• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Upaya peningkatan budaya ilmiah guru melalui pengambilan keputusan konsultatif

Untuk meningkatakan budaya ilmiah guru melalui pengambilan keputusan konsultatif diperlukan upaya-upaya. Keterbukaan serta kepedulian hendaknya dimiliki kepala sekolah sebagai pemimpin merupakan orang yang turut menentukan budaya ilmiah. Pentingnya diwujudkan hubungan kekeluargaan dan menjadi lebih terbuka tentang apa yang guru rasakan sehubungan dengan pekerjaannya sebagai guru menjadi masukan dan dorongan untuk mewujudkan budaya ilmiah dengan cara jika guru mengalami kesulitan dalam pekerjaannya, bisa langsung sharing kepada rekan guru yang lain atau juga kepada kepala sekolah untuk mencarikan solusi alternatif untuk masalah yang sedang dihadapinya. Dengan demikian, pengambilan keputusan konsultatif berarti menunjukkan hal yang penting untuk ditingkatkan lagi untuk meningkatkan budaya ilmiah guru.

5. Upaya peningkatan budaya ilmiah guru melalui kepemimpinan teori sifat

Untuk meningkatakan budaya ilmiah guru melalui kepemimpinan teori sifat diperlukan upaya-upaya. Kelima indikator dari kepemimpinan teori sifat harus diupayakan terlaksana dengan baik dengan cara pemberian kesempatan kepada guru untuk mengembangkan diri dan kemampuannya dan lewat upaya menjalin relasi dan diskusi secara ilmiah sehingga para guru merasa sebagai bagian dari keseluruhan cita-cita pendidikan di sekolahnya merupakan upaya yang berkaitan dengan keterbukaan. Kepala sekolah yang memiliki sifat ekstraversion tinggi akan ekstrover mampu bersosialisasi, bertanggungjawab, dan umumnya lebih tegas dan

sangat mendukung kekreatifan termasuk budaya ilmiah. Guru juga perlu diberikan fasilitas untuk mengikuti seminar atau lokakarya untuk peningkatan kompetensinya. Para guru tidak ingin diperlakukan sebagai pihak luar dan mereka ingin dihargai dan mendapat dukungan dari seluruh warga sekolah khususnya kepala sekolah untuk berprestasi dan berpartisipasi aktif dalam usaha memajukan sekolah. Dengan demikian, akan timbul budaya ilmiah yang tinggi bagi guru.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi, maka ada beberapa saran yang perlu dikemukakan:

1. Kepala sekolah sebelum mengambil keputusan perlu mempertimbangkan banyak hal dengan melibatkan para guru, sehingga hasil keputusan yang diambil menunjukkan mekanisme yang terprogram dan terencana, tanggap terhadap persoalan, mempunyai perencanaan yang baik, termasuk dalam pembuatan struktur organisasi dan mempunyai sistem dan prosedur yang merupakan bagian dari upaya meningkatkan komitmen afektif guru. Pengambilan keputusan konsultatif dengan dasar sifat-sifat kepemimpinan yang baik akan membangun budaya ilmiah dan selanjutnya komitmen afektif guru akan semakin meningkat pula

2. Disarankan kepada guru, sebaiknya perlu bersama-sama meningkatkan budaya ilmiah. Hal ini dapat dilakukan dengan aktif dalam berbagai kegiatan ilmiah, misalnya melaksanakan penelitian tindakan kelas, mengikuti(seminar, lokakarya, workshop), meningkatkan kegemaran membaca, dan mengasah kemampuan menulis dan publikasi ilmiah.

128

3. Disarankan sebaiknya Dinas Pendidikan membangun budaya ilmiah dan komitmen afektif secara terus menerus kepada guru, mempunyai komitmen dan melaksanakannya secara konsisten. Misalnya dengan memperhatikan sifat-sifat yang baik dari calon kepala sekolah, dan bagi guru yang memiliki komitmen afektif diberi penghargaan dengan menaikkan jabatan atau kenaikan pangkat otomatis, agar guru tersebut tetap menunjukkan komitmen afektif yang semakin baik. Kepala sekolah, sebaiknya memperhatikan komitmen afektif dan budaya ilmiah dalam kenaikan pangkat guru. Guru yang tidak memiliki budaya ilmiah dan komitmen afektif dan budaya ilmiah yang baik sebaiknya diberi sanksi untuk tidak naik pangkat.

4. Disarankan kepada peneliti lain yaitu supaya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan penelitian tentang bagaimana meningkatkan komitmen afektif guru di luar variabel pengambilan keputusan konsultatif, kepemimpinan teori sifat, dan budaya ilmiah.

_________2010 .Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

_________2011 . Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta

______________ 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Baedhowi.2008. Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Peningkatan Profesionalisme Guru.Jakarta: Khazanah Pendidikan.

Bass, B.M., 1960, Leadership, Psychology and Organizational Behavior, New York: Harper and Brothers,

Bennis, W.G. and Nanus, B., 1985, Leaders: The Strategies for Taking Charge, New York: Harper and Row.

Bryman, A., 1992, Charisma and Leadership in Organizations, London: Sage. Burns, J.M., 1978, Leadership, New York: Harper and Row.

Danim, Sudarwan. (2002). Innovasi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia.

Depdiknas, 2003.Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003.Indramayu Depdiknas, 2004. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia.

Depdiknas, 2008. Penilaian Kinerja Guru. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan.

Fiedler, F.E., 1967, A Theory of Leadership Effectiveness, New York: McGraw-Hill. French, J. and Raven, B., 1967, 'The basis of social power', in D. Cartwright and A.

Zander (eds.), Group

Gary Yukl, State, 2009, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Edisi Kelima, USA: University of New York

Juniman ,2009.Hubungan Antara Komitmen Organisasi dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru. Tesis. Medan: PPs Unimed.

130

Lumban Gaol, Masdiana, 2010. Pengaruh Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja, dan Pengendalian Sress terhadap Komitmen Afektif Guru. Tesis. Medan: PPs Unimed

P.Siagian, Sondang, 1988. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta :Rineka Citra. Sagala. H.S2011. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung:

Alfabeta

Sagala. H.S dan Gultom. S. 2011 .Praktik dan Etika Pendidikan di Seluruh Wilayah NKRI. Bandung: Alfabeta.

Sagala. H.S. 2009 .Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.

Santoso.Singgih.2006. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Ofsett.

Sihotang. A. Drs. M.B.A. 2006 .Menejemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Pradnya Paramita.

Sudjana, 2005, Metode Statistika, Jakarta, tarsito .

Sukardi.2003 . Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryabrata, S. 2002. Metodologi PenelitianJakarta : Raja Grafindo Persada.

Sutisna. 1983. Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Praktek. Bandung: Angkasa.

Tarihoran, 2009.Hubungan Perilaku Kepemimpinan dan Motivasi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru. Tesis. Medan: PPs Unimed.

Thoha. Miftah.1989 .Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta

Timpe, A. Dale, 1987, The Art Science of Busines Management Leadership, New York: KEND Publishing,.

Usman, Husaini, 2009, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta , Bumi Aksara.

Wahjosumidjo.2005. Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta : Rajawali Pers.

Wau, Yasaratodo. 2012. Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif, Kemampuan Pribadi, Iklim Kerja, dan Motivasi Berprestasi terhadap Komitmen Afektif Kepala

Sekolah (Studi Empiris pada Sekolah Menengah Pertama di Pulau Nias. Disertasi. Medan : PPs Unimed.

Wijaya, C. dan Rusyan, T. 1992. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Dokumen terkait