• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

5. Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa di SMP

Menurut E. Mulyasa (2007:272) sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan merupakan bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang karakteristik dan kekhususan yang ada di lingkungannya. Pengenalan keadaan lingkungan alam, sosial dan budaya kepada peserta didik di sekolah memberikan kemungkinan kepada mereka untuk akrab dan terhindar dari keterasingan terhadap lingkungannya. Pengenalan dan pengembangan lingkungan melalui pendidikan diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik. Dalam rangka mewujudkan itu semua, perlu dikembangkan kurikulum muatan lokal.

Salah satu kegiatan kurikulum muatan lokal yang diselenggarakan di Propinsi DIY adalah muatan lokal bahasa daerah (Bahasa Jawa). Sesuai Surat Edaran Gubernur DIY No. 434/437 Tanggal 3 Maret 2004 tentang penerapan

muatan lokal bahasa Jawa serta Surat Edaran Gubernur DIY No. 423.5/0912 Tahun 2005 tentang penerapan muatan lokal bahasa Jawa di SMP.

Menurut Erry Utomo (1997:21), tujuan pengajaran bahasa daerah adalah agar para siswa menghargai dan bangga terhadap bahasa dan sastra daerah, mampu mengembangkan dan melestarikan bahasa dan sastra daerah, memiliki ketrampilan membaca, menyimak, berbicara dan menuliskan dalam bahasa daerah melalui tema yang dipilih berdasarkan tingkat perkembangan dan minat mereka, tingkat penguasaan kosa kata dan bahasa yang sesuai.

Untuk mencapai tujuan pengajaran muatan lokal bahasa Jawa diperlukan beberapa komponen yang mendukung pengajaran bahasa Jawa. Komponen tersebut antara lain materi, guru, sarana prasarana pendidikan dan evaluasi. Untuk lebih jelasnya masing-masing komponen akan di jelaskan sebagai berikut:

a. Materi Pelajaran

Menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih S. (2003:100) materi pelajaran merupakan suatu yang disajikan guru untuk diolah dan kemudian di fahami oleh siswa, dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, materi pelajaran merupakan salah satu unsur atau komponen yang penting. Artinya untuk mencapai tujuan-tujuan pengajaran materi pelajaran terdiri dari fakta-fakta, generalisasi, konsep, hukum/aturan, dan sebagainya yang terkandung dalam mata pelajaran.

Bahan atau materi pelajaran harus menunjang tujuan yang telah di tetapkan. Dengan kata lain, tujuan pengajaran berpengaruh dalam penyusunan materi. Bahan pengajaran harus sesuai dengan taraf perkembangan dan

kemampuan siswa, menarik dan merangsang serta berguna bagi siswa, baik untuk pengembangan pengetahuannya maupun untuk keperluan tugasnya di lapangan. Kemampuan guru dalam menyusun bahan pelajaran sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa dan ini berarti berpengaruh pula terhadap pencapaian tujuan instruksional.

Materi pelajaran berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Karena itu pemilihan materi pelajaran tentu saja harus sejalan dengan ukuran-ukuran (kriteria) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi bersangkutan.

Menurut Harjanto (2005:222) kriteria pemilihan materi pelajaran yang akan dikembangkan yaitu:

1) Kriteria tujuan instruksional 2) Materi pelajaran supaya terjabar 3) Relevan dengan kebutuhan siswa 4) Kesesuaian dengan kondisi masyarakat 5) Mengandung segi-segi etik

6) Tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis 7) Bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli, dan

masyarakat

Menurut R. Ibrohim dan Nana Syaodih S (2003:102) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran, antara lain:

a) Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan atau menunjang tercapainya tujuan instruksional

b) Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan atau perkembangan siswa pada umumnya

c) Materi pelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan

d) Materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menentukan materi pelajaran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

(1)Materi pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan instruksional

(2)Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan atau perkembangan siswa pada umumnya

(3)Materi pelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan

(4)Urutan bahan hendaknya memperhatikan kesinambungan (kontinuitas) (5)Bahan disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks dari yang

mudah menuju yang sulit, dari yang konkret menuju abstrak

(6)Materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun koseptual

Materi pelajaran Bahasa Jawa di SMP Negeri Sekecamatan Depok sekarang ini berdasarkan KTSP. Jenis materi yang di sampaikan meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Materi di sajikan dengan urutan hierarkis, prosedural, dan kombinasi. Hierarkis artinya materi yang di sajikan dengan berurutan dengan materi sebelumnya menjadi syarat untuk mempelajari materi berikutnya. Prosedural adalah penyajian materi secara berurutan dengan tidak ada syarat untuk mempelajari materi sebelumnya. Kombinasi adalah penggabungan dua penyajian yaitu hierarkis dan prosedural.

Pada dasarnya peranan materi digunakan sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan. Dengan adanya materi-materi tersebut siswa diharapkan memiliki ketrampilan berbahasa Jawa secara komunikatif, baik lisan maupun tertulis yang meliputi kemampuan berbahasa (kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis) dan kemampuan bersastra (kemampuan berbicara, membaca, dan menulis suatu karya sastra)

b. Guru Bahasa Jawa

Dalam proses pembelajaran bahasa Jawa, guru memegang peranan yang sangat penting. Menurut Suharsimi Arikunto (1990:217), guru adalah subyek

yang amat bertanggung jawab dalam menentukan kualitas pembelajaran. Guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran serta menilai hasil pembelajaran. Tugas dan peranan guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas, tetapi guru juga bertugas sebagai administrator, evaluator, konselor, dan lain-lain. Sesuai kompetensi yang dimilikinya.

Guru bahasa Jawa sebagai pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk dapat menunjang tugas dan kewajibanya, seorang guru bahasa Jawa harus memiliki kemampuan yang baik demi kelancaran tugas-tugasnya.

Menurut J.P. Rombepajung (1988:15), guru yang ideal, khususnya di bidang pengajaran bahasa adalah:

1) Berkepribadian teguh

2) Penguasaan bahasa yang diajarkan 3) Ketrampilan mengajar yang memadai

Menurut Depdikbud dalam Suryosubroto (2002:4-5) guru harus memiliki kemampuan profesional, yaitu terpenuhinya 10 kompetensi guru yang meliputi:

a) Menguasai bahan

b) Mengelola program belajar mengajar c) Mengelola kelas

d) Pengunaan media atau sumber belajar e) Menguasai landasan-landasan pendidikan f) Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar g) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran

h) Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran

Menurut E. Mulyasa (2007:36) guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan serta memposisikan diri sebagai berikut:

(1) Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya

(2) Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik

(3) Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya

(4) Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahanya

(5) Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab

(6) Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain secara wajar

(7) Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain dan lingkunganya

(8) Mengembangkan kreativitas

(9) Menjadi pembantu ketika diperlukan c. Sarana Prasarana Pendidikan

Menurut Suryosubroto (2007:48), ditinjau dari fungsi atau peranannya terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar, maka sarana pendidikan dibedakan menjadi 3 macam:

1) Alat Pelajaran 2) Alat Peraga 3) Media Pengajaran

Menurut Suharsimi Arikunto yang dikutip oleh Suryosubroto (2007:48) yang termasuk prasarana pendidikan adalah bangunan sekolah dan alat perabot sekolah. Prasarana pendidikan ini juga berperan dalam proses belajar mengajar walaupun secara tidak langsung.

d. Strategi Pembelajaran

tujuan pembelajaran yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan waktu tertentu pula. Proses pembelajaran berlangsung melalui tahap-tahap persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi yang melibatkan pengajar dan siswa.

Menurut E.Mulyasa (2007:254), pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam individu, maupun faktor ekternal yang datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.

Secara operasional strategi pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2008:162) adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi siswa melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Warih Jati Rahayu (2006:6) strategi pembelajaran terdiri dari tatap muka dan pengalaman mengajar. Tatap muka adalah interaksi antara siswa dan guru. Pengalaman mengajar adalah interaksi siswa dengan materi. Tatap muka dan pengalaman mengajar dapat terjadi di luar kelas. Strategi pembelajaran disesuaikan dengan pendekatan life skill dan CTL (Contextual Teaching and Learning). Life skill adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mampu memecahkan permasalahan secara wajar dan menjalani hidup secara bermartabat tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasi. CTL adalah pembelajaran dengan

memperhatikan konteks lingkungan siswa. Pembelajaran akan lebih maksimal apabila yang dipelajari terkait dengan berbagai hal dan peristiwa yang terjadi di sekeliling siswa.

Dari penjelasan diatas, maka dapat ditentukan bahwa suatu strategi pembelajaran yang ditetapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan; sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.

e. Evaluasi Kurikulum dan Penilaian Bahasa Jawa

Evaluasi merupakan komponen yang sangat penting untuk menilai sejauh mana dan seberapa baik kurikulum dan proses pembelajaran berjalan secara optimal. Evaluasi kurikulum menurut Munir (2008:106) adalah langkah untuk menentukan keberhasilan suatu kurikulum sekaligus menentukan kelemahan yang ada pada proses tersebut untuk di perbaiki. Evaluasi kurikulum di lakukan pada semua komponen kurikulum yaitu tujuan, materi, metode, dan evaluasi itu sendiri.

Menurut Oemar Hamalik (1989:10) Beberapa kegiatan evaluasi kurikulum yang perlu dilakukan antara lain:

1) Mengamati hasil belajar siswa yang bersifat khusus. Cirinya adalah adanya rumusan tingkah laku yang jelas, rumusan tujuan yang jelas tersebut dapat di ukur dan dapat diamati serta tingkah laku tersebut dapat diukur dengan alat ukur tertentu

2) Menggunakan alat evaluasi untuk menemukan kelemahan-kelemahan, kebutuhan dan minat para siswa secara individual

3) Mendesain pengajaran yang akan di laksanakan

4) Mengadakan penilain secara terus menerus terhadap pelaksanaan pengajaran 5) Mengadakan kontrol terhadap tingkah laku siswa yang diharapkan tercapai

melalui langkah-langkah sebagai berikut: melakukan analisis terhadap perbedaan individual para siswa dan mengembangkan prosedur pengajaran dengan mempertimbangkan metode yang dianggap paling baik yang berlaku bagi penyelenggaraan pendidikan yang lain

6) Mengadakan perbaikan pengajaran. Penilaian dapat di lakukan di awal, ditengah maupun diakhir. Hasil pembelajaran memperhatikan proses dan hasil belajar. Penentuan keberhasilan berdasar pada Penilaian Acuan Patokan (PAP) dengan demikian hasilnya hanya dua kemungkinan lulus dan tidak lulus. Yang lulus berarti sudah menguasai kompetensi tertentu sedangkan yang belum lulus harus mengulang sampai menguasai kompetensi tersebut.

Menurut Warih Jati Rahayu (2006:8) penilaian dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian melalui 5 P yaitu: paper and pencil, produces, products, projects, and portopolios.Penilaian dapat di lakukan diawal, ditengah maupun diakhir. Hasil pembelajaran memperhatikan proses dan hasil belajar. Penentuan keberhasilan berdasarkan pada Penilaian Acuan Patokan (PAP) dengan demikian hasilnya hanya dua kemungkinan lulus dan tidak lulus. Yang lulus berarti sudah menguasai kompetensi tertentu yang belum lulus belum

menguasai kompetensi tertentu dan harus mengulang sampai menguasai kompetensi tersebut.

Jadi dalam kurikulum muatan lokal bahasa Jawa di SMP pada tahap akhir dilakukan evaluasi. Dari kegiatan evaluasi akan menghasilkan sebuah keputusan untuk tindak lanjut kegiatan yang telah dilaksanakan. Sebagai tindak lanjut berupa perbaikan apabila pelaksanaannya belum maksimal dan peningkatan agar lebih baik lagi. Melalui evaluasi dapat diketahui bahwa terdapat berbagai hambatan atau perbaikan dari sebelumnya pelaksanaan kurikulum muatan lokal bahasa Jawa di SMP baik dari tujuan, materi, metode, dan evaluasi itu sendiri.

Dokumen terkait