• Tidak ada hasil yang ditemukan

Muniaty Aisyah

II. LANDASAN TEORI

2.1. Pengaruh Media Massa Pada Perilaku Konsumen

Pada dasarnya perilaku konsumen dalam membeli suatu produk dipengaruhi oleh tiga faktor (Assael, 2003) yaitu: (1) Individu konsumen, dimana pilihan dalam membeli produk dipengaruhi oleh diri konsumen itu sendiri seperti sikap, gaya hidup, kebutuhan, persepsi, kondisi demografi dan karakteristik kepribadian konsumen; (2) Lingkungan, pilihan dalam membeli produk dipengaruhi oleh lingkungan sekitar seperti keluarga, teman, tetangga dan orang lain yang dekat dengan konsumen sehingga interaksi sosial yang telah dilakukannya akan mempengaruhi keputusannya untuk membeli suatu produk; (3) Penerapan strategi pemasaran, yaitu stimuli pemasaran yang dikendalikan pemasar atau perusahaan seperti promosi iklan diberbagai media massa, harga jual produk, kualitas produk, strategi pendistribusian produk dan lain sebagainya. Penelitian ini bermaksud menganalisis pengaruh salah satu aspek penerapan strategi pemasaran khususnya media massa pada perilaku konsumen yaitu niat membeli produk berlabel halal.

Menurut Effendi (1993:95), dua hal yang dapat mempengaruhi perilaku khalayak dalam menggunakan media massa adalah: lingkungan sosial dan motif khlayak. Lingkungan sosial khalayak mencakup: (1) karakteristik demografi, seperti usia, jenis kelamin, agama, etnis, suku bangsa, tempat tinggal, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, besar pendapatan, dan lain-lain, (2) afiliasi kelompok, (3) karakteristik kepribadian. Sedangkan motif khalayak (McQuail dalam Rakhmat, 2008:210) mencakup :

1. Motif mencari hiburan: hasrat untuk melarikan diri dari kegiatan rutin, bersantai, mengisi waktu, penyaluran emosi, memperoleh rasa estetis atau membangkitkan gairah seks.

2. Motif identitas pribadi: menemukan penunjang nilai-nilai pribadi, menemukan model perilaku, mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain dalam media, meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.

3. Motif integrasi sosial: memperoleh empati sosial, mengidentifikasi diri dengan orang lain, menemukan bahan percakapan sosial, membantu menjalankan peran sosial yang memungkinkan berinteraksi dengan teman, keluarga dan masyarakat.

4. Motif informasi: mencari berita tentang peristiwa dan kondisi lingkungan dan masyarakat, referensi untuk memperteguh pilihan/keputusan, memuaskan rasa ingin tahu, belajar dan pendidikan, rasa damai atau percaya diri dengan bertambahnya pengetahuan.

Setiap produk media massa memiliki kecenderungan diinterpretasikan secara berbeda oleh individu atau khalayak (Redatin dalam Nursyawal, 2004:6). Media massa hanya mungkin berpengaruh secara signifikan jika berada dalam habitat yang sesuai dengan tingkat sosial penggunanya. Pengaruh negatif media massa terhadap perilaku khalayak ditentukan

Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014

oleh tingginya frekuensi khalayak berinteraksi dengan media massa yang berkonten negatif. Sebaliknya, pengaruh positif media massa terhadap perilaku khalayak ditentukan oleh tingginya frekuensi khalayak berinteraksi dengan media massa yang berkonten positif (Rakhmat, 2008:208).

Pengaruh negatif tayangan televisi terhadap perilaku masyarakat ditentukan oleh tingginya frekuensi menonton televisi yang memberikan sumbangan atas penyimpangan nilai dan perilaku atau akibat terlalu banyak menonton tayangan televisi yang berkonten negatif. Pada masyarakat yang tingkat melek hurufnya rendah seperti di Indonesia, media televisi menjadi sangat besar fungsinya sebagai pengisi waktu sehingga ketika tayangan negatif lebih banyak ditayangkan, berpotensi besar menimbulkan pengaruh negatif pada perilaku pemirsanya.

Hasil survei Unicef pada tahun 2007 menyebutkan, anak Indonesia menonton televisi sebanyak 5 jam sehari. Dibangku SMP seorang anak rata-rata sudah menyaksikan siaran televisi selama 15.000 jam padahal waktu belajar di sekolah tidak lebih dari 11.000 jam. Bayangkan sedikit sekali sisa waktu yang dapat digunakan untuk berinteraksi sosial dengan orang lain atau melakukan hal lain yang lebih bermanfaat. Mungkin inilah sebabnya mengapa nilai-nilai sosial, nilai-nilai-nilai-nilai kekeluargaan dan solidaritas masyarakat melemah (Nursyawal, Pikiran Rakyat, 25/8/2009).

Hasil penelitian Komisi Perlindungan Anak Indonesia terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar di Indonesia cukup mencengangkan dimana 97% perilaku seks remaja diilhami pornografi di internet (Syarif, 2012:75). Menurut Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2012, jaringan internet telah digunakan oleh 55 juta dari 237,8 juta penduduk di Indonesia dimana 44% penggunanya berasal dari usia 24 tahun ke bawah. Data tahun 2009 menunjukkan bahwa Indonesia adalah peringkat 3 besar negara pengakses video porno di dunia. Maraknya konten porno di internet sangat membahayakan bagi remaja yang rasa ingin tahunya sangat tinggi dan sangat mudah terpengaruh (Tulung, 2012:76).

Internet acapkali dianggap sebagai penyebab perilaku asosial penggunanya. Namun selain efek negatif, internet juga dapat memberikan efek positif bagi penggunanya seperti penyampaian dan pengiriman informasi yang lebih cepat dan update

melalui fasilitas email, surat kabar online, forum diskusi dan juga chatting, serta beragam situs-situs yang ada, yang akan semakin memperkaya khasanah pengetahuan penggunanya (Yuyun, 2004: 1). Dengan demikian, pengaruh media massa dapat berdampak positif maupun negatif terhadap pembentukan perilaku seseorang. Karena penelitian ini bermaksud menganalisa perilaku konsumen khususnya niat membeli produk berlabel halal, maka perlu dikaji lebih jauh aspek keagamaan atau perilaku religius konsumen yang dibagi menjadi perilaku hablumminallah dan

hablumminannas.

Menurut Islam, kewajiban umat muslim mengkonsumsi produk halal adalah wajib dan menjadi bagian dari sistem kehidupan manusia yang didasari oleh tiga komponen terpenting, yaitu akidah, akhlak dan syariah. Aspek akidah menekankan bahwa seorang muslim yang meyakini kebesaran Allah akan memilih mengkonsumsi produk halal demi mempertahankan hidupnya dengan batasan yang telah ditetapkan oleh Allah. Aspek akhlak menekankan bahwa seorang muslim yang terbiasa mengkonsumsi produk halal, dirinya akan terhindar dari akhlak madzmumah

(tercela). Aspek syariah menekankan pada pelaksanaan ibadah (perilaku hablumminallah) dan pelaksanaan muamalah (perilaku hablumminannas)yang baik dan benar dengan mengaplikasikan perilaku untuk hanya mengkonsumsi produk yang halal dalam kehidupan sehari-hari sebagai salah satu wujud ketaatan seorang muslim dalam menjalankan syariat Islam secara sempurna/ kaaffah (Antonio, 2006:39).

Dengan menelitipengaruh media massa terhadap niat konsumen membeli produk berlabel halal secara tidak langsung, maka akan dapat dibuktikan secara empirik bahwa perilaku religius konsumen akan memediasi pengaruh media massa terhadap niat konsumen membeli produk berlabel halal. Pengaruh media massa terhadap perilaku religius seseorang tergantung pada jenis konten media massa yang diakses serta intensitasnya berinteraksi dengan media massa yang dipilih. Interaksi individu dengan media massa diukur dari jenis konten dan intensitas individu berinteraksi dengan media massa umum, media informasi keagamaan dan narasumber keagamaan (Mansoer, 2008: 97,110,165).

Dalam penelitian ini, interaksi dengan media massa umum diukur dari tingginya intensitas konsumen dalam mengakes media massa umum berkonten positif dan rendahnya intensitas konsumen dalam mengakses media massa umum berkonten negatif. Interaksi dengan media massa umum berkonten positif dilihat dari tingginya intensitas konsumen dalam menonton acara berita, film dokumenter, tayangan ilmu pengetahuan dan wawasan umum di televisi; mendengarkan acara berita di radio, mendengarkan cd atau menonton vcd/ dvd tentang motivasi diri atau pengembangan karir dan usaha; membaca surat kabar, buku-buku pengetahuan, jurnal atau majalah bisnis; mengakses berbagai informasi berita dan artikel-artikel berwawasan umum di internet; serta mengakses berbagai media massa umum lainnya yang bermanfaat. Sedangkan interaksi dengan media massa umum berkonten negatif dilihat dari rendahnya intensitas konsumen dalam menonton tayangan sinetron, film atau acara gosip di televisi yang acap kali mempertontonkan kehidupan materialistis, pergaulan bebas, kekerasan seksual, penipuan, tindakan korupsi, pembunuhan dan lain-lain; kebiasaan membaca novel, komik, buku cerita atau majalah yang berkonten negatif; kebiasaaan mengakses situs-situs porno, menghabiskan banyak waktu untuk main game online

atau mengakses jejaring sosial di internet terlalu lama;

Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014

serta mengakses berbagai media massa lainnya yang kurang bermanfaat.

Interaksi dengan media informasi keagamaan diukur dari intensitas konsumen dalam mengakses berbagai informasi keagamaan seperti menonton ceramah agama, acara talk show keagamaan, acara musik religi, film-film bertema religius dan acara-acara keagamaan lainnya di televisi, mendengarkan ceramah agama di radio, membaca buku-buku keagamaan, surat kabar, majalah, tabloid, bulletin, dan bahan bacaan lainnya yang bertema keagamaan, mengakses berbagai informasi keagamaan berupa artikel atau video dari berbagai situs dan website di internet. Sedangkan interaksi dengan nara sumber keagamaan diukur dari intensitas konsumen dalam mencari informasi keagamaan keluar dari sistem sosialnya dengan cara berinteraksi secara langsung dengan para narasumber keagamaan diberbagai acara diskusi/ talk show, seminar, pelatihan/ training, pengajian, majelis taklim dan lain sebagainya untuk menanyakan secara langsung dan mempelajari masalah-masalah keagamaan guna memperdalam pengetahuan dan pemahamannya tentang ajaran Islam (Mansoer, 2008: 94-97). Semakin tinggi intensitas individu berinteraksi dengan media massa umum berkonten positif, media informasi keagamaan dan narasumber keagamaan, maka semakin tinggi pula peran media massa dalam menanamkan perilaku religius serta niatnya untuk membeli produk berlabel halal.

2.2. Perilaku Religius

Dalam Islam, perilaku manusia dibangun diatas kerangka hubungan manusia dengan Allah (hablum minallah) melalui perjanjian yang diatur dalam syari'at-Nya berkenaan dengan kewajiban menunaikan perintah atau hak-hak Allah Ta'ala, serta kerangka hubungan manusia dengan sesama manusia (hablum minan-nas)

melalui kewajiban menunaikan hak-hak sesama manusia baik yang muslim maupun non muslim.

Dari kerangka inilah kemudian diuraikan kriteria perilaku religius atau akhlaqul karimah (perilaku yang terpuji) yang diharapkan dimiliki oleh seorang muslim yang taat. Shalat merupakan ibadah yang mewakili ibadah-ibadah lain dalam rangka membina hubungan vertikal dengan Allah SWT (hablum minallah), yang sekaligus pula mewakili muamalah dalam rangka membina hubungan horizontal dengan sesama manusia

(hablum minannas), karena itu, ibadah shalat menjadi lebih mulia manfaatnya dan lebih besar pahalanya jika dilakukan dengan berjama’ah. Begitu pula dengan berpuasa dan berzakat, selain mencerminkan ketaatan seorang muslim beribadah kepada Tuhannya, sekaligus pula melatih jiwa dan kepedulian sosialnya terhadap sesama manusia. Dengan melaksanakan ibadah haji, selain menjalani serangkaian ibadah ritual di tanah suci Makkah, sekaligus pula melatih keimanan dan kesabaran, disamping dapat bertemu, berkumpul serta berinteraksi langsung dengan sesama umat muslim dari seluruh penjuru dunia. Dengan demikian, bagi umat Islam, membina perilaku hablum minallah dan hablum

minannas, merupakan syarat tercapainya kemuliaan hidup di dunia dan akhirat.

2.2.1. Perilaku Hablumminallah

Perilaku hablumminallah atau perilaku Islami terhadap Tuhan adalah perilaku meyakini tentang keimanan dan pelaksanaan ibadah sesuai dengan ajaran Islam. Perilaku hablumminallah dibentuk oleh dimensi pengetahuan, sikap/ keyakinan dan pengamalan keimanan dan ibadah yang berlandaskan pada alQuran dan Hadits (Mansoer, 2008:101-111).

Dimensi pengetahuan keimanan dan ibadah meliputi sejumlah pengetahuan minimal dan dasar yang harus dimiliki oleh seorang muslim tentang agamanya yaitu pengetahuan tentang rukun iman yang enam (iman kepada Allah, iman kepada para malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qodho dan qadar), dan rukun Islam yang lima (syahadat, shalat, puasa, zakat, dan naik haji bila mampu). Dimensi sikap/ keyakinan keimanan dan ibadah berisi pengakuan dan pengharapan seorang muslim terhadap teologi (pandangan ke-Tuhanan) terkait dengan keyakinan akan hikmah rukun iman dan rukun Islam yang dalam Islam disebut dengan aqidah.

Dimensi pengamalan keimanan dan ibadah merupakan konsekuensi atau akibat dari dimensi pengetahuan dan keyakinan, yaitu berupa dimensi pengalaman rohaniah (keimanan) dan praktik (ibadah) yang tampak dalam perilaku sehari-hari seorang muslim. Pengalaman keimanan (rohaniah) berisikan pengalaman batin, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang dalam berhubungan dengan kekuatan Tuhan, seperti merasa tenang dan sejuk hatinya setelah mengerjakan shalat atau membaca Quran, merasakan dipermudah segala urusan setelah berzakat/infaq/sedekah untuk menolong orang lain yang kesusahan, mendapatkan hasil yang maksimal atas suatu pekerjaan yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dan lain sebagainya. Sedang pengamalan ibadah (praktek) mencakup perilaku menyembah Allah, ketaatan atau kepatuhan yang dilakukan seorang muslim untuk menunjukkan komitmen terhadap keyakinan agama yang dianutnya seperti melaksanakan kelima rukun Islam (membaca syahadat, shalat, berpuasa, berzakat, dan naik haji) serta ibadah-ibadah sunnah lainnya (seperti shalat sunnah, berpuasa sunnah, berinfaq/ sedekah, membaca Quran, dan lain-lain).

2.2.2. Perilaku Hablumminannas

Mansoer (2008: 18,19) menjelaskan, perilaku

hablumminannas atau perilaku beretika Islami adalah perilaku muamalah yang terinternalisasi nilai-nilai Islami yang diwujudkan dalam kebiasaan bertingkah laku sehari-hari seorang muslim terhadap diri sendiri, sesama manusia dan alam sekitar. Perilaku

hablumminannas dibentuk oleh dimensi: 1) perilaku Islami terhadap diri sendiri, yaitu bertingkah laku jujur/ amanah, disiplin dan beretos (semangat) kerja, 2)

Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014

perilaku Islami terhadap sesama manusia, yaitu tingkah laku suka menolong, berbagi, bekerjasama, dermawan, toleran, peduli dan memperhatikan hak orang lain, dan 3) perilaku Islami terhadap alam sekitar, yaitu peduli dan memelihara alam, serta melestarikan alam (Mansoer, 2008: 112).

2.3. Niat Berperilaku Konsumen: Niat Membeli Produk Berlabel Halal

Penelitian ini menggunakan atribut label halal sebagi unsur produk yang diyakini atau dipandang penting oleh konsumen. Keyakinan total konsumen terhadap label halal merupakan dasar yang mempengaruhi sikap sebagai hasil evaluasi suka atau tidak suka konsumen pada produk yang dimaksud. Islam memandang makanan dan produk lain yang dikonsumsi atau digunakan manusia sebagai hal yang amat penting disamping beribadah, karena segala sesuatu yang dikonsumsi atau digunakan manusia akan berdampak besar pada perkembangan jasmani dan rohaninya. Dampak jasmani mengkonsumsi bangkai, darah, babi, hewan yang tercekik/ dipukul, minuman keras dan produk lain yang tidak dihalalkan dalam Islam jelas berakibat buruk bagi kesehatan manusia, apapun agamanya. Sedangkan dampak rohaniah yang ditimbulkan dari mengkonsumsi atau menggunakan produk yang tidak halal dalam Islam tidak dapat diukur dengan kadar materi saja, mengingat ancaman Allah bagi yang melanggar kaidah syariah, dampaknya mencakup kerugian dunia dan azab di akhirat. Dengan demikian, masalah halal adalah masalah yang amat penting bagi konsumen muslim karena terkait keyakinan agamanya, sehingga label halal produk adalah atribut atau unsur produk yang diyakini dan dipandang penting oleh konsumen untuk memastikan bahwa produk yang dibeli terjamin kehalalannya. Sikap konsumen yang dilandasi keyakinan akan pentingnya label halal akan menentukan niat konsumen untuk membeli produk. Niat konsumen akan menentukan perilaku membeli produk berlabel halal yang dimaksud.

Menurut Zeithaml et.al. (2011), niat berperilaku konsumen diukur berdasarkan dimensi: loyalty

(kesetiaan), switch (beralih), paymore (membayar lebih), internal response (tanggapan ke dalam), dan

external response (tanggapan ke luar). Dalam penelitian ini, tingginya niat konsumen membeli produk berlabel halal dideskripsikan oleh: (1) tingginya kesediaan konsumen untuk membeli kembali atau setia

(loyal) pada produk berlabel halal yang sudah pernah ia beli sebelumnya; (2) rendahnya keinginan konsumen untuk beralih (switch) ke produk lain karena sudah merasa puas akan produk berlabel halal yang sudah pernah ia beli sebelumnya; (3) tingginya kesediaan konsumen untuk membayar lebih mahal (paymore)

untuk mendapatkan produk berlabel halal yang sudah pernah ia beli sebelumnya; (4) tingginya apresiasi konsumen kepada internal perusahaan (internal respons), seperti karyawan, manajemen dan pimpinan perusahaan, yang telah menjamin kehalalan produknya dengan mencantumkan label halal pada kemasan

produk yang sudah pernah ia beli sebelumnya; (5) tingginya keinginan konsumen untuk merekomendasikan produk berlabel halal yang sudah pernah ia beli sebelumnya kepada orang lain di luar perusahaan (eksternal respons), seperti keluarga dan teman dekat.

Dari uraian landasan teori di atas dirumuskan bahwa media massa akan mempengaruhi niat konsumen untuk membeli produk berlabel halal (khususnya produk makanan, minuman, obat dan kosmetika) baik secara langsung maupun melalui perilaku religius konsumen. Dengan demikian, diduga: 1. Media massa mempunyai hubungan dan pengaruh

langsung terhadap niat konsumen membeli produk berlabel halal.

2. Media massa mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap niat konsumen membeli produk berlabel halal, melalui perilaku hablumminallah dan

hablumminannas konsumen.

Dari dugaan di atas maka hipotesis penelitian yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

- Hipotesa 1: Media massa mempengaruhi Niat konsumen membeli produk berlabel halal secara signifikan.

- Hipotesa 2: Media massa memiliki pengaruh tidak langsung terhadap niat konsumen membeli produk berlabel halal melalui perilaku hablumminallah dan

hablumminannas konsumen.

III. PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif

explanatory research untuk menganalisa hubungan kausal antara interaksi konsumen dengan media massa, perilaku hablumminallah dan perilaku

hablumminannas konsumen, terhadap niat membeli produk berlabel halal baik secara langsung maupun tidak langsung. Data yang digunakan adalah data primer.

3.1. Teknik Pengambilan Sampel Dan Uji Instrumen Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience random sampling. Mengingat obyek yang akan dianalisa adalah produk berlabel halal, maka sampel yang dipilih hanya konsumen muslim (Aisyah, 2007), khususnya yang berusia 18-24 tahun dari kalangan mahasiswa karena identik sebagai komunitas pengakses teknologi informasi (IT) dan media massa, serta memiliki peluang rentang nilai masa hidup pelanggan yang masih panjang sehingga menjadikannya sebagai salah satu target pemasaran produk halal yang prospektif di era globalisasi saat ini. Jumlah sampel sebanyak 366 responden.

Uji instrumen penelitian menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Hasil uji validitas (nilai anti image correlation > 0.500) menunjukkan seluruh butir pertanyaan yang mewakili seluruh variabel valid. Dari hasil uji reliabilitas, nilai koefisien Cronbach’s Alpha

> 0.60, sehingga seluruh variabel terbukti reliabel.

Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014

3.2. Teknik Analisis

Teknik analisis Structural Equation Model (SEM) dengan aplikasi AMOS (Analysis of Moment Structur

digunakan dalam penelitian ini untukmenguji hipotesa fungsi dari variabel terikat terhadap variabel bebas karena terdapat variabel laten (tak langsung) sehingga dapat menunjukkan keterkaitan dan hubungan kausal antar variabel dan indikatornya masing-masing. Hubungan kausal antar variabel dirumuskan dalam persamaaan struktural sebagai berikut:

M2 = γX+ β1M1

Y2 = γX+ β1M1+ β2M2

Pengukuran setiap indikator dari masing-masing dimensi variabel dilakukan dengan memberi skor pada setiap butir pertanyaan dengan menggunakan skala Likert berupa interval yang memperlihatkan kesetujuan-ketidaksetujuan, pernah-tidak pernah, sering-jarang, tersedia-tidak tersedia, tinggi-rendah, dan lain-lain yang menggambarkan perasaan atau sikap responden, dengan pengukuran skor terendah adalah 1 dan skor tertinggi adalah 5.

Sebelum menguji goodness of fit model, perlu dilakukan uji validitas konstruk untuk menganalisis apakah indikator merupakan bagian dari konstruk dimana nilai estimate pada model standardized regression weights atau nilai loading factor

variabelnya ≥ 0,5 (Mustafa dan Wijaya, 2012: 72,74).

Lalu dilanjutkan dengan uji kesahihan konvergen dimana apabila setiap indikator memiliki nilai critical ratio yang lebih besar dari 2 kali nilai standard eror,

maka indikator secara sahih telah mengukur apa yang seharusnya diukur pada model yang disajikan (Mustafa dan Wijaya, 2012: 74,146).

Indikator-indikator yang fit kemudian dianalisa sebagai dasar pengukuran dan pembuatan model persamaan struktural, sehingga model yang diusulkan dalam penelitian ini adalah hasil dari data yang sudah diolah dan telah memiliki nilai goodness of fit, barulah kemudian dapat dilakukan uji SEM untuk membuktikan ada tidaknya keterkaitan dan hubungan kausal antar masing-masing variabel.

Untuk menguji pengaruh tidak langsung, setelah uji SEM, dilakukan pula analisa lebih lanjut menggunakan Sobel test dimana jika nilai pengaruh tidak langsung dari hasil perkalian lebih besar (>) dari pengaruh langsung, maka sifat variabel antara adalah mutlak atau sempurna memediasi/ complete mediation

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai pengaruh tidak langsung dari hasil perkalian lebih kecil (<) dari pengaruh langsung, maka sifat variabel antara memediasi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial/ partial mediation (Sobel, 1982 dalam Preacher dan Hayes, 2004). Dari uji SEM dapat diketahui pula besar kontribusi variabel secara simultan terhadap variabel lainnya dengan melihat nilai estimasi dari Squared Multiple Correlations.

3.3.Hasil Analisis

Hasil uji kesesuaian model menunjukkan bahwa dengan pendekatan RMR (0,024 < 0.10), GFI (0,887 = mendekati 1), NFI (0,889 = mendekati 1), CFI (0,911 = mendekati 1), PRATIO (0 > 0,780 >1), dan RMSEA (0,098 < 0,10), maka dapat disimpulkan bahwa model terbukti fit sehingga pengujian hipotesa dapat dilakukan. Dari hasil uji kesahihan konvergen, setiap dimensi memiliki nilai critical ratio yang lebih besar 2 kali dari nilai standard eror sehingga indikator penelitian mampu membentuk konstruk. Dari hasil uji kausalitas menggunakan teknik Structural Equation Model (SEM) dengan aplikasi AMOS 6 menunjukkan:

Secara langsung, untuk hipotesa 1, dari hasil uji kausalitas didapat nilai p-value 0,173 > 0,05, sehingga

Ha 1 ditolak,yaitu: media massa tidak mempengaruhi

Dokumen terkait