• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Definisi

Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja lahir untuk segera menyesuaikan diri dari yang sebelumnya di kehidupan intrauterine menjadi ke kehidupan ekstrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir saat umur kehamilan 37-40 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram (Rukiyah, 2010 : hal 8).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat badan lahir 2500-4000 gram (Sondakh, 2013 : hal 150).

Jadi, bayi baru lahir adalah individu yang baru saja lahir untuk segera menyesuaikan diri dari yang sebelumnya di dalam rahim menjadi di dunia luar dan lahir saat umur kehamilan antara 37-40 minggu dengan berat badan normal antara 2500-4000 gram.

b. Tahapan Bayi baru lahir (Dewi, 2011 : hal 3). 1) Tahap I

Terjadi setelah bayi lahir, selama menit-menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring

gray untuk interaksi bayi dan ibu.

2) Tahap II

Tahap ini disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku.

3) Tahap III

Tahap ini disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.

c. Ciri-ciri bayi baru lahir normal antara lain (Dewi, 2011 : hal 4). 1) Lahir aterm 37-40 minggu

2) Berat badan 2500-4000 gram 3) Panjang badan 48-52 cm 4) Lingkar kepala 33-35 cm 5) Lingkar dada 30-38 cm 6) Lingkar lengan 11-12 cm

7) Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit 8) Pernafasan 40-60 x/menit

9) Kulit berwarna kemerahan

10) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya sudah sempurna

11) Kuku ada dan lemas 12) Nilai apgar skor >7 13) Gerakan aktif 14) Tangisan kuat

15) Bayi lahir langsung menangis kuat

16) Reflek ada diantaranya : reflek rooting, sucking, morro, grasping 17) Terdapat alat kelamin atau genetalia

18) Eliminasi dikatakan baik di tandai dengan keluarnya air kencing dan meconium dalam 24 jam pertama, meconium berwarna hitam kecoklatan, lengket dan kental.

d. Fisiologis Bayi Baru Lahir

Kejadian fisiologis yang berkaitan dengan kelahiran adalah beralihnya alat pertukaran udara dari plasenta ke paru-paru dan pergantian sistem sirkulasi darah dari sirkulasi janin di dalam rahim ke sirkulasi bayi di luar rahim yang sudah berbeda. Bagian jantung kiri dan kanan setelah lahir terhubung secara seri bukan parallel, dan perubahan ini disempurnakan oleh peristiwa penutupan foramen ovale dan duktus arteriousus (Meadow, 2005 : hal 40).

Tabel 2.2 Fisiologis perubahan sistem dalam tubuh bayi (Meadow, 2005 : hal 40)

Fenomena Efek

Stres kelahiran lalu terjadi pelepasan katekolamin dan steroid

Cairan paru-paru menurun dan pelepasan surfaktan meningkat Kontraksi uterus terjadi penurunan

aliran darah plasenta

Gas darah janin memburuk Kompresi pada toraks dan jalan lahir Ekspulsi cairan paru Daya recoil paru setelah melalui jalan

lahir

Saluran pernafasan dipenuhi udara

Penjepitan pada tali pusat akan menimbulkan hipoksia

Bayi mulai bernafas Meningkatnya rangsangan sensoris

(misalnya dingin)

Bayi mulai bernafas Udara memasuki paru lalu terjadi

meningkatnya oksigen pada jaringan paru

Resistensi pembuluh darah paru menurun lalu tejadi kenaikan akiran darah paru, PO2 arteri, dan pengisian atrium kiri

Resistensi yang rendah pada sirkulasi plasenta berhenti

Resistensi pembuluh darah sistematik meningkat

Perbedaan tekanan antara atria terbalik Foramen ovale menutup secara fungsional

Perfusi darah yang kaya oksigen pada duktus arteriosus

Duktus arteriosus menutup

e. Tanda bahaya pada bayi baru lahir (JKPN-KR, 2008 : hal 146). a. Asfiksia

Asfiksia adalah bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin

akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan. Penyebab yang memungkinkan terjadinya asfiksia diantara lain :

1) Keadaan ibu

a) Preeklamsia atau eklamsia

b) Perdarahan abdominal (plasenta previa atau solusio plasenta) c) Partus lama atau partus macet

d) Demam selama persalinan

e) Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

f) Kehamilan post matur (sesudah 42 minggu kehamilan) 2) Keadaan tali pusat

a) Lilitan tali pusat b) Tali pusat pendek c) Simpul tali pusat d) Prolapses tali pusat 3) Keadaan bayi

a) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

b) Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vacum, forcdep)

c) Kelainan kongenital

d) Air ketuban bercampur meconium (warna kehijauan)

f. Asuhan bayi baru lahir (Depkes RI, 2010 : hal 10). 1) Mencegah infeksi (PI)

2) Menilai awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi 3) Memotong dan merawatan tali pusat

4) Menganjurkan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

5) Mencegah kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi. 6) Mencegah perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis

tunggal di paha kiri

7) Memberikan imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan

h. Mencegah infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotika dosis tunggal

i. Melakukan pemeriksaan bayi baru lahir j. Memberikan ASI eksklusif

g. Kunjungan Neonatal

Kunjungan neonatal dalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali yaitu :

1) Kunjungan Neonatal I pada 6 jam – 48 jam setelah lahir a. Menjaga agar bayi tetap hangat dan kering

b. Menilai keadaan umum bayi

c. Memantau TTV bayi selama 6 jam pertama

d. Memeriksa adakah cairan atau bau busuk dari tali pusat bayi, menjaga tali pusat agar tetap bersih dan kering

e. Memberikan ASI awal

2) Kunjungan Neonatal II pada hari ke 3 – hari ke 7 a) Menanyakan kepada ibu tentang keadaan bayi b) Menanyakan bagaimana bayi menyusu

c) Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterus)

d) Memeriksa apakah ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat 3) Kunjungan Neonatal III pada hari ke 8 – hari ke 28

a) Tali pusat biasanya sudah lepas

b) Memastikan apakah bayi mendapatkan cukup ASI

c) Bayi harus mendapatkan imunisasi : BCG untuk mencegah tuberkolosis, Vaksin polio I secara oral dan Vaksin Hepatitis B d) Memastikan bahwa laktasi berjalan baik dan berat badan bayi

meningkat

e) Melihat hubungan antara ibu dan bayi

h. Penyakit yang lazim terjadi pada Neonatus (Dewi, 2011 : hal 4). 1) Bercak mongol

Suatu pigmentasi yang datar dan berwarna gelap di daerah pinggang bawah dan bokong yang biasanya dapat ditemukan pada beberapa bayi baru lahir.

2) Hemangioma

Suatu tumor jaringan lunak/ tumor vascular jinak akibat poliferasi (pertumbuhan yang berlebihan)dari pembuluh darah yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah. 3) Ikterus

Salah satu keadaan yang menyerupai penyakit hati yang terjadi pada bayi baru lahir akibat hiperbilirubinemia. Ikterus merupakan salah satu kegawatan yang sering terjadi pada bayi baru lahir 25-50% pada bayi cukup bulan, dan 80% pada bayi berat lahir rendah.

4) Muntah

Keluarnya sebagian besar atau seluruh isi lambung setelah agak lama makanan dicerna dalam lambung yang disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir, bayi mungkin mengalami muntah lendir, bahkan kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian ASI, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan karena iritasi mukosa lambung oleh sesuatu yang tertelan selama proses persalinan.

5) Gumoh

Keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setelah beberapa saat setelah makanna dicerna dalam lambung. Biasanya disebabkan karena bayi menelan udara pada saat menyusu.

6) Oral trush

Terjadinya infeksi jamur Candidiasis pada membrane mukosa mulut bayi yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak keputihan, membentuk plak-plak berkeping dimulut, ulkus dangkal, demam, dan adanya iritasi gastrointerstinal.

7) Diaper rash (ruam popok)

Terjadi ruam-ruam kemerahan pada bokong akibat kontak terus-menerus dengan lingkungan yang tidak baik (popok/pempers) 8) Sebhorrea

Radang berupa sisik yang berlemak dan eritema pada daerah yang terdapat banyak kelenjar sebaseanya, biasanya terjadi di daerah kepala.

9) Furunkel (boil/bisul)

Peradangan pada folikel rambut kulit dan jaringan sekitarnya yang sering terjadi didaerah bokong, kuduk, aksila, badan, dan tungkai. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat yang biasanya disebut furunkulosis.

10) Miliariasis

Biasa disebut juga sudamina, liken tropikus, biang keringat, keringat buntet, prickle heat, merupakan suatu keadaan dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat.

11) Diare

Buang air besar yang tidak normal dan bentuk fases yang cair dengan pengeluaran frekuensi lebih banyak dan sering dari biasanya. Pada bayi dikatakan diare yaitu BAB 3 kali dalam sehari dan pada neonates 4 kali dalam sehari.

12) Obstipasi

Penimbunan fases yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi pada saluran serna, atau bisa didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran fases selama 3 hari atau lebih.

i. Reflek bayi baru lahir (Sondakh, 2013 : hal 154).

1) Reflek moro (terkejut) adalah apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama dengan jari dan tangan maka akan menimbulkan gerakan terkejut.

2) Reflek menggenggam adalah apabila telapak tangan bayi disentuh dengan jari maka ia akan berusaha menggenggam jari pemeriksa

3) Reflek rooting adalah apabila pipi bayi disentuh oleh jari pemeriksa, maka akan menoleh dan mencari sentuhan itu

4) Reflek sucking adalah apabila bayi diberi dot atau puting susu maka bayi akan berusaha menghisap

5) Reflek Babinski adalah jari-jari kaki bayi akan hiper ekstensi dan terpisah seperti kipas dan dorsofleksi dari ibu jari kita bila satu sisi digosok dari tumit ke atas melintasi bantalan kaki

2. Nifas

a. Definisi

Dalam bahasa Latin, waktu tertentu setelah melahirkan disebut

puerperium, yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous artinya

melahirkan. Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi (Bahiyatun, 2009 : hal 12).

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat reproduksi kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu (Bahiyatun,2009 : hal 12).

Jadi, nifas adalah suatu masa setelah kelahiran bayi dan masa pemulihan alat-alat reproduksi seperti sebelum hamil yang lamanya yaitu 6-8 minggu.

b. Fisiologi Nifas

Perubahan endokrin yang terjadi selama kehamilan akan terjadi secara cepat yaitu (Manuaba, 2007 : hal 107).

1) hPL- human Placental Lactogen serum tidak terdeteksi dalam waktu 2 hari dan

2) hCG- Human Chorionic Gonadotropin tidak terdeteksi dalam waktu 10 hari pasca persalinan.

3) Kadar estrogen dan progesteron serum menurun sejak 3 hari pasca persalinan dan mencapai nilai pra-kehamilan pada hari ke 7. Nilai tersebut akan menetap bila pasien memberikan ASI ; bila tidak memberikan ASI estradiol akan mulai meningkat dan menyebabkan pertumbuhan folikel.

4) hPr – Human Prolactine pada pasien yang memberikan ASI, kadar human hPr akan meningkat.

c. Periode Masa Nifas (Purwanti, 2012 : hal 3).

1) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan

2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital 3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin sampai bertahun-tahun.

d. Jadwal Kunjungan Nifas

Tabel 2.3 Jadwal dan rencana asuhan masa nifas (Marmi, 2011 : hal 154)

Kunjungan Nifas

Kegiatan

2 jam a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut

c) Memberikan konseling pada ibu atau anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri d) Memberikan ASI awal

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir f) Menjaga bayi tetap hangat agar mencegah terjadi hipotermi 6 hari g) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abdominal, tidak ada bau.

h) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan abdominal

i) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat

j) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit

k) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan perawatan tali pusat serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari dengan baik.

2 minggu l) Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan meraba bagian Rahim.

6 minggu m) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami

e. Perubahan fisiologis pada masa nifas (Bahiyatun, 2009 : hal 11). 1) Perubahan sistem reproduksi

a) Involusi uterus

Involusi uterus adalah kembalinya uterus pada keadaan sebelum hamil, baik dalam bentuk maupun posisi. Proses involusi uterus berlangsung sekitar 6 minggu selama proses involusi uterus berlangsung, berat uterus mengalami penurunan dari 1000 gram menjadi 60gram, dan ukuran uterus berubah ke ukuran sebelum hamil (Bahiyatun, 2009 : hal 11).

b) Lochea

Lochea keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan 3 atau 4 minggu postpartum. Perubahan lochea terjadi dalam tiga tahap, yaitu lochea rubra, serosa, dan alba (Bahiyatun, 2009 : hal 11).

c) Ovaruim dan tuba falopi

Setelah kelahiran plasenta, terjadi pula penurunan produksi progesteron, sehingga menimbukan mekanisme timbal-balik dari sirkulasi menstruasi. Paa saat inilah dimulai kembali proses ovulasi, sehingga wanita dapat hamil kembali (Bahiyatun, 2009 : hal 11).

2) Perubahan sistem pencernaan

Setelah kelahiran plasenta, terjadi pula penurunan produksi progesteron, sehingga yang menyebabkan nyeri ulu hati (heartburn) dan konstipasi, terutama dalam beberapa hari pertama. Hal ini terjadi karena inaktivitas motilitas usus akibat kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya refeks hambatan defekasi karena adanya rasa nyeri pada perineum akibat luka episitotomi (Bahiyatun, 2009 : hal 11).

3) Perubahan Sistem Perkemihan

Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Diuresis terjadi karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu postpartum (Bahiyatun, 2009 : hal 11).

4) Perubahan Sistem Endokrin

Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG dan HPL secara berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari postpartum. HCG tidak terdapat dalam urine ibu setelah 2 hari postpartum. HPL tidak lagi terdapat dalam plasma (Bahiyatun, 2009 : hal 12).

5) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Curah jantung menigkat elamapersalinan dan berlangsung sampai kala tiga ketika volume darah uterus dikeluaran. Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal paa akhir minggu ke-3 postpartum (Bahiyatun, 2009 : hal 12). 6) Perubahan Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah harus dalam keadaan stabil. Suhu turun secara perlahan, dan stabil pada 24 jam postpartum. Nadi menjadi normal setelah persalinan (Bahiyatun, 2009 : hal 12).

f. Adaptasi psikologis

Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut (Suherni, 2009 : hal 187). 1) Fase taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu tidak dapat dihindarari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti mudah tersinggung, menangis. Ibu hanya ingin didengarkan dan diperhatikan. Kemampuan mendengarkan

(listening skills) dan menyediakan waktu yang cukup merupakan

dukungan yang tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran suami atau keluarga sangat diperlukan (Suherni, 2009 : hal 87).

Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu (Suherni, 2009 : hal 88).

a) Kekecewaan karena tidak mendapatkan yang diinginkan tentang bayinya

b) Ketidaknyamanan karena perubahan yang dialami ibu misal rasa mules karena rahim berkontraksi untuk kembali pada keadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka jahitan.

c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.

d) Suami atau keluarga yang tidak ikut serta membantu mengasuh dan merawat bayinya, membuat ibu merasa sedih.

2) Fase taking hold

Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Pada fase ini ibu belajar cara merawat bayi, menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan, senam nifas, makan makanan yang bergizi, istirahat, kebersihan diri yang baik (Suherni, 2009 : hal 89).

3) Fase letting go

Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu sudah lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya (Suherni, 2009 : hal 89).

g. Tanda bahaya masa nifas

Tabel 2.4 Tanda – tanda bahaya nifas dan penanganannya (Bahiyatun, 2009 :

hal 14).

Tanda bahaya Masa Nifas Penanganannya

1. Perdarahan pasca persalinan (postpartum) adalah persarahan >500 – 600 ml setelah bayi lahir.

2. Lochea yang berbau busuk adalah secret yang berasal dari vagina dalam masa nifas.

Rujuk ke tempat pelayanan kesehatan

3. Nyeri pada perut, dapat menyebabkan komplikasi nifas.

Segera rujuk ke tempat pelayanan kesehatan 4. Pusing dan lemas yang

berlebihan, bisa karena darah tinggi, kurang istirahat.

Bila pusing terus berlanjut rujuk ke pelayanan kesehatan

5. Demam, biasanya terjadi setelah 24 jam melahirkan dengan suhu mencapai 38oC.

Istirahat baring, perbanyak minum, kompres, jika semakin parah rujuk ke pelayanan kesehatan

6. Payudara berubah menjadi merah, panas dan terasa sakit.

Gunakan BH yang menopang payudara, jika tidak sembuh segera rujuk pelayanan kesehatan

7. Perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya (baby blues), keadaan sulit menerima kehadiran bayinya.

Yakinkan bahwa ibu mampu merawat bayinya, dan dukungan dari keluarga

h. Perawatan Masa Nifas (Dewi, 2011 : hal 5). 1) Mobilisasi dini

Senam nifas bertujuan untuk mengurangi bendungan lokia dalam Rahim, memperlancar peredaran darah sekitar alat kelamin, dan mempercepat normalisasi alat kelamin.

2) Rooming in (perawatan ibu dan anak dalam 1 ruang/kamar)

Meningkatkan pemberian ASI, bonding attachment, mengajari ibu cara perawatan bayi terutama pada ibu primipara, dimulai dengan penerapan inisiasi menyusu dini (IMD).

3) Pemberian ASI

Untuk meningkatkan volume ASI pada masa nifas, ibu dapat memberikan terapi pijat bayi.

5. KB (Keluarga Berencana)

a. Definisi

Keluarga Berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. (Noviawati SA, 2009 : hal 8).

Keluarga Berencana adalah upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak (Purwaningsih, 2010 : hal 4).

Jadi, Keluarga berencana adalah suatu program pemerintah yang bertujuan untuk menunda, menjarangkan dan mengakhiri.

b. Jenis jenis KB pasca persalinan: (Kemenkes RI, 2014 : hal 13). 1) NON HORMONAL

a) Penapisan KB Non Hormonal

Alat kontrasepsi ini boleh digunakan pada akseptor yang tidak mempunyai hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu, tidak mempunyai pasangan seks lain, tidak pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS), tidak pernah memiliki penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik, tidak pernah mengalami haid banyak 1-2 pembalut setiap 4 jam, tidak pernah mengalami haid lama >8 hari, tidak dismenorea berat yang membutuhkan analgetik dan istirahat baring, tidak pernah mengalami perdarahan, perdarahan bercak antara haid atau setelah senggama, tidak pernah mengalami gejala penyakit jantung atau kongenital (Affandi, 2012 : hal 10).

b) Metode Amenore Laktasi (MAL) (1) Definisi :

MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan ataupun minuman apapun lainnya (Kemenkes RI, 2014 : hal 14).

(2) Syarat untuk dapat menggunakan yaitu :

Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila pemberian >8 kali sehari.

(a) Cara kerja

Penundaan/ penekanan ovulasi (b) Keuntungan

1. Efektivitas tinggi (Keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan)

2. Segera efektif

4. Tidak ada efek samping secara sistematik 5. Tidak perlu pengawasan medis

6. Tidak perlu obat atau alat 7. Tanpa biaya

(c) Keterbatasan

1. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar dapat segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan

2. Efektivitas tinggi sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan

3. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social (d) Efek samping

Tidak ada

c) Kondom (1) Definisi

Kondom adalah selubung/ sarung karet sebagai salah satu metode kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan dan atau penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama (Kemenkes RI, 2014 : hal 15).

(2) Cara kerja

1. Menghalangi terjadinya pertemuan antara sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran repsoduksi perempuan.

2. Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan ke pasangan lain (khuss kondom yang terbuat dari lateks dan vinil)

(3) Keuntungan 1. Kontrasepsi

a. Efektif mencegah kehamilan bila digunakan dengan benar

b. Tidak mengganggu produksi ASI c. Tidak mengganggu kesehatan klien

d. Tidak mempunyai pengaruh sistemik e. Murah dan dapat dibeli secara umum

f. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan khusus g. Metode kontrasepsi sementara bila metode

kontrasepsi lainnya harus ditunda 2. Non Kontrasepsi

a. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasibahan karsinogenik eksogen pada serviks)

b. Mencegah penularan IMS,HIV memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB

c. Mencegah ejakulasi dini

d. Saling berinteraksi sesame pasangan e. Mencegah imuno infertilitas

(4) Keterbatasan

a. Efektivitas tidak terlalu tinggi

b. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi

c. Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung)

d. Bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi

e. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual f. Malu membeli kondom ditempat umum

g. Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah

(5) Efek samping Tidak ada

d) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) (1) Definisi

Alat kontrasepsi yang dipasang dalam Rahim dengan menjepit kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastic

polietelina, ada yang dililit oleh tembaga danada yang tidak (Kemenkes RI, 2014 : hal 16).

(2) Cara kerja

Mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR menyebabkan reaksi inflamasi steril, toksik buat sperma sehingga tidak mampu untuk fertilisasi.

(3) Waktu pemasangan AKDR 1. Pasca plasenta :

Dipasang dalam 10 menit setelah plasenta lahir (pada persalinan normal)

pada persalinan caesar, dipasang pada waktu operasi Caesar

2. Pasca persalinan :

a. Dipasang antara 10 menit – 48 jam pasca persalinan b. Dipasang antara 4 minggu – 6 minggu (42 hari) setelah

melahirkan (perpanjang interval setelah persalinan) (4) Keuntungan

a. Efektivitas tinggi 99,2-99,4% (0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama)

b. Dapat efektif segera setelah pemasangan

Dokumen terkait