• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sutardjo (2005) menganalisis suatu model kebijakan moneter yang mempengaruhi ekspor baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang menggunakan Vector Error Correction Model (VECM). Isu statistik model dinamis digunakan untuk melihat kemungkinan adanya hubungan jangka pendek dan jangka panjang. Pembahasan dilakukan pada periode sebelum, sesudah krisis, dan periode sebelum sampai dengan sesudah krisis. Untuk periode sebelum krisis, dalam jangka pendek instrumen moneter yang berpengaruh signifikan hanya

BANK SENTRAL NFA NCG NCB BM OPT NOI PERBANKAN NFA Reserves SB&PUAB Kredit M1,M2 Modal Pasar Uang Rupiah Pasar Uang Valas Pasar Dana dan Kredit Pasar Modal PELAKU EKONOMI Konsumsi Investasi Ekspor-Impor Output Inflasi Employment

variabel rasio kecukupan modal, inflasi dan kredit ekspor. Sedangkan dalam jangka panjang Giro Wajib Minimum, rasio pinjaman dan simpanan, nilai tukar, inflasi, kredit ekspor, suku bunga pinjaman dan Jumlah Uang Beredar (M2) signifikan terhadap ekspor. Pada periode sesudah krisis, dalam jangka pendek hanya Giro Wajib Minimum dan inflasi yang signifikan terhadap ekspor. Sedangkan untuk jangka panjang hanya kredit ekspor yang tidak signifikan. Untuk periode sebelum sampai dengan sesudah krisis, dalam jangka pendek hanya Jumlah Uang beredar (M2) yang signifikan terhadap ekspor. Sedangkan dalam jangka panjang semua instrumen moneter signifikan terhadap ekspor.

Kajian ini juga menemukan bahwa pada periode sebelum krisis (Januari 1990 sampai dengan Mei 1997), dalam jangka pendek CAR mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ekspor, demikian juga dengan variabel antara seperti CPI dan KDEX. Sedangkan dalam jangka panjang yang signifikan mempengaruhi ekspor adalah GWM dan LDR serta semua variabel antara (EXRATE, CPI, KDEX, M2 dan LEDR). Selain itu terdapat hubungan negatif antara EXRATE, LEDR dan M2 terhadap ekspor.

Pada periode sesudah krisis (Oktober 1998 sampai dengan Desember 2004), dalam jangka pendek GWM dan CPI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ekspor. Sedangkan dalam jangka panjang, variabel SBI, GWM, CAR dan LDR serta semua variabel antara kecuali KADEX, CPI dan M2 mempunyai hubungan positif terhadap ekspor, sedangkan EXRATE dan LEDR mempunyai hubungan negatif terhadap ekspor.

Dari hasil Impulse Respon Function pada periode sebelum krisis terlihat bahwa pengaruh suku bunga SBI lebih kuat dibandingkan dengan Giro Wajib

Minimum (GWM), rasio kecukupan modal (CAR) dan rasio simpanan dan pinjaman (LDR). Sedangkan periode sesudah krisis diperoleh informasi bahwa shock SBI mempunyai pengaruh yang lebih kuat dibandingkan dengan variabel kebijakan GWM, CAR atau LDR.

Mahendra (2008), melakukan penelitian tentang analisis kebijakan moneter dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Menggunakan model ekonometrik, penelitian ini menemukan bahwa SBI, kredit dan investasi mampu menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan dengan nilai R2 sebesar 0,9758. Selain itu, tingkat SBI memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan jumlah kredit dan investasi berpengaruh positif terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi.

Dampak ketidakstabilan nilai tukar rupiah terhadap permintaan uang M2 di Indonesia, diteliti oleh Lestari (2008). Dengan menggunakan model ECM, ia menemukan bahwa kecepatan penyesuaian menuju keseimbangan di antara variabel-variabel permintaan uang riil, pendapatan nasional, kurs, inflasi dan suku bunga membutuhkan waktu tiga kuartal dan tidak ditemukan hubungan kausalitas dua arah di antara kelima variabel yang dipakai dalam penelitian. Selain itu, dari

impulse response diketahui bahwa respon variabel M2 terhadap empat variabel

lainnya sangat fluktuatif terutama ketika variabel lain mengalami shock, namun kondisi ini pada akhirnya akan kembali stabil

Hubungan antara nilai tukar dan jumlah uang beredar di Indonesia selama periode pengamatan tergantung pada harapan (expectation) pemegang uang sehingga sulit untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara nilai tukar dan permintaan uang M2. Masyarakat Indonesia cenderung berpendapat bahwa

memegang uang bukan hanya untuk tujuan transaksi, tetapi lebih kepada tujuan untuk berjaga-jaga, bahkan tidak tertutup kemungkinan untuk motif spekulasi.

Adisti (2004) melakukan penelitian tentang perubahan GWM terhadap inflasi di Indonesia, dengan menggunakan model persamaan simultan. Dalam penelitian ini, inflasi dideskripsikan sebagai fungsi dari harga, nilai tukar dan jumlah uang beredar (M1), sedangkan jumlah uang beredar sendiri merupakan fungsi dari pendapatan nasional, lag jumlah uang beredar, GWM, nilai tukar, harga dan suku bunga deposito. Perubahan dari GWM mempengaruhi penawaran uang secara negatif, yang akhirnya akan mempengaruhi inflasi.

Banjarnahor (2008), melakukan studi tentang Mekanisme Suku Bunga SBI Sebagai Sasaran Operasional Kebijakan Moneter dan Makroekonomi Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah SBI dengan tenor satu bulan, suku bunga deposito menurut kelompok bank umum dengan tenor satu bulan, nilai tukar (KURS) rupiah terhadap dolar Amerika, uang beredar dalam arti sempit (M1), PDB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000, dan IHK berdasarkan harga konstan tahun 2000.Menggunakan alat analisis VAR, IRF dan FEDV, disimpulkan bahwa dari hasil analisis IRF ditemukan perubahan suku bunga deposito, perubahan persentase nilai tukar, perubahan persentase jumlah uang beredar, perubahan persentase nilai PDB, dan perubahan persentase nilai IHK memberikan respon terhadap shock perubahan suku bunga SBI dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, pengaruh shock dari perubahan suku bunga SBI tidak bersifat permanen terhadap semua variabel analisis tersebut, melainkan akan menghilang dan tidak lagi mempengaruhi respon variabel-variabel tersebut. Sedangkan dari hasil nilai FEVD dapat dinyatakan bahwa shock

perubahan suku bunga SBI menjadi penjelas terbesar fluktuasi perubahan suku bunga deposito dalam jangka pendek. Dampak shock perubahan suku bunga SBI terhadap fluktuasi perubahan suku bunga deposito dalam jangka panjang semakin menurun namun tetap memberikan pengaruh yang besar. Sementara itu, pengaruh

shock perubahan suku bunga SBI terhadap variasi perubahan persentase nilai

tukar, perubahan persentase jumlah uang beredar, perubahan persentase nilai PDB, dan perubahan persentase nilai IHK secara umum mengalami peningkatan selama periode pengamatan. Pada jangka pendek, shock perubahan suku bunga SBI memberikan pengaruh yang kecil dalam menjelaskan variasi perubahan persentase nilai tukar, perubahan persentase jumlah uang beredar, dan perubahan persentase nilai IHK. Namun, pada jangka panjang kemampuan shock tersebut semakin meningkat. Sementara itu, variasi perubahan persentase nilai PDB sangat kecil dijelaskan oleh shock perubahan suku bunga SBI, baik pada jangka pendek maupun pada jangka panjang. Dalam kajian ini disimpulkan bahwa secara umum,

shock perubahan suku bunga SBI memberikan pengaruh yang besar terhadap

variasi perubahan suku bunga deposito. Sementara itu, shock perubahan suku bunga SBI memiliki kemampuan yang kecil dan butuh waktu yang lama dalam mempengaruhi variasi variabel analisis lainnya. Namun, variasi variabel analisis lainnya cukup besar dijelaskan oleh shock perubahan suku bunga deposito. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan suku bunga SBI dapat memberikan pengaruh secara tidak langsung pada variabel makroekonomi lainnya, yaitu melalui perubahan suku bunga deposito.

Sutawijaya dan Zulfahmi (2010), melakukan penelitian tentang Pengaruh Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 1980-2006. Untuk

melihat pengaruh investasi swasta, investasi pemerintah, ekspor migas dan ekspor non migas terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, digunakan metode OLS diestimasi model berikut:

LnYt = α + α1LnIPt + α2LnIGt + α3LnXMGt + α4LnXNMGt + et (2.70)

dengan Y adalah Produk Domestik Bruto, IP adalah investasi swasta, IG adalah investasi pemerintah, XMG adalah ekspor migas, dan XNMG adalah ekspor non

migas. Sedangkan α1, α2, α3, danα4 adalah koefisien regresi dari masing-masing variabel, e adalah variabel pengganggu (error term), dan t menunjukkan indikasi waktu. Dari hasil penelitian diketahui bahwa investasi swasta, investasi pemerintah, ekspor migas, ekspor non migas secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Variabel investasi swasta, investasi pemerintah dan ekspor non migas berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan ekspor migas tidak berpengaruh secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya Sutawijawa dan Zulfahmi (2010) menemukan bahwa investasi swasta memberi dampak yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi dibanding variabel lainnya, diikuti oleh variabel investasi pemerintah dan ekspor non migas.

Syahza (2003) menggunakan data time series dan metode OLS untuk mengestimasi Perkembangan Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi di Daerah Riau. Model estimasi yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu:

ln M't = a + b1 ln Yt + b2 ln Xt + b3 ln M't-1 + ln et (2.71)

ln M't = a + b2 ln Xt + b3 ln M't-1 + ln et (2.72)

ln It = a + b1 ln M't + b2 ln It-1 + ln vt (2.73)

ln Yt = a + b1 ln It + b2 ln Xt + b3 ln Yt-1 + ln ut (2.74) Model pertama menggunakan persamaan (2.69), (2.70) dan (2.71), sedangkan model ke dua menggunakan persamaan (2.72), (2.73), dan (2.74). Dari hasil

estimasi model diketahui bahwa ekspor sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Riau, baik menggunakan model pertama maupun model ke dua. Selain itu, pertumbuhan investasi juga mendorong pertumbuhan ekonomi.

Soenhadji (2003), menggunakan analisis regresi log untuk mengestimasi jumlah uang beredar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Model persamaan estimasinya adalah: mm Rd G M2 ln ln ln ln =α0123 (2.75)

dengan M2 adalah jumlah uang beredar dalam arti luas, G adalah pengeluaran pemerintah, Rd merupakan cadangan devisa, dan mm merupakan angka pengganda uang. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa pengeluaran pemerintah secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap jumlah uang

monesy supply untuk periode 1990-2002, sedangkan pengganda uang justeru tidak

berpengaruh signifikan.

Julaiha dan Insukrindo (2004), melakukan penelitian untuk mengetahui dampak kebijakan moneter terhadap perekonomian Indonesia serta untuk mengetahui instrumen moneter yang paling baik dalam menjelaskan variasi dari variabel makroekonomi. Penelitian ini menggunakan model VAR/VECM, dengan analisis IRF dan VD. Menggunakan dua jenis model, yaitu VECM Model 1, dengan variabel independen adalah M0 (sebagai variabel kebijakan) dan variabel dependen adalah DEP1 (suku bunga deposito satu bulan) , IHK, PDB, dan ER (nilai tukar). Sedangkan model kedua adalah VECM dengan variabel independen adalah SBI (sebagai variabel kebijakan) dan variabel dependen adalah DEP1, IHK, PDB, dan ER.

Berdasarkan hasil IRF, ditemukan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak merespon adanya shock satu standar deviasi dari uang primer. Sedangkan pengaruh shock uang primer terhadap inflasi yang terlihat cukup signifikan, ternyata menghasilkan prize puzzle, yaitu kondisi dimana ekspansi moneter yang dilakukan oleh otoritas moneter direspon dengan penurunan inflasi. Penggunaan suku bunga SBI sebagai variabel kebijakan memberikan hasil yang lebih baik daripada penggunaan uang primer, sehingga interpretasi ekonomi dari hasil IRF lebih mudah dan sesuai dengan teori. Penggunaan agregat moneter untuk kasus di Indonesia, hanya berdampak pada inflasi dan tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya berdasarkan analisis VD,ditemukan bahwa uang primer tidak mampu memberikan kontribusi terhadap variasi pertumbuhan ekonomi, dan hanya berkontribusi terhadap variabilitas inflasi. Sedangkan SBI memiliki kemampuan untuk menjelaskan variabilitas pertumbuhan ekonomi dan SBI terlihat lebih mampu memberi kontribusi terhadap pertumbuhan ketika penggunaan waktu semakin panjang. Hal yang menarik dari VD, bahwa nilai tukar ternyata sangat dipengaruhi oleh variabel kebijakan, baik ketika menggunakan variabel kebijakan uang primer maupun ketika menggunakan SBI, sehingga disimpulkan bahwa adanya shock kebijakan moneter akan direspon lebih cepat oleh nilai tukar dibandingkan dengan variabel makroekonomi yang lain.

Wardhana dan Nugroho (2006), melakukan penelitian untuk mengetahui dampak shock penawaran tenaga kerja terhadap perekonomian. Variabel yang digunakan adalah tingkat upah rata-rata nasional tahunan, PDB riil, dan tingkat pengangguran nasional tahunan. Dengan model SVAR, penelitian ini menyimpulkan bahwa perubahan tingkat pengangguran kurang dipengaruhi oleh

tingkat perubahan PDB. Komponen pembentuk PDB bukan didominasioleh sektor riil atau kegiatan yang kurang memiliki mutiplier dan spilover yang tinggi seperti kegiatan konsumsi. Selain itu, gejala hysteresis (perkembangan angka pengangguran yang terus meningkat) diduga muncul karena adanya kebijakan moneter yang ketat guna menekan laju inflasi yang tidak diiringi oleh kebijakan fiskal ekspansif. Lebih ringkas, penelitian sebelumnya disajikanpada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Ringkasan Penelitian Sebelumnya

No Peneliti/Tahun/Judul Variabel Metode Kesimpulan

1 Sutarjo; 2005; Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Perkembangan Ekspor Indonesia Selam Periode 1990-2004 (Suatu Analisis Vector Error Correction Model) Giro Wajib Minimum, rasio pinjaman dan simpanan, nilai tukar, inflasi, kredit ekspor, suku bunga pinjaman, jumlah uang beredar (M2), dan rasio kecukupan modal

VAR/VECM pada periode sebelum krisis: (a) pengaruh SBI lebih kuat dibandingkan dengan GWM, CAR dan LDR; (b) dalam jangka panjang GWM, LDR, EXRATE, INF, KDEX, r dan M2

signifikan terhadap ekspor. Periode sesudah krisis: (a) shock SBI mempunyai pengaruh yang lebih kuat dibandingkan dengan variabel GWM, CAR atau LDR; (b) dalam jangka panjang, SBI, GWM, CAR dan LDR dan semua variabel antara kecuali KADEX, CPI dan M2 mempunyai hubungan positif terhadap ekspor, sedangkan EXRATE dan LEDR mempunyai hubungan negatif terhadap ekspor

2 Mahendra; 2008 Analisis Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pertumbuhan ekonomi, SBI, investasi,dan kredit Model Ekonometrik

SBI, kredit dan investasi mampu menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan dengan nilai R2 sebesar 0,9758. Selain itu, tingkat SBI memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan jumlah kredit dan investasi berpengaruh positif terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi.

3 Lestari; 2008

Dampak Ketidak Stabilan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Permintaan Uang M2 di Indonesia Permintaan uang riil, pendapatan nasional, kurs, inflasi, suku bunga.

VAR/ECM (a) Kecepatan penyesuaian menuju

keseimbangan di antara variabel permintaan uang riil, pendapatan nasional, kurs, inflasi dan suku bunga membutuhkan waktu tiga kuartal; (b) tidak ditemukan hubungan kausalitas dua arah di antara kelima variabel; (c) respon variabel M2 terhadap empat variabel lainnya sangat fluktuatif terutama ketika variabel lain mengalami shock, namun kondisi ini pada akhirnya akan kembali stabil; (d) hubungan antara nilai tukar dan jumlah uang beredar tergantung pada expectation pemegang uang.

4 Adisti; 2004

Analisis Pengaruh Perubahan Giro Wajib Minimum (GWM) Inflasi, nilai tukar, GWM, pendapatan nasional, JUB Model Persamaan Simultan

Perubahan dari GWM mempengaruhi penawaran uang secara negatif, yang akhirnya akan mempengaruhi inflasi.

Terhadap Inflasi di Indonesia (M1), Suku bunga deposito, penawaran uang 5 Banjarnahor; 2008 Mekanisme Suku Bunga SBI Sebagai Sasaran Operasional Kebijakan Moneter dan Variabel Makroekonomi Indonesia: 1990.1-2007.4

SBI, suku bunga deposito, kurs, jumlah uang beredar (M1), IHK dan PDB

VAR (a) jangka panjang: pengaruh shock

perubahan SBI tidak bersifat permanen terhadap semua variabel; (b) jangka pendek: shock perubahan SBI memberikan pengaruh yang kecil dalam menjelaskan variasi perubahan nilai tukar, jumlah uang beredar, dan IHK; (c) perubahan SBI dapat memberikan pengaruh tidak langsung pada variabel makroekonomi lainnya melalui suku bunga deposito.

6 Sutawijaya dan

Zulfahmi; 2010 Pengaruh Ekspor dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 19890-2006 PDB, investasi swasta, investasi pemerintah, ekspor migas, dan ekspor non migas

OLS (a) investasi swasta, investasi pemerintah, ekspor migas, ekspor non migas secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi; (b) investasi swasta, investasi pemerintah dan ekspor non migas berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan ekspor migas tidak berpengaruh secara statistik; (c) investasi swasta memberi dampak lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi dibanding variabel lainnya, diikuti oleh variabel investasi pemerintah dan ekspor non migas

7 Syahza; 2003 Perkembangan Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi di Riau Pertumbuhan ekonomi, investasi, ekspor,

OLS (a) ekspor sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi; (b) pertumbuhan investasi mendorong pertumbuhan ekonomi

8 Soeanhadji; 2003 Jumlah Uang Beredar dan faktor-Faktor yang Mempengaruhinya M2, pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah, sadangan devisa, pengganda uang.

OLS pengeluaran pemerintah secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap jumlah uang monesy supply untuk periode 1990-2002, sedangkan pengganda uang justeru tidak berpengaruh signifikan.

9 Julaihah dan Insukindro; 2004 Analisis Dampak Kebijakan Moneter terhadap Variabel Makroekonomi di Indonesia Tahun 1983.1 – 20 Jumlah uang primer (M0), SBI, suku bunga deposito, inflasi, PDB, dan nilai tukar

VAR/VECM (a) penggunaan SBI sebagai variabel kebijakan, memberikan hasil yang lebih baik daripada penggunaan uang primer; (b) uang primer tidak mampu memberikan kontribusi terhadap variasi pertumbuhan ekonomi, uang primer hanya

berkontribusi terhadap variabilitas inflasi; (c) SBI memiliki kemampuan untuk menjelaskan variabilitas pertumbuhan ekonomi; (d) shock kebijakan moneter ternyata direspon secara cepat oleh nilai tukar dibandingkan variabel lain.

10 Wardhana dan

Nugroho; 2006 Pengangguran

Struktural di Indonesia: Keterangan

dari Analisis SVAR

Tingkat upah rata-rata

nasional, PDB riil, dan tingkat pengangguran

SVAR (a) perubahan tingkat pengangguran kurang dipengaruhi oleh tingkat perubahan PDB; (b) perkembangan angka pengangguran yang terus meningkat diduga dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang ketat, tanp[a diiringi oleh kebijakan fiskal ekspansif.

dalam Kerangka Hysteresis. 11 FR. Haryanto; 2007 Dampak Insrumen Kebijakan Moneter TerhadapPerekonomi an Indonesia: Suatu Analisis Jalur Mekanisme Transmisi Moneter Nilai Tukar, Tingkat bunga, IHK, Ekspor, Impor,Investasi, uang kartal, uang giral, deposito, deposito, penawaran, uang

VAR Pengaruh perubahan instrumen kebijakan

moneter dalam jalur-jalur mekanisme moneter menunjukkan dampak yang bervariasi pada kinerja perekonomian, tidak seluruh jalur mekanisme transmisi moneter menunjukkan efektifits efektivitasyang sama terhadap pencapaian target makro ekonomi tersebut. 12 Hakim, 2003; Kebijakan Moneter Ekspansif Dan Volatilitas Harga – Harga Aset 1990-2001 Uang Luas, IHSG, Nilai Tukar Nominal, PUAB

VAR Kebijakan moneter berpengaruh terhadap

volatilitas harga-harga aset, Pengaruh kebijakan moneter terhadap volatilitas pasar modal paling kuat dibandingkan dengan pasar uang. 13 Truhadmini, 2008; Pemilihan Inflation Targetting Framework, Respon variabel Makro Terhadap Inflasi, serta determinan inflasi di Indonesia Nilai tukar rupiah/USD,

suku bunga SBI, M0,M1, M2, IHK, PDB riil, Pengeluaran konsumsi, Pengeluaran Konsumsi, Investasi, Sukubunga Deposito 1,3,6,12 bulan, Suku Bunga PUAB /ON, Suku Bunga KMK`

VAR Super Neutrality terjadi di Indonesia,

Kebijakan Moneter yang aktif, berdampak pada ketidak stabilan makro, Inflasi mempengaruhi kestabilan makro, perubahan framework kebijakan moneter menjadi inflation targetting adalah sesuatu yang relevan, Price Channel lebih efektif metransmisikan kebijakan moneter menuju sasaran inflasi, Shock yang terjadi pada inflasi, pada tahap awal menimbulkan penurunan uang beredar, pengeluaran konsumsi, investasi serta pertumbuhan ekonomi, determinan inflasi di Indonesia pada periode prakrisis dipengaruhi oleh jumlah uang beredar, sedangkan pada periode krisis nilai tukar

14 Triyono, 2008; Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika

Kurs, JUB, Inf, SBI, SBI, Impor, Jub

VECM SBI, Impor mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap kurs, regressi Jangka pendek inflasi, sbi dan kurs tidak signifikan terhadap JUB.

15 Satria dan Juhro,

2011; Perilaku Risiko Dalam Mekanisme transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia Kredit riil, GDP, Indeksnpersepsi resiko pelaku di sektor perbankan, tingkat resiko,stance kebijakan moneter

VECM Persepsi resiko pelaku ekonomi dan tingkat resiko disektor perbankan memiliki peran yang signifikan dalam transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit Indonesia, stance kebijakan moneter indonesia yang longgar memiliki efek perilaku perbankan risk averse

16 Arifiin,1998, Efektifitas Suku Bunga dalam Rangka Stabilisasi Rupiah di masa Krisis,

Suku bunga, Inflasi dan Nilai Tukar

UREM Suku Bunga efektif mempengaruhi nilai

tukar apabila tidak ada variabel lain yang mengganggu,BLBI memberi kontribusi terhadap ekspansi uang beredar,nilai tukar dan inflasi saling mempengaruhi.

17 Natsir, 2008, Analisis Efektivitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Indonesia melalui jalur nilai tukar, periode 1990-2007 SBI, INF, PSB, Nilai Tukar, Capital Inflow, Output Gap

VAR Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar membutuhkan time lag atau kecepatan sekitar 16 triwulan hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter (inflasi). Respons variabel-variabel pada jalur nilai tukar terhadap perubahan instrumen

moneter (Suku Bunga SBI) relatif lemah dan variabel utama jalur ini yaitu nilai tukar/kurs hanya mampu menjelaskan variasi inflasi sebesa 19,70% lebih kecil dibandingkan dengan porsi yang dapat dijelaskan oleh Paritas Suku Bunga (PSB)

yakni sebesar 43,27%. Hasil ini

menunjukkan Granger causalitydan predictive poweryang lemah antara Kurs dan Inflasi.

18 Ditria dkk,2008. Pengaruh Tingkat Suku Bunga,Nilai Tukar dan Jumlah Ekspor Terhadap Tingkat Kredit Perbankan SBI 1 M, Kurs, Ekspor, Kredit Investasi, Kredit Konsumsi, Kredit Modal Kerja Regresi Linier Berganda

Ekspor berhubungan positif dan signifikan terhadap ketiga kredit, tingkat bunga dan nilai tukar berhubungan negatif dengan ketiga macam kredit.

19 Sutikno, 2007. “Dampak Kebijakan Moneter Terhadap Performance Makro Ekonomi Indonesia Sebelum dan Pasca Krisis)

Inflasi, M1, PDB, Nilai tukar, suku bunga SBI, nilai tukar

VAR Output gap dan nilai tukar dapat dijadikan sebagai leading indicator inflasi yang terjadi di Indonesia.

20 Fajar, 2010, Studi

Empiris Efek Fisher Di Indonesia (1986 – 2010

Inflasi dan BI rate

VECM BI rate dan inflasi saling mempengaruhi, efek fisher terjadi di Indonesia, dalam jangka pendek ada hubungan antara infasi.

21 Ruslan.D, Albar A, dan Khusayiri A, 2013, Regional Macroeconomic Model Of Bank Indonesia (REMBI) Wilayah Provinsi Sumatera Bagian Utara PDRB, BI rate, volume kredit, Investasi, Nilai tukar

ECM REMBI Sumut memiliki akurasi cukup baik dalam estimasi dan proyeksi variabel utama ekonomi makro, ditandai dengan fitted value, yang cukup baik, dan nilai U theilyang secara umum bernilai dibawah 0,1 baik in sample maupun out sample. Simulasi REMBI Sumut menunjukkan hasil yang sesuai dengan teori ekonomi dan hipotesis.

REMBI Sumut dapat menggambarkan karakteristi perekonomian wilayah Sumut yang didominasi oleh sektor pertanian. 22 Ruslan.D, Manurung.J, Sihombing.B, dan Albar.A, 2008. Model Ekonomi Makro Provinsi Sumatera Utara Proyeksi

Dokumen terkait