• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lambang h oriqoh Shiddiqiyyah

BAB III DESKRIPSI TAREKAT

4. Lambang h oriqoh Shiddiqiyyah

h oriqoh Shiddiqiyyah –yang dipimpin oleh Kyai Mukhtar Mu’thi- memiliki identitas diri yang diaktualisasikan dalam sebuah lambang. Lambang dari thoriqoh ini telah dibuat oleh mursyidnya sejak tanggal 4 April 1972. Lambang ini juga digunakan sebagai lambang tanda anggota keluarga thoriqoh Shiddiqiyyah. Ia memiliki makna yang sangat dalam.27

Warna dominan lambang tersebut adalah kuning. Warna kuning diambil dari al Qur’an surat al Baqarah: 69;

(Kuning bersih warnanya menggembirakan bagi orang yang memandang). Sehingga ia mempunyai tujuan:

Agar para keluarga Shiddiqiyyah menjadi orang yang dapat 1.

menggembirakan sesama manusia dengan arti kegembiraan ang baik.

Tidak menjadi orang yang suka membuat kesalahan. 2.

26 Ibid.

27 Penjelasan tentang makna lambang Shiddiqiyyah penulis peroleh dari buku Karya Muchtar Mu’thi, Al Hikmah 6:Tanggung Jawab Imam Ruhaniyah , (Jombang: Al Ikhwan, 2002), hal. 11-20.

Disamping itu, dalam lambang thoriqoh tersebut juga ada warna dasar hitam yang terletak di bagian atas dan bawah. Dasar warna hitam tersebut mengambil dari hadith Nabi: (Sesungguhnya Allah menciptaka makhluknya di dalam gelap). Menurut sang Mursyid lambang hitam mengandung makna ke-abadian, lambang awal dan akhir, serta lambang kejadian. Di atas warna hitam bagian atas tersebut terdapat tulisan berwarna putih yang berbunyi: . Kemudian di atas warna hitam bagian bawah ada tulisan berwarna putih yang bertuliskan angka 10. Warna putih mengandung makna suci dan bersih. Angka 10 jika ditulis dengan kalimat menjadi: . Dengan demikian antara tulisan bagian atas dan bawah adalah sama, yaitu;

basmalah.

Dalam uraian berikutnya, mursyid Muchtar menjelaskan kalimat basmalah tersebut. Menurutnya bahwa dalam basmalah jumlah hurufnya ada 19. Bilangan 19 adalah terdiri dari angka 1 dan 9, dan jika dijumlah ada 10. Dengan demikian, maka basmalah terdiri dari 19 huruf sedang jenis hurufnya adalah 10. Jumlah 19 huruf itu ada yang ganda dan ada yang tidak. Huruf yang ganda adalah: Alif, lam, ro’, hak, mim, dan yang tidak ganda adalah: ba’, sin, ha’, ya’ dan nun. Dalam keterangan berikutnya dikatakan bahwa tiap-tiap huruf di dalam al Qur’an memiliki makna dhohir dan bathin.

Adapun tujuan dituliskannya kalimat dalam lambang tersebut adalah:

Agar para murid Shiddiqiyyah menginsyai dan menyadari 1.

bahwa Allah S.W.T. itu betul-betul kasih sayang kepada hamba-Nya.

Dan para murid Shiddiqiyyah betul-betul merasakan cinta 2.

Selanjutnya mursyid menyatakan bahwa; apabila cinta kasih sayang Allah itu telah betul-betul dirasakan di dalam hidupnya setiap hari dan malam, maka pasti akan timbul rasa cinta terhadap Allah. Dan apabila di dalam hati (baca: qalbu) itu sudah tumbuh rasa cinta terhadap Allah, maka pasti akan timbul rasa syukur kepada Allah S.W.T..

Di bawah basmalah tertulis kalimat: . Kalimat tersebut diambil dari surat ke-52 ayat: 56. Adapun tujuan dicantumkannya kalimat tersebut dalam lambang Shiddiqiyyah adalah agar orang-orang yang mengikuti thoriqoh Shiddiqiyyah itu insyaf dan sadar, bahwa tujuan wujudnya (keberadaan manusia) adalah untuk ibadah. Apabila tujuan wujudnya itu telah disadari dengan penuh kesadaran, pasti mereka tidak mudah melalaikan ibadah kepada Allah, dimanapun dan dalam keadaan apapun. Dengan demikian, ia akan merasa bahwa meninggalkan ibadah berarti telah menyimpang dari tujuan wujudnya.

Selanjutnya, terdapat tulisan . Tujuan dituliskannya ayat tersebut adalah:

Agar orang-orang yang mengikuti thoriqoh Shiddiqiyyah 1.

tidak menyembah selain Allah.

Dan agar selalu meminta pertolongan kepada Allah di dalam 2.

segala tujuan baik, agar tidak sombong, congkak merasa dapat mencapai segala tujuannya tersebut tanpa pertolongan Allah S.W.T..

Dalam lambang Shiddiqiyyah terdapat gambar pohon yang berbuah –terletak di dalam lingkaran bulat telur- merupakan lambang perumpamaan kalimah thoyyibah: . Kalimat adalah merupakan pokok pangkal ajaran thoriqoh Shiddiqiyyah.

Adapun yang membuat perumpamaan bahwa kalimat “ ” diumpamakan dengan pohon yang pokok batangnya

terhujam di bumi dan cabangnya di langit, menurut Kyai Muchtar, adalah Allah sendiri, yaitu terdapat dalam surat Ibrahim: 24-25; . (Kalimah thoyyibah (La ilaha illa Allah) itu laksana pohon yang baik. Pokok batangnya tetap di dalam bumi, dan cabangnya di langit. Didatangkannya buahnya setiap waktu karena dapat izin Tuhannya). Dan ayat tersebut telah ditulis dengan melingkari gambar pohon tersebut.

Akar pohon dalam lambang Shiddiqiyyah ada 6. Hal ini mengandung arti bahwa akar pohon thoyyibah adalah Rukun Iman, yaitu:

Iman akan Allah 1.

Iman akan Malaikat-Malaikatnya Allah. 2.

Iman akan Kitab-kitabnya Allah. 3.

Iman akan Rasul-rasulnya Allah. 4.

Iman akan Hari Kiamat dan, 5.

Iman akan Taqdir Allah. 6.

Dalam gambar pohon tersebut terdapat satu batang pohon dan 4 cabang. Satu batang pohon bermakna rukun Islam yang ke satu, yaitu syhadat (syahadat tauhid dan syahadat rasul). Adapun yang dimaksud dengan 4 cabang adalah 4 rukun Islam yang lainnya, yaitu: sholat, zakat, puasa dan haji. Buah dari pohon tersebut adalah ihsan dan taqwa kepada Allah.

Gambar pohon di dalam lambang Shiddiqiyyah tidak berdaun, hal ini karena di dalam al Qur’an sendiri tidak diterangkan/ disebutkan daunnya. Adapun tujuan ayat dan lambang isi ayat dicantumkan dalam lambang Shiddiqiyyah adalah:

Agar orang-orang yang mengikuti thoriqoh Shiddiqiyyah 1.

itu tidak lupa, bahwa: pokok ajaran Shiddiqiyyah ialah dzikir dan kalimat: “ ” diumpamakan pohon yang baik, yang buahnya dapat dirasakan setiap waktu, yaitu

taqwaallah.

Dan agar mengerti, bagaimanapun baiknya pohon itu apabila 2.

tidak ditanam dengan baik-baik di dalam bumi, dan tidak dipelihara dengan sebaik-baiknya tidak akan menghasilkan buah yang baik.

Dalam penjelasan berikutnya dikatakan bahwa kalimat itu ibarat pohon. Jiwa tiap-tiap murid Shiddiqiyyah adalah ibarat bumi. Dengan demikian. Maka menjauhi sifat-sifat bathin yang tercela, dan memakai sifat-sifat-sifat-sifat bathin yang terpuji adalah cara pemeliharaannya. Dan selanjutnya akan menghasilkan buahnya, yaitu taqwa.

Di dalam lingkaran yang berbentuk bulat telur terdapat dua warna, yaitu; biru tua dan biru muda. Dua macam warna itu adalah lambing ilmu hakikat dan ilmu syari’at. Biru tua lambangnya lautan ruhaniyah dan lambangnya ilmu hakikat, sedang biru muda lambangnya lautan jasmaniyah dan lambangnya ilmu syari’at.

Kemudian, mursyid Muchtar Mu’thi menjelaskan tentang makna hakikat dan syari’at. Secara garis besar aturan (undang-undang) yang ada dalam al Qur’an ada dua macam, yaitu; perintah dan larangan. Perintah terbagi menjadi dua:

Aturan perintah yang ditujukan kepada bathin manusia, 1.

seperti; perintah iman kepada Allah, Malaikat-malaikat Allah, Rasul-rasul Allah, Kitab-kitab Allah, taqdir, hari kiamat, perintah sabar, tawakkal, dan lain-lainnya.

Aturan perintah yang ditujukan kepada dhohirnya manusia, 2.

seperti; perintah sholat, zakat, puasa, haji dan lain-lainnya. Demikian juga larangan Allah terbagi menjadi dua, yaitu: Larangan yang ditujukan kepada bathin manusia, seperti;

1.

larangan tidak putus asa, tidak boleh dengki, hasud, tidak boleh takabbur dan lain-lainnya.

Larangan yang ditujukan kepada dhohirnya manusia, seperti;

larangan mencuri, minum arak, menipu dan lain-lainnya. Dengan demikian, seluruh perintah dan larangan yang ditujukan kepada bathin manusia oleh ulama’ tashawwuf, dinamakan ilmu hakikat. Sedang perintah dan larangan yang ditujukan kepada dhohir manusia dinamakan ilmu syari’at.

Lambang lautan hakikat dan lautan syari’at didasarkan pada surat al Kahi ; 60: (Tempat bertemunya dua lautan). Dicantumkannya lambang tersebut dalam lambang Shiddiqiyyah adalah agar para warga Shiddiqiyyah tidak melalaikan mengatur kebaikan jasmaniah dan ruhaniahnya, dhohir dan bathinnya. Agar jasmani dan ruhaninya sama-sama merasakan kesehatan dan kebahagiaan.

Lambang bulat telur mempunyai tujuan agar para keluarga Shiddiqiyyah menginsyai , bahwa wujud pertama dirinya adalah dari nuthfah, kesatuan dari dua air suci laki-laki dan perempuan , yang mengandung makna telur. Jika manusia itu ingat akan awal kejadiaannya dan akhir wujudnya, maka insya Allah ia akan selamat dari bahaya takabbur (sombong).

Pada tanggal 01 Mei 1974 / 08 Rabi’ul Akhir 1394 H lambang Shiddiqiyyah diberi tambahan ayat al Qur’an surat al Jin: 16 yang ditulis di bawah bulatan telur. Adapun bunyi ayatnya adalah:

Adapun tujuan dicantumkannya ayat tersebut dalam lambing Shiddiqiyyah adalah agar supaya para anggota keluarga Shiddiqiyyah mengerti, bahwa ajaran thoriqoh Shiddiqiyyah diperintah di dalam al Qur’an beserta hikmahnya.

Dalam lambang berikutnya ada angka sepuluh yang ditulis di atas warna hitam.28 Angka sepuluh –di dalam al Qur’an- dikatakan sebagai angka sempurna, surat al Baqarah: 197:

(Itu bilangan sepuluh, bilangan sempurna). Tujuan dituliskannya angka 10 dalam lambang Shiddiqiyyah adalah agar para warga Shiddiqiyyah benar-benar merasakan , bahwa wujudnya itu laksana angka sepuluh. Angka nol ibarat jasmani, dan angka satu ibarat ruhani. Apabila angka nol itu dipisahkan dari angka satu maka nol itu jadi angka yang tidak ada nilainya meskipun ada sepuluh angka nol. Begitu juga jasmani, jika telah berpisah dengan ruhani, maka akan menjadi wujud yang kehilangan fungsi dan menjadi wujud yang tidak bernilai. Dengan demikian tujuan dituliskannya angka 10 adalah untuk mengingatkan para warga Shiddiqiyah untuk segera menggunakan wujud dirinya itu -sebelum berpisah dengan ruhaninya- untuk kebaikan, baik kepada alam benda, tumbuhan, hewan dan manusia, karena setiap hari kita telah menerima kebaikan dari semua itu.