IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Laju Pertumbuhan Harian
Hasil pengukuran laju pertumbuhan harian yang diberikan probiotik berbeda pada ikan nila salin dari awal hingga akhir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
Perlakuan
Gambar 3. Laju pertumbuhan harian selama penelitian
Berdasarkan hasil pengukuran laju pertumbuhan harian selama penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pertumbuhan ikan nila salin yang tertinggi terdapat pada perlakuan C dengan menggunakan probiotik sel multi yaitu 5.03, kemudian disusul dengan perlakuan A tanpa probiotik yaitu sebesar 4.53, kemudian disusul dengan perlakuan B dengan menggunakan probiotik em4 yaitu sebesar 4.18, dan yang terendah terdapat pada perlakuan D yang menggunakan
A (Kontrol) B (EM4) C (sel Multi) D (Aquaenzym)
17
Peningkatan tingginya laju pertumbuhan pada perlakuan C dengan menggunakan probiotik sel multi diduga karena nilai nutrisi bioflok yang mampu meningkatkan pertambahan bobot pada ikan nila salin (Orechromis niloticus). Hal ini sesuai dengan pernyataan (Apriani, 2016) bahwa flok yang terbentuk pada budidaya sistem bioflok mengandung protein tinggi yang dapat meningkatkan laju pertumbuhan ikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Zega.
dkk, 2018) menghasilkan pertumbuhan harian sebesar 3,67 g, dan pertumbuhan
mutlak sebesar 17,17 g dengan menggunakan probiotik sel multi yang mengandung bakteri yang dapat memperbaiki kualitas air, senyawa organik yang berasal dari sisa pakan, mengoksidasi fases dan organisme yang telah mati, senyawa metabolit beracun dapat diturunkan, pertumbuhan bakteri yang dapat merugikan dapat diturunkan, menyediakan pakan plankton yang berasal dari sisa pakan alami, serta menumbuhkan beberapa jenis bakteri yang menguntungkan.
Penggunaan sumber probiotik yang berbeda dalam sistem bioflok berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan nila salin. Ikan dapat memanfaatkan pakan dengan optimal baik itu pakan komersil maupun flok bakteri. Hal ini berarti bakteri heterotrof membentuk flok-flok bakteri yang kemudian dimakan oleh ikan sebagai pakan alami dengan kandungan protein yang tinggi sehingga dapat meningkatkan laju pertumbuhan ikan. Kandungan bakteri pada probiotik dapat menyebabkan tingginya aktivitas bakteri pada saluran pencernaan dan perbedaan jumlah bakteri yang terkandung dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan.
Kecenderungan pertumbuhan yang tinggi erat kaitannya dengan jenis probiotik dan spesies ikan, dimana jenis bakteri yang tidak beragam diduga menyebabkan
18
jumlah bakteri mencapai nilai optimum untuk kebutuhan pertumbuhan ikan Arief et al., (2014).
Rendahnya pertumbuhan bobot harian ikan nila salin pada minggu ke 5 pada perlakuan B dengan menggunakan probiotik EM4 dan D menggunakan probioik aquaenzym. Probiotik aquaenzym yang tersusun dari bakteri Bacillus sp.
Bakteri yang diyakini mampu untuk meningkatkan daya cerna pada ikan yaitu Bacillus sp. Yang mempunyai daya kemampuan mensekresikan enzim protease,
asimilase dan lipase. Sedangkan Probiotik EM4 yang mengandung bakteri Lactobacillus, Actinomycetes sp, dan Saccharmyces cerevisiae yang merupakan
mikroba lignoselulotik yang akan membantu pemecahan ikatan lignoselulotik sehingga lignin dan selullosa akan terlepas dan mikroba proteolitik menghasilkan enzim protease yang berfungsi merombak protein menjadi asam amino
Penurunan laju pertumbuhan harian diduga probiotik yang ditambahkan pada media pemeliharaan menghasilkan perbedaan mikroorganisme penyusun bioflok baik dari jumlah maupun keanekaragamnya (Wijaya. dkk, 2016).
Tingginya populasi bakteri menimbulkan persaingan antar organisme dalam pemanfaatan nutrisi didalam media pemeliharaan. Hal tersebut menyebabkan nutrisi dalam media pemeliharaan tidak termanfaatkan dengan baik oleh ikan sehingga pertumbuhannya lambat Suprianto et al., (2019). Hal ini diduga menyebabkan ikan tidak dapat memanfaatkan nilai nutrisi bioflok dan flok-flok bakteri yang memiliki kandungan protein yang tinggi tidak dapat dimanfaatkan oleh ikan dengan baik menyebabkan tidak terjadinya peningkatan enzim pencernaan. Proses hidrolisis protein menjadi senyawa yang lebih sederhana dan
19
tidak maksimal sehingga menyebabkan penyerapan protein kurang optimal dan pertumbuhan menjadi lambat. Hal ini menyebabkan pertumbuhan ikan pada perlakuan A (kontrol) menghasilkan nilai lebih tinggi pada minggu ke dari pada perlakuan B dan D yang menggunakan probiotik, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Putri dkk,(2018) laju pertumbuhan harian ikan uji menunujukkan hasil yang lebih tinggi pada per lakuan kontrol yaitu 1,08 gram begitu juga dengan pertumbuhan mutlak menunjukkan nilai yang cukup tinggi pada perlakuan kontrol sebesar 64,52 gram.
4.2. Pertumbuhan Berat Mutlak
Hasil pengukuran laju pertumbuhan mutlak ikan nila salin yang diberikan probiotik berbeda pada awal hingga akhir penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Pertumbuhan Berat Mutlak Selama Penelitian
2,3 2,31 2.8
A (Kontrol) B (EM4) C (Sel Multi) D (Aquaenzym)
PertumbuhanMutlak (Gram)
PERLAKUAN
a ab b a
20
Hasil pengukuran pertumbuhan mutlak ikan nila salin (Orechromis niloticus) selama penelitian didapatkan pertumbuhan tertinggi terdapat pada
perlakuan C dengan menggunakan probiotik sel multi dengan nilai 2.8 g, sedangkan terendah terdapat pada perlakuan D dengan menggunakan probiotik aquaenzym dengan nilai sebesar 1.95 g.
Hasil uji anova (analisis of varians) menunjukkan bahwa penggunaan probiotik yang berbeda dalam sistem bioflok tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertumbuhan berat mutlak ikan nila salin (Orechromis niloticus). Akan tetapi secara diagram dapat dilihat bahwa pertumbuhan menunjukkan hasil yang berbeda. Dengan demikian dapat dilihat Peningkatan pertumbuhan mutlak ikan nila salin pada perlakuan C diduga adanya bakteri probiotik dalam saluran pencernaan ikan yang sangat menguntungkan dikarenakan bakteri probiotik menghasilkan exogenesous enzim seperti amylase, lipase, dan protease pada sistem pencernaan ikan. Dengan adanya enzim-enzim tersebut dapat mengurangi pengeluaran energi (expenditure energy) untuk proses pencernaan sehingga energi yang ada dapat digunakan untuk pertumbuhan Narges et al., (2012). Peningkatan pertumbuhan juga diduga karena adanya kontribusi enzim pencernaan oleh bakteri probiotik yang mampu meningkatkan proses pencernaan kultivan, Hal ini dinyatakan oleh Paradita, (2009) bahwa keberadaan probiotik dalam saluran pencernaan dapat memaksimalkan pencernaan dan saluran.
Perbedaan pertumbuhan antar perlakuan pada penelitian ini disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan proses pertumbuhan ikan yaitu metabolisme, penggunaan energi metabolisme, hormon pertumbuhan dan mitosis
21
(Boeuf dan Payan, 2001). Pertumbuhan pada perlakuan B, dan D yang diberi probiotik semestinya memiliki pertumbuhan yang tidak jauh beda dengan perlakuan C, namun karena adanya gejala stress pada ikan budidaya pada perlakuan B dan D yang ditandai perubahan perilaku yaitu ikan cenderung mengitari peinggirin wadah penelitian, perilaku tersebut menunjukkan gejala stress, akibat adanya kualitas air yang bervariasi sehingga ikan harus kambali beradaptasi dengan media pemeliharaan. ketika ikan dalam kondisi stress maka ikan cenderung tidak mau makan sehingga pasokan energi di dalam tubuh akan digunakan untuk mengembalikan kondisi homeostasis.
Kondisi tersebut akan berdampak terhadap pertumbuhan ikan. Respon stress yang disebabkan oleh perubahan kondisi lingkungan dapat ditandai dengan adanya perubahan fisiologis dalam jangka pendek atau jangka panjang yang menyebabkan pengalihan sumberdaya energi untuk proses vital, proses tersebut dapat merusak atau mengancam kondisi homeostasis (Buchanan 2000). Kondisi stress terjadi realokasi energi metabolik aktivitas investasi (seperti pertumbuhan dan reproduksi) menjadi aktivitas untuk memperbaiki homeostasis, seperti respirasi, pergerakan, regulasi hidromineral dan perbaikan jaringan.