HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1 Kurva Kalibrasi Kalium, Kalsium, Natrium, dan Magnesium
Kurva kalibrasi dalam Spektrofotometri Serapan Atom dibuat dengan memasukkan sejumlah tertentu konsentrasi larutan dalam sistem dan dilanjutkan dengan pengukuran absorbansinya. Dalam praktek disarankan untuk membuat paling tidak empat kosentrasi baku yang berbeda dan satu blanko untuk membuat kurva baku linier yang menyatakan hubungan antara absorbansi (A) dengan konsentrasi analit untuk melakukan analisis (Rohman dan Sumantri, 2007).
Dari pengukuran kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis regresi yaitu Y= 0,0100X – 0,0003 untuk kalium, Y= 0,0216X + 0,0029 untuk kalsium, Y= 0,1106X + 0,0025 untuk natrium, dan Y= 0,9570X – 0,0017 untuk magnesium.
Kurva kalibrasi larutan baku kalium, kalsium, natrium, dan magnesium dapat dilihat pada Gambar 1 sampai dengan Gambar 4.
Gambar 4.1 . Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalium
Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium
Gambar 4.3. Kurva Kalibrasi Larutan Baku Natrium
Berdasarkan kurva di atas diperoleh hubungan yang linear antara kosentrasi dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi (r) kalium sebesar 0,9994, kalsium sebesar 0,9980, natrium sebesar 0,9993, magnesium sebesar 0,9999. Nilai r ≥ 0,97 menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan
adanya hubungan antara X (Konsentrasi) dan Y (Absorbansi) (Miller, 2005). Data hasil pengukuran absorbansi larutan baku kalium, kalsium, natrium, dan magnesium dan perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai dengan Lampiran 7 halaman 52 sampai dengan halaman 55.
4.1.2 Analisis Kadar Kalium, Kalsium, Natrium, dan Magnesium dalam Alpukat Hijau Panjang, Alpukat Hijau Bundar, dan Alpukat Hass
Penentuan kadar kalium, kalsium, natrium, dan magnesium dilakukan secara spektrofotometri serapan atom. Konsentrasi mineral kalium, kalsium, natrium, dan magnesium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi kurva kalibrasi larutan baku masing-masing mineral. Agar konsentrasi mineral kalium, kalsium, natrium, dan magnesium dalam sampel berada pada rentang kurva kalibrasi maka masing-masing sampel diencerkan terlebih dahulu dengan faktor pengenceran yang berbeda-beda.
Disarankan absorbansi sampel tidak melebihi dari absorbansi baku tertinggi dan tidak kurang dari absorbansi baku terendah. Dengan kata lain, absorbansi sampel harus terletak pada kisaran absorbansi kurva baku. Jika
absorbansi sampel terletak di luar kisaran absorbansi kurva baku, maka diperlukan pengenceran atau pemekatan. Pembacaan absorbansi sampel di luar kisaran absorbansi baku tidak direkomendasikan karena kurangnya linearitas (Rohman dan Sumantri, 2007).
Faktor pengenceran untuk penentuan kadar kalium pada alpukat Hijau Panjang dan alpukat Hass adalah sebesar (100/0,3) kali, sedangkan pada alpukat Hijau Bundar (100/0,3)(50/10) kali, faktor pengenceran untuk penentuan kadar kalsium pada alpukat Hijau Panjang dan alpukat Hijau Bundar adalah sebesar 10 kali, sedangkan pada alpukat Hass adalah sebesar 5 kali, faktor pengenceran untuk penentuan kadar natrium dan magnesium pada alpukat Hijau Panjang, alpukat Hijau Bundar, dan alpukat Hass adalah sebesar 50 kali. Data dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 9 sampai dengan Lampiran 14 halaman 60 sampai dengan halaman 67.
Analisis dilanjutkan dengan perhitungan statistik Q-test untuk memastikan hasil dari penetapan kadar masing-masing mineral yang sangat menyimpang tadi untuk ditolak atau diterima. Hasil statistik menunjukkan data dapat diterima semua karena nilai Qhitung ≤ Qkritis. Hasil analisis perhitungan statistik Q-test pada sampel dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Perhitungan Statistik Q-test
Mineral Sampel Qhitung Qkritis 95% Keterangan
Kalium Hijau Panjang 0,1997
0,621
Diterima
Hijau Bundar 0,2001 Diterima
Hass 0,2469 Diterima
Kalsium Hijau Panjang 0,0022 Diterima
Hijau Bundar 0,2505 Diterima
Hass 0,2230 Diterima
Natrium Hijau Panjang 0,2811 Diterima
Hijau Bundar 0,1669 Diterima
Hass 0,0351 Diterima
Magnesium Hijau Panjang 0,0528 Diterima
Hijau Bundar 0,0179 Diterima
Hass 0,0960 Diterima
Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 15 sampai dengan Lampiran 18 halaman 69 sampai dengan halaman 78.
Hasil analisis kuantitatif mineral kalium, kalsium, natrium, dan magnesium pada sampel dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisis Kadar Kalium, Kalsium, Natrium, dan Magnesium dalam Sampel
Dari data di atas, alpukat Hijau Bundar memiliki kadar kalium, kalsium, dan natrium yang paling tertinggi dibandingkan alpukat Hijau Panjang
No. Sampel Kadar Kalium (mg/100g) Kadar Kalsium (mg/100g) Kadar Natrium (mg/100g) Kadar Magnesium (mg/100g) 1 Alpukat Hijau Panjang 877,2581 ± 10,4676 14,4610 ± 0,0663 30,4417 ± 0,6070 10,3236 ± 0,2170 2 Alpukat Hijau Bundar 1580,5691 ± 43,0816 15,5253 ± 0,0783 31,4879 ± 0,5410 10,5009 ± 0,1472 3 Alpukat Hass 731,6827 ± 5,9729 10,2093 ± 0,0765 23,8034 ± 0,4653 17,1879 ± 0,0781
dan Hass. Sedangkan, alpukat Hass memiliki kadar magnesium yang paling tinggi daripada alpukat Hijau Panjang dan Hijau Bundar.
Data yang didapat kemudian diuji kembali secara statistik untuk mengetahui beda nilai kadar rata-rata keempat mineral pada sampel dengan menggunakan uji ANOVA One-Way. Hipotesis yang digunakan H0 adalah ketiga variansi populasi identik dan H1 adalah ketiga variansi populasi tidak semuanya identik. Taraf keberartian yang digunakan adalah 0,05. Jika taraf keberartian > 0,05, maka H0 diterima. Jika taraf keberartian < 0,05 , maka H0 ditolak dan H1 diterima (Santoso, 2008).
Hasil analisis uji ANOVA One-Way pada sampel dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Uji ANOVA One-Way
Mineral Sampel Taraf Keberartian Keterangan
Kalium 0,000
0,000 <0,05
H0 ditolak dan H1 diterima
Kalsium 0,000
Natrium 0,000
Magnesium 0,000
Dari hasil perhitungan SPSS (Statistical Package for The Social Sciences) 19 terlihat bahwa probabilitas atau taraf keberartian untuk kadar tiap-tiap mineral dari alpukat Hijau Panjang, alpukat Hijau Bundar, dan Alpukat Hass adalah 0,000 atau < dari 0,05 sehingga H0 ditolak. Dengan kata lain perbedaan kadar alpukat Hijau Panjang, alpukat Hijau Bundar, dan alpukat
Hass benar-benar nyata tiap-tiap mineral. Hasil analisa dapat dilihat pada Lampiran 19 sampai dengan Lampiran 22 halaman 81 sampai dengan halaman 87.
Perbedaan kadar mineral pada alpukat Hijau Panjang, Hijau Bundar, dan Hass tergantung pada beberapa faktor, yaitu perbedaan varietas, keadaan iklim tempat tumbuh, keadaan fisik tanah, pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, tingkat kematangan waktu panen, kondisi selama pemeraman dan kondisi penyimpanan.
Perbedaan varietas disebabkan faktor genetis dimunculkan oleh peranan gen-gen kromosom yang mempengaruhi proses-proses fisiologi melalui pengaruh pengendalian pada sintesa enzim-enzim. Enzim-enzim ini berperan aktif dalam berbagai reaksi sintesa, perombakan fotosintat, dan reaksi-reaksi fisiologis lain (Mas’ud, 1993). Alpukat Hijau Panjang dan Hijau Bundar merupakan varietas dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat, sedangkan alpukat Hass merupakan varietas dari Guatemala.
Alpukat Hijau Panjang dan Hijau Bundar tumbuh di daerah tropis, sedangkan alpukat Hass tumbuh di daerah sub tropis. Hal ini berpengaruh pada suhu tanah, curahan dan pancaran sinar matahari (Buringh, 1993). Perbedaan inilah yang menyebabkan kadar mineral tiap sampel memiliki hasil yang berbeda-beda.