• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laju Aliran

Dalam dokumen Bab III Identifikasi Problem Kepasiran (Halaman 31-46)

Sebagian besar dari penelitian di laboraturium menyatakan bahwa secara ideal G-S Ratio harus dibuat dengan range harga 5 sampai 6. Harga dicatat bahwa tight pack  dan G-S Ratio dengan harga 6, butiran pasir akan sukar masuk ke dalam pori-pori dari garvel pack . Dengan loose pack  kemungkinan butiran pasir bisa masuk ke dalam pori-pori antara butiran gravel.

Dalam mendesain gravel pack  harus memperhatikan aturan-aturan berikut ini :

1. Ukuran gravel yang dipakai diusahakan seluas mungkin tetapi pasir formasi harus bisa berhenti pada bagian luar gravel.

2. Ukuran gravel (pada titik 40 percentil) harus 6 kali dari 40 percentile pada kurva sand analisis. Untuk pasir seragam dan kecepatan aliran yang rendah harus 10 percentile dapat digunakan.

3. Ukuran butir pasir sangat bervariasi di dalam formasi, oleh sebab itu harus diperhatikan dengan adanya ukuran butir pasir yang lebih kecil, terutama  pada kecepatan aliran yang tinggi, butiran-butiran pasir yang tidak seragam,

fluktuatif laju aliran, dan GOR yang tinggi.

4. Gravel di pack  dengan sistem ketat (tight pack ), G-S Ratio didasarkan pada sistem tight pack .

5. Ketebalan  pack   harus mencapai paling sedikit 3 inchi, karena dari eksperimen laboraturium memperlihatkan bahwa ketebalan gravel pack  sama dengan 4 atau 5 kali diameter gravel  akan bisa mengontrol pasir dengan baik. Pada laju aliran yang naik turun (fluktuatif), ketebalan gravel 3 inchi merupakan harga yang minimum.

6. Dalam penempatan gravel harga dihindari pencampuran antara gravel dengan pasir formasi kerena akan mengurangi permeabilitas campuran gravel-sand  yang diperoleh. Selain itu butiran pasir yang halus ( fine) dalam gravel juga mengurangi permeabilitas gravel pack . Oleh sebab itu dengan memperhatikan aturan-aturan tersebut diharapkan butiran-butiran pasir dapat tertahan dengan baik dan membentuk bridging  yang teratur tanpa menimbulkan blocking.

 Netose gravel pack   disarankan untuk mengontrol pasir pada zona yang  panjang. Gravel packing juga baik dipakai untuk zona yang pendek, tetapi di dalam remedial work , multiple completion, diameter sumur yang kecil, dan adanya abnormal pressure akan menambah kesulitan dan biaya.

Untuk menempatkan butiran gravel pack   tergantung sistem sumur yang digunakan. Penempatan gravel pack  ada 2 cara, yaitu :

1.  External / Open Hole Gravel Pack

Jenis gravel ini yang diterapkan pada sumur yang berkondisi open hole, dimana selalu digunakan pada single completion. Secara luas open hole gravel pack   diterapkan dimana karakteristik formasi memenuhi komplesi lubang terbuka dan instalasi kontrol kepasiran harus mampu mengalirkan fluida reservoir   secara maksimal. Perencanaan dan  pemakaian open hole gravel pack   yang tepat akan memberiakn  produktifitas yang lebih besar daripada inside gravel pack  atau metode sand consolidation, kerena yang terperforasi akan memperbaiki aliran radial yang terjadi didalam sumur.

Open hole / External gravel pack   akan sesuai untuk diterapkan  pada sumur-sumur yang index  produktifitasnya tidak mengalami  penurunan yang besar selama berproduksi. Pada external gravel pack  ini gravel ditempatkan kedalam formasi dibelakang casing yang kemudian casing pada zona tersebut dipotong dan diperbesar (Gambar 3.16).

Keterangan Gambar :

a. Formasi produktif yang akan digravel diperforasi, kemudian lubang dibersihkan dari pasir formasi.

 b. Rangkaian pipa diturunkan, kemudian gravel diinjeksikan dengan tekanan tertentu.

c. Screen liner   dengan  packer   diturunkan disertai dengan pipa  pembersih (wash pipe) untuk membersihkan pasir yang ada dalam

sumur.

d. Setelah selesai penempatan screen line  pada kedalam yang diinginkan, maka wash pipe diangkat.

2.  Inside Casing Gravel Pack

Jenis gravel pack  yang diterapkan pada kondisi lubang bor dalam keadaan tercasing dan terperforasi. Prinsip pemasangan gravel pack  ini adalah dengan menempatkan gravel pack   tersebut diantara liner   dan casing. Metode cased hole / inside gravel pack  dapat diterapkan pada :

1. Formasi dengan interval produksi yang panjang, dimana metode penenempatan pasir / sand consolidation  tidak dapat diterapkan.

2. Formasi yang berlapis-lapis, dimana produksi diharapkan dapat dilakukan melalui satu rangkaian pipa produksi.

Gambar 3.16.

Prosedur PemasanganGravel Pack

(Suman George, O., 1983)

Faktor utama yang harus diperhatikan dalam case hole gravel pack   ini adalah dilakuakannya pembersihan lubang perforasi dengan menggugurkan fluida complesi  sebelum gravel  dimasukkan ke dalam lubang sumur / formasi, hal ini untuk mencegah terjadinya sumbatan pada jalur maupun lubang perforasi. Pada inside gravel pack , liner dipasang dalam casing  yang diperforasi dan gravel ditempatkan antara liner   dengan casing. Keuntungan inside gravel pack   adalah sederhana dan relatif lebih murah.

3.1.5.2.2.1. Perhitungan Ukuran Gravel Pack

Metode sand control dengan menggunakan gravel pack   harus dilengkapi dengan liner,  yang mana liner ini diharapkan dapat memberikan luas atau  penampang yang cukup besar sehingga tidak terdapat  pressure drop yang besar

dan dapat menahan semua gravel. Adanya gravel yang ikut terproduksi dapat mengurangi kerapatan dari packing, yang dapat menimbulkan butiran-butiran pasir yang lebih besar ikut terproduksi.

Dalam menentukan ukuran gravel  yang akan digunakan, beberapa ahli memberikan pendapat sebagai berikut :

Coberly  menyarankan bahwa ukuran diameter diameter gravel  terbesar adalah 10 kali dari pada ukuran diameter pasir formasi dan 10% berat kumulatif  pada sieve analysis (10 x d 10).

Tausch  dan Coberly menyarankan, bahwa ukuran diameter gravel (D) adalah lebih kecil dari 6d 10 dan lebih besar dari 4d 10.

Tabel III-5

Ukuran untuk Gravel Pack(De Piester, C. L.,1972)

Sumber Interval Gravel Interval Pasir Rumus Close packing

spheres One size One size D = 2,41d

Size for "simple" bridging

Coberly & Wagner

(1937) Narrow Broad D ≤ 10d10

Gumprertz (1940) Narrow Broad D ≤ 11d11

Sizing to prevent  fines migration

 Hill (1941) Narrow Broad D < 8 d 10

 Dept. Of

 Agriculture (1952) Narrow Broad 6,4 d 50 > D50 > 3,8d

 De Priester (1967) Broad Broad D50 ≤ 8d 50

D90 ≤ 12d90

D10 ≥ 3d90

Stein (1969) Broad Broad D85 ≤ 4d15

Percobaan yang dilakukan oleh Coberly dan Wagner  menunjukkan bahwa ukuran celah-celah liner  harus sedikit lebih besar dari ukuran gravel sehingga dapat terjadi bridging. Tetapi dalam praktek, pada gravel yang mempunyai sorting yang

 baik, pada mulanya akan terproduksi sejumlah gravel  secara bersamaan dicelah liner . Sehubungan dengan hal ini lebih celah pada liner  hampir selalu direncanakan lebih kecil dari ukuran gravel yang terkecil.  Dowell - Schamberger , menyatakan  bahwa ukuran celah adalah dua pertiga dari ukuran gravel yang terkecil.

Ukuran screen yang baik untuk dipilih adalah yang dapat menahan butiran gravel pada tempatnya serta dapat memberikan luas aliran yang mencukupi. Ada  beberapa pendapat yang dikembangkan oleh para ahli untuk ukuran screen ini, yaitu

antara lain : 1. Coberly –  Wagner W ≤ D100 2. Tauch –  Coberly W = D50 3. H. J. Ayre dimana :

D50 : Diameter butir pada titik 50% berat kumulatif pada kurva sieve analysis, inchi

Ds : Diameter gravel terkecil, inchi D1 : Diameter gravel terbesar, inchi

Dalam prakteknya, lebar celah screen  yang sering digunakan adalah 0,5in≤W≤d20. Ukuran lebar celah screen 0.05 inch merupakan ukuran minimum yang dapat mencegah tersumbatnya celah tersebut. Untuk menentukan ukuran screen  yang digunakan sesuain dengan ukuran range  yang tersedia, dapat ditunjukkan pada Tabel III-6.

Tabel III-6

UkuranScreen yang Digunakan Berdasarkan Ukuran Range Gravel (Suman George, O., 1983)

Gravel Size Gravel Size Screen Gauge Screen Gauge

(U.S. Mesh) (inch) (inch) (inch x 10-3)

40/60 0,0165-0,0093 0,008 8 30/50 0,0230-0,0120 0,010 10 20/40 0,0330-0,0165 0,012 12 ) 2 D -D D ( 2 W 1 s s

16/30 0,0470-0,0230 0,016 16

12/20 0,0660-0,0330 0,020 20

6/16 0,0940-0,0470 0,028 28

Pada umumnya ukuran gravel pack  akan menetukan ukuran screen opening, dimana screen opening berkisar antara 1/2 sampai 2/3 kali ukuran diameter gravel  pack  yang terkecil, yang telah diseleksi.

3.1.5.2.2.  Frackpac

Frackpac adalah suatu cara untuk mengontrol pasir pada sumur produksi dengan formasi yang unconsolidated.  Hal ini meliputi tekanan pada pengepakan khususnya pada butiran yang berhubungan dengan permukaan formasi. Alasannya untuk menstabilkan matrix  pasir dan membatasi pergerakan formasi yang tidak kompak dengan fluida produksi sampai “ Critical Flow Area” pada lubang sumur.

Kebanyakan, kesuksesan dari  packs  diperoleh dengan metode umum dengan penempatan sand   yang lebar dan dengan  positive sand-outs. Untuk mengerjakannya rata-rata dibutuhkan 20  –  50 sacks  pasir untuk formasi yang dangkal. Pasir  frackpac  ditempatkan pada permukaan sumur yang cocok untuk mengelirkan fluida. Tekanan diinjeksikan pada formasi yang di  pack  sama seperti  pada fracturing.

Keuntungan dari fracpack  antara lain, yaitu :

1. Frackpac pada efektif untuk menahan pasir dan silt  yang terkumpul dengan formasi unconsolidated .

2. Frackpac mungkin cukup mempengaruhi tekanan pada formasi yang akan diajukan untuk stimulasi pada tahap produksinya.

3. Frackpac  mungkin mempengaruhi umur perawatan sumur untuk mengontrol pasir dengan meminimalisir perubahan interval  dari formasi yang sebenarnya.

4. Frackpac mungkin membantu dalam mempertahankan luas efektif daerah  pengurasannya.

5. Frackpac dapat mengurangi masalah yaitu dapat memproduksi untuk waktu yang lama tanpa memperbaiki atau clean out.

6. Frackpac  dapat meminimalisir bahaya erosi pasir pada peralatan sumur karena dapat menurunkan harga.

7. Frackpac  dapat memberikan harga pengangkatan fluida yang rendah dengan mempertahankan produksi yang bebas dari padatan.

Untuk menerapkan pada daerah yang lebih luas dengan kondisi sumur yang memungkinkan, frackpac dapat diterapkan dengan 2 cara, yaitu :

1. Conventional Frackpac, proses ini biasanya diterapkan pada open hole completion  atau  perforated casing completion. Proses ini membutuhkan  peralatan sloted atau perforated liner sebagai penghubung dengan pack . 2.  Linerless Frackpac, metod ini terbatas untuk perforated casing completion

dimana lubang perforasi tidak diperbesar dengan overperforating, erosi, atau korosi. Keuntungannya adalah tidak menghalangi sisi dari lubang sumur untuk berhubungan dengan operasi berikutnya atau work over . Proses ini disesuaikan dengan campuran butiran pasir yang besar dengan  pengepakan pasir tertentu. Butiran pasir yang besar akan dipecah kedalam fluida pembawa yang siap melewati lubang perforasi. Ketika telah terjadi  pengepakan maka butiran akan memelihara hubungan perforasi dan

membatasi pergerakan pasir ke dalam lubang sumur. 3.1.5.3. Metode Kimia

Metode kimia adalah salah satu metode untuk mengatasi problem kepasiran, yaitu dengan menempatkan resin  dan gravel ke dalam formasi. Pada dasarnya metode ini merupakan kombinasi antara 2 prinsip kepasiran, yaitu pembuatan semen buatan ditempat dan rangkaian penahan pasir. Jadi diharapkan campuran ini dapat menyemen pasir formasi pada tempatnya sehingga kekuatan ikatan ant ar butir formasi menjadi semakain besar.

3. Dalam metode kimia dikenal 2 macam cara, yaitu dengan konsolidasi pasir dan dengan konsolidasi gravel.

3.1.5.3.2. Konsolidasi Pasir

Pemecahan  problem  pasir dengan metode konsolidasi pasir menyangkut  proses injeksi bahan-bahan kimia kedalam formasi yang tidak terkonsolidasi, guna menyemen butir-butir pasir formasi. Bahan kimia yang diinjeksikan kedalam

formasi akan mengeras dan memadat dalam formasi. Sehingga memiliki 2 fungsi, yaitu :

a. Menyemen butir-butir pasir pada tempatnya, agar kekuatan ikatan antar  butiran semakin bertambah. Untuk keperluan ini harus dijaga agar  pemurunan permeabilitas yang terjadi seminimal mungkin.

 b. Meningkatkan kekuatan atau ketahanan setiap butir pasir, dengan cara membentuk matrix yang terdiri dari plastik juga butir-butir pasir.

Dari pengukuran di laboraturium terhadap batuan pasir kwarsa yang bersih dengan permeabilitas tinggi dan telah mengalami konsolidasi dengan resin, didapat  bahwa compresive strength  berkisar antara 3000 – 7000 psi. Sedangkan  permeabilitasnya berkurang menjadi 50 – 90% dari semula. Penurunan permeabilitas 30% hanya mengakibatkan penurunan produktivitas sebesar 10%. Semakan besar compresive strength, maka semakin kecil permabilitas yang terjadi, dan sebaliknya. Sistem pasir terkonsolidasi dapat berkurang kekuatannya bila bersentuhan dengan air garam. Pengaruh air garam ini dapat diperkecil dengan penggunaan coupling-agent , yang dapat membantu ikatan butir pasir dengan resin.

Dua masalah utama yang timbul dalam konsolidasi pasir adalah penempatan resin  kedalam formasi secara sempurna serta kandungan shale  atau clay  dalam formasi. Pada penempatan resin didalam formasi, dikenal beberapa proses, yaitu :

a. Pemisahan Fasa

Pada proses ini resin  dilarutkan dalam hidrokarbon. Dikombinasikan dengan suatu aktivator, fasa cair dari resin akan memisahkan diri dari zat  pelarut setelah beberapa waktu dan kemudian memadat. Setelah terjadi  pemisahan, namun masih dalam keadaan cair, resin  akan menempel titik

singgung antara butir-butir pasir karena gaya kapiler.  b. Overflash

Disini larutan resin  diinjeksikan diikuti oleh fluida lain, yang bertugas mendorong resin  dan membersihkan sisa-sisa resin,  tetapi masih meninggakan residual resin saturation pada titik kontak antar butir-butir. Overflash dibuat untuk mengontrol ketebalan lapisan plastik, compressive strength  dan permabilitas. Overflash  yang biasa digunakan adalah

hidrokarbon, tetapi dapat pula air. Untuk mempertinggi efek penyapuan digunakan fluida yang viscous.

c. Preflush

Pada proses ini air garam diperkecil konsentrasinya dengan injeksi hidrokarbon, sedangkan air conate  didorong atau dipindahkan dengan isoprophyl alkohol dan surfactan atau mutual solvent . Bila air garam tidak dihilangkan maka compressive strength yang tercapai hanya sekitar 20 – 40% dari yang seharusnya.

Kekuatan batuan konsolidasi sangat dipengaruhi oleh kandungan shale atau clay dalam formasi. Pada pasir yang kotor, diperlukan larutan dengan  resin  berkonsentrasi tinggi guna mengatasi luas permukaan butiran silt   dan lempung.

Sistem pemisahan fasa tidak sesuai untuk pasir kotor, karena akan membentuk gel  pada konsentrasi resin lebih dari 30 %. Pada pasir kotor, kadar shale lebih dari 30%

sehingga lebih baik digunakan overflush.

Jumlah resin yang digunakan tergantung pada porositas batuan, penetrasi, dan panjang interval. Penambahan volume sebesar 50% diperlukan untuk mengatasi migrasi fluida diatas dan dibawah interval  produksi. Tekanan injeksi resin harus lebih kecil dari tekanan rekah formasi, untuk mendapati penetrasi yang seragam keseluruh interval.

Konsolidasi pasir sangat baik dilakukan untuk kondisi sumur sebagai  berikut :

1.  Interval treatment  kurang dari 10 ft.

2. Tanpa produksi pasir sebelumnya, karena bahan-bahan kimia sukar didistribusikan secara merata pada formasi yang berongga-rongga.

3. Zona paling atas dari sumur komplesi ganda, dimana tidak terdapat  peralatan mekanik yang ditinggalkan dalam lubang sumur.

4. Tekanan reservoir  tinggi.

5. Kecenderungan produksi pasir terbatas.

3.1.5.3.2. Konsolidasi Gravel

Proses ini menyangkut penggunaan suatu bubur ( slurry) yang terdiri dari fluida pembawa, plastik (epoxy atau furan), coupling agent , gravel atau pasir dan aktivator. Bubur dicampur dipermukaan dan dipompakan melewati lubang  perforasi. Maksud operasi ini adalah membentuk suatu penahan mekanik yang

mempunyai permeabilitas tinggi bagi formasi pasir yang terkonsolidasi. Selanjutna gravel yang tersisa dari lubang bor dibor kembali dan dikeluarkan lagi.

Metode ini kadang-kadang digunakan pada zona bagian atas karena tidak memerlukan peralatan mekanik khusus. Metode ini lebih menguntungkan dengan metode gravel pack , karena ikatan gravel yang kuat sehingga tidak mungkin masuk kedalam formasi. Dalam kondisi dimana terjadi produksi pasir dalam jumlah  banyak dan casing mengalami kerusakan, maka dapat dilakukan squeezed gravel

terkonsolidasi dan memasang gravel pack  dibelakang casing.

Kebanyakan operasi gravel  terkonsolidasi menggunakan fluida pembawa yang viscous dengan konsentrasi gravel yang tinggi untuk memperkecil terjadinya  pencampuran dalam pasir formasi.

3.1.6 Sistem Terpadu Pembersihan Pasir Mengunakan Hydraulic Jet Pump 3.1.6.1 Prinsip Kerja

Sistem terpadu ini dibagi menjadi 2 bagian subsistem yaitu system bawah  permukaan dan sitem permukaan. Sistem permukaan terdiri dari pompa sentrifugal, tanki separator, tanki pengumpul pasir, yang ada seperti di gambar 1, sedangkan  pada system bawah permukaan perlatannya terdiri jet pump, packer, flow diverter,

sand cleanout pie, dan jetting nozzle yang ditunjukan pada gambar 2.

Pada prinsipnya fluida kerja yaitu air di injeksikan dengen pompa sentrifugal dari permukaan ke dalam lubang sumur melalui annulus dan dipisahkan menjadi 2 bagian menggunakan flow diverter. Bagian pertama pada fluida kerja  berperan sebagai fluida pembawa pasir dan mengalir kedalam lubang sumur melalui sand cleanout pipe lalu melewati jetting nozzle yang ada dibagain bawah cleanout pipe. Jetting nozzle berguna untuk mengubah tekanan tinggi dari carrier fluid menjadi kecepatan tinggi. Kecepatan dari carrier fluid tersebut akan

membantu mengaduk pasir yang ada didasar lubang sumur dan membawa nya naik ke throat dari jet pump melalui ruang antara tubing dan sand cleanout pipe . Bagian lain dari fluida kerja berperan sebagai fluida kerja dari jet pump itu sendri, mengalir melalui nozzle dari pompa, merubah kecepatan tinggi, dan tekanan rendah di dasar lubang untuk meneyedot carrier fluid bersama- sama dengan partikel pasir menuju ke pompa. Setlah itu partikel pasir dan fluida bercampur didalam throat dari jet  pump dan setelah itu diaangkat ke permukaan melalui tubing.

3.1.6.2 Perilaku Transportasi Pasir

Sangatlah penting untuk mengerti perilaku transportasi pasir pada carrier fluid. karena pengangkatan pasir dari dasar lubang sumur untuk saat pembersihan  pasir dilakukan dengan carrier fluid.

Secara umum, telah diketahui bahwa adanya kecepatan kritis dari fluida yang dapat membentuk suatu lapisan padatan di dasar sumur. pada sumur vertikal, ketika air digunakan sebagai carrier fluid maka rule of thumb dari kecepatan kritis air harus dua (2) kali lebih besar dari kecepatan pasir mengendap untuk memastikan  pasrtikel oasir terangkat ke permukaan oleh carrier fluid.

Uji Pengendapan Pasir Statis

Dengan mengasumsikan bahwa butir pasirnya memiliki kebulatan yang sempurna dan diendapkan pada fluida non-newtonian yang immobile dan tidak ada listrik statis, maka free ultimate sand settling velocity dapat dihitung sebagai  berikut:

0 = √ 43(−)



Dimana:

g : percepatan gravitasi, m/s2 ds : spherical sand diameter, m ρs : densitas partikel pasir, kg/m3 ρl : densitas working fluid, kg/m3 CD : koefisien resistensi

Gambar 3.17.

Skema Sistem Diatas Permukaan

Gambar 3.18.

3.1.6.3 Pengaruh Pengendapan Gangguan Pasir

Untuk pengendapan pasir dalam carrier fluid , kecepatan pengendapan pasir akhir berubah karena interferensi di antara partikel pasir dan interferensi antara  partikel pasir dan medium sekitarnya juga. Banyak eksperimen menunjukkan  bahwa, jika efek interferensi dipertimbangkan, kecepatan pengendapan pasir akhir

dengan interferensi dapat diperoleh dengan :

′



= 



(1−6.55

)

=   (<0.05)

3.1.6.4 Efek Dari Bentuk Partikel Pasir

Umumnya, karena partikel pasir formasi tidak memiliki bentuk bulat yang ideal, faktor bentuk biasanya digunakan untuk mengukur efek bentuk partikel pasir  pada kecepatan pengendapan pasir akhir. Faktor bentuk didefinisikan sebagai rasio

kecepatan pengendapan pasir akhir yang sesungguhnya terhadap kecepatan  pengendapan akhir dari kebulatan ekuivalen, dengan asumsi kebulatan tersebut memiliki kerapatan dan volume yang sama seperti pasir formasi. Kemudian, kecepatan akhir pengendapan partikel pasir dalam cairan statis dapat dinyatakan sebagai :



= ′



 = factor bentuk dari partikel pasir formasi (didapat dari settling test partikel pasir dari suatu resertvoir)

Dalam percobaan, kecepatan pengendapan pasir akhir diukur untuk partikel pasir dengan diameter yang berbeda dengan melakukan uji pengendapan pasir statis. Selain itu, kecepatan akhir dan pengendapan bebas dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Allen. Menurut definisi di atas, faktor bentuk ditentukan dengan menggunakan kecepatan pengendapan pasir terukur akhir dan yang dihitung untuk setiap ukuran partikel pasir. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1 bahwa faktor  bentuk partikel pasir dengan ukuran yang berbeda mendekati satu sama lain dan

faktor bentuk rata-rata partikel pasir yang digunakan dalam percobaan adalah 0,8365.

3.1.6.5 Efek Dari KecepatanCarrier Fluid

Pola aliran carrier fluid  dan gesekan antara carrier fluid  dan dinding pipa memberikan efek signifikan pada kecepatan pengendapan akhir partikel pasi r dalam carrier fluid   yang mengalir, yang sulit untuk ditentukan secara analitis. Sebagai alternatif, percobaan telah dilakukan untuk menentukan hubungan antara kecepatan carrier fluid  dan kecepatan pengendapan akhir partikel pasir dalam carrier fluid  yang mengalir, seperti yang digambarkan pada Gambar 3. Dapat dilihat bahwa, secara umum, semakin besar ukuran pasirnya, semakin besar kecepatan  pengendapan pasir akhir. Selanjutnya, kecepatan pengendapan pasir akhir menurun hampir secara linear karena kecepatan aliran fluida pembawa meningkat. Kemiringan setiap baris pada berbagai ukuran pasir seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3 tercantum pada Tabel 2. Perlu dicatat bahwa kemiringan yang diperoleh untuk ketiga ukuran pasir sangat dekat satu sama l ain. Dengan demikian, kecepatan  partikel pasir dalam carrier fluid , us, dapat dikorelasikan dengan kecepatan  pengendapan pasir akhir, us0s, dan kecepatan carrier fluid , ul, sebagai berikut :

= 



+ 

Dimana,



=

= − ()

β diperoleh dari hubungan yang ditentukan secara eksperimen dari kecepatan  pengendapan pasir akhir dan kecepatan carrier fluid   pada ukuran pasir yang  berbeda.

3.1.6.6 Model Teoritis

3.1.6.6.1 Laju Minimum dari Carrier Fluid

Untuk memastikan partikel pasir bergerak ke atas, kecepatannya dalam carrier fluid harus lebih besar dari nol, yaitu,

>0

Umin =/−

Dimana Ul minadalah kecepatan minimum cairan pembawa untuk membawa partikel  pasir ke atas, m/s. Kemudian laju minimum carrier fluid dapat dihitung dengan :

=.

Dimana :

Amax : cross-sectional area maksimal dari saluran, m2. Qcmin : laju minimum carrier fluid, m3/s

Dalam prakteknya, laju alir fluida pembawa umumnya lebih besar dari Qcmin untuk memastikan partikel pasir dibawa ke atas ke permukaan dengan carrier fluid.

Untuk memaksimalkan kapasitas pengangkatan dan efisiensi pompa jet pada rasio nozzle yang diberikan ke daerah throat (rasio R), rasio optimum laju fluida  pembawa terhadap laju alir power fluid (rasio M) harus ditentukan oleh menggunakan kurva kinerja dimensionless dari pompa jet seperti yang ditunjukkan  pada Gambar 3. Maka laju alir minimum fluida kerja dapat dihitung dengan :

=+

Dimana :

Qmin : laju minimum carrier fluid, m3/s

3.1.6.6.2 Penentuan Distribusi Tekanan

Pada sistem pembersihan pasir terintegrasi, sangat dibutuhkan untuk menentukan distribusi tekanan pada rangkaian pipa produksi, diskontinu tekanan pada jet pump, dan diskontinu tekanan pada jetting nozzle di pipa pembersih pasir.

Dalam dokumen Bab III Identifikasi Problem Kepasiran (Halaman 31-46)

Dokumen terkait