• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lacak Balak Populasi Kayu Tunggak dan Kayu TPK Per Individu

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Interpretasi dan Analisis Data

4.3.2 Lacak Balak Populasi Kayu Tunggak dan Kayu TPK Per Individu

Dari foto hasil amplifikasi PCR RAPD yang telah dilakukan, diperoleh beberapa lokus yang memiliki intensitas kemunculan yang lebih sering dibandingkan yang lainnya. Lokus ini digunakan sebagai lokus penanda seperti yang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Lokus penanda pada primer OPO 10, OPO 14 dan OPY 13 Lokus Penanda No Primer Populasi Purwakarta Populasi Ciamis 1 OPO 10 900bp 1000bp 400bp 500bp 2 OPO 14 300bp 900bp 1000bp 300bp 900bp 1000bp 3 OPY 13 300bp 600bp 900bp 300bp 500bp

Keterangan: bp= base pair

Primer yang digunakan untuk penentuan lokus penanda adalah primer yang memilki nilai Gst yang terbesar yaitu primer OPO 10, OPO 14 dan OPY 13. Primer dengan Gst terbesar (OPO 10, OPO 14 dan OPY 13) dapat dijadikan sebagai primer penanda untuk kepentingan lacak balak. Hasil pengujian lacak balak per individu disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil pengujian lacak balak per individu populasi Purwakarta dan Ciamis

POPULASI PURWAKARTA

No Tunggak TPK Persentase Kesamaan

Genotype (%) Keterangan 1 01111000 11111011 62.5 V 2 01111011 01111111 87.5 V 3 00111011 11111101 50.0 X 4 11111000 11011111 50.0 X 5 01111100 11011110 62.5 V 6 11111110 11011111 87.5 V 7 11111011 11011111 75.0 V 8 01111111 11001001 37.5 X 9 11111010 11011101 50.0 X 10 11111111 11111101 87.5 V 11 11001111 11001111 100 V 12 00111011 00111110 75.0 V 13 10101111 11111110 62.5 V 14 11111110 11011101 62.5 V 15 11011111 01111111 75.0 V 16 11111111 10111111 87.5 V 17 11111011 01111111 62.5 V 18 11111010 10111010 75.0 V 19 11111111 00001000 12.5 X 20 11111101 10111000 75.0 V Persentasi V 75%

POPULASI CIAMIS

No Tunggak TPK Persentase Kesamaan

Genotype (%) Keterangan 1 1110101 1110111 85.7 V 2 1010110 1010111 85.7 V 3 1110111 1111101 71.4 V 4 1101111 1011111 71.4 V 5 1110110 1100110 85.7 V 6 1100100 1110111 57.1 X 7 1011111 1101111 71.4 V 8 1011111 1111111 85.7 V 9 0111110 1111101 57.1 X 10 1111111 0111010 57.1 X 11 0111111 0011111 71.4 V Persentasi V 72.73%

Keterangan: X= struktur genotype kayu di tunggak berbeda dengan kayu di TPK, V= struktur genotype kayu di tunggak sama dengan kayu di TPK

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa populai Purwakartaa dan populasi Ciamis memiliki memiliki kesamaan struktur genotype lebih dari 33% yaitu 75% untuk populasi Purwakarta dan 72.73% untuk populasi Ciamis. Hal ini berarti bahwa struktur genotype masing-masing individu kayu di tunggak dan kayu di TPK pada populasi Purwakarta dan populasi Ciamis sama yang merupakan kayu dengan satu aliran (berasal dari individu pohon yang sama pada blok yang sama).

Hasil ini cukup berbeda dengan pengujian lacak balak per populasi dengan uji chi-square dengan frekuensi absolut, yaitu terdapat perbedaan antara DNA kayu tunggak dengan DNA kayu di TPK. Hal ini disebabkan pada uji chi-square dengan frekuensi absolut, pengujian didasarkan atas rata-rata kemunculan alel semua individu pada satu populasi pada suatu lokus tertentu. Sementara pengujian lacak balak per individu dilakukan dengan membandingkan masing-masing individu di tunggak dan di TPK. Untuk penggunaan pengujian lacak balak tergantung pada keperluan dan waktu yang tersedia. Pengujian per populasi dapat dilakukan dalam waktu yang relatif lebih singkat, akan tetapi memiliki tingkat keakuratan yang lebih rendah. Sementara pengujian per individu memerlukan waktu yang yang relatif lebih lama dengan tingkat keakuratan yang lebih tinggi.

4.3.3 Pendugaan Asal Kayu Curian dan Kayu yang Digunakan untuk Industri Penggergajian

Pendugaan asal kayu curian dan kayu yang digunakan untuk industri penggergajian dilakukan berdasarkan variasi genetik antar populasi. Menurut Finkeldey (2005), variasi genetik dapat diukur dengan dua parameter, yaitu dalam populasi dan antar populasi. Peubah yang digunakan untuk mencirikan variasi genetik dalam populasi yaitu Presentase Lokus Polimorfik (PLP), multiplisitas genetik dan rata-rata jumlah alel per lokus (A/L) serta keragaman genetik (He). Sementara itu, peubah yang digunakan untuk mencirikan variasi genetik antar populasi yaitu pembagian variasi genetik (Fst atau Gst), jarak genetik dan analisis klaster/kelompok.

Pendugaan asal kayu curian dan kayu yang digunakan untuk industri penggergajian dilakukan berdasarkan variasi genetik antar populasi yaitu dengan analisis klaster/kelompok pada populasi kayu jati curian, kayu jati industri, kayu jati Jawa, kayu jati Purwakarta dan kayu jati Ciamis. Selain itu, dilakukan perbandingan jarak genetik antara kayu curian dan kayu yang digunakan untuk industri penggergajian dengan populasi kayu jati Jawa, kayu jati Purwakarta dan kayu jati Ciamis. Berdasarkan analisis nilai jarak genetik yang telah dihitung berdasarkan software POPGENE versi 3.2 yang diolah menggunakan metode pemasangan kelompok aritmatika tidak berbobot (Unweighted Pair-Grouping Method with Aritmatic Averaging, UPGMA) dengan software Numerical Taxonomy and Mulivariate Analysis System (NTSys) Versi 2.01., dihasilkan dendrogram jarak genetik antar populasi seperti terlihat pada Gambar 13 dan Gambar 14.

Jawa Barat-Banten Jawa Tengah Jawa Timur

Gambar 13 Dendrogram populasi jati Jawa, kayu curian dan kayu industri penggergajian berdasarkan analisis RAPD.

Pada dendogram yang disajikan pada Gambar 13, dapat dilihat bahwa populasi jati Jawa yang dianalisis membentuk dua kelompok (klaster) besar yaitu kelompok besar pertama terdiri dari populasi Banten, Indramayu, dan Ciamis yang merupakan Unit III Jawa Barat-Banten serta kayu curian dan kayu industri. Kelompok besar kedua dibentuk oleh keenam populasi lainnya yang termasuk Unit I Jawa Tengah dan Unit II Jawa Timur.

Berdasarkan dendogram tersebut, diketahui bahwa populasi kayu curian dan kayu industri mengelompok ke kelompok besar (klaster) Jawa Barat-Banten. Hal yang sama juga terlihat pada dendogram jarak genetik antar populasi jati Jawa Barat (Ciamis dan Purwakarta) dengan kayu curian dan industri (Gambar 14). Dari dendogram tersebut dapat diketahui bahwa populasi kayu curian dan kayu industri mengelompok ke klaster populasi jati dari Ciamis. Populasi kayu industri mengelompok terlebih dahulu dengan kelompok populasi jati Ciamis (tunggak dan TPK) yang kemudian diikuti dengan populasi kayu curian.

Purwakarta

Ciamis

Gambar 14 Dendrogram populasi jati Purwakarta, Ciamis, kayu curian dan kayu industri berdasarkan analisis RAPD.

Jarak genetik pada Lampiran 6 menunjukkan nilai jarak genetik kayu curian dengan populasi Banten adalah 0.0631, populasi Indramayu adalah 0.1011 dan dengan populasi Ciamis adalah 0.0748. Sedangkan populasi kayu industri, memiliki nilai jarak genetik dengan populasi Banten sebesar 0.0999, dengan populasi Indramayu sebesar 0.1235 dan dengan populasi Ciamis sebesar 0.1188. Nilai jarak genetik untuk populasi kayu curian dan kayu industri dengan populasi jati Banten dan populasi jati Ciamis cenderung lebih kecil (struktur genetik sama). Nilai jarak genetik yang lebih kecil menunjukkan adanya kekerabatan yang lebih dekat (lebih identik) antara populasi kayu curian dan kayu industri penggergajian dengan populasi jati Banten dan jati Ciamis.

Selain dengan pendugaan tersebut, dilakukan pula pendugaan jarak genetik antara populasi kayu curian dan kayu industri penggergajian dengan populasi jati Ciamis dan Purwakrta, untuk menduga asal kayu curian dan kayu yang digunakan untuk industri penggergajian. Dari hasil pendugaan, diperoleh nilai jarak genetik kayu curian yang terkecil adalah 0.0353 dan untuk kayu industri adalah 0.0358, yang diperoleh dengan populasi jati dari TPK Ciamis. Sementara itu, nilai jarak genetik yang terbesar untuk populasi kayu curian dan kayu industri adalah dengan

populasi tunggak dari Purwakarta yaitu sebesar 0.0974 untuk populasi kayu curian dan 0.0778 untuk populasi kayu industri. Hasil ini menunjukkan bahwa populasi kayu curian dan kayu industri lebih identik dengan populasi jati Ciamis dengan jarak genetik yang lebih kecil (struktur genetik sama). Nilai jarak genetik antar populasi jati Ciamis, Purwakrta, kayu curian dan kayu industri secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7.

Hubungan kekerabatan antara dua individu atau dua populasi dapat diukur berdasarkan kesamaan sejumlah karakter dengan asumsi bahwa karakter-karakter berbeda disebabkan oleh adanya perbedaan susunan genetik. Salah satu pola pengelompokan populasi berdasarkan perbedaan struktur DNA yang dimiliki (hubungan kekerabatan) adalah dengan dendogram, seperti yang disajikan pada Gambar 13 dan Gambar 14. Pengelompokan ini didasarkan atas perhitungan jarak genetik antara dua populasi yang biasanya dianalisa oleh sebuah matrik dengan elemen-elemennya berupa jarak genetik dengan pasangan kombinasinya yaitu populasi (Finkeldey 2005). Analisis kelompok/kelaster untuk menduga hubungan kekerabatan antara populasi divisualisasikan dengan dendogram jarak genetik. Populasi dengan jarak genetik yang kecil, yaitu populasi yang secara genetik sama, bersatu pertama kali dan bersatu lagi dengan populasi yang secara genetik berbeda jarak (Finkeldey 2005).

Pengelompokan kayu industri dan kayu curian ke klaster populasi jati Jawa Barat-Banten menunjukkan bahwa kayu curian dan kayu industri berasal dari Jawa Barat, tepatnya dari Ciamis (berdasarkan dendogram pada Gambar 14). Selain itu, dari dendogram pada Gambar 13 dapat dilihat bahwa populasi jati dari tunggak Purwakarta menyatu dengan populasi jati dari TPK Purwakarta membentuk satu klaster. Demikian pula pada populasi jati dari tunggak Ciamis menyatu dengan populasi jati dari TPK Ciamis membentuk satu klaster bersama kayu curian dan kayu industri. Pengelompokan ini menunjukkan adanya hubungan kekerabatan yang lebih dekat antara populasi jati dari tunggak Purwakarta dengan populasi jati dari TPK Purwakarta dan populasi jati dari tunggak Ciamis dengan populasi jati dari TPK Ciamis.

4.4 Kemungkinan Aplikasinya untuk Lacak Balak di Hutan Tanaman Jati

Dokumen terkait