• Tidak ada hasil yang ditemukan

Responden 1

Nama : Hendy Guntur Saputra

Nama KAP : KAP Benny, Tony, Frans & Daniel Lama bekerja : 1 tahun

Hasil wawancara :

Seperti apa prosedur audit yang Anda lakukan selama ini?

 Karena saya masih junior auditor, maka yang menerima klien adalah partner atau pimpinan kami. Jadi, langkah awalnya adalah partner kami melakukan survey terhadap calon klien untuk memahami bisnis calon klien tersebut, apa dan seperti apa bisnis yang dijalankan. Kemudian akan dapat ditentukan, apakah kami memerlukan jasa spesialis atau tidak. Semisal bisnis klien kami adalah di bidang batu bara, tentu kami tidak bisa menilai proses persediaannya seperti apa. Oleh karena itu kami memerlukan jasa spesialis, yaitu orang yang mengerti mengenai bisnis batu bara tersebut. Selain dari sisi klien, pimpinan juga menilai aspek kompeten kami, mulai dari manajer, senior, hingga junior auditor, apakah kami mampu dan kompeten untuk mengaudit bisnis klien tersebut. Apabila kami dirasa kompeten, maka klien tersebut akan diterima, dan selanjutnya kami akan melayangkan proposal ke calon klien. Kemudian, ketika proposal kami sudah ditandatangani dan

disetujui oleh klien, maka kami akan melakukan penerimaan perikatan yang berisi bermacam-macam perjanjian dalam bekerja nantinya.

Apakah semua item sampel dalam pengujian penting untuk diuji?

 Item mengenai materialitas, akan kami uji semua. OJK menetapkan tingkat materialitas adalah 5% dari total aset. Semisal total aset klien adalah 10.000 rupiah, berarti 5% dari jumlah aset tersebut adalah 500 rupiah, maka semua transaksi yang mengandung nilai 500 rupiah harus kami uji semuanya. Transaksi secara keseluruhan tidak selalu kami uji semuanya, karena kami memakai random sampling. Tapi menurut saya, semua item tersebut penting untuk diuji.

Bagaimana cara Anda merancang pengujian substantif?

 Pengujian ini kami lakukan dengan meminta ledger, buku-buku kas, atau buku-buku bank dari klien, yang kemudian akan kami cocokan dengan transaksi-transaksi yang klien lakukan atau jurnal-jurnal yang telah dibuat. Seberapa pentingkah prosedur analitik dalam prosedur audit?

 Prosedur analitik ini bisa dilakukan dan bisa tidak dilakukan, berdasarkan arahan dari senior kami. Misalnya saja, kami mengaudit suatu rumah sakit. Ada pasien yang masuk pada tanggal 25 Desember, dan keluar pada tanggal 7 Januari. Berdasarkan pengalaman, ada rumah sakit yang menggunakan

cash basis, sehingga transaksi tersebut diperlakukan sebagai akun kas pada

hingga 31 Desember masuk ke pendapatan tahun sebelumnya. Untuk kasus-kasus seperti ini, biasanya senior kami sudah tanggap, jadi ketika supervisi, kami sudah diberikan arahan, ke pos-pos apa saja kami harus fokus. Maka menurut saya, prosedur analitik ini bisa dilakukan dan bisa tidak dilakukan. Pekerjaan auditor tentu berkaitan erat dengan tekanan waktu dan anggaran. Seberapa besar tekanan yang Anda alami atau rasakan ketika bekerja?

 Kalau saya pribadi lebih ke tekanan dalam pengumpulan bukti audit. Saya merasa kesulitan dalam melakukan konfirmasi, terutama ke customer klien dan supplier klien. Customer ataupun supplier ini belum tentu bersedia memberikan jawaban atas konfirmasi yang kami kirimkan, padahal kami harus mendapatkannya. Apabila kami tidak berhasil mendapatkannya, maka biasanya akan kami kualifikasi.

Kemudian bagaimana usaha Anda untuk mendapatkan penjelasan atau keterangan yang kuat dan lengkap dari klien?

 Misalnya saya akan meneliti mengenai piutang, maka langkah awalnya adalah saya butuh semua data mengenai customer klien. Setelah semua data

customer saya dapatkan, maka saya akan mengirimkan konfirmasi satu

persatu pada semua customer. Konfimasi ini ada tiga bentuk, yaitu konfirmasi positif, negatif, dan blank confirmation. Kami selalu mempergunakan konfirmasi positif, jadi benar atau tidak, konfimasi dari kami harus selalu dijawab, karena itu dapat digunakan juga sebagai bukti audit apabila kami diperiksa oleh menteri keuangan. Untuk konfirmasi

negatif, customer hanya perlu menjawab apabila konfirmasi yang kami kirimkan salah. Sedangkan untuk blank confirmation, customer harus menjawab konfirmasi kami.

Apabila konfirmasi tersebut tidak ditanggapi, apa yang Anda lakukan?

 Apabila bukti melalui konfirmasi tersebut tidak kami dapatkan, maka kami akan menghubungi klien. Kami akan menghimbau klien untuk menghubungi

customer tersebut, agar segera membalas konfirmasi yang kami kirimkan

tersebut. Apabila hal ini tidak dapat klien lakukan, maka piutang klien tersebut akan kami kualifikasi, yaitu pada pos piutang akan kami tulis opini wajar dengan pengecualian. Hal ini dilakukan karena kami tidak bisa mendapat bukti yang jelas mengenai piutang tersebut, dan karena mungkin saja perusahaan tersebut fiktif. Karena kami mengaudit laporan keuangan saja, dan bukan audit investigasi atau forensik, maka kami tidak akan meneliti apakah bukti tersebut asli atau tidak. Kami hanya perlu mencari bukti yang sudah terdapat stempel dan tanda tangan atas nama direktur, serta sudah diketahui oleh bagian akuntansi.

Ada berapa klien yang Anda tangani selama satu periode audit?  Dalam satu tahun, saya bisa mengerjakan 12-15 klien.

Bagaimana cara Anda membagi waktu untuk pekerjaan audit dengan klien-klien yang berbeda tersebut?

 Setelah survey ke lapangan, biasanya kami akan mambagi tim. Setelah itu kami akan bekerja mencari dan menguji bukti-bukti audit. Misalnya saja pada bulan Januari. Tidak semua klien ditangani pada bulan Januari, namun akan dibagi-bagi. Ada dua klien untuk Januari, dan dua klien lain akan dikerjakan pada bulan Februari, jadi kami “cicil”. Kami selalu bekerja dalam tim. Ketika

deadline waktu sudah dekat, misalnya hanya tersisa satu atau dua minggu,

maka agar dapat bekerja cepat, kami akan membagi-bagi lagi kerja kami. Misalnya A mendapat tugas untuk menguji neraca bagian aktiva, B mendapat tugas menguji neraca bagian passiva, C harus menguji laporan laba rugi, dan D ditugaskan menguji laporan arus kas. Lain halnya apabila deadline masih dalam jangka waktu yang cukup lama, maka pekerjaan yang dibagi-bagi tadi dapat dikerjakan oleh satu orang saja.

Bagaimana cara Anda mengevaluasi prinsip akuntansi klien?

 Ada dua opsi yang klien gunakan, yaitu menggunakan ETAP atau IFRS. ETAP biasanya digunakan oleh klien yang perusahaannya bukan kepemilikan publik, yang dimiliki oleh kurang dari 300 orang pemegang saham, sedangkan ketika jumlah pemegang saham klien adalah lebih dari 300 orang, maka klien harus menggunakan IFRS.

Adakah prosedur audit yang menurut Anda wajar untuk tidak dilakukan?

 Menurut saya itu conditional. Ada yang bisa saja tidak perlu dilakukan. Seperti yang sudah saya jelaskan tadi, dalam kasus klien rumah sakit. Pengujian prosedur analitik tidak akan kami lakukan ketika kami sudah tau sejak awal bahwa ada kesalahan pencatatan.

Apa yang Anda lakukan ketika menemukan jumlah rupiah akun dalam pos tertentu yang meragukan?

 Biasanya kami melakukan analisis vertikal dan horizontal, yaitu kami lihat laporan keuangan tahun sebelumnya, apakah perubahan yang terjadi pada jumlah rupiah itu wajar atau tidak. Misalnya saja rata-rata industri berada di kisaran 30%. Ketika pada tahun tersebut pendapatan klien lebih dari 30%, maka akan kami telusuri lebih dalam lagi. Kami akan “bongkar” lagi, kejadian istimewa apa saja yang terjadi selama tahun tersebut sehingga jumlah pendapatan klien bisa meningkat.

Apabila rata-rata industri tetap pada kisaran angka yang stabil, apakah Anda tetap menguji semua jumlah rupiah dalam akun-akun tersebut tanpa kecuali?

 Ya, akan tetap kami uji. Namun akan kami ambil material, dan untuk yang lain akan kami gunakan random sampling.

Apakah Anda sering merasakan banyak hambatan ketika bekerja?

 Ya, sering. Terutama apabila berhadapan dengan pos persediaan dan apabila saya harus melakukan konfirmasi. Misalnya kami mengaudit pada bulan

Oktober yang sudah mendekati akhir tahun. Saya merasakan kesulitan untuk menarik mundur kejadian-kejadian atau transaksi-transaksi yang terjadi, karena sudah terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama. Kami bisa saja menarik mundur dari buku persediaan, namun akurasinya tidak dapat terjamin. Maka akan muncul kesulitan, dimana saya harus mengeluarkan kualifikasi, sedangkan klien tidak akan bersedia untuk dikualifikasi.

Responden 2

Nama : Winarno

Nama KAP : KAP Drs. Tahrir Hidayat

Lama bekerja : 5 tahun Hasil wawancara :

Seperti apa prosedur audit yang Anda lakukan selama ini?

 Pertama-tama kami akan membuat program audit, yaitu apa saja yang akan dilakukan selama bekerja. Misalnya, kami akan terjun ke lapangan untuk meneliti stock opname, maka kami akan membuat prosedur untuk stock

opname. Kami harus meminta daftar persediaan klien, kemudian akan kami

cocokkan pada persediaan yang ada di bagian akuntansi, selanjutnya kami akan melihat stock fisik. Untuk hari berikutnya, misalnya kami akan meneliti

cash opname. Kami akan membuat blanko cash opname, karena meneliti kas

ini akan kami lakukan dengan cara mendadak, yaitu kami akan datang dan memerintahkan agar kas ditutup. Setelah penutupan, kami akan menghitungnya secara fisik, dan kemudian mencocokkannya antara catatan kasir dengan catatan fisik tersebut.

Bagaimana cara Anda me-review sebuah dokumen?

 Untuk me-review dokumen, kami akan meminta dokumen pendukungnya, kemudian kami akan cocokkan dengan bukti fisik kasnya. Seperti misalnya

mengenai pembelian barang. Kami akan memeriksa pembayarannya seperti apa, dokumen perjalanannya seperti apa, siapa yang menandatangani barang-barang ketika masuk ke gudang. Surat jalan akan masuk ke gudang dan tagihannya akan masuk ke bagian akuntansi, dari situ akan kami cek kecocokannya.

Bagaimana cara Anda menggali penjelasan dari klien, sehingga penjelasan klien tersebut valid dan kuat?

 Cara secara teoritis tidak bisa saya jelaskan. Itu tergantung dari seberapa pintar seorang auditor berbicara untuk meminta keterangan. Kami biasanya mempunyai feeling seorang pemeriksa. Jadi apabila kami menemukan sebuah kejanggalan, tidak akan kami tanyakan secara langsung. Kami harus mengorek informasi secara perlahan-lahan, yang akan mendorong klien untuk memberikan penjelasan yang kami ingin dapatkan.

Bagaimana cara Anda menentukan materialitas dari sebuah laporan keuangan?  Materialitas ini dapat dilihat dari beberapa segi. Kami bisa menggunakan

presentase, yaitu presentase omset atau presentase aset. Angka presentasenya akan kami buat sendiri, karena apabila perusahaan semakin besar, tingkat materialitasnya akan cenderung semakin besar pula. Jadi, tingkat materialitas ini akan berbeda-beda untuk masing-masing klien, dan bergantung pada kebijakan pemeriksa.

Bagaimana cara Anda mengevaluasi prinsip akuntansi?

 Kami akan melihat terlebih dahulu, prinsip akuntansi apa yang digunakan oleh klien, karena saat ini ada dua SAK yang berlaku, yaitu ETAP dan umum. Kami akan lihat apa orientasi klien, ETAP biasanya digunakan untuk perusahaan non-publik. Setelah mengetahui prinsip akuntansi yang klien gunakan, maka kami akan melihat seberapa patuh klien pada prinsip akuntansi tersebut, kami juga akan meneliti pula apakah klien memahami prinsip akuntansi yang digunakan, dan dari pemahaman tersebut kami juga akan menilai bagaimana SPI atau pengendalian intern klien.

Bagaimana Anda menjalanlan pengujian substantif dan prosedur analitik?

 Saya tidak bisa menjelaskan secara teoritis. Namun, untuk pengujian substantif dan prosedur analitik biasanya kami menggunakan sampling.

Menurut Anda, apakah semua item dalam sampel penting untuk diuji?

 Kami akan melihat tingkat risiko. Seharusnya, semua item tersebut penting untuk diuji untuk melihat validitas. Misalnya untuk piutang. Konfirmasi yang kami dapatkan sebenarnya bisa kami sampling. Apabila kami merasa curiga dan ragu-ragu, baru akan kami periksa semuanya.

Bagaimana tekanan waktu dan anggaran yang Anda hadapi ketika bekerja?

 Ya, dalam bekerja kami selalu ada batasan waktu. Batasan waktu ini ada dua, selain dari klien, juga dari kantor kami sendiri. Klien biasanya memberi

batasan waktu, karena laporan audit dari kami biasanya akan digunakan untuk laporan pajak. Perusahaan perorangan biasanya harus diselesaikan paling lambat bulan Maret, dan perusahaan umum paling lambat pada bulan April. Kalau menurut saya, batasan waktu tersebut bukan merupakan tekanan, namun lebih pada disiplin kami. Jadi, kami bekerja bukan dibawah tekanan.

Responden 3

Nama : Wilibald Y.M.

Nama KAP : KAP Bayudi, Yohana, Suzy, Arie

Lama bekerja : 2 tahun Hasil wawancara :

Seperti apa prosedur audit yang Anda lakukan selama ini?

 Pertama-tama, kami akan mengenali bisnis klien terlebih dahulu. Kami akan melihat laporan keuangan klien, akun-akun apa saja yang harus kami buat

working papernya, setelah itu baru kami bagi timnya dan selanjutnya kami

buat prosedur auditnya, yaitu apa saja yang akan kami lakukan dalam proses audit.

Bagaimana cara Anda melakukan pengujian substantif?  Kami akan melihat alur dan isi dari dokumen klien.

Kemudian bagaimana cara Anda untuk me-review sebuah dokumen?

 Kami lihat dulu dokumennya, biasanya dokumen yang baik akan ada tanda tangan otoritas staff, selain itu juga harus diketahui oleh kepala bagian dan

staff yang lebih tinggi lagi. Misalnya saja untuk pembelian, harus diketahui

oleh gudang, kepala gudang, dan bagian pembelian. Pihak yang mengotorisasi pembelian tersebut juga harus jelas, misalnya dari manajer. Seperti itu biasanya untuk bagian pembelian. Akan berbeda prosesnya pada tiap bagian.

Bagaimana cara Anda menggali keterangan dari klien, sehingga keterangan tersebut kuat dan valid?

 Kekuatan dan kevalidan keterangan klien tidak hanya kami dapatkan dengan cara wawancara. Kami membutuhkan bukti fisik pula, seperti misalnya dokumen. Dokumen ini menurut saya adalah bukti kuat yang menjadi dasar kami membuat opini. Apabila bukti-bukti tersebut tidak ada, maka kami dapat menggunakan cara yang lain. Misalnya saja, kami ingin melihat mengenai pembayaran hutang. Biasanya akan ada slip setoran dari bank. Apabila bukti slip setoran itu tidak ada, maka kami bisa melihatnya dari rekening koran. Kami akan mencari dalam rekening koran, apakah ada transaksi pembayaran hutang pada tanggal sekian untuk pihak tertentu. Jadi walaupun tidak ada bukti slip setoran, kami bisa mencari bukti yang lain melalui rekening koran tersebut.

Apakah Anda hanya selalu mencari bukti dokumen? Bagaimana dengan wawancara atau meminta keterangan langsung kepada klien?

 Cara itu juga bisa dilakukan. Namun, apabila kami ingin mencari bukti dari keterangan klien, pertama-tama kami harus memiliki bukti yang kuat. Jadi ketika kami hendak menanyakan bukti yang tidak ada, maka kami juga harus memaparkan apa saja yang telah kami kerjakan sehingga dapat menyimpulkan bahwa bukti tersebut tidak dapat diperoleh. Apabila kami sudah melakukan berbagai cara penyelidikan, misalnya hingga menelusur invoice-invoice pembelian yang ada, dan bukti yang mendukung mengenai pembayaran

hutang tetap tidak ditemukan, kami dapat melaporkannya kepada manajer. Kami akan melaporkan bahwa ada suatu kasus atau temuan audit. Manajer kemudian harus dapat mempertanggunjawabkan perannya. Apabila diperlukan, kami kemudian dapat pula meminta keterangan kepada bagian yang lebih tinggi lagi. Seperti itulah prosesnya.

Bagaimana cara Anda meneliti prinsip akuntansi klien?

 Kami akan melihat bagaimana perusahaan melakukan pencatatan. Akuntan perusahaan bertugas untuk me-record transaksi-transaksi, maka akuntansi inilah yang merupakan gerbang akhir dari perusahaan. Kami akan melihat dan meneliti proses pencatatannya, dan meminta akuntan klien untuk dapat mempertanggungjawabkan pembukuannya. Apakah pencatatan telah dikerjakan dengan benar, apakah sebuah transaksi didukung bukti-bukti yang sesuai, dan sebagainya. Apabila terdapat ketidaksesuaian, maka kami akan me-review ulang.

Apa yang Anda lakukan ketika jumlah rupiah dalam akun terlihat meragukan?  Saya jelaskan dengan menggunakan contoh saja. Misalnya dalam laporan

keuangan terdapat akun gaji dibayar dimuka. Logika yang ada adalah gaji tersebut akan dibayar diawal, kemudian akan diamortisasi setiap bulannya. Tentu saja akun ini terlihat mencurigakan. Kecurigaan akan dapat bertambah ketika muncul akun lain, yaitu hutang gaji. Yang kami lakukan selanjutnya adalah kami akan melakukan konfirmasi kepada pihak akuntan atau manajer. Setelah diselidiki, ternyata kedua akun tersebut untuk mencatat aktualisasi

pembayaran gaji. Gaji telah dibebankan di awal, namun bagian akuntan tidak mengetahui secara pasti berapa pembebanan gaji untuk setiap bagian.

Bagaimana jika keterangan atau penjelasan klien tidak dapat meyakinkan Anda? Apakah klien pernah berbohong atau menutupi keadaan perusahaan yang sebenarnya?

 Kalau berbohong saya rasa tidak. Yang sering saya temui adalah penjelasan klien hanya dirasa tidak masuk akal, atau tidak cukup kuat untuk meyakinkan saya. Penjelasan klien harus dapat dilogika, baik secara akuntansi, maupun logika alur kejadian yang terjadi di perusahaan. Apabila tidak sesuai dengan logika akuntansi, maka tidak akan kami terima. Misalnya saja, klien banyak memberi alasan mengenai ketidakadaan suatu bukti. Kami tidak dapat menerimanya karena sebuah bukti biasanya dapat menjadi bukti pendukung untuk transaksi lain. Satu bukti saja tidak ada, akan berpotensi menjadi temuan yang material. Hal ini juga berkaitan dengan tanggung jawab seorang pemimipin. Kami akan bertindak tegas dan tidak akan menolelir alasan yang tidak masuk akal, karena kami akan lebih percaya dengan bukti fisik atau penjelasan yang menurut kami masuk akal.

Menurut Anda, apakah semua item dalam sampel penting untuk diuji? Apakah terdapat prosedur yang menurut Anda wajar untuk tidak dilakukan?

 Biasanya ada TOC atau test of control. Dalam melihat alur dokumen-dokumen yang ada, kami akan melakukan ke salah satu dokumen saja. Misalnya saja mengenai invoice pembelian, kami akan melihat alur mulai dari awal hingga

dilakukan pencatatan. Apabila TOC salah satu alur tersebut dirasa sudah baik alurnya, maka kami tidak perlu melakukan prosedur-prosedur yang lain. Ketika dalam TOC terlihat ada suatu bagian yang terhenti, atau tidak wajar, maka kami akan cukup fokus pada temuan tersebut saja. Atau bisa saja, klien sendiri yang meminta kami untuk fokus pada bagian tertentu. Misalnya, klien mengeluh mengenai bagian gudang yang selalu terjadi selisih antara pencatatan dengan kondisi fisik di gudang. Maka kami akan meneliti prosedurnya dan melihat potensi ketidakwajaran tersebut. Jadi, apakah semua item tersebut perlu diuji, menurut saya itu tergantung pada kondisi klien. Ada juga prosedur yang masuk akal untuk tidak dilakukan. Itu juga tergantung pada kondisi klien. Seperti misalnya ketika kami sudah mendapat bukti tertentu, kami bisa saja tidak meneruskan prosedur audit tersebut hingga selesai.

Bagaimana cara Anda membagi waktu untuk beberapa klien dalam satu periode audit?

 Misalnya ada dua klien yang harus saya kerjakan dalam waktu yang hampir bersamaan. Saya akan fokus dulu ke klien A sambil saya “mencicil” sedikit demi sedikit tugas saya di klien B. Kami selalu memiliki koordinator untuk setiap klien, maka kami juga mematuhi arahan dari koordinator kami.

Seberapa sering Anda merasakan tekanan ketika bekerja?

 Ya, tentu saja sering. Pekerjaan audit adalah pekerjaan dengan batas waktu yang sangat singkat, biasanya hanya sekitar satu bulan, dan itu harus selesai. Oleh karena itu setiap saat kami selalu berlomba dengan waktu.

Apakah Anda merasa bahwa tekanan waktu tersebut adalah hambatan?

 Kalau menurut saya pribadi, hal-hal semacam itu bukanlah sebuah hambatan, namun lebih ke tantangan, bagaimana caranya saya dapat mengatur waktu dengan baik. Ketika sekali saja saya atau kami memiliki time management yang buruk, maka akan berdampak pada tim kami dan juga pada klien. Klien pasti akan menegur kami karena tidak dapat menyelesaikannya tepat waktu. Klien akan menegur partner kami, dan dari partner akan turun ke senior, kemudian pasti akan sampai ke junior pula, sehingga semuanya akan merasakan stress, dan tekanan yang lebih besar akan dirasakan oleh junior-junior auditor. Oleh karena itu, menurut saya, time management yang baik adalah hal yang sangat penting dimiliki seorang auditor. Melalui pekerjaan audit ini pula saya belajar banyak hal. Selain mendapat ilmu, yaitu saya bisa belajar bermacam-macam laporan keuangan perusahaan, saya juga belajar untuk mengontrol waktu dan mengendalikan emosi.

Apakah ada hambatan lain yang Anda rasakan ketika bekerja? Baik secara internal maupun eksternal?

 Hambatan biasanya berasal dari diri saya sendiri. Saya pikir adalah hal yang manusiawi ketika seseorang merasa malas dan jenuh bekerja. Ketika terjadi seperti itu, biasanya saya akan istirahat sebentar untuk menghilangkan lelah dan jenuh karena melihat angka-angka terus menerus di laptop. Kalau hambatan dari klien, saya rasa tidak ada, karena disini klien yang membutuhkan jasa kami, maka biasanya klien akan selalu membantu kami untuk menyediakan informasi-informasi yang kami butuhkan.

Responden 4

Nama : Rani Rahma

Nama KAP : KAP Darsono & Budi Cahyo Santoso

Lama bekerja : 5 tahun Hasil wawancara :

Seperti apa prosedur audit yang Anda lakukan selama ini?

Dokumen terkait