• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran Teks Halaman

1. Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Pohon di Dusun Sanjan, Desa Sei Mawang, Kec. Kapuas, Kabupaten Sanggau (16 ha) .. 133 2. Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Pohon di Desa

Tanjung Ria, Kec. Sepauk, Kabupaten Sintang (3.2 ha) ……… 134 3 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Pohon di Desa

Binjai, Kec. Binjai Hulu, Kabupaten Sintang (2.4 ha) ……… 135 4 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Pohon di Desa

Telaga Satu, Kec. Binjai Hulu, Kabupaten Sintang (2.5 ha) …………... 136 5 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Pohon di Dusun

Wonoharjo, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kabupaten Sintang

(1.8 ha) ……… 137

6 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Pohon di Dusun Jatidamar, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kabupaten Sintang

(1.3 ha)………... 137

7 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Tiang di Dusun Sanjan, Desa Sei Mawang, Kec. Kapuas, Kabupaten Sanggau ……….. 137 8 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Tiang di Desa

Tanjung Ria, Kec. Sepauk, Kabupaten Sintang ……….. 138 9 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Tiang di Desa

Binjai, Kec. Binjai Hulu, Kabupaten Sintang ………. 138 10 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Tiang di Desa

Telaga Satu, Kec. Binjai Hulu, Kabupaten Sintang ……… 139 11 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Tiang di Dusun

Wonoharjo, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kabupaten Sintang . 139 12 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Tiang di Dusun

Jatidamar, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kabupaten

Sintang…... 139 13 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Pancang di Dusun

Sanjan, Desa Sei Mawang, Kec. Kapuas, Kabupaten Sanggau ……….. 140 14 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Pancang di Desa

Tanjung Ria, Kec. Sepauk, Kabupaten Sintang ……….. 141 15 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Pancang di Desa

Binjai, Kec. Binjai Hulu, Kabupaten Sintang ………. 142 16 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Pancang di Desa

Telaga Satu, Kec. Binjai Hulu, Kabupaten Sintang ……… 143 17 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Pancang di Dusun

18 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Pancang di Dusun Jatidamar, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kabupaten Sintang … 144 19 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Semai di Dusun

Sanjan, Desa Sei Mawang, Kec. Kapuas, Kabupaten Sanggau ……….. 145 20 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Semai di Desa

Tanjung Ria, Kec. Sepauk, Kabupaten Sintang ……….. 146 21 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Semai di Desa

Binjai, Kec. Binjai Hulu, Kabupaten Sintang ………. 146 22 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Semai di Desa

Telaga Satu, Kec. Binjai Hulu, Kabupaten Sintang ……… 148 23 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Semai di Dusun

Wonoharjo, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kabupaten Sintang . 148 24 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Semai di Dusun

Jatidamar, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kabupaten Sintang…. 148 25 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Semai di Taman

Nasional Bukit Baka-Bukit Raya………. 149 26 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Pancang di Taman

Nasional Bukit Baka ………... 150 27 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Tiang di Taman

Nasional Bukit Baka ………... 151 28 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang Tingkat Pohon di Taman

Nasional Bukit Baka……… 152

29 Daftar Nama Daerah, Nama Botanis dan Famili Vegetasi Agroforest

Tembawang Di Sintang Dan Sanggau Propinsi Kalimantan Barat ……. 153 30 Daftar Penghasil Hasil Hutan Bukan Kayu yang dimanfaatkan pada

Agroforest Tembawang ………... 155 31 Keluaran regresi logistic ordinal untuk melihat faktor yang

mempengaruhi persepsi masyarakat dalam membangun dan mempertahankan Agroforest Tembawang ……….. 156 32 Nilai Kayu Bulat Tingkat Pohon di TNBB ... 157 33 Nilai Kayu Bakar di TNBB ... 157 34 Valuasi Ekonomi NTFP TNBB ... 158 35 Penilaian Satwa di TNBB...……….. 159 36 Nilai Karbon Tingkat Pancang di TNBB ... 160 37 Nilai Karbon Tingkat Tiang di TNBB ……… 161 38 Nilai Karbon Tingkat Pohon di TNBB ………... 162 39 Penilaian Kayu Agroforest Tembawang Tingkat Pohon di Dusun

40 Penilaian Kayu Agroforest Tembawang Tingkat Pohon di Desa Tanjung Ria, Kec. Sepauk, Kabupaten Sintang (3.2 ha) ………. 164 41 Penilaian Kayu Agroforest Tembawang Tingkat Pohon di Desa Binjai,

Kec. Binjai Hulu, Kabupaten Sintang (2.4 ha) ………... 164 42 Penilaian Kayu Agroforest Tembawang Tingkat Pohon di Desa Telaga

Satu,Kec. Binjai Hulu, Kabupaten Sintang (2.5 ha) ……….. 165 43 Penilaian Kayu Agroforest Tembawang Tingkat Pohon di Dusun

Wonoharjo, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kabupaten Sintang

(1.8 ha) ………. 165

44 Penilaian Kayu Agroforest Tembawang Tingkat Pohon di Dusun Jatidamar, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kabupaten Sintang

(1.3 ha) ………. 165

45 Nilai Kayu Bakar Agroforest Tembawang di Sintang dan Sanggau …... 166 46 Nilai NTFP Vegetasi Agroforest Tembawang di Dusun Sanjan, Desa

Sei Mawang, Kec. Kapuas,Kabupaten Sanggau (16 ha) ……… 167 47 Nilai NTFP Agroforest Tembawang di Desa Tanjung Ria, Kec.

Sepauk, Kabupaten Sintang (3.2 ha) ………... 168 48 Analisis Vegetasi Agroforest Tembawang di Desa Binjai, Kec. Binjai

Hulu, Kabupaten Sintang (2.4 ha) ………... 168 49 Nilai NTFP Agroforest Tembawang di Desa Telaga Satu, Kec. Binjai

Hulu, Kabupaten Sintang (2.5ha) ……… 169 50 Nilai NTFP Agroforest Tembawang di Dusun Wonoharjo, Desa

Mensiap Baru, Kec. Tempunak,Kabupaten Sintang (1.8 ha) …………. 169 51 Nilai NTFP Agroforest Tembawang di Dusun Jatidamar, Desa Mensiap

Baru, Kec. Tempunak,Kabupaten Sintang (1.3 ha) ……… 170 52 Nilai Karbon Stock Agroforest Tembawang Tingkat Pohon di Dusun

Sanjan,Desa Sei Mawang, Kec. Kapuas, Kabupaten Sanggau (16 ha) ... 171 53 Nilai Karbon Stock Agroforest Tembawang Tingkat Pohon di Desa

Tanjung Ria, Kec. Sepauk, Kabupaten Sintang (3.2 ha) ………. 174 54 Nilai Karbon Stock Agroforest Tembawang Tingkat Pohon di Desa

Binjai,Kec. Binjai Hulu, Kabupaten Sintang (2.4 ha) ………... 175 55 Nilai Karbon Stock Agroforest Tembawang Tingkat Pohon di Desa

Telaga Satu, Kec. Binjai Hulu, Kabupaten Sintang (2.5 ha) ………….. 179 56 Nilai Karbon Stock Agroforest Tembawang Tingkat Pohon di Dusun

Wonoharjo, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kabupaten Sintang

(1.8 ha) ………. 181

57 Nilai Karbon Stock Agroforest Tembawang Tingkat Pohon di Dusun Jatidamar, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kabupaten Sintang

(1.3 ha) ………. 182

59 Nilai Bukan Kayu Perkebunan Karet dan Sawit di Sintang dan Sanggau 184 60 Nilai Kayu Bakar Perkebunan Karet dan Sawit di Sintang dan Sanggau 184 61 Nilai WTP Pengurangan Erosi, Pilihan dan Keberadaan Perkebunan

Karet dan Sawit di Sintang dan Sanggau ………. 184 62 Pendugaan Biomas dan Kandungan Karbon Tanaman Karet di Sintang

dan Sanggau ………... 185 63 Daftar Nama Jenis Satwa Yang Terdapat Di Enam Lokasi Tembawang 186 64 Nilai Fauna yang teridentifikasi di Enam Tembawang………... 187 65 Keluaran Analisis Regresi : Factor yang mempengaruhi responden

terhadap WTP Nilai Pilihan dan Nilai Keberadaan ……… 189 66 Keluaran Analisis Regresi : Factor yang mempengaruhi responden

terhadap WTP Nilai Pengurangan Erosi ……… 194 67 Kebutuhan Material dan Tenaga Kerja (HOK) Pengadaan Tanaman

pada Agroforest Tembawang Sanjan, Desa Sei Mawang, Kec Kapuas,

Kab Sanggau ………. 197

68 Kebutuhan Biaya Pengadaan Tanaman pada kawasan Agroforest Tembawang Sanjan,Desa Sei Mawang, Kec. Kapuas, Kab. Sanggau 199 69 Produksi dan Hasil Penjualan Tanaman pada kawasan Agroforest

Tembawang Sanjan, Desa Sei Mawang,Kec Kapuas, Kab. Sanggau …. 202 70 Arus Kas, Analisis Finansial, Analisis Sensitivitas, pada Agroforest

Tembawang Sanjan, Desa Sei Mawang, Kec Kapuas, Kab. Sanggau (Tingkat Suku bunga 9%) ………... 205 71 Arus Kas, Analisis Finansial, Analisis Sensitivitas, pada Agroforest

Tembawang Sanjan, Desa Sei Mawang, Kec Kapuas, Kab. Sanggau (Tingkat Suku bunga 15%) ……….. 207 72 Arus Kas, Analisis Finansial, Analisis Sensitivitas, pada Agroforest

Tembawang Sanjan, Desa Sei Mawang, Kec Kapuas, Kab. Sanggau (Tingkat Suku bunga 24%) ……….. 209 73 Kebutuhan Material dan Tenaga Kerja (HOK) Pengadaan Tanaman

pada Agroforest TembawangTanjung Ria, Kec. Sepauk, Kab. Sintang .. 211 74 Kebutuhan Biaya Pengadaan Tanaman pada kawasan Agroforest

Tembawang Tanjung Ria, Kec. Sepauk, Kab. Sintang ………... 213 75 Produksi dan Hasil Penjualan Tanaman pada kawasan Agroforest

Tembawang Tanjung Ria, Kec. Sepauk, Kab. Sintang ……… 215 76 Arus Kas, Analisis Finansial, Analisis Sensitivitas, pada Agroforest

Tembawang Tanjung Ria, Kec. Sepauk, Kab. Sintang (Tingkat Suku

Bunga 9%) ………... 217

77 Arus Kas, Analisis Finansial, Analisis Sensitivitas, pada Agroforest Tembawang Tanjung Ria, Kec. Sepauk, Kab. Sintang (Tingkat Suku

78 Arus Kas, Analisis Finansial, Analisis Sensitivitas, pada Agroforest Tembawang Tanjung Ria, Kec. Sepauk, Kab. Sintang (Tingkat Suku

Bunga 24%) ………. 221

79 Kebutuhan Material dan Tenaga Kerja (HOK) Pengadaan Tanaman pada AgroforestTembawang Binjai, Kec. Binjai Hulu, Kab. Sintang … 223 80 Kebutuhan Biaya Pengadaan Tanaman pada kawasan Agroforest

Tembawang Binjai, Kec. Binjai Hulu, Kab. Sintang ………... 225 81 Produksi dan Hasil Penjualan Tanaman pada kawasan Agroforest

Tembawang Binjai, Kec. Binjai Hulu, Kab. Sintang ……….. 227 82 Arus Kas, Analisis Finansial, Analisis Sensitivitas, pada Agroforest

Tembawang Binjai, Kec. Binjai Hulu, Kab. Sintang (Tingkat Suku

Bunga 9%) ………... 230

83 Arus Kas, Analisis Finansial, Analisis Sensitivitas, pada Agroforest Tembawang Binjai, Kec. Binjai Hulu, Kab. Sintang (Tingkat Suku

Bunga 15%) ………. 232

84 Arus Kas, Analisis Finansial, Analisis Sensitivitas, pada Agroforest Tembawang Binjai, Kec. Binjai Hulu, Kab. Sintang (Tingkat Suku

Bunga 24%) ………. 234

85 Kebutuhan Material dan Tenaga Kerja (HOK) Pengadaan Tanaman pada Agroforest Tembawang Telaga Satu, Kec. Binjai Hulu, Kab.

Sintang ……… 236

86 Kebutuhan Biaya Pengadaan Tanaman pada kawasan Agroforest Tembawang Telaga Satu,Kec. Binjai Hulu, Kab. Sintang ……….. 238 87 Produksi dan Hasil Penjualan Tanaman pada kawasan Agroforest

Tembawang Telaga Satu, Kec. Binjai Hulu, Kab. Sintang ………. 240 88 Arus Kas, Analisis Finansial, Analisis Sensitivitas, pada Agroforest

Tembawang Telaga Satu, Kec. Binjai Hulu, Kab. Sintang (Tingkat

suku Bunga 9%) ……….. 242

89 Arus Kas, Analisis Finansial, Analisis Sensitivitas, pada Agroforest Tembawang Telaga Satu, Kec. Binjai Hulu, Kab. Sintang (Tingkat suku Bunga 15%) ………. 244 90 Arus Kas, Analisis Finansial, Analisis Sensitivitas, pada Agroforest

Tembawang Telaga Satu, Kec. Binjai Hulu, Kab. Sintang (Tingkat suku Bunga 24%) ………. 246 91 Kebutuhan Material dan Tenaga Kerja (HOK) Pengadaan Tanaman

pada Agroforest Tembawang Jatidamar, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kab. Sintang ………. 248 92 Kebutuhan Biaya Pengadaan Tanaman pada kawasan Agroforest

Tembawang Jatidamar, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kab.

Sintang ………. 250

Tembawang Jatidamar, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kab. Sintang ……… 94 Arus Kas, Analisis Finansial, Analisis Sensitivitas, pada Agroforest

Tembawang Jatidamar, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kab. Sintang (Tingkat Suku Bunga 9%) ………. 254 95 Arus Kas, Analisis Finansial, Analisis Sensitivitas, pada Agroforest

Tembawang Jatidamar, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kab. Sintang (Tingkat Suku Bunga 15%) ………... 256 96 Arus Kas, Analisis Finansial, Analisis Sensitivitas, pada Agroforest

Tembawang Jatidamar, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kab. Sintang (Tingkat Suku Bunga 24%) ………... 258 97 Kebutuhan Material dan Tenaga Kerja (HOK) Pengadaan Tanaman

pada Agroforest Tembawang Wonoharjo, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kab. Sintang ………. 260 98 Kebutuhan Biaya Pengadaan Tanaman pada kawasan Agroforest

Tembawang, Wonoharjo, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kab. Sintang ………... 262 99 Produksi dan Hasil Penjualan Tanaman pada kawasan Agroforest

Tembawang Wonoharjo, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kab. Sintang ………... 264 100 Arus Kas, Analisis Finansial, Analisis Sensitivitas, pada Agroforest

Tembawang Wonoharjo, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kab. Sintang (Tingkat Suku Bunga 9%) ……….. 266 101 Arus Kas, Analisis Finansial, Analisis Sensitivitas, pada Agroforest

Tembawang Wonoharjo, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kab. Sintang (Tingkat Suku Bunga 15%) ……… 268 102 Arus Kas, Analisis Finansial, Analisis Sensitivitas, pada Agroforest

Tembawang Wonoharjo, Desa Mensiap Baru, Kec. Tempunak, Kab. Sintang (Tingkat Suku Bunga 24%) ……… 270

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Alih guna lahan di wilayah Sintang dan Sanggau cukup besar yaitu adanya perubahan kawasan berhutan menjadi kawasan kebun sawit dan karet sehingga kawasan tersebut merupakan penghasil karet terbesar di Kalimantan Barat serta kedua terbesar untuk komoditas sawit. Kawasan hutan di Kabupaten Sintang mempunyai sebesar 2.163.520 ha atau 21.99% dari luas total kabupaten tersebut. Dari kawasan tersebut berdasarkan RTRW tahun 2004, pemanfaatan lahan terbagi atas 38.59% untuk pertanian lahan kering, 28.59% untuk hutan produksi terbatas (HPT), 20,65% untuk hutan lindung serta sisanya untuk hutan produksi dan taman nasional. Dari wilayah pertanian tanah kering ini terdiri dari perkebunan karet dan sawit (16,70%), buah-buahan (1,46%), ladang palawija (0,38), padi ladang (2,69%), dan sayur-sayuran (0,20%), sedangkan penggunaan lain yang berupa kebun campuran dan lahan kritis mencapai 78,58%. Dengan melihat potensi agroforestri tembawang yang berupa kebun buah dengan komoditas dominan adalah durian, rambutan, serta langsat maka luasan yang ada adalah sebesar 2.988,55 ha atau sebesar 0.36% dari pertanian lahan kering dan sebesar 0,09% jika dibandingkan dengan luas total wilayah Sintang (Tabel 1.). Sedangkan pada wilayah Sanggau (2002), luas hutan negara sebesar 110.342,00 ha atau 14.20% dan hutan rakyat sebesar 215.054,00 ha atau sebesar 27.67% dari luas total lahan. Laju alihguna lahan di wilayah Sintang berdasarkan data BPS tahun 1999-2004 didapatkan nilai sebesar 4.546,44 ha/tahun atau sebesar 0,14% dari luasan total kawasan hutan. Sedangkan pada wilayah Sanggau, laju alih guna lahan pada hutan negara sebesar 25.697,50 ha atau 3.13% dari luas total penggunaan lahan. Dari informasi BPS (1999-2002) juga didapat kecenderungan yang positif dengan adanya kenaikan luas hutan rakyat sebesar 23.918,50 ha atau 3.77% dari luas hutan total (Tabel 2).

Agroforestri adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat adanya alih-guna lahan yaitu penurunan kesuburan tanah, banjir, kekeringan, kepunahan flora fauna, dan perubahan iklim global serta sekaligus juga untuk mengatasi masalah pangan.

Agroforestri ini mengandung arti sebagai istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasi tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bamboo, dll) dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada (Lundgren dan Raintree, 1982 dalam ICRAF, 2003).

Sebagaimana pemanfaatan lahan lainnya, agroforestri dikembangkan untuk memberi manfaat kepada manusia atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agroforestri diharapkan dapat memecahkan berbagai masalah pengembangan pedesaan dan seringkali sifatnya mendesak. Agroforestri utamanya diharapkan dapat membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat. Sistem berkelanjutan ini dicirikan antara lain oleh tidak adanya penurunan produksi tanaman dari waktu ke waktu dan tidak adanya pencemaran lingkungan. Kondisi tersebut merupakan refleksi dari adanya konservasi sumber daya alam yang optimal oleh sistem penggunaan lahan yang diadopsi.

Dalam mewujudkan sasaran ini, agroforestri diharapkan lebih banyak memanfaatkan tenaga ataupun sumber daya sendiri (internal) dibandingkan sumber-sumber dari luar. Di samping itu agroforestri diharapkan dapat meningkatkan daya dukung ekologi manusia, khususnya di daerah pedesaan. Tujuan tersebut diharapkan dapat dicapai dengan cara mengoptimalkan interaksi positif antara berbagai komponen penyusunnya (pohon, produksi tanaman pertanian, ternak/hewan) atau interaksi antara komponen-komponen tersebut dengan lingkungannya. Dalam kaitan ini ada beberapa keunggulan agroforestri

dibandingkan sistem penggunaan lahan lainnya (Hairiah dkk,2003), yaitu dalam hal produktivitas, diversitas, kemandirian, dan stabilitas.

Dengan melihat pentingnya pembangunan Agroforestry ini dan memperkuat argumentasi dari sisi nilai suatu sistem agroforestry dengan komponen penyusunnya maka dibuat pendekatan penilaian sumberdaya hutan. Penilaian sumberdaya hutan ini terkait dengan nilai guna (Use Value), baik nilai guna langsung yang berupa hasil hutan kayu dan non kayu (flora-fauna dan air), maupun nilai guna tak langsung berupa jasa lingkungan (hidrologi, karbon, pencegah banjir, rekreasi), serta nilai pilihan (option), nilai keberadaan (existance), dan nilai warisan.

Pendekatan penilaian ini sangat tergantung pada metode yang digunakan peneliti serta kelengkapan kuesioner untuk menjaring nilai-nilai ekonomi dengan berbagai pendekatan yaitu harga pasar (market value approaches), pasar pengganti (surrogate market approaches), dan pasar simulasi (simulated market approaches) (Australian Gov.Publish Serv, 1995). Penilaian ini juga dipengaruhi faktor individu responden berupa tingkat sosial, pendidikan, pendapatan, usia, dll. Pendekatan lainnya adalah untuk menjawab kelayakan ekonomi dan finansial dari pengusahaan agroforestri melalui parameter NPV, BCR, dan IRR. Dengan melihat kelayakan ini maka akan didapat pola pengusahaan agroforest yang tepat. Pendekatan keragaman jenis dengan penilaian ekonomi total (TEV) diharapkan juga mampu memperlihatkan hubungan kedua sehingga peneliti dan pemerintah dapat mengambil kebijakan yang sesuai dalam pengembangan agroforest ke depan.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah berdasarkan aspek penilaian ekonomi total agroforest memuat permasalahan pokok yaitu :

a. Bagaimana keanekaragaman vegetasi agroforest tembawang.

b. Berapa valuasi ekonomi total agroforest tembawang Sintang dan Sanggau, Propinsi Kalimantan Barat.

c. Bagaimana kelayakan finansial tembawang pada keanekaragaman komplek dibandingkan dengan tembawang sederhana

d. Bagaimana hubungan keanekaragaman jenis dalam agroforest tembawang dengan nilai TEV diperoleh .

e. Bagaimana hubungan kompatibilitas tegakan agroforest tembawang dengan nilai TEV yang diperoleh.

f. Bagaimana faktor-faktor dominan internal responden yang mempengaruhi persepsi masyarakat dalam mempertahankan dan membangun agroforest tembawang

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

a. Melakukan valuasi ekonomi Tembawang di Kabupaten Sintang dan Sanggau, Propinsi Kalimantan Barat.

b. Menganalisis kelayakan finansial agroforest Tembawang.

c. Mengetahui hubungan keanekaragaman jenis dalam Agroforest Tembawang dengan nilai ekonomi total (TEV)

d. Mengetahui hubungan kompatibilitas tegakan tembawang dengan nilai ekonomi total (TEV).

Sedangkan tujuan penunjang terdiri dari :

a. Menganalisis keanekaragaman vegetasi Agroforest Tembawang

b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat dalam mempertahankan dan membangun Agroforest Tembawang.

Kerangka Pemikiran

Kerangka penelitian ini merupakan kolaborasi dari permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai. Kerangka ini merupakan penggabungan empat tujuan utama, dua tujuan penunjang serta analisis yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian. Secara sederhana kerangka penilaian agroforest tembawang dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti, praktisi, dan pengambil keputusan/regulator untuk melakukan perhitungan atau pengukuran penilaian ekonomi pembangunan agroforest tembawang serta sebagai alternatif untuk memperluas dan mengelola agroforest sebagai salah satu sumberdaya hutan yang berkelanjutan yang mampu mengatasi permasalahan lahan kritis.

Hutan Rakyat Degradasi Tutupan Kawasan Hutan

Regional dan Nasional Usaha Pemulihan Kawasan Berhutan

Reforestasi Penghijauan Agroforestri

Pemerintah Masyarakat Hutan Tanaman Pengembalian Fungsi-Fungsi Hutan Mengetahui Valuasi Ekonomi Total (TEV) Agroforest Tembawang Nilai Keanekaragaman Agroforest Tembawang

Nilai Guna : Log, NTFP, Kayu Bakar, Karbon stock, Erosi

Nilai Bukan Guna : Pilihan dan Keberadaan Menganalisis Hubungan Keanekaragaman

spesies dan TEV

Menganalisis Hubungan Kompatibilitas Tegakan tembawang dan TEV Menganalisis Kelayakan Finansial dan Sensitivitas Persepsi Masyarakat thd Tembawang

Kelayakan Ekonomi dan Struktur Horizontal Agroforest Tembawang yang dapat dikembangkan

sebagai Alternatif Pengelolaan Lahan Kritis

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penilaian Ekonomi Agroforest Tembawang di Kalimantan Barat

TINJAUAN PUSTAKA

Agroforestri Di Indonesia

Agroforestry atau sering diindonesiakan menjadi ‘wanatani’ atau ‘agroforestri’ hanyalah sebuah istilah kolektif (collective term) dari berbagai bentuk pemanfaatan lahan terpadu (kehutanan, pertanian, dan/atau peternakan) yang ada di berbagai tempat di belahan bumi, tidak terkecuali yang dapat dijumpai di negara-negara berkembang wilayah tropis sebagaimana di Indonesia. Pemanfaatan lahan tersebut secara tradisional telah dikembangkan/dipelihara oleh masyarakat lokal (local communities) atau diperkenalkan dalam tiga dasawarsa terakhir ini oleh berbagai pihak, baik instansi pemerintah (instansi sektoral seperti Departemen Kehutanan, Departemen Pertanian beserta dinas-dinas terkaitnya), lembaga penelitian (nasional dan internasional), perguruan tinggi, ataupun lembaga swadaya masyarakat (LSM)/organisasi non-pemerintah (nongovernmental organizations). Di lapangan bentuk-bentuk agroforestri tersebut dapat diklasifikasikan ataupun ditinjau dari berbagai pola kombinasi elemen-elemen yang menyusunnya. Sedangkan beberapa ciri penting agroforestri yang dikemukakan Lundgren dan Raintree, 1982) yaitu :

a. Agroforestri biasanya tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih (tanaman dan /atau hewan. Paling tidak satu diantaranya tumbuhan berkayu

b. Siklus sistem agroforestri selalu lebih dari satu tahun.

c. Ada interaksi (ekonomi dan ekologi) antara tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu.

d. Selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product), misalnya pakan ternak, kayu bakar, buah-buahan, dan obat-obatan.

e. Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa (service function), misalnya pelindung angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga menjadi pusat berkumpulnya keluarga / masyarakat.

f. Untuk sistem pertanian masukan rendah di daerah tropis, agorestri tergantung pada penggunaan dan manipulasi biomassa tanaman terutama dengan mengoptimalkan penggunaan sisa panen.

Sistem Agroforestri

Menurut De Foresta dan Michon (1997) dalam ICRAF(2003), agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan sistem agroforestri kompleks (secara skematis disajikan pada Gambar 2).

Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian di mana pepohonan ditanam secara tumpangsari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar.

Jenis-jenis pohon yang ditanam sangat beragam, bisa yang bernilai ekonomi tinggi (kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao, nangka, melinjo, petai, jati, mahoni) atau bernilai ekonomi rendah (dadap, lamtoro, kaliandra). Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan (padi gogo, jagung, kedelai, kacang-kacangan, ubikayu), sayuran, rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya.

2.1. Klasifikasi Agroforestri

Gambar 2. Sistem Agroforestri dalam Penggunaan Lahan

Sistem agroforestri yang paling sederhanapun secara biologis (struktur dan fungsi) maupun ekonomis jauh lebih kompleks dibandingkan sistem budidaya monokultur.

Bentuk agroforestri sederhana yang paling banyak dijumpai di Jawa adalah tumpangsari (Bratamihardja, 1991 dalam ICRAF,2003) atau taungya yang dikembangkan dalam rangka program perhutanan sosial dari PT Perhutani. Petani diberi ijin menanam tanaman pangan di antara pohon-pohon jati muda dan hasilnya untuk petani, sedangkan semua pohon jati tetap menjadi milik PT Perhutani.

Bila pohon telah dewasa, terjadi naungan dari pohon, sehingga tidak ada lagi pemaduan dengan tanaman semusim. Jenis pohon yang ditanam adalah yang menghasilkan kayu bahan bangunan (timber) saja, sehingga akhirnya terjadi perubahan pola tanam dari sistem tumpangsari menjadi perkebunan jati monokultur. Sistem sederhana tersebut sering menjadi penciri umum pada pertanian komersial (Siregar, 1990 dalam ICRAF,2003).

Bentuk agroforestri sederhana ini juga bisa dijumpai pada sistem pertanian tradisional. Pada daerah yang kurang padat penduduknya, bentuk ini timbul sebagai salah satu upaya petani dalam mengintensifkan penggunaan lahan karena adanya kendala alam, misalnya tanah rawa. Sebagai contoh, kelapa ditanam secara tumpangsari dengan padi sawah di tanah rawa di pantai Sumatera.

Perpaduan pohon dengan tanaman semusim ini juga banyak ditemui di daerah berpenduduk padat, seperti pohon-pohon randu yang ditanam pada

Dokumen terkait