SIMPULAN DAN SARAN
2. Lampiran data Pengujian Teknik Pengendalian pada Bibit Sengon Umur Satu bulan
Tabel 4 Keparahan penyakit antraknosa bibit sengon pada berbagai perlakuan pengendalian
Perlakuan Waktu Pengamatan Keterangan
M1 M2 M3 M4 M5 M6
Tanpa
Perlakuan 100 ± 0.00a* 100 ± 0.00a 100 ± 0.00a 100 ± 0.00a 100 ± 0.00a 100 ± 0.00a Mati
CV 100 ± 0.00a 100 ± 0.00a 100 ± 0.00a 100 ± 0.00a 100 ± 0.00a 100 ± 0.00a Mati
Fungisida 0.00 ± 0.00b 0.00 ± 0.00b 0.00 ± 0.00b 0.00 ± 0.00b 0.00 ± 0.00b 0.00 ± 0.00b Hidup PHT 10.00 ± 31.62b 10.00 ± 31.62b 10.00 ± 31.62b 10.00 ± 31.62b 10.00 ± 31.62b 10.00 ± 31.62b Mati
* Angka yang diikuti huruf dan kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (uji selang ganda Duncan 5%)
Tabel 5 Rata-rata tinggi bibit sengon pada berbagai perlakuan pengendalian (cm)
Perlakuan Waktu Pengamatan Keterangan
M1 M2 M3 M4 M5 M6
Tanpa Perlakuan - - - Mati
Perusahaan - - - Mati
Fungisida 9.85 ± 2.49a* 11.85 ± 2.82a 12.93 ± 2.85a 14.53 ± 3.09a 16.34 ± 3.43a 18.01 ± 3.60a Hidup PHT 12.44 ± 2.49a 13.04 ± 2.89a 13.60 ± 3.28a 14.57 ± 3.43a 13.84 ± 3.02a 14.58 ± 4.72a Hidup
* Angka yang diikuti huruf dan kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (uji selang ganda Duncan 5%)
27 Tabel 6 Rata-rata diameter batang bibit sengon pada berbagai perlakuan pengendalian (cm)
Perlakuan Waktu Pengamatan Keterangan
M1 M2 M3 M4 M5 M6
Tanpa Perlakuan - - - Mati
Perusahaan - - - Mati
Fungisida 0.24 ± 0.03a* 0.26 ± 0.03a 0.28 ± 0.04a 0.32 ± 0.04a 0.34 ± 0.04a 0.36 ± 0.04a Hidup PHT 0.24 ± 0.02a 0.25 ± 0.02a 0.28 ± 0.03a 0.31 ± 0.03a 0.32 ± 0.05a 0.34 ± 0.06a Hidup
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mengkirau, Riau pada tanggal 20 Maret 1990. Penulis merupakan putra kedua dari 4 bersaudara pasangan Bapak Sugimin Sarju dan Ibu Nurmi. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 038 Mengkirau, Riau pada tahun 2002. Pada tahun 2005, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Teluk Belitung, Riau. Pada tahun 2008, penulis menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Teluk Belitung, Riau. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studinya di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan, yaitu Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Riau Bogor (2008-sekarang), Rumpun Keluarga Pelajar Mahasiswa Bengkalis (2008-sekarang), Organic Farming (2009-sekarang), Biro Perwakilan Angkatan (2009-2011). Pada tahun 2010, penulis magang di Lembaga Pertanian Sehat, Gapoktan Silih Asih yang berkerja sama dengan program I-MHERE B2 C IPB Desa Ciburay, Kec. Cigombong, Kab. Bogor, Prov. Jawa Barat. Pada tahun 2011, penulis magang di Balai Karantina Hewan dan Tumbuhan Surabaya. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Proteksi Tanaman (2011), asisten praktikum mata kuliah Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat (2011), asisten praktikum mata kuliah Klinik Tanaman (2012), asisten praktikum mata kuliah Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Kelapa Sawit (2012), asisten lapang safari Klinik Tanaman (2012).
2
ABSTRAK
BUSYAIRI. Pengelolaan Penyakit di Pembibitan Sengon Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen. Dibimbing oleh SURYO WIYONO.
Pengelolaan penyakit merupakan aspek penting dalam menentukan keberhasilan suatu produksi bibit sengon. Namun, informasi dan penelitian mengenai pengelolaan penyakit serta teknologi untuk pengendalian penyakit di pembibitan sengon masih terbatas. Penelitian ini dilaksanakan untuk inventarisasi penyakit-penyakit di pembibitan sengon; memperoleh informasi tentang pengendalian penyakit di pembibitan sengon; meneliti dan menguji beberapa teknik pengendalian penyakit di pembibitan sengon. Penelitian dilakukan dengan pengamatan, wawancara, pengujian beberapa teknik pengendalian penyakit, dan pemeriksaan di Laboratorium. Teknik pengendalian penyakit terdiri dari : pengujian dua spesies Trichoderma spp. (T. hamatum dan T. pseudokoningii) untuk mengendalikan penyakit rebah kecambah, perlakuan bibit sengon umur satu bulan dan enam bulan untuk mengendalikan penyakit antraknosa. Hama dan penyakit yang ditemukan di pembibitan sengon milik CV. PMA (Parama Mulya Abadi) Desa Logending, Kec. Ayah, Kab. Kebumen adalah ulat penjalin daun, kutu putih, dan penyakit antraknosa. Penyakit penting di pembibitan sengon milik CV. PMA adalah penyakit antraknosa disebabkan oleh patogen Colletothtrichum gloeosporioides. Pengujian beberapa teknik pengendalian di pembibitan sengon didapatkan hasil bahwa, penggunaan dua spesies Trichoderma spp. tidak efektif dalam menekan penyakit antraknosa. Perlakuan kombinasi antara pupuk mikro, khamir antagonis, dan pemotongan bagian tanaman yang sakit efektif dalam menekan keparahan penyakit antraknosa pada bibit sengon umur satu bulan dan enam bulan. Faktor yang menyebabkan tingginya penyakit antraknosa di pembibitan sengon disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : lemahnya fungsi kelembagaan, penggunaan teknologi yang tidak tepat, curah hujan yang tinggi, kelembaban yang tinggi, dan minimnya kapasitas sumber daya manusia.
ABSTRACT
BUSYAIRI. Disease Management of Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen Nursery. Supervised by Suryo Wiyono
Disease management is the important aspect in determining the success of P. falcataria nursery. In the other hand, the information on disease management and technology to control disease P. falcataria nursery was limited. This study was conducted to disease inventory, to obtain information on technique for controlling disease in nursery of P. falcataria and to test of several control techniques. The study was conducted by observing, interviewing, testing several techniques of disease control, and laboratory examination. Disease control techniques consist of : tested two species of Trichoderma spp.to control damping- off disease, seed treatment on one and six months P. falcataria seedling to control the antrachnose disease. The pest and disease was founded at P. falcataria nursery which owned by CV. PMA (Parama Mulya Abadi) Desa Logending, Kec. Ayah, Kab. Kebumen is leaf-folder caterpillar, mealbug, and antrachnose disease. The Important disease in nurseries owned by CV. PMA was anthracnose caused by Colletothtrichum gloeosporioides. The tested of several techniques in P. falcataria nursery showed that the used of two species Trichoderma spp. was not effective to suppress antrachnose disease. Combination of micro fertilizer, yeast antagonists, and sanitation treatment were effective in suppressing the severity of antrachnose disease on one and six month old P. falcataria seedlings. The high intensity of antrachnose disease in nursery caused by several factors; weak of organisation fuction, unprecise used of technologies, high rainfall density, high moisture, and lack of valified human resources.
Key words : Trichoderma spp., Colletothtrichum gloeosporioides, IPM, Paraserianthes falcataria.
9
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sengon (Paraserianthes falcataria) merupakan salah satu tanaman kehutanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi sebagai penghasil kayu untuk peti kemas, kayu lapis, papan lamina, pulp dan kertas, serta kayu pertukangan atau bangunan (Mulyana dan Asmarahman 2012). Pada saat ini, komoditas tanaman sengon telah banyak dibudidayakan di beberapa wilayah seperti Ciamis, Tasikmalaya, Banjar (Jawa Barat), Temanggung, Banyumas, Pasuruan dan Kediri. Tanaman sengon banyak digunakan sebagai tanaman penghijauan dikarenakan tajuk tanaman sengon menyerupai payung dengan daun yang tidak terlalu lebat (daun berwarna hijau berfungsi sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida), memiliki akar tunggang yang cukup kuat untuk menembus ke dalam tanah (Sumarno 2012).
Salah satu faktor pembatas di dalam produksi tanaman sengon adanya hama dan penyakit. Hama pada tanaman sengon terdiri dari hama utama dan hama sekunder. Hama utama, yaitu hama yang dapat menyebabkan kerusakan nyata sehingga dapat menurunkan produksi dalam jumlah yang besar dan kehilangan hasil secara ekonomi yang tinggi. Tipe hama ini biasanya bersifat deskruktif dan efek yang ditimbulkan sangat cepat, seperti kematian pohon. Contoh hama utama pada tanaman sengon yaitu : Xystrocera festiva, Zeuzera sp., Pteroma sp., Inderbela sp., Captotermes sp., dan beberapa spesies uret. Hama sekunder, merupakan hama yang menimbulkan kerusakan dan tidak sampai merugikan secara ekonomis. Populasinya dapat ditekan oleh musuh alami. Contoh hama sekunder pada tanaman sengon yaitu : Eurema sp., Hyposidra sp., dan Pseudococcus sp.
Penyakit pada tanaman sengon dapat dikelompokan pada beberapa fase tanaman yaitu : fase persemaian, pembibitan, dan fase lapangan. Penyakit yang banyak menyerang pada fase persemaian dan pembibitan adalah karat puru dan rebah kecambah. Penyakit rebah kecambah (damping off) disebabkan oleh beberapa cendawan patogen berupa: Pythium spp., Fusarium spp., Botryodiplodia spp. dan Rhizoctonia spp. (Suharti 1972). Menurut Rahayu (1999), faktor penyebab terjadinya penyakit rebah kecambah disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : medium persemaian terlalu lembab, kandungan bahan organik tinggi, pH medium sangat masam, benih dibenamkan terlalu dalam, naungan berlebihan, sirkulasi udara tidak lancar dan mutu benih rendah.
Menurut Semangun (2001), serangan patogen rebah kecambah pada tanaman muda dapat berupa : (1) pre-emergence damping-off (serangan terjadi pada benih yang baru berkecambah dan belum muncul ke permukaan tanah, sehingga biji menjadi lunak atau busuk). (2) post-emergence damping-off (patogen menyerang bibit yang telah berkecambah dan muncul di atas permukaan, sehingga bibit menjadi rebah atau lodoh). Menurut Old (2006), penyakit rebah kecambah banyak menyerang pada daerah tropis dan subtropis seperti : Indonesia,
vii Malaysia, India, dan Australia. Adapun kisaran inang penyakit rebah kecambah di pembibitan pada tanaman tropik dan subtropik yaitu : Acacia spp., Eucalyptus spp., Albizia lebbek, Azadirachta indica, Paraserianthes falcataria, Melia azedarach, Ceiba pentandra, Lagerstroemia speciosa, Cupaniopsis anarcardiopsis.
Peningkatan luasan penanaman tanaman sengon, akan berdampak terhadap peningkatan permintaan terhadap bibit sengon. Akan tetapi, ketersediaan bibit sengon yang memiliki kualitas dan kuantitas bibit yang baik sangat minim, terutama bibit yang memiliki daya adaptasi terhadap perubahan lingkungan dan tahan terhadap hama dan penyakit. Pengelolaan penyakit merupakan aspek penting dalam menentukan keberhasilan suatu produksi bibit sengon. Menurut Anggraeni dan Wibowo (2009), keberhasilan pembangunan hutan tanaman dimulai dari penyediaan bibit yang dihasilkan dari persemaian. Namun, informasi dan penelitian mengenai pengelolaan penyakit serta teknologi untuk pengendalian penyakit di pembibitan sengon masih terbatas.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk inventarisasi penyakit-penyakit di pembibitan sengon; memperoleh informasi tentang pengendalian penyakit di pembibitan sengon; meneliti dan menguji beberapa teknik pengendalian penyakit di pembibitan sengon.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diperoleh informasi tentang penyakit pembibitan sengon dan pengendaliannya; menghasilkan suatu teknologi terapan baru yang dapat digunakan sebagai pengelolaan penyakit di pembibitan sengon.