BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Ciri-ciri Informasi
2.4 Landasan Dasar Syariah Al-Mudharabah
Secara umum landasan syariah mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadits adalah sebagai berikut :
a. Al-Qur’an
“Dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian
karunia Allah SWT ” (al-Muzzammil : 20).
Yang menjadi wajhud-dialah atau argument dari surah al-Muzammil : 20 adalah adanya kata yadhribun yang sama dengan akar kata mudharabah
yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha. b. Al-Hadits
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan
tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah saw. Dan
Rasulullah pun membolehkannya.”. (HR Thabrani).
Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga hal
yang di dalamnya terdapat keberkatan : jual beli secara tanggung muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk dijual. “ (HR Ibnu Majah no. 2280, kitab
at-Tijarah). c. Ijma
Ijma adalah semua peristiwa atau kejadian yang tidak ada dasarnya dalam al-Qur’an dan al-Hadits, peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan ibadat ghairu mahdhah (ibadat yang tidak langsung ditujukan kepada
Allah SWT) bidang mua’amalat, bidang kemasyarakatan atau semua hal
-hal yang berhubungan dengan urusan duniawi tetapi tidak ada dasarnta dalam al-Qur’an dan al-Hadits.
2.4.1 Pengertian Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharh, berarti memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelailaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. (Antonio, 2001). Sedangkan secara singkat mudharabah atau penanaman modal adalah penyerahan modal uang kepada orang yang sehingga ia mendapatkan presentase keuntungan (Ascarya, 2007).
Nasabah (Mudharib) Bank (Shahibul Maal) PROYEK / USAHA PEMBAGIAN KEUNTUNGAN MODAL Nisbah Y % Pengambilan Modal Pokok Nisbah X % PERJANJIAN BAGI HASIL MODAL 100 % KEAHLIAN / KETRAMPILAN
Gambar 2.1 Skema Mudharabah (Amalia, 2007) 2.4.2 Manfaat Mudharabah
a. Koperasi BMT akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.
b. Koperasi BMT tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha koperasi BMT sehingga KBMT tidak akan pernah mengalami negarive spread.
c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
d. KBMT akan lebih hati-hati prudent mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
e. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah atau musyarakah berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana BMT akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi (Antonio, 2001).
2.4.3 Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah merupakan pembiayaan bagi hasil dimana KJKS/UJKS/BMT sebagai pemilik dana dan anggota atau mitra penerima pembiayaan bertindak sebagai pengelola atau yang melakukan
kegiatan usaha. Pembiayaan Mudharabah ini bersifat “Trusty financing”
(kepercayaan penuh) dimana KJKS/UJKS/BMT memberi kepercayaan penuh kepada pengelola untuk menjalankan usaha berdasarkan modal
yang diberikan oleh KJKS/UJKS/BMT, KJKS/UJKS/BMT tidak ikut campur dalam pengelolaan. Maka pada transaksi dalam mudharabah memiliki rukun dan syarat dari akad mudharabah yang harus dipenuhi, (Ascarya, 2007) yaitu :
1. Pelaku akad, yaitu shahibul mal (pemodal) adalah pihak yang memiliki modal tetapi tidak bisa berbisnis, dan mudharib (pengelola) adalah pihak yang pandai berbisnis, tetapi tidak memiliki modal. 2. Objek akad, yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan keuntungan
(ribh).
3. Shighah, yaitu Ijab dan Qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad).
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi: a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh
b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.
c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian
apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
2.4.4 Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil Simpan Pinjam
Pada produk simpanan anggota penabung mendapatkan keuntungan yang besarnya tergantung kepada antara lain :
1. Besar kecilnya saldo rata-rata simpanan
2. Besar kecilnya saldo rata-rata seluruh simpanan yang ada 3. Besar kecilnya pendapatan yang dicapai oleh BMT 4. Porsi bagi hasil (nisbah) yang ditetapkan BMT
Adapun Rumus perhitungan bagi hasil simpanan adalah sebagai berikut :
Saldo rata-rata simpanan Tn/Ny A× Pendapatan KBMT × % Nisbah _______________________________
Total saldo rata - rata semua penyimpan
Yang dimaksud dengan nisbah dalam rumus ini adalah porsi atau prosentase berapa % dari pendapatan BMT yang akan dibagikan
kepada penyimpan. Pada BMT nisbah simpanan akan diatur dalam surat keputusan tersendiri dan dapat berubah sewaktu-waktu. Sedangkan bagi hasil untuk setiap anggota penyimpanan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Pendapatan Saldo rata-rata Indikasi Bulan Ybs Anggota bulan Ybs × Pendapatan Sedangkan pada perhitungan angsuran pinjaman di KBMT adalah sebagai berikut :
Jumlah Pinjaman × % margin – angsuran / bulan
Contoh :
Alexa melakukan transaksi pinjaman kepada pihak KBMT sebesar Rp.5000.000,- sebagai pinjaman nasabah. Margin 3% dan di angsur selama 5 bulan, jumlah nisbah / margin berdasarkan kesepakatan bersama (KBMT dan Nasabah), perhitungan angsuran adalah sebagai berikut :
a. Rp. 5.000.000 × 3% = Rp.150.000 b. Rp. 5.000.000 : 5 = Rp.1.000.000 c. Rp.1000.000 + Rp.150.000
Maka total angsuran nasabah yang harus dibayar = Rp.1.150.000 / bln.