• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LAHIRNYA GABUNGAN POLITIK INDONESIA TAHUN

B. Lahirnya Gabungan Politik Indonesia

Gagalnya Petisi Soetardjo akibat dari penolakan Pemerintah Belanda, menyebabkan para nasionalis semakin cepat dalam bertindak demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Salah satu cara untuk semakin memperkokoh kesatuan antar kaum nasionalis dengan organisasi politik yang mereka usung adalah dengan membentuk suatu badan sebagai wadah atau tempat yang menaungi berbagai macam organisasi atau partai politik tersebut,

16 Slamet Muljana, Kesadaran Nasional: Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan 2, 1986,

untuk saling menghargai serta kerjasama untuk membela kepentingan rakyat17. Dalam usaha menggalang persatuan politik demi terciptanya pembentukan badan konsentrasi nasional itu, maka pada tanggal 19 Maret 1939 dalam rapat besar pengurus Parindra, M.H. Thamrin selaku ketua Departemen Politik Parindra mengungkapkan gagasannya mengenai ide pembentukan badan konsentrasi nasional dan gagasan itu disetujui oleh semua anggota Parindra. Dengan disetujuinya gagasan tersebut maka Thamrin menghubungi pimpinan- pimpinan dari organisasi-organisasi nasional lainnya untuk membicarakan gagasannya tersebut. Organisasi lain di luar Parindra menyambut baik dan menyetujui ide Thamrin tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Otto Iskandar Dinata, selaku ketua Paguyuban Pasundan, yang menilai bahwa dengan pembentukan badan konsentrasi nasional tersebut hubungan baik antara partai politik yang ada dalam badan itu akan terjaga tetap dengan sebaik-baiknya. Ia juga berharap bahwa badan ini akan mampu mendesak Belanda untuk mengubah sikapnya terhadap tanah jajahannya, yaitu Indonesia. Organisasi politik lainnya yang juga menyambut baik gagasan ini adalah Partai Islam Indonesia (PSII), yaitu Sukiman, akan tetapi ada pula yang menolak gagasan tersebut, yaitu Abikoesno, sedangkan Gerindo masih bersikap menunggu.

Pasca dicetuskannya ide pembentukan badan konsentrasi nasional ini, pada tanggal 21 Mei 1939 atas dasar inisiatif dari Parindra, diadakanlah rapat resmi Panitia Persiapan Pembentukan Badan Konsentrasi untuk membahas mengenai tindak lanjut dari gagasan pembentukan badan konsentrasi nasional

17

tersebut. Rapat yang diselenggarakan di Gedung Permufakatan yang beralamat di Gang Kenari no. 15 Jakarta ini dihadiri oleh M.H. Thamrin, Soekarjo Wiryopranoto (Parindra), Atik Soeardi, S. Soeradiredja, Ukar Bratakoesoema, Otto Iskandar Dinata (Paguyuban Pasundan), Senduk, Sam Ratulangi (Persatuan Minahasa), R. Abikoesno Tjokrosujoso, Sjahbuddin Latif, Moh. Sjafei (PSII), A.K. Gani, Amir Sjarifuddin, Sanusi Pane, Wilopo (Gerindo), K.H. Mas Mansur, Wiwoho (PII).

Dalam rapat tersebut, M. H. Thamrin menyampaikan bahwa, situasi internasional yang semakin kacau dan tidak menentu mendorong untuk segera membentuk badan konsentrasi nasional, yang bertujuan untuk membentuk suatu badan persatuan yang akan memperjuangkan kepentingan rakyat Indonesia, selain itu anggota yang terdiri dari berbagai organisasi politik dalam badan ini dapat menjalankan program tiap-tiap organisasi masing- masing. Dari rapat tersebut lahirlah badan konsentrasi nasional yang bernama Gabungan Politik Indonesia (GAPI). Adapun tujuan dari dibentuknya GAPI ini adalah:

a. Menganjurkan kepada semua partai politik nasional Indonesia untuk mengadakan kerjasama

b. Menyelenggarakan kongres Indonesia18.

Gabungan Politik Indonesia ini berdasarkan atas asas: a. Hak mengatur nasib sendiri

18

b. Persatuan bangsa Indonesia atas dasar demokrasi dalam politik, ekonomi, dan sosial

c. Kesatuan dalam aksi19.

Dalam menentukan calon anggota yang akan masuk dalam GAPI, yang diterima hanya dari partai nasional saja, dan keputusan ini diambil atas jumlah pengumpulan suara terbanyak. Dalam penyusunan program yang akan dijalankan harus disetujui dulu oleh semua anggota. Dalam susunan organisasinya pimpinan harian GAPI dipegang oleh satu sekretariat, yang mana terdiri atas, sekretaris umum, bendahara, dan sekretaris pembantu. Awalnya yang memegang jabatan tersebut adalah M.H. Thamrin (Parindra), R. Abikoesno Tjokrosujono (PSII), dan Amir Sjarifudin (Gerindo). Sedangkan yang menjadi anggota GAPI adalah, Parindra, Gerindo, Paguyuban Pasundan, PSII, PII, kemudian PPPKI menyusul menjadi anggota.

Dibentuknya GAPI mendapatkan sambutan yang sangat baik dari rakyat Indonesia, terutama dari kaum nasionalis. Akan tetapi ada pula pihak yang tidak senang dan meragukan pembentukan GAPI ini, salah satunya adalah H. Agus Salim, pimpinan Pergerakan Penyedar, yang menilai bahwa partai-partai politik yang menjadi anggota GAPI tersebut hanya mampu melakukan perjuangan dalam perebutan kursi di dewan rakyat saja, sehingga kecil kemungkinan partai-partai tersebut memperjuangkan kehidupan rakyat. Oleh karena itu Pergerakan Penyedar menolak bergabung dalam badan konsentrasi nasional ini, dan lebih memilih bekerjasama langsung dengan rakyat.

19

Lahirnya Gabungan Politik Indonesia (GAPI) juga hampir bersamaan dengan pembentukan badan konsentrasi nasional lainnya, seperti badan yang diprakarsai oleh Moh. Yamin, Abdul Rasjid, Tadjuddin Noor, dan Soangkupon, yang mereka beri nama Golongan Nasional Indonesia (GNI) atau di lingkungan Dewan Rakyat disebut dengan Indonesische Nationalistische Groep. Latar belakang dibentuknya GNI ini adalah adanya

perpecahan yang ada dalam tubuh Fraksi Nasional di Volksraad, sehingga membuat Moh. Yamin menyarankan kepada Fraksi Nasional untuk menyusun suatu program, yang nantinya program tersebut disebarluaskan di seluruh Indonesia. Adapun alasan di balik gagasan tersebut adalah karena mulai munculnya pemikiran-pemikiran yang menganggap bahwa Fraksi Nasional hanya mementingkan kepentingan Jawa saja dibandingkan dengan kepentingan daerah lainnya di luar pulau Jawa. Akan tetapi gagasan yang disampaikan oleh Moh. Yamin ini tidak mendapatkan persetujuan dari M.H. Thamrin, sehingga pada akhirnya dibentuklah GNI pada tanggal 10 Juli 193920.

20

BAB III

PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA PADA TAHUN 1939-1941

Lahirnya Gabungan Politik Indonesia pada tanggal 21 Mei 1939 telah memberikan angin segar kepada kaum nasionalis Indonesia untuk semakin gencar dalam memperjuangkan status Indonesia menjadi negara yang berdiri sendiri. Terutama saat GAPI meningkatkan perjuangannya dengan meluncurkan program “Indonesia Berparlemen”, yang mana program aksi politik ini ditetapkan pada saat rapat umum GAPI pada tanggal 4 Juli 1939. Dengan diluncurkannya program tersebut, bisa ditebak apabila program aksi “Indonesia Berparlemen” langsung diterima oleh rakyat Indonesia dan mendapatkan sambutan yang baik, terutama oleh kalangan nasionalis. Mereka sangat mendukung dengan langkah yang dilakukan oleh GAPI, yang dinilai cukup berani dan tegas dibandingkan dengan langkah yang dilakukan sebelumnya, yaitu diluncurkannya Petisi Soetardjo. Bagi GAPI sendiri dengan dipopulerkannya program aksi “Indonesia Berparlemen” diharapkan mampu meningkatkan dan mengobarkan semangat seluruh rakyat Indonesia, karena menurut GAPI dalam usahanya untuk merealisasikan program ini dibutuhkan dukungan dan dorongan sepenuhnya dari seluruh rakyat Indonesia. Salah satu cara mengambil hati rakyat tersebut adalah dengan meyakinkan bahwa Volksraad yang ada sama sekali tidak dapat memenuhi hasrat rakyat dan harus diganti dengan parlemen yang wajar dan memiliki wewenang yang

sempurna21. Oleh karena itu rakyat Indonesia harus menuntut pembentukan parlemen yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh rakyat Indonesia, yaitu bahwa parlemen ini anggota-anggotanya terdiri dari wakil rakyat yang jumlahnya harus sesuai dengan perbandingan jumlah rakyat yang diwakili, karena menurut GAPI hanya melalui parlemen ini, suara-suara serta harapan rakyat Indonesia dapat diperjuangkan.

Dokumen terkait