tetapi belum aktif dalam usaha kemasyarakatan di lingkungan desa atau wilayahnya.

Mereka harus memenuhi persyaratan indikator 1 s.d14 dan memenuhi syarat indikator 15 s.d 21, sebagai berikut :

15. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.

16. Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.

17. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar-anggota keluarga.

18. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.

19. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang sekali dalam enam bulan.

20. Memperoleh berita dengan membaca surat kabar, majalah, mendengarkan radio atau menonton televisi.

21. Anggota keluarga mampu mempergunakan sarana transportasi.

Keluarga Sejahtera III Plus :

Keluarga yang selain telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dan kebutuhan sosial psikologisnya, dapat pula memenuhi kebutuhan pengembangannya, serta sekaligus secara teratur ikut menyumbang dalam kegiatan sosial dan aktif pula mengikuti gerakan semacam itu dalam masyarakat. Keluarga-keluarga tersebut memenuhi syarat-syarat 1 s.d 21 dan ditambah dua syarat, yakni:

22. Keluarga atau anggota keluarga secara teratur memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi. 23. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus

perkumpulan, yayasan, atau institusi masyarakat lainnya. (Sumber: www.bkkbn.go.id)

KEP = Kurang Energi Protein : Lihat Gizi Kurang

Keracunan makanan :

Kejadian di mana terdapat 2 orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama/mirip setelah mengkonsumsi sesuatu dan berdasarkan analisis epidemilogi, makanan tersebut terbukti sebagai sumber keracunan

Kerentanan : Lihat Analisis Penanggulangan Bencana

Kerja Obat :

Efek dan aspek farmakologi dengan mengemukakan kemampuan dan keaktifan farmakodinamik dan terhadap agen panyakit

Kerjasama Bilateral : Kerjasama antara dua negara

Kerjasama Multilateral :

Kerjasama dengan kelompok negara/institusi pemberi pinjaman

Kerjasama Regional dan Internasional :

Kerjasama dengan kelompok negara pada area tertentu dan lembaga internasional tertentu.

Kertas Posisi :

Kebijakan/masukan/pendapat delegasi mengenai suatu isu yang dibahas pada suatu pertemuan internasional

Kesehatan Matra:

Kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan pada sekelompok orang yang mengalami perpindahan sementara dan mengalami ancaman kesehatan akibat perpindahan di tempat baru.

Kesehatan olahraga:

Upaya kesehatan yang memanfaatkan aktifitas fisik dan atau olahraga/latihan fisik untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat

(Sumber: Pedoman Upaya Kesehatan Olahraga di Puskesmas. Departemen Kesehatan RI Ditjen Bina Kesmas tahun 2004)

Kesehatan Reproduksi:

Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.

Kesehatan Usia Lanjut :

Kesehatan mereka yang berusia 60 tahun atau lebih, baik jasmani, rohani maupun sosialnya.

Kesetaraan Gender : Lihat gender equality

Keadilan Gender : Lihat gender equity

Kesiapsiagaan :

Program pembangunan kesehatan jangka panjang yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan seluruh potensi sumber daya di wilayah agar dapat menanggulangi masalah kesehatan akibat kedaruratan dan bencana secara efisien dari tahap tanggap darurat hingga rehabilitasi secara berkesinambungan sebagai bagian dari pembangunan kesehatan yang menyeluruh. (sumber: WHO)

KIPI = Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi :

Semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi, yang di duga ada hubungannya dengan pemberian imunisasi.

KK = Kepala Keluarga :

Seorang dari sekelompok anggota keluarga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari, atau orang yang dianggap / ditunjuk sebagai Kepala Keluarga.

KKI = Konsil Kedokteran Indonesia :

Suatu badan otonom, mandiri, non struktural, dan bersifat independen yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi. KKI bertanggung jawab kepada Presiden dan berkedudukan di Ibu Kota Negara RI. KKI mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan, penetapan serta pembinaan dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan medis.

KKP = Kantor Kesehatan Pelabuhan :

Suatu institusi kesehatan yang bertanggung jawab dalam upaya kesehatan, karantina dan sanitasi di wilayah pelabuhan termasuk kapal / pesawat udara.

KLB = Kejadian Luar Biasa = Outbreak :

Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. Disamping penyakit menular, penyakit yang juga dapat menimbulkan KLB adalah penyakit tidak menular dan keracunan. Keadaan tertentu yang rentan terjadinya KLB adalah bencana dan keadaan darurat.

KMS = Kartu Menuju Sehat :

Alat sederhana yang digunakan untuk mencatat dan memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Juga berisi catatan penting individu tentang identitas balita, imunisasi dan pemberian kapsul vitamin A. KMS juga berisi pesan penyuluhan kesehatan dan gizi seperti hal-hal yang berkaitan dengan imunisasi, pencegahan dan penanggulangan diare, pemberian ASI eksklusif dan makananm pendamping ASI.

(Sumber: Buku Kader, Depkes 2000; Panduan Penggunaan KMS Balita Bagi Petugas Kesehatan, Depkes 2000)

KMS-Usila = Kartu Menuju Sehat Usia Lanjut :

Alat untuk mencatat kesehatan usia lanjut secara pribadi, baik fisik maupun mental emosionalnya yang diisi oleh petugas kesehatan bekerjasama dengan kader pada kegiatan kelompok atau kunjungan di

terjadinya penyakit dan sebagai sumber informasi dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan usia lanjut.

Kokain :

Alkaloid yang diperoleh dari daun tanaman Erythroxyloncoca. Dalam pembuatan kokain terdapat produk perantara disebut pasta koka yang tidak murni kokain (campuran alkaloid dan residu tanaman). Biasanya dihisap sebagai rokok. Kokain dimurnikan dengan asam hidroklorida, penyalahgunaannya secara hirup (inhalasi) atau melalui injeksi.

Komite Etik Penelitian Kesehatan dan Ilmiah Badan Litbangkes :

Komite yang bertugas membantu Kepala Badan Litbangkes dalam melakukan kajian etik dan ilmiah penelitian kesehatan. Komite ini terdiri dari dua komisi dengan nama Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KE) dan Komisi Ilmiah (KI).

(Sumber: SK Kepala Badan Litbangkes Nomor: HK.00.06.2.1.591 tentang Komite Etik Penelitian Kesehatan dan Ilmiah Badan Litbangkes)

Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbangkes :

Bagian dari Komite Etik Penelitian Kesehatan dan Ilmiah yang mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Melakukan kajian aspek etik protokol penelitian kesehatan yang menggunakan manusia sebagai subyek dan hewan percobaan yang diajukan melalui Badan Litbang Kesehatan.

2. Mengeluarkan persetujuan etik (ethical clearance).

3. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan penelitian yang telah memperoleh persetujuan etik.

4. Melakukan sosialisasi pedoman etik penelitian kesehatan baik di lingkungan Badan Litbang Kesehatan maupun di institusi lain. 5. Menyelenggarakan pelatihan Etik Penelitian Kesehatan baik di

lingkungan Badan Litbang Kesehatan maupun di institusi lain. 6. Membuat laporan kegiatan kepada Ketua Komite Etik Litkes dan

Ilmiah dan Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan.

7. Pelaksanaan butir-butir tersebut di atas mengacu kepada pedoman persetujuan etik penelitian kesehatan. (Sumber: SK Kepala Badan Litbangkes Nomor: HK.00.06.2.1.591 tentang Komite Etik Penelitian Kesehatan dan Ilmiah Badan Litbangkes)

Komisi Ilmiah Badan Litbangkes :

Bagian dari Komite Etik Penelitian Kesehatan dan Ilmiah yang bertugas melaksanakan pembinaan Litbangkes bersama Panitia Pembina Ilmiah (PPI) Puslitbang melalui kegiatan sebagai berikut:

1. Memberi saran untuk peningkatan dan pengembangan kapasitas Litbangkes di Badan Litbangkes meliputi sumber daya manusia, prasarana dan sarana, sistem informasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta kerjasama lintas program/sektor.

2. Membantu penyusunan prioritas Litbangkes baik untuk tingkat nasional maupun regional.

3. Menyelenggarakan sosialisasi dan pelatihan berbagai pedoman untuk pelaksanaan penelitian kesehatan yang bermutu, efektif dan efisien.

4. Mengkoordinasikan pembinaan perencanaan dan pelaksanaan Litbangkes yang pembiayaannya bersumber dari anggaran Badan Litbangkes dan dari luar Badan Litbangkes.

5. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembinaan proposal, protokol, pelaksanaan penyusunan laporan akhir dan publikasi hasil Litbangkes.

6. Melakukan pembinaan terhadap PPI Puslitbang.

7. Mengeluarkan rekomendasi ilmiah pelaksanaan Litbangkes bagi penelitian yang pembiayaannya bersumber dari luar anggaran Badan Litbangkes.

8. Melaksanakan sosialisasi hasil-hasil Litbangkes.

9. Membina peneliti dalam kajian hasil penelitian untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan pembangunan kesehatan. 10. Membuat laporan kegiatan kepada Ketua Komite Etik Litkes dan

Ilmiah Badan Litbangkes.

A. (Sumber: SK Kepala Badan Litbangkes Nomor:

HK.00.06.2.1.591 tentang Komite Etik Penelitian Kesehatan dan Ilmiah Badan Litbangkes)

Komnas PGPK = Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan:

Komite nasional yang dibentuk untuk menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutaan sesuai dengan rencana strategi nasional PGPK

(Sumber: Kep Menkes RI No. 1131/Meskes/SK/X/2004)

Komnas PGPKT = Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian:

Komite nasional yang dibentuk untuk menanggulangi gangguan pendengaran dan ketulian sesuai dengan rencana strategi nasional

(Sumber: Rencana Strategi Nasional PGPKT. Departemen Kesehatan RI Ditjen Bina Kesmas tahun 2005)

Kompetensi :

Pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attitude)

yang dimiliki oleh seseorang dalam suatu bidang/ standar tertentu, dan hal itu akan tercermin dalam konteks pekerjaan yang dipengaruhi oleh budaya organisasi dan lingkungan kerja.

Kondar = Kontrasepsi darurat :

Kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan setelah hubungan seksual

Konseling :

Suatu proses komunikasi dua arah yang sistemik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan.

Konseling Gizi:

Serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2 (dua) arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan prilaku sehingga membantu klien/pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi yang dilaksanakan oleh nutrisionis/dietisien.

(Sumber : Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI 200)

Konsultasi :

Pertukaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan yang sebaik- baiknya

Kontap = Kontrasepsi mantap :

Suatu tindakan untuk membatasi kelahiran dalam jangka waktu yang tidak terbatas, yang dilakukan terhadap salah seorang dari pasangan suami isteri atas permintaan yang bersangkutan, secara sukarela

Kontraindikasi :

Pantangan atau keadaan yang sangat dianjurkan untuk tidak dilakukan pengobatan jika kondisi tertentu dialami pasien

Koordinasi :

Upaya menyatupadukan berbagai sumber daya dan kegiatan organisasi menjadi suatu kegiatan sinergis, agar dapat melakukan penanggulangan masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh dan terpadu sehingga sasaran yang direncanakan dapat tercapai secara efektif dan efisien serta harmonis.

Korban massal :

Korban akibat kejadian dengan jumlah relatif banyak oleh karena sebab yang sama dan perlu mendapatkan pertolongan kesehatan segera dengan menggunakan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih dari yang tersedia sehari-hari.

Kota Otonom:

Kota yang berdasarkan otonomi ditetapkan sebagai kota, baik ibukota propinsi, kabupaten/kota, kecamatan maupun sebagai kota lainnya. ( Sumber : Pengantar Kesehatan Perkotaan, Depkes RI, Ditjen Bina Kesmas, tahun 2005)

Kota Sehat (Indonesia Sehat 2010):

Masyarakat kota masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan sehat, dengan perilaku sehat, mamiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi - tingginya.

(Sumber : Pengantar Kesehatan Perkotaan, Depkes RI, Ditjen Bina Kesmas, tahun 2005)

KPSP = Kuesioner Pra Skrining Perkembangan :

Daftar 9-10 pertanyaan singkat kepada orangtua mengenai kemampuan yang telah dicapai oleh anaknya yang berumur 0-6 tahun, untuk mengetahui apakah perkembangan anaknya sesuai atau menyimpang

Kretinisme :

Keadaan seseorang sebagai akibat dari kekurangan yodium yang ditandai dengan keterbelakangan mental disertai satu atau lebih kelainan syaraf seperti gangguan pendengaran, gangguan bicara, serta gangguan sikap tubuh dalam berdiri dan berjalan dari ringan sampai berat atau gangguan pertumbuhan (cebol).

Kunjungan neonatal (KN) :

Kontak dengan tenaga kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal baik di dalam gedung puskesmas maupun di luar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa, polindes dan kunjungan rumah).

KN1= kontak neonatal dengan tenaga profesional pada umur 0-7 hari KN2= kontak neonatal dengan tenaga profesional pada umur 8-28 hari

Kusta = Lepra = Leprosy = Morbus Hansen :

Penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tumbuh lainnya kecuali susunan saraf pusat. Untuk keperluan pengobatan kombinasi atau Multidrug Therapy (MDT) yaitu menggunakan gabungan Rifampicin, Lamprene dan DDS, maka penyakit kusta di Indonesia diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu :

a. Tipe PB (Pausi basiler) b. Tipe MB (Multi basiler).

KVA = Kurang Vitamin A :

Keadaan dimana simpanan vitamin A dalam tubuh sudah sangat kurang Manifestasi KVA dapat dilihat secara klinis misalnya buta senja dan xerophtalmi sedangkan dari subklinis kadar serum retinol di bawah 20 mcg/dl. (Sumber: Vitamin A Pedoman Untuk Petugas Lapangan, Depkes dan HKI, 1995).

Kwashiorkor:

Keadaan gizi buruk yang disertai tanda-tanda klinis seperti edema di seluruh tubuh, rambut tipis, wajah membulat dan sembab.

(Sumber: Manajemen Penderita Gizi Buruk di Rumah Tangga, Depkes 2002)

L

Dokumen terkait