• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 3.1 Daftar Data, Jenis Data, dan Sumber Data Pemeringkat

Dalam dokumen TIM PENELITI Research Team (Halaman 138-143)

NO. FAKTOR - VARIABEL - INDIKATOR JENIS DATA SUMBER DATA

A. FAKTOR KELEMBAGAAN 1. Variabel Kepastian Hukum

1 Konsistensi Peraturan Data Primer Persepsi Dunia Usaha dan

2 Penegakan Hukum Data Primer Persepsi Dunia Usaha dan

3 Pungli di luar Birokrasi Data Primer Persepsi Dunia Usaha dan

4 Hubungan Eksekutif - Legislatif Data Primer Persepsi Dunia Usaha dan

2. Variabel Aparatur dan Pelayanan

5 Birokrasi Pelayanan Data Primer Persepsi Dunia Usaha dan

6 Penyalahgunaan Wewenang Data Primer Persepsi Dunia Usaha dan

3. Variabel Keuangan Daerah

7 Rasio Penerimaan Retribusi terhadap Data Sekunder APBD Daerah Kabupaten / Kota Tahun 2002 Pajak

8 Rasio Anggaran Pembangunan terhadap Data Sekunder APBD Daerah Kabupaten / Kota Tahun 2002 APBD

4. Variabel Perda

9 Peraturan Produk Hukum Daerah Analisis Perda Perda, SK Kepala Daerah Kabupaten Kota (Pajak dan Retribusi)

B. FAKTOR KONDISI SOSPOL 1. Variabel Keamanan

10 Gangguan Keamanan terhadap Data Primer Persepsi Dunia Usaha dan

Dunia Usaha

11 Gangguan Keamanan terhadap Data Primer Persepsi Dunia Usaha dan

Masyarakat

12 Kecepatan Aparat Data Primer Persepsi Dunia Usaha dan

Menanggulangi Gangguan Keamanan 2. Variabel Sospol

13 Partisipasi Masyarakat Data Primer Persepsi Dunia Usaha dan

14 Potensi Konflik di masyarakat Data Primer Persepsi Dunia Usaha dan

15 Stabilitas Politik Data Primer Persepsi Dunia Usaha dan

16 Intensitas Unjuk Rasa Data Primer Persepsi Dunia Usaha dan

3. Variabel Budaya Masyarakat

17 Keterbukaan Masyarakat terhadap Data Primer Persepsi Dunia Usaha dan

Dunia Usaha

18 Non Diskriminasi (Perlakuan yang sama Data Primer Persepsi Dunia Usaha dan terhadap semua orang tanpa melihat

perbedaan yang ada)

19 Adat Istiadat Masyarakat Daerah Data Primer Persepsi Dunia Usaha dan

20 Etos Kerja Masyarakat Daerah Data Primer Persepsi Dunia Usaha dan

C. FAKTOR EKONOMI DAERAH 1. Variabel Potensi Ekonomi

21 PDRB Perkapita Data Sekunder PDRB Perkapita Kabupaten / Kota Th. 2001

22 Laju Pertumbuhan PDRB Data Sekunder PDRB Kabupaten / Kota atas Dasar Harga

Konstan Tahun 1996 s/d 2001 23 IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Data Sekunder IPM Kabupaten / Kota Tahun 2002 2. Variabel Struktur Ekonomi

24 Nilai Tambah Sektor Primer Data Sekunder PDRB Kabupaten / Kota Atas Dasar Harga

Berlaku Tahun 2001

25 Nilai Tambah Sektor Sekunder Data Sekunder PDRB Kabupaten / Kota Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2001

26 Nilai Tambah Sektor Tersier Data Sekunder PDRB Kabupaten / Kota Atas Dasar Harga

NO. FAKTOR - VARIABEL - INDIKATOR JENIS DATA SUMBER DATA D. FAKTOR KETENAGAKERJAAN

1. Variabel Ketersedaiaan Tenaga Kerja

27 Rasio Jumlah Penduduk Usia Produktif Data Sekunder BPS Pusat : Susenas Kor Tahun 2002 terhadap Jumlah Penduduk

28 Rasio Jumlah Tenaga Kerja Berpengalaman Data Sekunder BPS Pusat : Susenas Kor Tahun 2002 dengann pendidikan SLTP terhadap Jumlah

Tenaga Kerja

29 Rasio Penduduk Pencari Kerja Terhadap Data Sekunder BPS Pusat : Susenas Kor Tahun 2002 Jumlah Angkatan Kerja

2. Variabel Biaya Tenaga Kerja

30 UMP/UMK Data Sekunder APINDO : Daftar UMP dan UMK Daerah Di

Indonesia Tahun 2003

31 Rasio Upah Yang Diterima Pekerja Data Sekunder BPS Pusat : Susenasker Kor 2002 terhadap IHK

3. Varibabel Produktivitas dan Kualitas Tenaga Kerja

32 Produktivitas (Rasio Nilai Tambah Data Sekunder BPS Pusat dan Daerah : PDRB Atas Harga

Sektor Manufaktur terhadap Jumlah Konstan Th. 2001, Susenasker Kor Th. 2001

Tenaga Kerja Manufaktur) E. FAKTOR INFRASTRUKTUR 1. Variabel Ketersediaan Infrastruktur

33 Ketersediaan Jalan Data Primer & Data Primer : Persepsi Pelaku Usaha ;

Sekunder Data Sekunder : BPS Daerah / BPS Pusat : Daerah Kabupaten/Kota dan Propinsi Dalam Angka

34 Ketersediaan Pelabuhan Laut Data Primer & Data Primer : Persepsi Pelaku Usaha ; Sekunder Data Sekunder : BPS Daerah / BPS Pusat :

Daerah Kab./Kota dan Propinsi Dalam Angka 35 Ketersediaan Pelabuhan Udara Data Primer & Data Primer : Persepsi Pelaku Usaha ;

Sekunder Data Sekunder : BPS Daerah / BPS Pusat : Daerah Kab./Kota dan Propinsi Dalam Angka 36 Ketersediaan Saluran (sambungan) Telpon Data Primer & Data Primer : Persepsi Pelaku Usaha ;

Sekunder Data Sekunder : BPS Daerah / BPS Pusat : Daerah Kab./Kota dan Propinsi Dalam Angka 37 Ketersediaan Saluran (sambungan) Listrik Data Primer & Data Primer : Persepsi Pelaku Usaha ;

Sekunder Data Sekunder : BPS Daerah / BPS Pusat : Daerah Kab./Kota dan Propinsi Dalam Angka 2. Variabel Kualitas Infrastruktur

38 Kualitas Jalan Data Primer & Data Primer : Persepsi Pelaku Usaha ;

Sekunder Data Sekunder : BPS Daerah / BPS Pusat : Daerah Kab./Kota dan Propinsi Dalam Angka 39 Akses & Tipe Pelabuhan Laut Data Primer & Data Primer : Persepsi Pelaku Usaha ;

Sekunder Data Sekunder : BPS Daerah / BPS Pusat : Daerah Kab./Kota dan Propinsi Dalam Angka 40 Akses & Tipe Pelabuhan Udara Data Primer & Data Primer : Persepsi Pelaku Usaha ;

Sekunder Data Sekunder : BPS Daerah / BPS Pusat : Daerah Kab./Kota dan Propinsi Dalam Angka 41 Kualitas Sambungan Telpon Data Primer & Data Primer : Persepsi Pelaku Usaha ;

Sekunder Data Sekunder : BPS Daerah / BPS Pusat : Daerah Kab./Kota dan Propinsi Dalam Angka 42 Kualitas Suplai Listrik Data Primer & Data Primer : Persepsi Pelaku Usaha ;

Sekunder Data Sekunder : BPS Daerah / BPS Pusat : Daerah Kab./Kota dan Propinsi Dalam Angka

Lampiran 4. Faktor, Variabel, dan Indikator, Intensitas Pemeringkatan

Lampiran 4.1 Daftar Faktor, Variabel, dan Indikator Pemeringkatan

A. FAKTOR KELEMBAGAAN 1. Variabel Kepastian Hukum

1 Konsistensi Peraturan yang Mengatur Kegiatan Usaha 2 Penegakan Hukum

3 Pungli di luar Birokrasi terhadap Kegiatan Usaha

4 Hubungan Eksekutif - Legislatif 2. Variabel Aparatur dan Pelayanan 5 Birokrasi Pelayanan terhadap

Dunia Usaha

6 Penyalahgunaan Wewenang 3. Variabel Keuangan Daerah

7 Struktur Pungutan oleh Pemerintah Daerah terhadap Dunia Usaha

8 Komitmen Pemerintah Daerah dalam Penyediaan Sarana Pendukung Kegiatan Usaha

4. Variabel Perda

9 Peraturan Produk Hukum Daerah (Pajak dan Retribusi)

B. FAKTOR KONDISI SOSPOL 1. Variabel Keamanan

10 Gangguan Keamanan terhadap Aktivitas Dunia Usaha

11 Gangguan Keamanan terhadap Masyarakat Lingkungan Sekitar Tempat Kegiatan Usaha 12 Kecepatan Aparat Menanggulangi

Gangguan Keamanan

2. Variabel Sospol

13 Partisipasi Masyarakat / Dunia Usaha dalam Perumusan

NO. VARIABEL - INDIKATORFAKTOR - KETERANGAN UKURAN DAN DATAYANG DIGUNAKAN

Mengukur kepastian, kejelasan, dan konsistensi pemberlakuan peraturan daerah dan kebijakan lainnya yang mengartur kehidupan berusaha. Mengukur kepastian hukum seperti perlindungan atas pelaksanaan kontrak kerja dan hak kepemilikan, konsistensi keputusan peradilan, terutama yang berkaitan dengan dunia usaha. Melihat penanganan yang dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap berbagai praktik-praktik pungutan ilegal yang dilakukan oleh orang, kelompok orang/ masyarakat di luar birokrasi, yang mengganggu kegiatan usaha.

Melihat hambatan yang ditimbulkan oleh kondisi hubungan antara DPRD dan Pemda

Mengukur kemudahan pelayanan birokrasi dan profesionalisme aparat pemda dalam melakukan pelayanan terhadap dunia usaha.

Mengukur distorsi perilaku aparat pemda dalam melakukan pelayanan terhadap dunia usaha. Untuk melihat struktur berbagai pungutan yang berlaku di daerah, khususnya pajak dan retribusi daerah.

Mengukur komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk mendukung kegiatan usaha, yang tercermin dari pengalokasian dana untuk anggaran pembangunan.

Mengukur kualitas kebijakan / produk hukum yang dibuat oleh pemerintah daerah (Perda, SK Bupati/ Wali Kota dan Sebagainya) khususnya yang berkaitan dengan dunia usaha. Beberapa aspek yang dinilai dari peraturan / kebijakan daerah tersebut adalah aspek yuridis, filosofi, subtansi, maupun prinsip dan dampak yang mungkin ditimbulkan dari pemberlakuan produk hukum tersebut. Beberapa hal yang dilihat adalah peraturan yang berkaitan dengan pelayanan, pungutan, penetapan harga, ketenagakerjaan dan sebagainya.

Mengukur hambatan kegiatan usaha yang ditimbulkan oleh gangguan keamanan terhadap aktivitas usaha.

Mengukur hambatan keamanan dan rasa aman masyarakat di lingkungan kegiatan usaha. Mengukur kualitas aparat keamanan dalam menangani gangguan keamanan / ketertiban umum, serta jaminan dan perlindungan keamanan yang dapat diberikan oleh aparat keamanan di daerah. Mengukur keterbukaan birokrasi terhadap partisipasi masyarakat / dunia usaha dalam

Persepsi Dunia Usaha

Persepsi Dunia Usaha

Persepsi Dunia Usaha

Persepsi Dunia Usaha

Persepsi Dunia Usaha

Persepsi Dunia Usaha

Rasio Penerimaan Retribusi terhadap Pajak dalam APBD Kabupaten/Kota

Rasio Anggaran Pembangun-an terhadap APBD Kabupaten /Kota

Analisis Tingkat Keber-masalahan Perda Daerah Kabupaten/ Kota

Persepsi Dunia Usaha

Persepsi Dunia Usaha

Persepsi Dunia Usaha

Kebijakan Pemerintah Daerah

14 Potensi Konflik di masyarakat

15 Stabilitas Politik 16 Intensitas Unjuk Rasa

3. Variabel Budaya Masyarakat 17 Keterbukaan Masyarakat

ter-hadap Dunia Usaha

18 Perilaku Masyarakat yang Non Diskriminasi

19 Adat Istiadat Masyarakat Daerah

20 Etos Kerja Masyarakat Daerah

C. FAKTOR EKONOMI DAERAH 1. Variabel Potensi Ekonomi

21 Daya Beli Masyarakat 22 Pertumbuhan Ekonomi Daerah

23 Kesejahteraan dan Produktivitas Masyarakat

2. Variabel Struktur Ekonomi 24 Nilai Tambah Sektor Primer

25 Nilai Tambah Sektor Sekunder

26 Nilai Tambah Sektor Tersier

D. FAKTOR KETENAGAKERJAAN 27 Ketersediaan Tenaga Kerja Usia

Produktif

28 Ketersediaan Tenaga Kerja Berpengalaman Berpendidikan Minimal SLTP

NO. VARIABEL - INDIKATORFAKTOR - KETERANGAN UKURAN DAN DATAYANG DIGUNAKAN

perumusan kebijakan yang menyangkut kepentingannya (dunia usaha). Mengukur keterbukaan / peluang masyarakat untuk ikut mengawasi pelaksanaan kebijakan.

Mengukur potensi hambatan dalam kegiatan usaha yang ditimbulkan oleh konflik sosial di lingkungan usaha.

Mengukur hambatan dalam kegiatan usaha yang ditimbulkan oleh konflik politik yang ada di daerah. Mengukur intensitas kegiatan unjuk rasa yang dapat menghambat / mengganggu kelancaran kegiatan usaha.

Mengukur daya dukung masyarakat terhadap kegiatan usaha dilihat dari penerimaan masyarakat terhadap keberadaan kegiatan usaha, masuknya investasi dari luar daerah dan para pendatang yang melakukan kegiatan usaha / bekerja di daerahnya. Mengukur daya dukung masyarakat sekitar tempat usaha dilihat dari perlakuannya terhadap orang lain dari luar secara sama tanpa melihat perbedaan yang ada(suku, agama, ras, gender dan sebagainya) Melihat daya dukung nilai-nilai dan adat-istiadat yang berkembang di masyarakat yang mendukung produktivitas.

Mengukur daya dukung penduduk, masyarkat, pelaku usaha, dan pekerja di daerah yang menunjukkan etos kerja dan semangat kerja keras dan dapat bersaing secara sehat.

Mengukur tingkat kesejahteraaan dilihat dari penghasilan rata-rata masyarakat.

Melihat potensi ekonomi daerah dari proyeksi perkembangan atau petumbuhan perekonomian di daerah.

Mengukur kesejahteraan dan produktivitas, kualitas hidup penduduk di daerah.

Untuk melihat struktur perekonomian daerah dan yang berbasis pada SDA

Mengukur struktur perekonomian daerah yang sudah terbiasa dalam kegiatan ekonomi produktif, dan industrialisasi.

Mengukur Kemampuaan Jasa Lembaga Keuangan dalam perekonomian daerah.

Mengukur besarnya penduduk usia produktif yang dibutuhkan sebagai tenaga kerja pada kegiatan usaha.

Mengukur ketersediaan tenaga kerja yang sudah berpengalaman sebagai tenaga kerja pada sektor kegiatan usaha secara formal.

Persepsi Dunia Usaha

Persepsi Dunia Usaha Persepsi Dunia Usaha

Persepsi Dunia Usaha

Persepsi Dunia Usaha

Persepsi Dunia Usaha

Persepsi Dunia Usaha

PDRB Perkapita Kabupaten/ Kota

Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten / Kota tahun 1996 s/d 2001

IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Nilai Tambah Sektor Primer (Rasio PDRB Sektor Primer diluar Pertanian Pangan terhadap total PDRB) Nilai Tambah Sektor Sekunder (Rasio PDRB Sektor Sekunder terhadap total PDRB)

Nilai Tambah Sektor Tersier (Rasio PDRB Sektor Tersier terhadap total PDRB)

Rasio Jumlah Penduduk Usia Produktif terhadap Jumlah Penduduk Daerah Kab./ Kota Rasio Jumlah Tenaga Kerja Berpendidikan SLTP terhadap Jumlah Tenaga Kerja di 1. Variabel Ketersedaiaan Tenaga Kerja

NO. VARIABEL - INDIKATORFAKTOR - KETERANGAN UKURAN DAN DATAYANG DIGUNAKAN

Mengukur ketersediaan pencari kerja untuk mengisi lapangan pekerjaan yang dibutuhkan oleh dunia usaha.

Mengukur tingkat kompensasi untuk pekerja secara keseluruhan berdasarkan aturan formal sebagai biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha.

Mengukur biaya tenaga kerja berdasarkan sektor-sektor usaha yang sesungguhnya akan dikeluarkan oleh pengusaha.

Mengukur Produktivitas pekerja sektor manufaktur.

Mengukur Ketersediaan Infrastruktur untuk Transportasi Darat

Mengukur Ketersediaan Infrastruktur Transportasi Laut

Mengukut Ketersediaan Infrastruktur Transportasi Udara.

Mengukur Ketersediaan Sarana Komunikasi.

Mengukur Ketersediaan Listrik untuk Sebagai sumber Energi untuk Aktivitas Usaha.

Mengukur kualitas infrastruktur fisik yang tersedia di daerah, sebagai penunjang kegitan usaha.

Mengukur kemudahan akses, kelancaran, dan kapasitas sarana transportasi laut, sebagai penunjang kegitan usaha.

Mengukur kemudahan dan kelancaran sarana transpotrasi udara yang tersedia di daerah untuk mempermudah aktivitas bisnis / usaha.

Mengukur kualitas kelancaran sarana komunikasi di daerah

Mengukur kualitas sumber energi sarana pendukung kegiatan usaha.

Kabupaten/Kota

Rasio Penduduk Pencari Kerja Terhadap Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten / Kota Rasio Upah Minimum Propinsi atau Kabupaten terhadap IHK Rasio Upah Yang Diterima Pekerja terhadap IHK

Rasio Nilai Tambah PDRB Sektor Manufaktur terhadap Jumlah Tenaga Kerja Manufaktur

Rasio Panjang Jalan Yang ada di Kabupaten/Kota terhadap Luas Wilayah, Persepsi Pelaku Usaha Keberadaan atau Jarak dengan Pelabuhan Laut (Km), Persepsi Pelaku Usaha Keberadaan atau Jarak dengan Pelabuhan Udara (Km), Persepsi Pelaku Usaha Jumlah Sambungan Telpon Perkapita dan Persepsi Pelaku Usaha

Produksi Listrik / KWH listrik yang tersedia dan Persepsi Pelaku Usaha

Rasio Pajang Jalan dengan kualitas baik terhadap total panjang jalan, Persepsi Pelaku Usaha

Tipe dan Kapasitas Pelabuhan Laut serta Rata-rata Pembe-rangkatan Kapal Per-minggu, Persepsi Pelaku Usaha Tipe Pelabuhan Udara dan Rata-rata Penerbangan Pesawat Perminggu, Persepsi Pelaku Usaha

Persepsi Pelaku Usaha, Daerah Kabupaten/Kota dan Propinsi Dalam Angka Persepsi Pelaku Usaha, Daerah Kabupaten/Kota dan Propinsi Dalam Angka 29 Ketersediaan Tenaga Kerja

Pencari Kerja

2. Variabel Biaya Tenaga Kerja 30 Biaya Tenaga Kerja berdasarkan

Aturan Formal

31 Biaya Tenaga Kerja Aktual

32 Produktivitas Tenaga Kerja

E. FAKTOR INFRASTRUKTUR 1. Variabel Ketersediaan Infrastruktur

33 Ketersediaan Jalan

34 Ketersediaan Pelabuhan Laut

35 Ketersediaan Pelabuhan Udara

36 Ketersediaan Saluran (sambung-an) Telpon

37 Ketersediaan Saluran (sambung-an) Listrik

2. Variabel Kualitas Infrastruktur 38 Kualitas Jalan

39 Akses & Tipe Pelabuhan Laut

40 Akses & Tipe Pelabuhan Udara

41 Kualitas Sambungan Telpon

42 Kualitas Suplai Listrik

Dalam dokumen TIM PENELITI Research Team (Halaman 138-143)

Dokumen terkait