• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan Hukum

Dalam dokumen LAPORAN KAJIAN EVALUASI PASCADIKLAT (Halaman 8-60)

BAB I Pendahuluan

B. Landasan Hukum

Landasan hukum kegiatan ini adalah:

1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta, jo. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950, sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1959; 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta;

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, tentang Pemerintahan Daerah; 5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000, tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Dan Pelatihan Di Lingkungan Departemen Dalam Negeri Dan Pemerintahan Daerah;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pengembangan Sistem Pendidikan Dan Pelatihan Berbasis Kompetensi Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri Dan Pemerintahan Daerah;

10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan; 11. Peraturan Daerah Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2015

tentang Kelembagaan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta;

12. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 13 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan;

13. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 71 Tahun 2015 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Badan Pendidikan dan Pelatihan.

C. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari kegiatan Kajian Evaluasi Pascadiklat Badan Pendidikan dan Pelatihan DIY ini adalah sebagai berikut.

1. Mengkaji konsep evaluasi pascadiklat dari perspektif keilmuan manajemen/administrasi pendidkan.

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016

2. Mengkaji proses pelaksanaan dan metode evaluasi pascadiklat yang telah dilakukan Badan Pendidikan dan Pelatihan DIY.

3. Merumuskan rekomendasi pedoman teknis pelaksanaan evaluasi pascadiklat Badan Pendidikan dan Pelatihan DIY.

Sasaran dari kegiatan ini adalah Badan Pendidikan dan Pelatihan DIY dan para pengelola Diklat Kepemimpinan, Diklat Prajabatan, Diklat Teknis dan Diklat Fungsional.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari kegiatan ini adalah;

1. Mengkaji konsep evaluasi pascadiklat dari perspektif keilmuan manajemen/administrasi pendidikan;

2. Mengkaji proses pelaksanaan dan metode evaluasi pascadiklat yang telah dilakukan Badan Pendidikan dan Pelatihan DIY; dan

3. Merumuskan rekomendasi pedoman teknis pelaksanaan evaluasi pascadiklat Badan Pendidikan dan Pelatihan DIY.

E. Keluaran (Output)

Keluaran (output) yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:

1. Terkajinya konsep evaluasi pascadiklat dari perspektif keilmuan manajemen/administrasi pendidikan;

2. Terkajinya proses pelaksanaan dan metode evaluasi pascadiklat yang telah dilakukan Badan Pendidikan dan Pelatihan DIY; dan

3. Terumuskannya rekomendasi pedoman teknis pelaksanaan evaluasi pascadiklat Badan Pendidikan dan Pelatihan DIY.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan laporan akhir kegiatan Kajian Evaluasi Pascadiklat Badan Pendidikan dan Pelatihan DIY adalah sebagai berikut:

1. Pendahuluan. Membahas latar belakang permasalahan mengapa dilakukan evaluasi pascadiklat, landasan hukum yang menjadi acuan pelaksanaan kegiatan, tujuan serta sasaran yang akan dicapai, serta keluaran (output) yang akan dihasilkan.

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016

2. Analisis Kajian Evaluasi Pascadiklat. Menguraikan kajian pustaka atau kerangka teoretik yang dijadikan acuan pelaksanaan kajian yang menjadi dasar dalam menentukan atau menjustifikasi proses evaluasi pascadiklat yang dilakukan. 3. Metode Kajian. Menjelaskan langkah-langkah sistematis yang dilakukan dalam

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar

1. Definisi Evaluasi

Aktivitas mengevaluasi merupakan aktivitas yang manusiawi dalam kehidupan sehari-hari. Evaluasi merupakan bagian dari keseharian kehidupan kita. Mengevaluasi dilakukan seseorang atau suatu pihak dalam bentuk justifikasi seberapa baik atau buruk suatu objek, bisa dicapai atau tidak, bermanfaat atau tidak, hampir tak pernah aktivitas itu terhenti selama kehidupannya. Di rumah mengevaluasi, di tempat pekerjaan mengevaluasi, di jalan, di dalam kendaraan, sedang berjalan, sedang duduk, sedang menontong sepak bola, menonton konser, ataupun sedang bermain bulu tangkis, aktivitas evaluasi bisa berlangsung. Kegiatan evaluasi nampaknya merupakan hal yang sangat mendasar dalam keseharian. Kita akan lebih mudah mengevaluasi suatu objek dengan cepat daripada mendeskripsikannya. Dengan kata lain, menjustifikasi (mengevaluasi) merupakan hal yang mendasar dalam kehidupan dibanding membuat dekripsi tentang suatu objek.

Walaupun mengevaluasi merupakan bagian yang alamiah dalam keseharian kita, baik pribadi ataupun profesional, justifikasi evaluatif ini tidaklah cukup. Kita cukup mafhum bahwa yang namanya evaluasi informal yang dilakukan seseorang itu sangat dipengaruhi oleh harapan dan preferensi orang tersebut. Sangat dipengaruhi oleh persepsi, asumsi, pengetahuan subjektif seseorang. Evaluasi formal seperti itu bisa menyulitkan dalam membuat keputusan karena bisa berbenturan dengan pemahaman orang lain yang mengevaluasi objek yang sama karena memiliki persepsi, asumsi, pengetahuan, bahkan keyakinan yang berbeda tentang objek yang sama. Untuk itu, diperlukan suatu evaluasi yang sistematis dan formal yang mampu menampilkan bukti-bukti empiris yang objektif yang dibutukan untuk melakukan justifikasi evaluatif. Metode yang sistematis akan mampu kalau tidak menghilangkan, mengurangi bias, sehingga akan membantu memperjelas atau mempermudah dalam memberikan pertimbangan atau keputusan.

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016

Kata “evaluasi” jika ditelusuri akar katanya, berasal dari kata “value”, nilai. Asal katanya, dari bahasa Perancis “value” dan “valoir” serta bahasa Latinnya “valére” yang artinya secara mudah diterjemahkan “kelayakan atau menilai”. Seperti dikatakan oleh Scriven (Mark dkk, 2006: 6) bahwa “Evaluation refers to

the process of determining the merit, worth, or value of something, or the product of that process”. Kemudian ditambahi oleh Lincoln dan Guba bahwa “a type of disciplined inquiry undertaken to determine the value (merit and/or worth) of some entity – the evaluated – such as a treatment, program, facility, performance, and the like – in order to improve or refine the evaluated or to assess its impact”

(1986a: 550). Nampaknya definisi terakhir ini lebih lengkap, mengungkap bahwa evaluasi merupakan suatu aktivitas penggalian ilmiah dalam menetapkan nilai (kelayakan dan kebermaknaan) suatu entitas yang dievaluasi, bisa berupa tindakan, program, fasilitas, kinerja, dan sejenisnya yang ditujukan untuk meningkatkan atau memperbaiki atau mengukur dampaknya.

Terkait dengan mengapa evaluasi penting dilakukan, penjelasannya bermula dari banyaknya permasalahan yang harus diselesaikan. Penyelesaian masalah diwujudkan dalam bentuk upaya-upaya sistematis yang mengerahkan sumber daya. Untuk mengetahui sejauh mana upaya itu tepat sasaran, kelayakan, serta dampaknya, maka evaluasi merupakan jawabannya. Evaluasi terhadap upaya pemecahan masalah akan memberikan banyak informasi kepada para pemangku kebijakan apakah program yang dijalankan itu dihentikan, dilanjutkan, atau ditingkatkan, bahkan diaplikasikan untuk upaya yang lainnya.

2. Manfaat Evaluasi

Setiap upaya di bidang apapun tentu memerlukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana upaya pencapaian tujuan itu berjalan dan berdampak. Termasuk dalam bidang pendidikan dan pelatihan (diklat), evaluasi memiliki manfaat sebagai berikut.

a. Menilai mutu kurikulum suatu program diklat.

b. Mendapatkan informasi untuk menghentikan, melanjutkan, atau meningkatkan program.

c. Mendapatkan peluang baru untuk pelayanan program diklat baru. d. Mengakreditasi lembaga diklat yang mampu memenuhi standar.

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016

f. Mendampingi penyandang dana dan peserta diklat dalam memilih pilihan program.

g. Memperbaiki proses rekrutmen peserta diklat.

h. Mendapatkan informasi akan kebermanfaatan program diklat.

Bagaimana suatu praktik (misalnya dalam peningkatan kompetensi melalui diklat) bisa ditingkatkan, dan bagaimana evaluasi berkontribusi pada peningkatan ini merupakan beberapa misteri yang harus dijawab oleh seorang evaluator dalam menjalankan tugasnya. Peningkatan praktik diklat bisa dilakukan dengan cara membangun suatu pengetahuan tentang bagaimana melakukan diklat dengan sebaik-baiknya, atau dengan cara menilai pengetahuan seseorang atau lembaga diklat melakukan praktik pengembangan SDM. Informasi tentang praktik terbaik yang dilakukan bisa berasal dari refleksi individual para praktisi diklat, peer

review, atau atas saran para ahli. Selain itu pula, para alumni diklat bisa menjadi

sumber informasi seberapa baik program diklat yang mereka dapatkan sesuai dengan apa yang mereka inginkan, atau mungkin mereka bisa memberikan saran dan masukan untuk peningkatan, atau melalui proses evaluasi terhadap upaya peningkatan SDM tersebut.

Evaluasi bisa menjadi salah satu cara efektif untuk mencari cara terbaik untuk melakukan praktik pengembangan SDM secara menyeluruh, atau bahkan mengungkap cara terbaik dalam menjalankan beberapa atau satu aktivitas tertentu dalam sebuah upaya, atau situasi tertentu. Selain itu pula, evaluasi bisa mengembangkan kemampuan para praktisi dalam merespons dan beradaptasi dengan keinginan para pengguna.

B. Evaluasi Diklat

Diklat sebagai sebuah proses pendidikan secara umum, tentu memiliki beberapa kesamaan praktiknya dengan praktik pendidikan. Dia berbeda dari sisi tujuan dan sasaran, dan pendekatannya. Dari sisi evaluasi, diklat juga perlu dievaluasi sama seperti proses pendidikan. Jika mengacu pada definisi Tyler (Nevo, 2006, Fitzpatrick dkk, 2011), evaluasi diklat bisa disebutkan sebuah proses menetapkan sampai seberapa jauh tujuan diklat sebenarnya bisa dicapai. Sama jika kita mengacu pada pendapat Cronbach, Stufflebeam, dan Alkin (Nevo, 2006) evaluasi diklat bisa dikatakan sebagai upaya untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam proses pembuatan keputusan diklat. Dan jika mengacu pada definisi evaluasi yang sudah

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016

dijelaskan di atas, tentunya evaluasi diklat adalah upaya untuk memberikan penilaian atas kebermanfaatan dan kelayakan suatu proses Diklat.

Evaluasi diklat memiliki banyak manfaat dalam menjawab berbagai kebutuhan diklat. Terkait dengan pembuatan keputusan, peningkatan, akuntabilitas, dan profesionalisme.

Pembuatan Keputusan merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan

dalam dunia administrasi pendidikan. Keputusan dibuat oleh peserta diklat, widyaiswara, lembaga peserta asal diklat, dan pihak penyelenggara diklat terkait dengan peserta diklat, widyaiswara, materi diklat, dan lainnya. Informasi merupakan hal penting yang harus disediakan dalam menentukan alternatif dalam pembuatan keputusan. Informasi itu digali melalui proses evaluasi.

Peningkatan merupakan salah satu hal yang bisa dilayani oleh kegiatan evaluasi.

Peserta diklat dituntut untuk meningkatkan kinerja pembelajarannya, widyaiswara dituntut meningkatan mutu pelatihannya dan juga keterampilan melatihnya, konten diklat harus ditingkatkan kualitasnya dan juga up to date, termasuk lembaga diklat juga dituntut untuk terus meningkatkan dirinya agar senantiasa mampu berkompetisi dengan lembaga sejenis dalam merespons kebutuhan para user. Hal apa saja yang harus ditingkatkan, informasinya bisa didapatkan setelah melakukan evaluasi.

Akuntabilitas salah satu kegunaan evaluasi diklat adalah akuntabilitas dalam

diklat. Kemampuan mempertanggungjawabkan hasil diklat pada para peserta, sponsor, atau pemerintah, bahkan kepada masyarakat bisa didapatkan dari hasil evaluasi sehingga proses diklat bisa ditingkatkan lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Profesionalisasi para widyaiswara merupakan salah satu kebutuhan yang harus

dijawab oleh evaluasi diklat. Manakala memposisikan widyaiswara sebagai profesi, tentu mereka akan menjalankan syarat-syarat profesinya. Di mana salah satu syarat profesi adalah selalu meningkatkan diri dalam melayani para peserta diklat. Aspek apa yang harus ditingkatkan, didapat setelah dievaluasi.

C. Pendekatan dan Jenis Evaluasi Diklat

Ada banyak pendekatan dalam evaluasi program pendidikan yang beredar luas di masyarakat, khususnya masyarakat akademik. Fitzpatrick mengidentifikasi

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016

setidaknya empat (4) pendekatan evaluasi yang bisa diadaptasi pada evaluasi diklat. Secara singkat akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Pendekatan yang berorientasi pada keahlian dan pengguna.

Evaluasi yang menggunakan pendekatan ini merupakan jenis evaluasi pemerintah yang diselenggarakan secara formal yang sudah sangat lama kita kenal, yang mengacu pada namanya terkait dengan keahlian profesional dalam menjustifikasi kualitas suatu lembaga, program, produk, ataupun suatu aktivitas. Jika di sekolah ada yang namanya Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah, perguruan tinggi ada Badan Akreditasi Nasional PT, ada Komisi Akreditasi Rumah Sakit, Lembaga Administrasi Negara yang mengakreditasi lembaga diklat, dan seterusnya.

Termasuk evaluasi yang melibatkan unsur praktisi dan akademisi, merupakan bentuk dari evaluasi diklat jenis ini. Evaluasi jenis ini mengandalkan kepakaran seseorang ataupun secara kelembagaan yang bergerak di bidangnya.

Evaluasi yang berorientasi pada pengguna tujuannya adalah untuk menjustifikasi mutu suatu produk yang mereka gunakan, menilai atau menentukan kelayakannya. Fokus evaluasi berorientasi pada pengguna ini hanyalah pada persepsi pengguna ketika akan menggunakan, sedang menggunakan, atau setelah menggunakan produk.

2. Pendekatan yang berorientasi pada program.

Asumsi dari pendekatan ini adalah bahwa setiap program diklat memiliki tujuan yang berbeda. Dari itu, maka fokus evaluasi diklat akan diarahkan pada sejauh mana tujuan dari diklat bisa dicapai. Jenis pendekatan evaluasi yang berorientasi pada program adalah Model Tyler, model kesenjangan Provus (DEM), dan model logis.

Model Tyler terdiri atas tahapan sebagai berikut. a. Menetapkan tujuan umum.

b. Mengklasifikasi tujuan.

c. Mendefinsikan tujuan dalam istilah aktivitas.

d. Mengidentifikasi situasi di mana pencapaian tujuan bisa ditemukan. e. Mengembangkan teknik pengukuran.

f. Mengumpulkan data kinerja.

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016

Kesenjangan antara kinerja dengan tujuan akan mengarah pada modifikasi atau perbaikan suatu program diklat.

Model kesenjangan Provus merupakan suatu model yang lahir dari tradisi evaluasi model Tyler. Model kesenjangan ini dikembangkan oleh Malcolm Provus. Provus memandang bahwa evaluasi merupakan proses manajemen-informasi yang berkelanjutan yang didesain sebagai pengawas manajemen program. Selain itu, Provus juga memandang bahwa evaluasi adalah proses (1) menyepakati standar; (2) menetapkan apakah ada kesenjangan antara kinerja salah satu aspek program dengan standar; dan (3) menggunakan informasi kesenjangan untuk memutuskan apakah meningkatkan, memperbaiki, menghentikan program, atau beberapa aspek program.

Model Logis dikembangkan dalam rangka mengisi ruang-ruang yang tidak bisa diisi oleh model kesenjangan Provus ataupun Tyler. Model logis akan menjalaskan bagaimana suatu program diklat mencapai tujuannya, bukan hanya sekedar konfirmasi ketercapaian saja seperti pada model kesenjangan. Model logis menghendaki para perencana program atau evaluator untuk mengidentifikasi

input program, aktivitas, dan outcome-nya yang sifatnya jangka panjang, atau

tujuan dari program yang sifatnya segera. Contoh aplikasinya bisa dilihat pada diagram berikut ini.

Input Aktivitas Output Outcome

Berisikan anggaran rutin, fasilitas staf, peralatan, dan material yang dibutuhkan diklat. Sesi mingguan, kurikulum, workshop, konferensi rekrutmen, layanan klinis, persuratan, pelatihan staf, semua komponen kunci dalam diklat. Jumlah partisipan yang dilayani setiap minggu, jumlah pertemuan kelas, jumlah jam pelayanan, jumlah produk program yang berdampak segera. Outcome jangka pendek dan jangka panjang.

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016

3. Pendekatan yang berorientasi pada keputusan.

Rasionalisasi dari pendekatan ini adalah bahwa informasi evaluatif merupakan hal penting dalam proses pembuatan keputusan. Evaluasi yang efektif adalah evaluasi yang mampu memberikan informasi yang cukup pada para pemangku kebijakan serta orang-orang yang terlibat dalam pembuatan kebijakan. Setidaknya ada tiga (3) jenis model yang menggunakan pendekatan ini, yaitu CIPP (Context Input Process Product), Model UCLA, dan jenis UFE (Utilization-Focused Evaluation).

CIPP menggunakan pendekatan sistem pada tahapan pengembangan program dan menggali setiap informasi pada setiap tahapan program. Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam dengan harapan bisa membantu para pembuat kebijakan membuat kebijakan yang baik. Model evaluasi ini memberikan informasi terkait:

Context – membantu keputusan perencanaan: menetapkan kebutuhan apa

yang harus ditangani oleh program dan program apa yang ada dan sudah membantu mendefinsikan tujuan program. Evaluasi konteks fokus pada lingkungan program yang belum direncanakan: apa kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh para peserta diklat? Aset apa yang harus ditangani oleh lembaga diklat untuk menangani masalah tersebut? Tujuan atau outcome apa yang seharusnya dicapai oleh lembaga?

Input – membantu menstrukturkan keputusan. Setelah mendefinisikan

kebutuhan dan mempertimbangkan aset kelembagaan serta intervensi yang diperlukan, dengan evaluasi input pengelola terbantu dalam memilih strategi untuk menerapkan dan memecahkan masalah dan membuat keputusan bagaimana menerapkannya.

Process – membantu mengimplementasikan keputusan. Ketika program

dimulai, keputusan penting yang fokus pada bagaimana implementasi bisa dimodifikasi, Perubahan apa yang telah sedang dibuat, dan hambatan apa yang mengganggu proses pelatihan, revisi apa yang diperlukan.

Product – membantu mendaur ulang keputusan: hasil apa yang telah

dicapai? Seberapa baik kebutuhan bisa dikurangi? Apa yang harus dilakukan dengan program setelah selesai? Haruskan direvisi? Ditingkatkan? Atau dihentikan?

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016

Model yang kedua adalah model UCLA. Model ini dikembangkan di Pusat Studi Evaluasi Universitas California, Los Angeles (UCLA) oleh Alkin yang hampir mirip dengan model CIPP. Di mana evaluasi diasumsikan sebagai sebuah proses pencarian informasi yang akan dibutuhkan dalam proses pembuatan keputusan. Model ini mengevaluasi 5 hal, yaitu:

1) Sistem.

2) Perencanaan program. 3) Implementasi program. 4) Peningkatan program. 5) Sertifikasi program.

Model evaluasi yang fokus pada pemanfaatan (Utilization-Focused

Evaluation) didasarkan atas asumsi bahwa (1) tujuan utama dari evaluasi adalah

menyediakan informasi pada proses pembuatan keputusan; dan (2) evaluasi bisa dimanfaatkan bila ada faktor personal. Model CSE-UCLA mempunyai lima tahap evaluasi, yaitu: perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil, dan dampak. Model ini disempurnakan oleh Fernandes menjadi empat tahap, yaitu:

1) Needs Assesment (hal yang perlu dipertimbangkan, kebutuhan, dan tujuan jangka jauh).

2) Program Planning (rencana disusun berdasarkan analisis kebutuhan). 3) Formative Evaluation (keterlaksanaan program).

4) Summative Evaluation (hasil dan dampak dari program).

Model yang ketiga adalah model UFE (Utilization Focused Evaluation). Model ini dikembangkan Michael Quinn Patton ini adalah pendekatan berdasarkan prinsip bahwa evaluasi harus fokus pada kebermanfaatan dari sisi si pengguna. Oleh karena itu evaluasi harus direncanakan dan dilakukan dengan cara-cara yang bisa meningkatkan pemanfaatan suatu program diklat bisa memberi informasi untuk meningkatkan kinerja.

UFE dapat digunakan untuk berbagai jenis evaluasi (formatif, sumatif, proses, dan dampak) dan dapat juga menggunakan desain penelitian yang berbeda dan jenis datanya. UFE dapat digunakan dalam berbagai cara tergantung pada konteks dan kebutuhan situasi. Model ini terdiri atas 17 langkah. Yaitu sebagai berikut.

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016

1) Menilai dan membuat program, serta kesiapan lembaga untuk menerapkan UFE.

2) Menilai dan meningkatkan kesiapan kompetensi evaluator dalam melakukan UFE.

3) Mengidentifikasi, mengatur, dan melibatkan pengguna utama: faktor pribadi. 4) Analisis situasi yang dilakukan bersama-sama dengan pengguna.

5) Mengidentifikasi dan memprioritaskan penggunaan dengan menentukan tujuan prioritas.

6) Mempertimbangkan dan membuat proses jika diperlukan. 7) Fokus pertanyaan evaluasi yang prioritas.

8) Periksa area penyelidikan evaluasi: pelaksanaan, hasil, dan pertanyaan atribusi.

9) Tentukan model intervensi atau teori perubahan apa yang dievaluasi.

10) Negosiasikan metode yang tepat untuk menghasilkan temuan kredibel yang mendukung penggunaan oleh pengguna.

11) Pastikan pengguna memahami kontroversi dan implikasi dari metode yang digunakan.

12) Simulasikan penggunaan temuan: evaluasi setara untuk gladi resik. 13) Mengumpulkan data dengan perhatian terus menerus .

14) Mengatur dan menyajikan data untuk interpretasi dan digunakan oleh pengguna: analisis, interpretasi, penilaian, dan rekomendasi

15) Siapkan laporan evaluasi untuk memfasilitasi penggunaan dan menyebarluaskan temuan yang signifikan untuk memperluas manfaat.

16) Menindaklanjuti bersama-sama pengguna untuk memfasilitasi dan meningkatkan penggunaan.

17) Meta-evaluasi penggunaan: akuntabel, belajar, dan meningkatkan.

D. Evaluasi Pasca Diklat

Program Evaluasi Pascadiklat (Post Training Evaluation) merupakan evaluasi yang ditujukan untuk mengukur dan menilai capaian hasil diklat yang telah diikuti oleh individu. Tujuannya adalah untuk menentukan tingkat keberhasilan suatu diklat. Hasil evaluasi pascadiklat dijadikan umpan balik untuk merencanakan kembali penyelenggaraan diklat di masa mendatang dan memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kinerja alumni peserta diklat. Evaluasi pascadiklat dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang efektifitas hasil diklat di lingkungan kerja. Dalam

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016

melakukan evaluasi pascadiklat, diperlukan sebuah perencanaan, tujuan, sasaran dan instrumen yang akan digunakan agar menghasilkan sebuah analisis dan kesimpulan yang baik untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat sasaran.

1. Tujuan Evaluasi Pascadiklat

Secara detail, tujuan dari evaluasi pascadiklat adalah sebagai berikut: a. Mengetahui relevansi materi diklat. Relevansi materi adalah tingkat

kesesuaian materi yang diberikan selama diklat dengan kebutuhan pengetahuan dalam menunjang pelaksanaan pekerjaan sehari-hari. Semakin tinggi tingkat relevansinya maka akan semakin tinggi peluang untuk menyelesaikan pekerjaannya secara cepat, akurat dan bertanggung jawab. b. Mengetahui tingkat pendayagunaan alumni. Pendayagunaan alumni diklat

adalah tingkat pelimpahan tugas atau pemanfaatan alumni diklat berkait dengan bidang tugas sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

c. Mengetahui tingkat kompetensi alumni. Kompetensi adalah penambahan pengetahuan peserta tentang materi-materi yang diberikan dalam diklat dan kemampuan untuk mengaplikasikannya di lingkungan kerja alumni masing-masing.

d. Mengetahui kualitas pengajar dan panitia. Dalam evaluasi pascadiklat seluruh aspek akan dievaluasi termasuk pengajar dan panitia penyelenggaranya, dengan demikian yang baik dapat dipertahankan dan yang kurang akan disempurnakan.

e. Mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana yang representatif dalam pelaksanaan suatu diklat sehingga dapat berjalan dengan nyaman, efektif dan efisien.

2. Tahapan Evaluasi Pascadiklat

Dalam melakukan evaluasi pascadiklat, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Adapun langkah itu adalah sebagai berikut.

Langkah 1: Persiapan Evaluasi

Pada langkah ini terdapat tiga kegiatan pokok yang berkaitan dengan

Dalam dokumen LAPORAN KAJIAN EVALUASI PASCADIKLAT (Halaman 8-60)

Dokumen terkait