• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI A. Gaya Kepemimpinan

C. Pembiayaan Murabahah

2. Landasan Hukum Pembiayaan Murabahah

a. Al-Qur‟an

al-qur‟an ialah kalam allah yang diturunkan kepada nabi muhammad SAW. Sebagai sumber utama hukum islam, al-qur‟an membuat pokok-pokok permasalahan yang menyangkut kebutuhan umat manusia.68 Hukum jual beli yang diperintahkan oleh allah SWT yang tertulis dalam Q.S An-Nissa: 29, yaitu:

بَهََُّؤَٰٓ ََ ََِِزَّىٱ ِث ٌُنََُْۡث ٌُنَى َى ٍَۡأ ْآَٰىُيُمۡؤَر َلَ ْاىٍَُْاَء ِوِط َجۡىٱ ْآَٰىُيُزۡقَر َلََو ٌُۚۡنٍِّْ ٖضاَشَر َِع ًحَش َجِر َُىُنَر َُأ َٰٓ َّلَِإ َُِّإ ٌُۚۡنَسُفَّأ ََّللّٱ ب َُِٗحَس ٌُۡنِث َُبَم ٧٩ ) ءآسْىا : ٩٧ (

Artinya: “hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan perniaggaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara

66 H. Veithazal Rivai dan Andria Pratama Veithzal, Op. Cit, h.145

67 Adiwarman Karim, Op. Cit.,. h.115

kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu., sesungguhnya allah maha penyayang kepadamu”. (Q.S An-nissa :29).69

Maksud dari ayat yang diatas adalah, dalam agama islam melarang umatnya melakukan transaksi dengan jalan yang tidak sesuai dengan ajaran al-qur‟an dan hadist seperi riba, judi dll. Nabi muhammad SAW telah mengajarkan umatnya mencari rizki halal dengan cara berniaga (berdagang) yang berlandaskan suka sama suka, maka hal tersebut diperbolehkan dalam islam. Serta tidak melakukan suatu hal yang merugikan dan dilarang dalam agama islam.

b. AL-Hadis

Pada perinsipnya yang dimaksud dengan hadis adalah segala sesuatu yang dirujuk atau didasarkan kepada nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, mapun ketetapan.70 Berikut adalah salah satu hadis nabi yang mengenai tentang murabahah, yaitu :

Dari abu sa‟id al-hkhudri bahwa rosulullah SAW bersabda, “sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka” (HR. Al Baihaqi dan Ibnu majjah, dan dinilai shahih oleh ibnu hibban).71

Dari hadis diatas menjelaskan bahwa dalam pembiayaan murabahah yang ada dalam perbankan syariah, bertujuan untuk membantu nasabah yang kekurangan dana dan mengembalikannya dengan cara mengangsur atau jatuh tempo.

69 Departemen agama RI, Op.Cit., h.172

70 Alaidinkoto, op.cit, h.71

c. Ijma

Umat islam telah berkonsensus tentang keabsahan jual beli. karena manusia sebagai anggota masyarakat, selalu membutuhkan apa yang dihasilkan dan dimiliki orang lain. Oleh karena itu jual beli adalah suatu jalan untuk mendapatkannya secara syah. Dengan demikian maka mudahlah bagi setiap individu untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam melaksanakan transaksi murabahah, ketentuan atau aturan yang perlu diperhatikan yaitu ketentuan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional dan Ketentuan Bank Indonesia maupun pedoman Akuntasi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI).

d. Landasan hukum pembiayaan murabahah dalam oprasional adalah: 1) UU No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

2) Lampiran SK BI No.32/34/SK Tgl112/05/99 Dir BI Tentang Prinsip-Prinsip Kegiatan Usaha Perbankan Syariah

3) Fatwa DSN-MUI, Landasan syariah pembiayaan dengan menggunakan akad murabahah adalah Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah:

Menimbang, Mengingat, Memperhatikan: Memutuskan, MenetapkaN : Fatwa tentang murabahah.72

Pertama : ketentuan umum Murabahah dalam Bank Syariah a. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang

bebas riba.

b. Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah.

c. Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atasnama

bannk sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan

dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

f. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli ditambah magin atau keuntungan. Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barangkepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

g. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. h. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan

akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

i. Jika bank hendak mewakili kepada nasabah untuk membeli barang dari pinah ketiga, maka akad jual beli murabahah

harus dilakukan setelah barang dibeli dari pihak ketiga, secara prinsip menjadi milik bank.

Kedua: ketentuan murabahah kepada nasabah

a. Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barang atau asset kepada bank.

b. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu asset yang dipesannya secara sah dengan pedagang

c. Bank kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah, dan nasabah harus membelinya sesuai dengan janji yang telah disepakati, karena secara hukum janji tersebut mengikat: kemudian keduabelah pihak harus membuat kontrak jual beli.

d. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

e. Jika nasabah kemudian menolak memberi barang tersebut, biaya riil yang telah dikeluarkan bank harus dibayar dari uang muka tersebut.

f. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya pada nasabah.

g. Jika uang muka memakai urbun sebagai alternatif dari uang muka maka.

h. Jika nasabah memutuskan untuk membelibaarng tersebut, ia tinggal membayar sisa harga.

i. Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut, dan jika uang muka tidak mencukupi, wajib melunasi kekurangannya.

Ketiga: jaminan dalam murabahah

a. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pemesanannya.

b. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakanjaminan yang dapat dipegang.

Keempat: utang dalam murabahah

a. Dalam prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebuut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan utangnya kepada bank.

b. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasii seluruh angsurannya.

c. Jika penjualah barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai

kesepakatan awal. Ia tidah boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan.

Kelima: penundaan pembayaran dalam murabahah

a. Nasabah memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian utangnya.

b. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja atau jika salahsatu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaian dilakukan melalui badan arbitrase syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Keenam: bangkrut dalam murabahah

Jika nasabah telah dinyatakan failed dan gagal menyelesaikan utangnya bank harus menunda tagihan utang sampai ia sanggup kembali. Atau berdasarkan kesepakatan