• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lahir dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di India

PE MBE L AJ ARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

B. Materi Ajar 1 Kerajaan Aceh

1. Lahir dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di India

Berbicara mengenai budaya dan agama Hindu-Budha, maka pandangan kita tidak terlepas pada peradaban lembah Sungai Indus di India. Wilayah ini sudah sejak dulu telah menjadi tempat lahirnya peradaban. Sekitar 2000 tahun SM, di wilayah India mulai berkembang budaya dan agama Hindu. Beberapa waktu kemudian di India pula lahir pula budaya dan agama Budha. Dari India ini kemudian budaya dan agama Hindu-Budha mulai menyebar ke berbagai tempat.

a. Agama Hindu

Agama Hindu sebenarnya merupakan sinkretisme (percampuran) antara kepercayan bangsa Arya dengan kepercayaan bangsa Dravida. Sifatnya Polytheisme; yaitu percaya terhadap banyak dewa. Tiap-tiap dewa merupakan lambang kekuatan

2

terhadap alam, sehingga perlu disembah atau di puja dan dihormati. Beberapa dewa yang terkenal seperti Prativi sebagai Dewa Bumi, Surya sebagai Dewa Matahari, Vayu sebagai Dewa Angin, Varuna sebagai Dewa Laut, Agni sebagai Dewa Api.

Dalam agama Hindu diajarkan bahwa hidup di dunia ini merupakan suatu penderitaan atau kesengsaraan (samsara), akibat perbuatan (karma) yang kurang baik pada masa sebelumnya. Manusia yang dilahirkan kembali (reinkarnasi) memperoleh kesempatan untuk memperbaiki diri, sehingga pada kelahirannya nanti dapat dilahirkan dalam kasta yang lebih tinggi. Sebaliknya jika berbuat jahat ia akan dilahirkan kembali dalam kasta yang lebih rendah atau dilahirkan menjadi binatang.

Seseorang yang telah sempurna hidupnya dapat mencapai Moksa, yaitu lepas dari samsara, atau meninggal tanpa meninggalkan jasmaninya. Mereka yang telah mencapai moksa, tidak dilahirkan kembali, tetapi tinggal abadi di Nirwana (surga). Dalam hal ini ajaran Hindu bersifat pesimis, karena menyatakan bahwa hidup berarti menderita dan bukan menikmati isi dunia.

Disamping kitab Weda juga dikenal kitab Brahmana dan kitab Upanisad. Kitab Brahmana merupakan tafsir kitab Weda, sedangkan kitab Upanisad berisi ajaran tentang cara-cara menghindarkan diri dari samsara.

b. Agama Budha

Agama Budha diajarkan oleh Sidharta, putra Raja Sudodhana dari Kerajaan Kapilawastu. Sidharta berarti orang yang mencapai tujuannya, ia juga disebut Budha Gautama yang berarti orang yang menerima bodhi (yaitu semacam penerangan atau kesadaran yang sempurna), atau juga disebut Cakmayani yang berarti orang bijak dari keturunan suku bangsa Cakya.

Peristiwa kelahiran, menerima penerangan agung, dan kematiannya terjadi pada tanggal yang bersamaan, yaitu waktu bulan purnama dalam bulan Mei. Ketiga peristiwa tersebut dirayakan oleh umat Budha sebagai hari Waisak, sedangkan pada keempat tempat suci itu diberi tanda oleh Kaisar Ashoka berupa tiang-tiang (lebih dikenal dengan sebutan tugu Ashoka). Sebagai lambang kelahiran Budha berupa bunga seroja, pohon Pippala atau Bodhi sebagai lambang mulai memberian ajaran, dan stupa sebagai lambang kematiannya.

Dengan demikian, ajaran agama Budha tidak terlalu jauh berbeda dengan ajaran agama Hindu. Namun demikian, ajaran agama Budha memiliki beberapa ajaran baru, seperti tidak dibenarkan mengadakan korban dan tidak dibenarkan mengenal tingkatan atau kasta dalam masyarakat.

Seseorang yang mau masuk agama Budha diwajibkan mengucapkan Tridharma; yang berarti tiga kewajiban, yaitu:

 Saya mencari perlindungan pada Budha.  Saya mencari perlindungan pada Dharma.

3

 Saya mencari perlindungan pada Sanggha.

Budha adalah Sidharta yang telah dianggap sebagai dewa. Sedangkan Dharma adalah kewajiban yang harus ditaati oleh umat Budha. Sanggha adalah aturan atau perkumpulan dalam agama Budha. Budha, Dharma, dan Sanggha merupakan Triratna yang berarti tiga mutiara.

Dalam perkembangan selanjutnya, agama Budha mengalami perpecahan karena masing-masing mempunyai pandangan atau aliran sendiri. Agama Budha terpecah menjadi Aliran Hinayana dan Mahayana.

Hinayana berarti kendaraa kecil. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang wajib berusaha sendiri untuk mencapai nirwana. Ajarannya lebih mendekati ajaran yang pernah diajarkan Sang Budha. Agama Budha beraliran Hinayana memiliki pengikut pada daerah-daerah seperti Srilanka, Myanmar, Thailand.

Sedangkan Mahayana berarti kendaraan besar. Aliran ini berpendapat bahwa sebaiknya manusia berusaha bersama atau membantu orang lain dalam mencapai nirwana. Ajarannya merupakan hasil perkembangan atau kelanjutan dari ajaran Sang Budha. Pengikut atau pemeluk agama Budha beraliran Mahayana banyak terdapat di Indonesia, Jepang, Cina, Tibet.

Kitab Suci Agama Budha adalah Tripitaka, artinya tiga keranjang atau wadah. Bagian-bagian dari Tripitaka, yaitu:

 Vinayapitaka: yang berisi aturan-aturan kehidupan.

 Suttapitaka: berisi dasar-dasar dalam memberikan pelajaran.  Abdiharmapittaka: yang berisi tentang falsafah agama.

Agama Budha pernah berpengaruh besar di India, yaitu pada zaman pemerintahan Raja Ashoka, bahkan menjadi agama negara. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya di India, pengikut agama Budha semakin berkurang. Hal ini disebabkan, pertama, setelah Kaisar Ashoka meninggal (232 SM), tidak ada raja- raja yang mau melindungi dan mengembangkan agama Budha dari India. Kedua, agama Hindu berusaha memperbaiki kelemahan-kelemahannya, sehingga pengikut- pengikutnya banyak yang kembali.

c. Kebudayaan

Kebudayaan masyarakat India terus mengalami perkembangan dan kemajuan, terutama pada bidang kesenian, seperti seni pahat dan seni patung. Kuil-kuil yang megah dan indah dibangun pada kota-kota penting di India. Kesusastraan mengalami masa-masa yang cukup gemilang, baik dalam kesusastraan Hindu Maupun Budha.

Peradaban India, khususnya lembah Sungai Gangga menghasilkan dua agama besar, yaitu agama Hindu dan Budha. Kitab-kitab sucinya adalah Weda (agama Hindu) dan Tripitaka (agama Budha), kedua kitab suci itu merupakan hasil karya sastra yang banyak dibaca oleh para penganutnya.

4

Disamping itu, terdapat kitab Brahmana dan Kitab Upanisad yang merupakan kitab agama yang mempunyai nilai sastra tinggi. Terdapat juga kitab-kitab yang berisi cerita-cerita tentang kepahlawanan atau Wiracarita (epos). Wiracarita atau epos ini berisi ajaran-ajaran tentang moral kepada bangsa Hindu, serta memiliki nilai sastra yang tinggi. Diantaranya yang terkenal adalah epos Mahabharata dan Ramayana.

2. Teori masuk dan berkembangnya agama serta kebudayaan Hindu-Buddha di